2015
1.1. Materi
1.1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah panci, kompor, blender, pengaduk, gelas
bekker, termometer, gelas ukur, pH meter, timbangan digital, dan kain saring.
1.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah rumput laut (Eucheuma cottonii),
isopropil alkohol (IPA), NaOH 10%, HCl 0,1 N, dan aquades.
1.2. Metode
Rumput laut ditimbang sebanyak 40 gram
2.
hasil ekstraksi disaring dengan menggunakan kain saring
yang bersih dan cairan filtratnya ditampung dalam gelas
ukur besar
HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan ekstraksi karagenan dengan menggunakan Eucheuma cottonii dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Ekstraksi Karagenan
Kelompok
Berat Basah (gram)
Berat Kering (gram)
%rendemen
E1
40
3,70
9,250
E2
40
3,36
8,400
E3
40
3,63
9,075
E4
40
3,84
9,600
E5
40
3,76
9,400
Terlihat pada tabel diatas, bahwa berat basah rumput laut yang digunakan untuk ekstraksi
karagenan pada semua kelompok adalah 40 gram. Tetapi, pada hasil pengamatan persentase
rendemen untuk semua kelompok, menghasilkan hasil yang berbeda-beda. Untuk berat
rendemen paling besar diperoleh oleh kelompok 4 yaitu sebesar 9,600 %, sedangkan berat
rendemen paling kecil diperoleh oleh kelompok 2 yaitu sebesar 8,400 %.
3. PEMBAHASAN
Di Asia, Seaweeds telah dikonsumsi sejak zaman kuno, namun untuk tingkat yang jauh lebih
rendah di seluruh dunia. Seaweeds yang dapat dimakan adalah sumber yang kaya serat
makanan, mineral, serta protein. Serat makanan seaweeds yang sangat kaya di fraksi laut,
yang ada pada redseaweeds sebagian besar terdiri dari galaktan sulfat, seperti agar-agar atau
karagenan. Dalam brownseaweeds, serat larut polisakarida antara lain alginat, fucans, serta
laminarans. Serat larut polisakarida pada dasarnya terbuat dari cellulose (Viswanathan dan
Nallamuthu, 2014).
Ganggang makro laut (seaweeds) mampu menghasilkan berbagai jenis polisakarida sulfat
(karagenan) polisakarida linear yang terjadi di dinding sel dan matriks antar seaweeds
(Muthezhilan et al., 2014).Karagenan adalah kelompok kompleks polisakarida larut air,
diperoleh dengan mengekstrak alga merah (Rhodophyceae) (Hilliou, 2006). Selain itu,
karagenan yaitu polisakarida sulfat linier dengan ikatan 3--D-galaktopiranosa dan 4--Dgalaktopiranosa (3,6-anhidro--D-galaktopiranosa). Karagenan terbagi menjadi 6 jenis antara
lain, iota, kappa, lambda, mu, nu, serta theta (Araujo et,al,2012). Dalam industri makanan,
karagenan banyak dimanfaatkan sebagai thickening, pembentuk gel, dan stabilizingagents
serta dalam berbagai produk non-makanan, seperti farmasi, kosmetik, percetakan dan tekstil
formulasi (Fernandes etal., 2012).
Spesiesutama
untuk
sebagian
adalahChondruscrispus(Atlantik
besarproduksikaragenansaat
Utara),
ini
Gigartinastellata(Perancis),
serta
kakubila
dikombinasikan
dengancampuran
dalam
ion
kalium.
Bentukiotakaragenanyaitu gelnya lemah, elastis, sedangkanlambdakaragenanadalah tipenongel, membentuk solusikentaltebal(Mustapha et al., 2011).
Beberapa faktor yang mempengaruhi hasil serta kualitas karagenan antara lain, spesies alga,
perubahan cuaca, serta kondisi ekstraksi. Prekursor alami kappa dan iota karagenan (mu dan
nu) merupakan karagenan non-gelling, karena penyimpangan dalam kelompok ester 6-sulfat
pada beberapa D-galaktosa. Sebagian besar unit 6-sulfat ini dikonversi ke yang sesuai 3,6anhydro-D-galaktosa selama alkali industri ekstraksi karagenan, menyampaikan tingkat yang
lebih tinggi keteraturan ke dalam molekul (Pereira dan Van de Fred, 2011). Selain itu, waktu
reaksi yang lama serta kondisi yang sangat alkali secara umum untuk mencapai konversi
tingkat tinggi dari prekursor untuk kappa dan iota karagenan, serta memaksimalkan
kemampuan pembentuk gel dan / atau reaktivitas protein dalam makanan (Yolanda et al.,
2006).
Pada praktikum ini, dilakukan pengekstrakan karagenan menggunakan rumput laut yaitu
Eucheuma cotonii. Mula-mula, diawali dengan cara menimbang rumput laut sebanyak 40
gram, kemudian rumput laut dipotong kecil-kecil lalu di blender. Adanya tujuan dari proses
penghancuran, untuk memperluas permukaan bahan sehingga kontak antara bahan dengan
pelarut dapat terjadi, dengan begitu bahan dapat terekstrak secara maksimal (Saleh
et,al,1996). Tepung rumput laut halus tersebut kemudian direbus (di ekstrak) dalam 500 ml
air selama 1 jam pada suhu 800-900C. Pengekstrakan karagenan dapat dilakukan dengan cara
tradisional yaitu dengan cara perebusan menggunakan air mendidih (Varadarajan et al.,
2009).
Selain itu menurut Araujo et al (2012) pengekstrakan karagenan dapat dilakukan dengan cara
perebusan pada suhu 800C. Adanya proses pemanasan akan menyebabkan polisakarida
(karagenan) dapat terlarut dalam air dan terpisah dari biomassanya (Varadarajan et al., 2009).
Setelah 1 jam selesai, diamkan larutan hingga mencapai suhu sekitar 30 0C dan dilakukan
pengaturan pH larutan menjadi 8 (alkali) dengan penambahan HCl 0,1 N atau NaOH 0,1
N.Pengaturan pH menjadi alkali (8) dilakukan karena, karagenan akan stabil serta bereaksi
pada pH alkali.
pH alkali akan meningkatkan pembengkakan biomassa serta membantu karagenan untuk larut
dalam solusi, sehingga semakin mudah diekstrak. Hal ini dapat terjadi karena dalam suasana
alkali, terjadi pembelahan kelompok 6-sulfat dari karagenan menjadi 3,6-anhydro-Dgalaktosa dalam rantai polisakarida (depolimerisasi karagenan) (Varadarajan et al., 2009).
Selanjutnya, larutan disaring menggunakan kain saring serta filtratnya (cairan) ditampung
dalam wadah. Tujuan dari proses penyaringan ini, untuk memisahkan sisa biomassa dari
filtrat yang didalamnya telah terlarut karagenan. Setelah itu, filtrat ditambah larutan NaCl
10% sebanyak 5% dari volume filtrat kemudian dipanaskan sampai 600C(Hilliou et al.,
2006).
Sedangkan tujuan dari penambahan NaCl untuk mengendapkan karagenan, karena
penambahan mineral garam dapat menggumpalkan karagenan. Selain itu, penggumpalan
yang terjadi dapat meningkatkan persentase rendemen karagenan (Hilliou et al.,
2006).Tahapan selanjutnya, filtrat dituangkan ke dalam 300 ml larutan IPA dan di aduk
selama 10-15 menit hingga terbentuk endapan karagenan. Penambahan larutan IPA (Isopropil
alkohol) bertujuan untuk mengendapkan karagenan serta membuat strukturnya menjadi lebih
kompak dan lebih keras (Hayashi et al., 2007).
Selain itu, penambahan IPA akan menyebabkan karagenan dalam larutan 100% menggumpal
dan menjadi kaku.Tujuan dari proses pengadukan yaitu untuk mempercepat kontak antara
larutan IPA dengan karagenan, sehingga cepat terbentuk gumpalan (Blakemore, 2012).
Setelah itu tiriskan karagenan lalu masukkan kembali dalam larutan IPA hingga kaku. Setelah
kaku, saring menggunakan kain sring dan panaskan selama 24 jam dalam oven bersuhu 35 0C.
Keesokan harinya karagenan ditimbang dan diblender menjadi tepung karagenan.
Dari hasilpercobaantiapkelompok, untuk berat rendemen paling besar diperoleh oleh
kelompok 4 yaitu sebesar 9,600 % dengan berat kering sebesar 3,84 gram, sedangkan berat
rendemen paling kecil diperoleh oleh kelompok 2 yaitu sebesar 8,400 % dengan berat kering
sebesar 3,36 gram. Seharusnyadenganperlakuan yang sama, diperoleh hasilakhir yang
samayaitu
rendemen
yang
hampir
seragam.
Perbedaanhasilrendementiap-
4. KESIMPULAN
Seaweeds yang dapat dimakan adalah sumber yang kaya serat makanan, mineral, serta
protein.
Karagenan adalah kelompok kompleks polisakarida larut air, diperoleh dengan
mengekstrak alga merah (Rhodophyceae).
Karagenan yaitu polisakarida sulfat linier dengan ikatan 3--D-galaktopiranosa dan 4--
D-galaktopiranosa (3,6-anhidro--D-galaktopiranosa).
Karagenan terbagi menjadi 6 jenis antara lain, iota, kappa, lambda, mu, nu, serta theta.
Dalam industri makanan, karagenan banyak dimanfaatkan sebagai thickening,
maksimal.
Proses pemanasan akan menyebabkan polisakarida (karagenan) dapat terlarut dalam air
pada pH alkali.
Tujuan dari proses penyaringan ini, untuk memisahkan sisa biomassa dari filtrat yang
Asisten Dosen,
Ignatius Dicky A. W.
13.70.0129
5. DAFTAR PUSTAKA
Araujo, Ianna Wivianne Fernandes de et,al,. (2012). Iota-Carrageenans from Solieria
Filiformis (Rhodophyta) and Their Effects in The Inflammation and Coagulation.
Maringa 34 (2): 127-135.
Blakemore, Bill. (2012). Formaldehyde in Carrageenan and Processed Eucheuma Seaweed.
Marinalg International Journal.
Hayashi L., Oliveira E., Bleicher-Lhonneu G., Boulenguer P., Pereira R. T. L., SeckendorffR.,
Shimoda V., Leflamand A., Valle P., Critchley A.(2007).The effects of selected
cultivation conditions on the carrageenan characteristics of Kappaphycus
alvarezii(Rhodophyta, Gigartinales)in Ubatuba Bay, Sn Paulo State, Brazil . J Appl
Phycol19:505-511.
10
Hilliou, L, F.D.S. Larotonda, P. Abreu, A.M. Ramos,A.M. Sereno, & M.P. Goncalves.
(2006). Effect of Extraction Parameters on The Chemical Structure and Gel Properties of
K/I-Hybrid Carrageenans Obtained from Mastocarpus stellatus. Biomolecular
Engineering 23: 201-208.
Ianna Wivianne Fernandes de Arajo, Jos Arivilo Gurgel Rodrigues, Edfranck de Sousa
Oliveira Vanderlei, Gabriela Almeida de Paula, Ticiana de Brito Lima2 and Norma
Maria Barros Benevides. (2012). Iota-carrageenans from Solieria filiformis
(Rhodophyta) and their effects in the inflammation and coagulation.
Leonel Pereira and Fred van de Velde. (2010). Portuguese carrageenophytes: Carrageenan
composition and geographic distribution of eight species (Gigartinales, Rhodophyta).
Department of Life Sciences, Faculty of Sciences and Technology, University of
Coimbra, Apartado 3046, 3001-401 Coimbra, Portugal.
Maria L.S., Orbita. (2013). Growth Rate and Carrageenan Yield of Kappaphycus alvarezii
(Rodhophyta Gigartinales) Cultivated in Kolabugan, Lanao del Norte, Mindanao,
Phillipines. International Journal of The Bioflux Society pp 128 139.
Radhakrishnan Muthezhilan, Kuzhandaivel Jayaprakash, Ramachandran Karthik1 and
Ajmath Jaffar Hussain. (2014). Endophytic Fungal Cellulase for Extraction of
Carrageenan and its Use in Antibiotics Amended Film Preparation. Department of
Marine Biotechnology, AMET University (U/S of UGC Act 1956) Kanathur, Chennai
603112, India.
Saleh, M ; A. Ahyar ; Murdinah ; dan N. Haq. (1996). Ekstraksi Kepala Udang Menjadi
Flavor Udang Cair. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol. II, No.1, hal 60-68.
Shyamala Viswanathan and Thangaraju Nallamuthu. (2014). Extraction of Sodium Alginate
from Selected Seaweeds and Their Physiochemical and Biochemical Properties.
Research Scholar, Centre for Advanced Studies in Botany, University of Madras,
Guindy Campus, Chennai, India.
S Mustapha, H Chandar, Z Z Abidin, R Saghravani and M Y Harun. (2011). Production of
semi- refined carrageenan from Eucheuma cotonii. Department of Chemical and
Environmental Engineering, Faculty of Engineering, Universiti Putra Malaysia, 43400
UPM Serdang, Selangor, Malaysia.
11
Yasita Dian dan Intan Dewi Rachmawati. (2006). Optimasi Proses Ekstraksi Pada Pembuatan
Karaginan Dari Rumput Laut Eucheuma cottonii Untuk Mencapai Foodgrade. Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.
Yolanda Freile-Pelegrn, Daniel Robledo and Jose A. Azamar. (2006), Carrageenan of
Eucheuma isiforme (Solieriaceae, Rhodophyta) from Yucata n, Mexico. I. Effect of
extraction conditions. Botanica Marina Vol 49: page 6571. Mexico.
6. LAMPIRAN
6.1.
Perhitungan
rendemen=
berat kering
x 100
berat basah
Kelompok E1
rendemen=
3,70
x 100
40
= 9,250%
Kelompok E2
rendemen=
3,36
x 100
40
= 8,400%
Kelompok E3
rendemen=
3,63
x 100
40
= 9,075%
12
Kelompok E4
rendemen=
3,84
x 100
40
= 9,600%
Kelompok E5
rendemen=
3,76
x 100
40
= 9,400%
6.2.
6.3.
6.4.
Laporan Sementara
Diagram Alir
Abstrak Jurnal