: Maria Margareta S
NIM
: 13.70.0161
Kelompok : E4
1.
1.1. Materi
1.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah panci, kompor, blender, pengaduk,
gelas bekker, termometer, gelas ukur, pH meter, timbangan digital, dan kain saring.
1.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah rumput laut (Eucheuma cottonii),
isopropil alkohol (IPA), NaOH 10%, HCl 0,1 N, dan aquades.
1.2. Metode
Rumput laut ditimbang sebanyak 40 gram
2. HASIL PENGAMATAN
E1
E2
E3
E4
E5
40
40
40
40
40
Berat Kering
(gram)
3,70
3,36
3,63
3,84
3,76
% Rendemen
9,250
8,400
9,075
9,600
9,400
Tabel 1. diatas menunjukkan hasil pengamatan ekstraksi karagenan yang meliputi berat
basah, berat kering dan persentase rendemen. Berat basah pada seluruh kelompok sama
yaitu sebanyak 40 gram. Pada berat kering didapati berat yang berbeda-beda. Berat
kering terbesar terdapat pada kelompok E4 yaitu sebanyak 3,84 gram, sedangkan berat
kering terendah terdapat pada kelompok E2 yaitu sebanyak 3,36 gram. Persen rendemen
didapatkan dari perbandingan antra berat kering dan berat basah yang kemudian
dikalikan dengan 100 %. Persentase rendemen tertinggi terdapat pada kelompok E4
yaitu sebesar 9,6%, sedangkan persentase rendemen terendah terdapat pada kelompok
E2 yaitu sebesar 8,4%.
3. PEMBAHASAN
Penelitian yang dilakukan oleh Viswanathan & Nallamuthu (2014) menunjukkan bahwa
seaweeds belum dimanfaatkan secara maksimal sehingga seaweed memiliki potensi
nilai ekonomis yang tinggi. Seaweed yang berpotensi dijadikan sodium alginate adalah
C.implexa, C.sinuosa, L.variegata, S.tenerrimum, D.dichotoma dan P.gymnospora.
Komposisi biokimia dari sodium alginate menunjukkan bahwa karbohidrat yang
terkandung didalamnya tinggi, sedangkan kandungan protein dan lemak relatif kecil.
Selain itu, makroalga seaweed dapat digunakan untuk menmproduksi berbagai tipe
sulfated linear polysaccharides (karagenan) yang dapat ditemukan pada dinding sel dan
matirx intersel dari seaweed (Falshaw et al., 2005 dalam Muthezhilan et al., 2014).
Struktur primer dari karagenan adalah pengulangan dari disakarida yang terdiri dari D-galaktosa pada posisi ikatan 3 dan D-galaktosa pada posisi ikatan 4 (Abdou &
Sorour, 2014 dalam Muthezhilan et al., 2014).
Karagenan secara komersial dibagi menjadi 3 tipe, yaitu lambda, iota dan kappa. Iota
karagenan dapat dibuat melalui prekursor nu pada kondisi basa (Rudolph, 2000 dalam
Pereira & Velde, 2010). Iota karagenan didapatkan melalui pengekstrakan seaweed
Eucheuma denticulatum atau yang dikenal dengan spinosum (Velde & Ruiter, 2002
dalam Pereira & Velde, 2010). Sifar kelarutan dari Iota karagenan adalah larut dalam
garam natrium akan tetapi tidak larut pada susu dingin (Poncomulyo et al., 2006).
Lamda karagenan dapat diperoleh dari hasil ekstraksi Gigartina dan Chondrus yang
dikenal dengan nama Irish Moss (Velde & Ruiter, 2002 dalam Pereira & Velde, 2010).
Lamba karagenan memiliki beberapa sifat yaitu larut pada semua garam dan apabila
bereaksi dengan susu dingin akan membentuk dispersi. Kedua jenis karagenan tersebut
(iota dan lambda) tidak memiliki kemampuan membentuk gel (Poncomulyo et al.,
2006). Selain itu Lambda karagenan dan iota karagenan mempunyai kemampuan untuk
larut air pada suhu diatas 70oC (Glicksman, 1979).
Jenis karagenan yang ketiga adalah kappa karagenan yang dapat dibuat melalui
prekursor mu pada kondisi basa (Rudolph, 2000 dalam Pereira & Velde, 2010). Kappa
karagenan didapatkan melalui pengekstrakan seaweed Kappaphycus alvarezii yang
dikenal juga dengan cottonii (Velde & Ruiter, 2002 dalam Pereira & Velde, 2010).
Kappa karagenan akan membentuk gel dengan sifat kaku, kuat dan rapuh. Pencampuran
dengan ion kalium dalam proses pembuatan kappa karagenan akan menghasilkan
karagenan dengan beberapa sifat yaitu memiliki bentuk yang kuat dan kaku (Hoffmann
et al., 1995; Rochas & Rinaudo, 1984 dalam Mustapha et al., 2011). Euchema cotonii
merupakan salah satu spesies dari golongan alga merah (Rhodophyta) yang dapat
digunakan sebagai bahan memproduksi karagenan. Karagenan sendiri digunakan dalam
bidang pangan sebagai tambahan makanan, penstabil dan pengental (McHugh, 2002;
Guerrero, 2001; Hoffmann et al., 1995; Saneford, 1985 dalam Mustapha et al., 2011).
Pada praktikum kali ini dilakukan pengekstrakan karagenan yang berasal dari seaweed
Euchema cotonii.Pertama-tama rumput laut sebanyak 40 gram dipotong kecil-kecil dan
diblender. Kemudian ditambahkan air sebanyaak 500 ml dan dialkukan perebusan
selama 1 jam pada suhu 80-90oC. Menurut Arpah (1993) proses penghancuran rumput
laut berfungsi menghasilkan proses ekstraksi yang optimal. Semakin kecil ukuran
partikel yang diekstrak maka akan semakin luas kontak antara bahan dan pelarut
sehingga diharapkan mempu menghasilkan hasil yang optimal. Suhu perebusan yang
digunakan dalam praktikum ini sudah sesuai dengan teori dari Aslan (1998) dimana
dikatakan suhu 90oC merupakan suhu yang optimal pada proses ekstraksi karagenan.
Fungsi perebusan disini adalah karena panas dapat meningkatkan proses pelarutan
senyawa karagenan yang diharapkan seluruh senyawa karagenan dapat larut pada air.
Hal ini didukung oleh teori dari Angka & Suhartono (2000) yang mengatakan bahwa
karagenan memiliki sifat larut dalam air panas dan larutan polar (propilen, glikol,
alkohol dan gliserin). Selama proses pemasakan dilakukan proses pengadukan sesekali.
Menurut Fachruddin (1997), proses pengadukan ini berfungsi untu meratakan panas dan
mencegah kegosongan ataupun terbentuknya busa.
Setelah itu larutan tersebut didinginkan sebentar kemudian diukur nilai pH nya dan pH
larutan tersebut dibuat hingga menjadi pH 8 dengan cara menambahkan larutan HCl 0,1
N atau larutan NaOH 0,1 N. Proses pendinginan sebelum pengukuran pH pada
praktikum ini penting dilakukan. Hal ini didukung oleh teori dari Alfonso & Edward
(1992) dimana dikatakan ketidakakuratan pengukuran pH dapat disebabkan oleh karena
larutan terlalu panas ataupun terlalu dingin. Selain itu Distantina et al (2011)
menjelaskan bahwa pH larutan perlu dibuat menjadi pH 8 untuk menciptakan keadaan
alkalis karena pengekstrakan karagenan pada pH alkalis akan membuat karagenan
bersifat lebih stabil. Penelitian yang dilakukan oleh Mustapha
et al. (2011),
Setelah itu, filtrat yang didapatkan dituang secara perlahan pada larutan Isopropil
Alkohol. Pada saat penuangan tersebut juga dilakukan pengadukan selama 10-15 menit
yang akan dihasilkan endapan karagenan. Prasetyowati et al. (2008) menjelaskan bahwa
serat kareganan dapat diendapkan dalam larutan isopropil alkohol. Setelah endapan
terbentuk, endapatn tersebut kembali direndam dalam larutan isopropil alkohol hingga
bentuknya menjadi kaku. Yasita & Rachmawati (2006) menjelaskan bahwa perendaman
dengan larutan isopropil alkohol ini mampu meningkarkan kemamuan pembentukan gel
karagenan. Menurut Glicksman (1983) dalam Muthezhilan et al. (2015) menjelaskan
bahwa kekuatan gel memegang peran penting dalam karakteristik fisik dari karagenan
karena kekuatan gel akan menunjukkan pembentukan gel. Setelah serat karagenan
menjadi kaku, serat tersebut dibentuk tipis-tipis dan diletakkan diatas loyang yang telah
dilapisi plastik. Kemudian serat karagenan tersebut diketingkan menggunakan oven
pada suhu 50-60oC selama 12 jam. Setelah itu dilakukan penghancuran karagenan
sehingga didapatkan tepung karagenan. Persentase rendemen dihitung dengan
membandingkan berat kering dan berat basah yang kemudian dikalikan dengan 100%.
Pada hasil pengamatan didapatkan hasil berat kering dari tepung karagenan yang
berbeda-beda pada setiap kelompok. Data hasil berat kering pada masing-masing
kelompok adalah sebagai berikut : kelompok E1 (3,7 gam); kelompok E2 (3,36 gram);
kelompok E3 (3,63 gram); kelompok E4 (3,84 gram) dan kelompok E5 (3,76). Berat
kering tertinggi didapatkan pada tepung karagenan kelompok E4 yaitu sebesar 3,84
gram, sedangkan berat kering terendah didapatkan pada tepung karagenan kelompok E1
yaitu 3,36 gram. Nilai berat kering ini sebanding dengan nilai persentase rendemen yang
didapatkan, dimana data persentase rendemen pada masing-masing kelompok adalah
sebagai berikut : kelompok E1 (9,250%); kelompok E2 (8,4%), kelompok E3 (9,075%);
kelompok E4 (9,6%) dan kelompok E5 (9,4%). Persentase rendemen tertinggi
didapatkan pada kelompok E4 yaitu sebesar 9,6%, sedangkan persentase rendemen
terendah didapatkan pada kelompok E2 yaitu sebesar 8,4%.
menjelaskan bahwa hasil karagenan yang didapatkan juga dipengaruhi oleh konsentrasi
larutan basa yang digunakan. Konsentrasi larutan basa yang terlalu tinggi akan
menyebabkan semakin berkurangnya karagenan yang didapatkan. Widyastuti (2010)
juga berpendapat bahwa semakin tua rumput laut maka hasil karagenan yang didapatkan
juga akan semakin banyak.
Penelitian yang dilakukan oleh Muthezhilan et al. (2015) menjelaskan bahwa karagenan
dapat diaplikasikan untuk pelapis antibiotik misalnya Amoxycillin, Tetracycline,
Chloroamphenical, Erythromycin, Doxycyoline, Ofloxacin, Cephalexin, Dictoxacilin
dan Ampicillin. Penelitian yang dilakukan oleh Pranoto et al., 2006 menunjukkan kappa
karagenan dapat berfungsi untuk memperbaiki stuktur dari gelatin yang berasal dari
ikan. Pemberian polisakarida (karagenan) dalam penelitian ini mampu meningkatkan
tegangan permukaan sehingga barrier terhadap uap air juga akan semakin meningkat.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Ramasari et al. (2012) menunjukkan aplikasi lain
penggunaan karagenan, yaitu digunakan sebagai emulsifier dalam pembuatan sosis ikan
tenggiri. Pada hasil penelitian diketahui bahwa pencampuran 2,5% karagenan dan
tepung tapioka 7,5% mampu meningkatkan stabilitas emulsi dari sosis ikan tenggiri.
4.
KESIMPULAN
Karagenan adalah polisakarida linear yang didapatkan dari kelompok alga merah
(Rhodophyta).
Struktur primer dari karagenan adalah pengulangan dari disakarida yang terdiri dari
-D-galaktosa pada posisi ikatan 3 dan D-galaktosa pada posisi ikatan 4.
Karagenan secara komersial dibagi menjadi 3 tipe, yaitu lambda, iota dan kappa.
Iota karagenan memiliki beberapa ciri yaitu, larut dalam garam natrium akan tetapi
tidak larut pada susu dingin, tidak memiliki kemampuan membentuk gel, larut air
pada suhu diatas 70oC.
Lamda karagenan memiliki beberapa ciri, yaitu sifat yaitu larut pada semua garam
dan apabila bereaksi dengan susu dingin akan membentuk dispersi, tidak memiliki
kemampuan membentuk gel, larut air pada suhu diatas 70oC.
Kappa karagenan memiliki beberapa ciri, yaitu membentuk gel dengan sifat kaku,
kuat dan rapuh.
Asisten Dosen
-Ignatius Dicky A.W.
Maria Margareta S
13.70.0161
5.
DAFTAR PUSTAKA
10
11
6.
LAMPIRAN
6.1. Perhitungan
% =
Kelompok E1
% =
100%
3,70
100%
40
= 9,250%
Kelompok E2
% =
3,36
100%
40
= 8,400%
Kelompok E3
% =
3,63
100%
40
= 9,075%
Kelompok E4
% =
3,84
100%
40
= 9,600%
Kelompok E5
% =
3,76
100%
40
= 9,400%
12