Anda di halaman 1dari 11

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Publikasi Ilmiah | Universitas Yudharta Pasuruan (E-Journals)

p-ISSN: 2085-241X Jurnal Agromix Volume 8, No 1, Maret 2017


e-ISSN: 2599-3003

PEMBUATAN NUGGET IKAN LELE (CLARIAS SP) DENGAN


VARIASI PENAMBAHAN TEPUNG TERIGU
Making Of Lele Fish Nugget (Clarias sp) With Additional Variation Of Wheat Flour

Frangky Fransiskus Tumion1, Ningrum Dwi Hastuti2


1).
Staf Pengajar Prodi Teknologi Hasil Perkebunan Politeknik Negeri Ketapang.
2).
Staf Pengajar di Politeknik Negeri Pontianak.
Email: Ningrum@gmail.com

ABSTRAK
Nugget merupakan salah satu produk olahan daging beku yang memiliki daya simpan
yang cukup lama. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variasi
penambahan tepung terigu terhadap pembuatan nugget ikan lele yang dihasilkan dan
untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen terhadap nugget dalam pembuatan
nugget ikan lele. Metode yang digunakan dalam penelitian pembuatan nugget dari ikan
lele ini antara lain menggunakan tiga variasi penambahan tepung terigu diantaranya
dengan variasi penambahan tepung terigu sebanyak 5% , 10%, 15 %, selanjutnya
dilakukan pengujian produk uji organoleptik dan analisa kandungan kadar protein dan
kadar air pengujian tersebut dilakukan di Laboratorium Jurusan Teknologi Pertanian,
Politeknik Negeri Ketapang. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh variasi
penambahan tepung terigu 5%, 10%, 15% dan penambahan ikan lele masing-masing
sebanyak 500 gr pada kadar protein berturut – turut 15, 55%, 14, 70% dan 13,77% dan
kadar air berturut – turut 50,34%, 48,58% dan 42, 08% sedangkan uji organoleptik
dengan atribut penilaian tekstur dan rasa, yang paling disukai yaitu penambahan tepung
terigu 5 % yang mempunyai skor rata –rata tekstur 5 rasa 5,44 sedangkan penilaian
aroma tidak berbeda nyata.
Kata kunci: Tepung terigu, nugget, ikan lele.

ABSTRACT
Nugget is one of the frozen meat processed products that have a long shelf life. This
study was conducted to determine the effect of variations in the addition of wheat flour
to the production of catfish nugget produced and to determine the level of consumer
preference for nuggets in making catfish nuggets. The method used in the research of
making catfish nuggets includes using three variations of wheat flour addition including
variations in the addition of wheat flour as much as 5%, 10%, 15%, then testing the
organoleptic test products and analyzing protein content and moisture content testing
this was done at the Laboratory of Agricultural Technology, Ketapang State
Polytechnic. The results showed the effect of variations in the addition of wheat flour
5%, 10%, 15% and the addition of catfish each as much as 500 grams of protein
content in a row of 15, 55%, 14, 70% and 13.77% and successive water content -
50.34%, 48.58% and 42.8% while organoleptic tests with attributes of texture and taste,
the most preferred is the addition of 5% wheat flour which has an average score of 5
flavors of texture 5.44 while aroma assessment not significantly different.
Keywords: Wheat flour, nuggets, catfish.

25
p-ISSN: 2085-241X Jurnal Agromix Volume 8, No 1, Maret 2017
e-ISSN: 2599-3003

PENDAHULUAN pengikat disamping bumbu dan rempah-


Ikan Lele dumbo (Clarias rempah, bahan pengisi yang biasa
sp)termasuk dalam jenis ikan air tawar digunakan adalah tepung.
dengan ciri – ciri tubuh yang memanjang, Syarbini (2013) menyatakan bahwa
agak bulat, kepala gepeng, tidak memiliki tepung terigu adalah hasil
sisik, mulut besar, warnakelabu sampai daripenggilingan biji gandum. Umumnya
hitam. Kulit lele dumbo berlendir tidak tepung terigu biasa digunakan untuk
bersisik, berwarna hitam pada bagian membuat aneka makanan seperti kue dan
punggung (dorsal) dan bagiansamping roti. Tepung terigumengandung gluten
(lateral) (Suyanto 2007). Potensi ikan lele yang dapat membuat adonan makanan
di Ketapang sangat mudah di cari, karena menjadi tipis danelastis.
ikan lele merupakan sumber mata Beberapa penelitian seperti yang
pencarian masyarakat ketapang. dilakukan Surawan, (2007) pada
Melimpahnya hasil panen lele sering pembuatan nugget ikan tuna dengan
membuat harga jual ikan lele rendah. Oleh variasi penambahan tepung terhadap nilai
karena itu untuk memanfaatkan ikan lele uji organoleptik, dimana nugget dengan
tersebut di perlukan inovasi baru bahanbaku ikan masih belum banyak
sehingga menjadi suatu produk ikan lele dijumpai di pasaran. Pengembangan ikan
yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan sebagai bahan baku nugget sangat penting,
daya simpan yang lama. karena ikan mengandung protein yang
Nugget merupakan salahsatu bentuk tidak kalah tinggi dengan ayam terutama
produk makanan beku siap saji, yaitu untuk membantu meningkatkan nilai
produk yang telahmengalami pemanasan ekonomis produk. Hal ini yang menjadi
sampai setengah matang (precooked), dasar dilakukkannya penelitian terhadap
kemudiandibekukan. Produk beku siap nugget.
saji ini hanya memerlukanwaktu
penggorengan selama 1 menit pada suhu METODELOGI PENELITIAN
150ºC ( Ginting, 2015 ). Nugget ikan lele Tempat dan Waktu Penelitian
merupakan olahan produk baru. Penelitian ini dilakukan di
Pembuatan nugget dari ikan lele Laboratorium Jurusan Teknologi
memerlukan bahan-bahan tambahan yang Pertanian Politeknik Negeri Ketapang
berperan sebagai bahan pengisi dan bahan selama dua bulan.

26
p-ISSN: 2085-241X Jurnal Agromix Volume 8, No 1, Maret 2017
e-ISSN: 2599-3003

variasi 5% tepung terigu : 500 gram ikan


Alat dan Bahan Penelitian lele, 10% tepung terigu : 500 gram ikan
Alat-alat yang digunakan pada lele, 15% tepung terigu : 500 gram ikan
penelitian ini antara lain blender, baskom lele. Setelah itu masukan bahan tambahan
plastik, nampan, piring, sendok, Loyang, seperti garam 4,5 g, merica 0,5 g, bawang
pisau, timbangan, cetakan, dandang putih 2 g, air ±5 ml, aduk hingga merata
pengukus, kompor, wajan dan freezer. menggunakan mixer. Selanjutnya adonan
Alat yang digunakan untuk analisa dimasukan kedalam cetakan dan dikukus
kadar air dan protein adalah neraca kedalam dandang pengukus selama 30
analitik, oven, desikator, cawan petri, menit. Setelah dikukus, didinginkan
spatula, seperangkat alat destilasi, labu kedalam freezer dengan suhu ± 3˚C.
kjhedal, gelas ukur, labu ukur, erlenmyer, Nugget yang telah di dinginkan kemudian
pipet gondok, pipet ukur, seperangkat alat di cetak dengan bentuk yang diinginkan,
titrasi, corong glass, beaker glass. selanjutnya dianalisa kadar air, kadar
Bahan-bahan yang diperlukan dalam protein dan uji organoleptik.
penelitian ini antara lain ikan lele, tepung
terigu, garam, telur, merica, bawang putih, Parameter Uji Laboratorium
tepung panir, air dan minyak goreng. Parameter dalam penelitian ini
Bahan yang digunakan untuk analisa meliputi analisa kadar air, kadar protein
kadar air dan protein adalah sampel dan organoleptik metode hedonik untuk
nugget ikan lele, katalis, H2SO4, NaOH mengetahui kualitas dari produk nugget
50%, asam borak 2%, indikator PP, NaOH menurut penilaian panelis/konsumen.
0,1 N untuk titrasi. Analisa kadar air menggunakan metode
oven sedangkan analisa protein
Presedur Kerja menggunakan metode kjhedal.
Ikan lele yang akan digunakan harus
dibersihkan terlebih dahulu dengan air. Analisa Kadar Air
Setelah dibersihkan, daging ikan lele dan Analisa kadar air berfungsi untuk
tulangnya dipisahkan. Selanjutnya daging mengetahui kandungan air pada suatu
ikan lele dihancurkan dan dihaluskan produk. Prosedur analisa kadar air dimulai
menggunakan blender ±5 menit, setelah dengan menimbang wadah kosong dengan
itu dimasukan tepung terigu dengan menggunakan neraca analitik (w)

27
p-ISSN: 2085-241X Jurnal Agromix Volume 8, No 1, Maret 2017
e-ISSN: 2599-3003

selanjutnya masukan sampel nugget Ambil sampel yang sudah dingin


sebanyak 2 grm pada wadah kosong dan pada rak destruksi masukan pada tabung
timbang beratnya (w), setelah ditimbang destilasi tambahkan aquadest sebanyak 50
masukan dalam oven selama 3 jam, ml tambahkan 10 ml larutan NaOH 50%
kemudian masukan dalam desikator selanjutnya teteskan indikator
selama 15 menit, selanjutnya timbang phenolphtalein sebanyak 3 tetes, dipasang
sampel pada neraca analitik. Lakukan tabung destilasi pada alat destilasi.
prosedur pengovenan, pendinginan dan Siapkan erlenmeyer dan isi dengan asam
penimbangan sampai didapat berat borat 2% sebanyak 60 ml letakan pada
konstan 0,002 dari sample selama 1 jam. bagian bawah hasil destilasi. Nyalakan
Kemudian hitung dengan rumus. alat destilasi dan putar pada skala 2
tunggu hingga selesai. Selanjutnya titrasi
menggunakan NaOH 0,1 N dan teteskan
dengan indikator phenolphtalein sebanyak
Analisa kadar protein
3 tetes, hasil titrasi ditandai dengan
Analisa kadar protein metode yang
perubahan warna menjadi ungu muda
digunakan yaitu metode khjeldal dengan
catat volume titrasinya dan hitung %
tiga tahap prosedur analisa yang pertama
nitrogennya dengan rumus :
tahap destruksi yang di awali dengan
penimbangan sampel sebanyak 1 g, ( )

sampel dimasukan kedalam labu kjeldahl


Kadar protein (%) = % N x faktor
kemudian ditambah H2SO4 sebanyak 20
konversi (6,25).
ml, selanjutnya ditambahkan katalisator,
simpan tabung pada rak labu pemanas
Uji organoleptik
tutup dan kunci rapat, nyalakan alat
Cita rasa suatu bahan adalah respon
scrubber dan digestion dengan menekan
ganda dari bau dan rasa. Bila digabungkan
tombol power. Putar pemanas pada skala
dengan perasaan (konsistensi dan tekstur)
10 selama 5 menit untuk pemanasan dan
dari makanan di dalam mulut, konsumen
putar kembali pada skala 8 selama 3 jam.
dapat membedakan suatu makanan dengan
Akhir tahap ini diawali dengan perubahan
jenis makanan lain. Cita rasa makanan
warna sampel mejadi hijau muda jernih.
ditimbulkan oleh terjadinya rangsangan
Selanjutnya masuk pada tahap destilasi.
terhadap indera pengecap dalam tubuh

28
p-ISSN: 2085-241X Jurnal Agromix Volume 8, No 1, Maret 2017
e-ISSN: 2599-3003

manusia. Makanan yang memiliki cita


rasa tinggi adalah makanan yang disajikan
dengan menarik menyebarkan bau yang Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Analisa
Kadar Air Pada Nugget Ikan
sedap dan memberikan rasa yang lezat
lele
(Ammermen, 1987). No Perlakuan Kadar Air
1 Penambahan tepung 50,34%
25 orang panelis diminta
terigu 5%
memberikan penilainya dengan skala amat 2 Penambahan tepung 48,58%
sangat suka, sangat suka, suka, netral, terigu 10%
3 Penambahan tepung 42,08%
tidak suka, sangat tidak suka, amat sangat terigu 15%
tidak suka dengan atribut penilaian
tekstur, rasa dan aroma terhadap 3 contoh Hasil analisa kadar air produk nugget ikan

produk yang disajikan. Masing-masing lele dapat dilihat pada gambar grafik 4.1.

produk diberi kode yang berbeda-beda 60.00% 50.34%


48.58%42.08%
Kadar Air

Terigu 15
40.00% %
yaitu 467, 738, 672.
(%)

Terigu 10
20.00% %
Terigu 5 %
0.00%
HASIL DAN PEMBAHASAN 5% 10%15%
Kadar Air
Gambar 4.1. Grafik Nilai Kadar Air
Kadar air merupakan banyaknya air
Nugget Ikan Lele
yang terkandung dalam bahan yang
Gambar grafik 4.1 menunjukan hasil
dinyatakan dalam persen. Kadar air juga
nilai kadar air tertinggi terdapat pada
merupakan satu karakteristik yang sangat
nuggetikan lele dengan variasai
penting pada bahan pangan, karena air
penambahan tepung terigu 5 % yaitu
dapat mempengaruhi penampakan,
50,34 % sedangkan nilai kadar air
tekstur, dan citarasa pada bahan pangan.
terendah didapat dari variasi penambahan
Kadar air dalam bahan pangan ikut
tepung terigu 15%. Semakin banyak
menentukan kesegaran dan daya awet
penambahan tepung terigu pada nugget
bahan pangan tersebut (Sudarmadji,
maka semakin rendah kadar air yang
2003).
dihasilkan. Hal ini disebabkan semakin
Hasil analisa kadar air pada produk
banyak penambahan tepung maka
nugget ikan lele dapat di lihat pada tabel
semakin banyak air yang teperangkap di
4.1 sebagai berikut :
granula pati pada saat proses gelatinisasi

29
p-ISSN: 2085-241X Jurnal Agromix Volume 8, No 1, Maret 2017
e-ISSN: 2599-3003

sehingga air yang terdapat pada nugget dengan perlakuan penambahan tepung
tidak terukur pada saat dianalisa. terigu 5% dengan nilai 15,55%.
Moehyl (1992), menyatakan bahwa Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Analisa
tepung juga digunakan untuk pengentalan Kadar protein Pada Nugget
makanan, kemampuan pengentalan tepung Ikan lele
ini disebabkan oleh daya serapnya No Perlakuan Kadar
Protein
terhadap air sehingga butiran-butiran
1 Penambahan 15, 55%
tepung tersebut membesar dan apabila tepung terigu 5%
dipanaskan maka granula tersebut akan 2 Penambahan 14,70%
tepung terigu 10%
rusak dan pecah sehingga terjadi proses 3 Penambahan 13,77%
gelatinisasi. Pada peristiwa gelatinisasi tepung terigu 15%
Hasil analisa kadar protein dengan
tepung, viskositas bahan akan meningkat
perlakuan penambahan tepung terigu
karena air telah masuk kedalam butiran
terhadap nugget ikan lele dapat dilihat
tepung dan tidak bisa bergerak bebas lagi.
pada gambar grafik 4.2 sebagai berikut:

Kadar Protein
18 15.55
Protein merupakan suatu zat 16 14.7 13.77
(%) Kadar Protein

makanan yang sangat penting bagi tubuh 14


12
karena zat ini berfungsi sebagai sumber 15%
10
energi dalam tubuh serta sebagai zat 8 10%
6 5%
pembangun dan pengatur. Pada umumnya
4
kadar protein di dalam bahan pangan 2
0
menentukan mutu bahan pangan itu
5% 10% 15%
sendiri, nilai gizi dari suatu bahan pangan
Gambar 4.2 Grafik Nilai Kadar Protein
ditentukan bukan saja oleh kadar nutrien
Pada Nugget Ikan Lele
yang dikandungnya, tetapi juga oleh dapat
Berdasarkan hasil analisa kadar
tidaknya nutrien tersebut digunakan oleh
protein yang telah dilakukan diperoleh
tubuh (Muchtadi, 1993).
penurunan kadar protein yang terdapat
Hasil analisa kadar protein pada
pada ikan lele setelah dibuat menjadi
produk nugget ikan lele dapat di lihat pada
nugget dimana berdasarkan sumber
tabel 4.2. Dimana nilai tertinggi kadar
komposisi zat gizi lele disebutkan bahwa
protein pada produk nugget ikan lele yaitu
kadar protein lele sebelum diolah yaitu

30
p-ISSN: 2085-241X Jurnal Agromix Volume 8, No 1, Maret 2017
e-ISSN: 2599-3003

17,7 mg namun, setelah diolah menjadi Tabel 4.3 Nilai uji organoleptik tekstur
nugget kadar protein ikan lele menjadi pada nugget ikan lele
lebih rendah yaitu 13,77-15,55. Perlakuan Rerata
Penambahan tepung terigu 5 % 5
Nilai kadar protein tertinggi yaitu
Penambahan tepung terigu 10 % 4,64
dengan penambahan tepung 5%. Semakin Penambahan tepung terigu 15 % 4,24
sedikit penambahan tepung maka kadar
protein semakin tinggi, hal ini sesuai Hasil uji kesukaan nugget ikan lele

dengan hasil analisa kadar air, dimana dengan parameter tekstur dapat di lihat

semakin sedikit penambahan tepung maka pada Gambar grafik 4.3.

kadar air semakin tinggi. Menurut 6

Nilai Rata-Rata Kesukaan


5
5 4.64
Fennema (1996) menyatakan bahwa 4.24 Tepung

pada Tekstur
4 terigu 15 %
protein yang terdapat dalam tepung terigu
3 Tepung
bersifat larut air, sehingga kadar air yang terigu 10 %
2
tinggi pada nugget dengan perlakuan Tepung
1 terigu 5%
penambahan tepung 5 % mempengaruhi
0
nilai kadar protein. 5% 10% 15%

Gambar 4.3. Grafik Nilai Uji Kesukaan


Uji Organoleptik Tekstur Tekstur Pada Nugget Ikan Lele.
Tekstur merupakan parameter yang Gambar grafik 4.3 menunjukkan
sangat penting dalam menjaga mutu bahwa variasi penambahan tepung 5 %
daging dan produk turunanya. Menurut berbeda nyata dengan variasi penambahan
(Hadiwiyoto, 2003), kesan kekenyalan tepung 10% dan 15%. Nilai rata – rata
pada nugget secara keseluruhan meliputi kesukaan panelis terhadap produk nugget
tekstur dan melibatkan bebarapa aspek ikan lele dengan parameter tekstur didapat
diantaranya mudah atau tidaknya hasil nilai organoleptik tertinggi terdapat
dikunyah menjadi potongan-potongan pada penambahan tepung terigu 5%
yang lebih kecil, dan jumlah residu yang sedangkan nilai organoleptik terendah
tertinggal setelah dikunyah. pada parameter tekstur terdapat pada
Hasil pengamatan tekstur pada variasi penambahan tepung 15%. Hal ini
produk nugget ikan lele dapat dilihat pada dikarenakan adanya proses gelatinisasi
tabel 4.3 sebagai berikut: dimana terjadi pembengkakan granula pati
yang menyebabkan perubahan struktur

31
p-ISSN: 2085-241X Jurnal Agromix Volume 8, No 1, Maret 2017
e-ISSN: 2599-3003

granula sehingga berpengaruh terhadap dianggap penting karena dapat dengan


viskositas nugget lele sehingga nugget lele cepat memberikan penilaian terhadap
dengan penambahan tepung 15% lebih suatu produk yang diterima atau tidaknya
keras dibandingkan dengan 5%. (Winarno, 2004).
Jumlah pati yang besar Hasil uji organoleptik terhadap rasa
menyebabkan tekstur menjadi lebih padat bertujuan untuk mengetahui tingkat
dan cenderung keras Menurut Rospiati, kesukaan panelis pada tiap-tiap perlakuan.
(2007) tekstur akan berubah dengan Hasil uji organoleptik terhadap rasa dapat
berubahnya kandungan air. Jadi semakin dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut:
banyak tepung terigu yang ditambahkan Tabel 4.4 Hasil pengamatan uji rasa pada
akan menyebabkan tekstur nugget lele produk nugget ikan lele.
semakin keras begitupun sebaliknya, Perlakuan Rata-rata
Penambahan tepung
semakin sedikit tepung yang ditambahkan
terigu 5 % 5,44
maka tekstur nugget akan menjadi lembut Penambahan tepung
sehingga penambahan tepung terigu 5% terigu 10 % 4,68
Penambahan tepung
lebih disukai panelis karna memiliki terigu 15 % 4,4
tekstur yang tidak terlalu keras.
Hasil analisa uji organoleptik

Uji organoleptik rasa dengan parameter rasa dapat di lihat pada

Rasa merupakan suatu zat atau Gambar grafik 4.4. sebagai berikut :

komponen tertentu yang mempunyai 6 5.44 4.68 Tepung terigu


4.4
Nilai Rata-Rata Kesukaan

15%
beberapa fungsi dalam makanan, 4 Tepung terigu
pada Rasa

10%
diantaranya dapat bersifat memperbaiki,
2 Tepung terigu
membuat lebih bernilai atau dapat 5%
0
diterima sehingga peranan rasa disini 5% 10% 15%
mampu menarik kesukaan konsumen
Gambar 4.4. Grafik Nilai Uji Kesukaan
terhadap makanan tersebut. Rasa dinilai
Rasa Pada Nugget Ikan Lele
dengan indra perasa (lidah), yang
Gambar grafik 4.4 menunjukkan
merupakan kesatuan interaksi antara sifat
bahwa variasi penambahan tepung 5 %
sensoris aroma, rasa, dan tekstur
berbeda nyata dengan variasi penambahan
merupakan keseluruhan rasa makanan
tepung 10% dan 15%. Sedangkan
yang dinilai Pengujian terhadap rasa
penambahan tepung 10% dan 15% tidak

32
p-ISSN: 2085-241X Jurnal Agromix Volume 8, No 1, Maret 2017
e-ISSN: 2599-3003

berbeda nyata. Nilai uji kesukaan rasa terigu 15 %


tertinggi yaitu terdapat pada nugget ikan
lele dengan variasi penambahan tepung Hasil analisa uji organoleptik
terigu 5% sedangkan nilai organoleptik dengan parameter aroma dapat di lihat
terendah dengan parameter rasa terdapat pada Gambar grafik 4.5. sebagai berikut :
pada penambahan tepung terigu 15%.
Adapun variasi tepung terigu 5% lebih 6 5.12 4.96

Nilai Rata-Rata Kesukaan pada Aroma


4.92
disukai yaitu karena penambahan tepung 5 Tepung
terigu 15 %
lebih sedikit sehingga rasa ikan yang 4
Tepung
dihasilkan lebih muncul dibandingkan 3 terigu 10 %
dengan lebih banyak penambahan tepung 2 Tepung
terigu 5 %
terigu 10% dan 15%. 1

0
Uji Organoleptik Aroma 5% 10% 15%

Menurut kartika (2008), bau atau Gambar 4.5. Grafik Nilai Uji
aroma dapat didefinsikan sebagai sesuatu Kesukaan Aroma Nugget Ikan Lele
yang dapat diamati dengan indera Gambar grafik 4.5 menunjukkan
pembau, untuk dapat menghasilkan bau, nilai tingkat kesukaan aroma tertinggi
zat-zat bau harus dapat menguap, sedikit yaitu terdapat pada nugget ikan lele
dapat larut dalam air, dan sedikit dapat dengan variasi penambahan tepung terigu
larut dalam lemak. 5% sedangkan nilai organoleptik terendah
Hasil pengamatan uji organoleptik dengan parameter aroma terdapat pada
terhadap aroma nugget ikan lele dapat penambahan tepung terigu 15%.
dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut: Berdasarkan hasil uji kesukaan nugget lele
Tabel 4.5 Hasil pengamatan aroma pada dengan parameter aroma didapat hasil
produk nugget ikan lele bahwa variasi penambahan tepung 5%,
Perlakuan Rata-rata 10% dan 15% tidak berbeda nyata.
Penambahan tepung Menurut Hadiwiyoto (2003)
terigu 5 % 5,12 berbagai peptida-peptida dan asam amino
Penambahan tepung bebas serta asam lemak bebas sering kali
terigu 10 % 4,96 dikaitkan dengan rasa dan aroma daging
Penambahan tepung 4,92 ikan. Sebagian senyawa-senyawa tersebut

33
p-ISSN: 2085-241X Jurnal Agromix Volume 8, No 1, Maret 2017
e-ISSN: 2599-3003

bersifat volatil sehingga banyak berkurang DAFTAR PUSTAKA


karena menguap selama pengukusan. Hal Andrianto, T. (2005). Pedoman Praktis
Budidaya Ikan Lele. Yogyakarta.
inilah yang menyebabkan keberadaan
senyawa-senyawa tersebut tidak lagi Ammermen, G. R. (1987). Effect Of Equal
Lethal HeatTreatmentat Various
menimbulkan pengaruh yang signifikan Times and Temperatures Selected
ketika dilakukan pengujian. Food. Purdue University Latayette.
Indiana.
Artama, T, (2001). Pemanfaatan ikan
KESIMPULAN tepung lemuru (Sardinella longicep
Hasil penelitian yang telah dilakukan )untuk meningkatkan mutu fisik dan
nilai gizi crackers. Tesis . Program
terhadap nugget ikan lele dapat
Pasca Sarjana. Institut Pertanian
disimpulkan sebagai berikut : Bogor. Bogor.
1. Perlakuan kadar air dengan variasi Astawan, (2008). Sehat Dengan
penambahan tepung terigu 5 %. 10% Hidangan Hewani. Penebar
Swadaya. Jakarta.
dan 15% berturut-turut 50,34 %,
Astawan, M. (1999). Membuat Mie Dan
48,58% dan 42,08% sedangkan Bihun. Edisi Pertama. Penebar
persentase kadar protein 15,55 %, Swadaya. Jakarta.
14,70 %, dan 13,77 %. Badan Standardisasi Nasional. (2002).
2. Berdasarkan uji organoleptik Nugget Ayam. SNI 01-6683. Badan
Standardisasi Nasional, Jakarta.
diketahui bahwa yang disukai oleh
Buckle, K.A., Edwards, R.A., Fleet, G.H.,
panelis yaitu dengan variasi dan Wootton, M. (1987). Ilmu
penambahan tepung terigu 5 % Pangan. Universitas Indonesia.
Jakarta
dengan skor tekstur 5, rasa 5,44, dan
Elingosa, T. (1994). Pembuatan Fish
aroma 5,12.
Nugget dari Ikan Tenggiri. Skripsi.
Saran Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi.
Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
Diharapkan perlu dilakukan
Bogor.
penelitian lebih lanjut terhadap nugget
Fennema, O. R. (1996). Food Chemistry,
ikan lele dengan variasi tepung yang lain third edition. Marcel Dekker, Inc.
maupun penambahan bahan-bahan lain New York.
untuk meningkatkan karakteristik mutu Ginting. (2015). Penggunaan Bahan
Pengisi Pada Nugget. Jurnal
nugget ikan lele.
Agribisnis. Sumatera Utara.

34
p-ISSN: 2085-241X Jurnal Agromix Volume 8, No 1, Maret 2017
e-ISSN: 2599-3003

Ginting. (2005). Nugget ayam, bukan Rismunandar. (1986). Membudidayakan


sampah. Hyperlink reference.27 Lima Jenis Bawang. Penerbit Sinar
April 2015. Baru.Bandung.
Hadiwiyoto, S. (2003). Hasil-hasil Rospiati, E. (2006). Evaluasi Mutu dan
Olahan Susu, Ikan, Daging dan Nilai Gizi Nugget Daging Merah
Telur. Liberty.Yogyakarta. Ikan Tuna.Bogor
Kartika, B., Hastuti, P dan Supartono W., Subarna. (1992). Baking Technology.
(2008). Pedoman Uji Inderawi Pelatihan Singkat Prinsip-Prinsip
Bahan Pangan, Pusat Antar Teknologi Pangan Bagi Food
Universitas Pangan dan Gizi UGM, Inspector. Pusat Antar Universitas
Yogyakarta. Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.
Kent, N., (1975). Technology of Cereals, Sudarmadji, S., Bambang Haryono dan
Pergamon Press Oxford, New Suhardi. (2003). Analisa Bahan
York. Makanan dan Pertanian. Librty.
Yogyakarta.
Matz, S.A. (1992). Bakery Technology
and Engineering. Third Edition. Surawan. (2007). Penggunaan Tepung
VanNostrand Reinhold. AVI. New Terigu, Tepung Beras, Tepung
York. Tapioka dan Tepung Maizena
terhadap Tekstur dan Sifat Sensoris
Matz. (1978). Cookies and Creackers Fish Nugget Ikan Tuna. Jurnal Sain
Technology. 2rd ed. The AV1 Pub. Peternakan Indonesia. Bengkulu.
Co. Inc. Westport. Conecticut.
Suyanto, S.R., . (2007). Budidaya ikan
Muchtadi,d. (1993). Evaluasi Nilai Gizi lele. Penebar Swadaya. Jakarta.
Pangan. Pangan dan Gizi, IPB,
Bogor. Syarbini. (2013). Referensi Komplit
Bahan, Proses Pembuatan Roti, dan
Moehyl, S., (1992). Seputar Tepung Panduan Menjadi Bakery. Solo
Terigu. UI-Press, Jakarta.
Widianto, B., Ch. Retnaningsih, Sumardi,
Purnomo, H. (1996). Dasar – dasar Soedarini, Lindayani, A. R. Pratiwi
Pengolahan dan Pengawetan dan Lestari. (2002). Tips Pangan
Daging. PT Grasindo, Jakarta Teknologi, Nutrisi dan Keamanan
Pangan. PT Grasindo. Jakarta.
Ratnaningsih, (1999). Pembuatan Nugget
Sebagai Pemanfaatan Daging Winarno, F. G. (2004). Analisa Pangan
Merah Tuna (thunnus obesus). dan Gizi. PT Gramedia Pustaka
Skripsi. Jurusan Teknologi Hasil Utama. Jakarta
Perikanan, Fakultas Teknologi Hasil
Perikanan Dan Ilmu Kelautan , IPB,
Bogor.
Rismunandar. (1987). Lada, Budidaya dan
TataNiaganya. Penebar Swadaya.
Jakarta.

35

Anda mungkin juga menyukai