Anda di halaman 1dari 12

EKSTRASI KARAGENAN

Nama : Latifah Ambar Lestari


NIM : B1A018149
Kelompok :5
Rombongan : II
Asisten : Arfinda Novitasari

LAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2021
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karagenan adalah polisakarida linier tersulfasi dari D-galaktosa dan 3, 6-


anhidro-Dgalaktosa yang diekstraksi dari alga merah yaitu Chondrus,
Eucheuma, Gigartina dan Hypnea. Karagenan diklasifikasikan menjadi enam
kelas. Selain substituen utama sulfat, beberapa residu lain ditemukan dalam
struktur karagenan, misalnya, xilosa, glukosa dan asam uronat, serta metil eter
dan kelompok piruvat. Enam tipe karagenan tersebut diantaranya adalah Iota (τ)
-, Lambda (λ) -, Kappa (k) -, Theta (θ) -, Nu (ν) -, dan Mu (µ) – karagenan.
Dalam bidang farmasi tipe karagenan yang penting adalah Iota (τ), Lambda (λ),
Kappa (k) (Prihastuti & Abdassah, 2019).
Kappa karaginan yakni senyawa polisakarida yang umum digunakan
dalam industri pangan, farmasi, kosmetik, tekstil dan percetakan sebagai bahan
pengental, penstabil dan pembentuk gel dikarenakan sifat daya ikat airnya yang
tinggi (Siregar et al., 2016). Iota karaginan merupakan jenis karaginan dengan
kandungan sulfat berada di antara lamda dan kappa karaginan. Iota karaginan
dapat membentuk gel dengan sifat yang elastis. Iota karaginan ditandai dengan
adanya ikatan 1,3-D-galaktosa-4-sulfat dan ikatan 1,4 dari unit 3,6-anhidro-D-
galaktosa-2-sulfat. Iota karaginan terbentuk karena hilangnya sulfat pada atom
C6 dari (nu)-karaginan sehingga terbentuk 3,6-anhidro-D-galaktosa yang
selanjutnya menjadi iota karaginan (Glicksman, 1983). Gugusan 2-sulfat ester
tidak dapat dihilangkan oleh proses pemberian alkali seperti halnya kappa
karaginan. Iota karaginan sering mengandung beberapa gugusan 6-sulfat ester
yang menyebabkan kurangnya keseragaman molekul yang dapat dihilangkan
dengan pemberian alkali (Winarno, 1996).
Lamda karaginan tersusun dari ikatan 1,3-D-galaktosa-2-sulfat dan 1,4-
D-galaktosa-2,6-disulfat. Lamda karaginan berbeda dengan kappa dan iota
karaginan, karena memilki sebuah residu disulfat (1,4) D-galaktosa. Tidak
seperti halnya pada kappa dan iota karaginan yang selalu memiliki gugus 4-
fosfat ester. Lamda karaginan yang terekstraksi oleh alkali kuat akan menjadi
-karaginan dengan melepas 6-sulfat dari ikatan 1,4-D-galaktosa-2,6-disulfat
untuk membentuk 3,6-anhidro-D-galaktosa (Glicksman, 1983).
B. Tujuan
Tujuan praktikum Ekstrasi Karagenan adalah untuk mengetahui proses
ekstraksi kandungan kimia rumput laut seperti karagenan.
II. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum Ekstrasi Karagenan adalah


kompor, panci, kain kassa atau kain saring, baki, pengaduk, gelas ukur, kertas
pH, dan timbangan digital.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum Ekstrasi Karagenan
adalah Kappaphycus alvarezii, KOH 10%, H2O2 6%, KCL 5%, dan akuades.
B. Metode

50 gram Kappaphycus alvarezii direbus dengan 500 ml akuades selama


15 menit

Ditambahkab KOH 10% dan direbus selama 15 menit

Ditambahkan KCl 5% sebanyak 100 ml dan direbus selama 15 menit

Disaring

Ditambahkan akuades 500 ml dan direbus 15 menit

Ditambahkan H2O2 6% sebanyak 100 ml dan direbus selama 15 menit

Dituang ke baki dan dijemur

Dihitung rendemennya
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 3.1 Pemanasan Air dalam Waterbat

Gambar 3.2 Penimbangan Rumput Laut

Gambar 3.3 Persiapan Larutan KOH

Gambar 3.4 Pemanasan Rumput laut dengan KOH


Gambar 3.5 Pencucian Rumput Laut

Gambar 3.6 Pemanasan Rumput Laut dengan Akuades

Gambar 3.7 Pengepresan Rumput Laut

Gambar 3.8 Pembekuan Ekstrak Rumput Laut


Gambar 3.9 Pemisahan Ekstrak dengan Air Es

Gambar 3.10 Pengeringan dengan Oven

Gambar 3.11 Pengendapan dengan Propanol


lalu kembali dikeringkan

Gambar 3.12 Penimbangan Bobot Kering


Perhitungan Rendemen Karagenan

Produk Akhir (gr )


Rendemen (%) = x 100 %
Bobot bahan baku( gr )
4
Rendemen (%) = x 100 %
50
Randemen (%) = 8 %
B. Pembahasan

Berdasarkan perhitungan rendemen karagenan didapatkan hasil


rendemen sebesar 8%. Hasil ini sesuai dengan kisaran Anggadireja et al. (2006)
yaitu 8 hingga 32 % tergantung jenis, musim dan kondisi perairan tempat
tumbuhnya rumput laut. Kondisi lingkungan tersebut mempengaruhi laju
fotosintesis rumput laut sehingga berpengaruh pada pertumbuhan rumput laut
yang pada akhirnya juga berpengaruh pada karaginan yang dihasilkan, yang
menyatakan bahwa pertumbuhan rumput laut ditentukan oleh tempat
tumbuhnya. Laju pertumbuhan, fotosintesis dan respirasi pada rumput laut
cenderung berkorelasi dengan suhu, cahaya, pH dan nutrien tempat tumbuhnya.
Suhu berpengaruh terhadap hasil rendemen karaginan. Proses pemanasan pada
saat ekstraksi membuat proses estraksi lebih mudah sehingga karaginan yang
terlepas dari dalam thalus semakin banyak.
Ekstrasi karagenan dilakukan melalui beberapa tahap, pertama air
dipanaskan menggunakan waterbat hingga suhu 60ºC. Kemudian, rumput laut
yang telah dibersihkan dan dikeringkan ditimbang sebanyak 15 gr. Selanjutnya,
siapkan larutan KOH 0,6% dalam beaker glass berisi 400 ml air untuk proses
perebusan rumput laut dan tutup menggunakan aluminium foil. Masukan beaker
glass yang sudah berisi rumput laut dan larutan KOH 0,6% ke dalam waterbat
dengan suhu 60ºC selama 2 jam. Kemudian, cuci rumput laut menggunakan air
mengalir hingga pH netral dan diukur menggunakan kertas pH. Selanjutnya
masukan kembali akuades dan rumput laut yang telah netral ke dlam waterbat
hingga suhu 90 ºC selama 2 jam. Selanjutnya, saring rumput laut dan press
menggunakan alat pengepresan. Ekstrak rumput laut yang telah dilakukan
pengepresan dituang ke baki lalu dimasukan ke dalam freezer selama 24 jam.
Kemudian setelah 24 jam pisahkan air yang memebeku dnegan ekstrak tumput
laut. Kemudian ekstrak rumput laut dikeringkan menggunkan oven. Setelah
proses pengeringan selama 1-2 hari, selanjutnya diendapkan dengan cairan
propanol kemudian dimasukan kembali ke dalam oven dengan suhu 50ºC.
Setelah itu ekstrak rumput laut ditimbang untuk mendapatkan bobot kering.
Berbagai metode ekstraksi telah banyak dilakukan, satu diantaranya
adalah penggunaan larutan alkali untuk menghasilkan karaginan yang bermutu
dan bernilai ekonomis tinggi. Menurut Hidayah et al. (2013) dalam Asikin et al.
(2015), ekstraksi karaginan dengan menggunakan bahan pelarut kalium
hidroksida dapat menghasilkan rendemen yang tinggi karena kation K+ dari
kalium hidroksida akan bersenyawa dengan rangkaian polimer karaginan dan
membentuk kappa karaginan. Pelarut basa yang digunakan adalah kalium
hidroksida karena dapat menghasilkan karaginan dengan sifat kekuatan gel yang
lebih baik dibandingkan natrium hidroksida.
Penggunaan karaginan dalam industri makanan tergantung pada beberapa
sifat, yaitu kelarutan, viskositas, gel, reaktivitas dengan protein, dan sinergisme
dengan polisakarida yang bukan gel. Kappa dan iota karaginan berperan sebagai
pembentuk gel, sedangkan lambda karaginan yang bukan gel berperan sebagai
pengental. Oleh karena reaktivitasnya dengan protein tertentu, karaginan dapat
digunakan pada konsentrasi yang rendah (0,01 - 0,03%) untuk produk-produk
yang berbahan susu, seperti susu coklat, es krim, puding, dan keju tiruan.
Karaginan juga digunakan pada pembuatan roti, lapisan gula, jelli, dan selai
dengan kadar gula yang. Selain untuk industri makanan, karaginan juga
digunakan untuk makanan ternak. Stabilitas panas dari karaginan pada pH yang
tinggi merupakan faktor yang menentukan. "Milk reactivity" menyebabkan
karaginan digunakan sebagai penstabil dalam pembuatan susu coklat dan
"evaporated milk" (susu kaleng yang kental tidak dimaniskan dan dibuat dari
susu biasa yang sebagian airnya diuapkan) (Rasyid, 2003).
Karaginan juga berfungsi sebagai pembentuk gel dan pengental susu
yang digunakan dalam pembuatan puding dan krim yang disajikan dalam
keadaan panas atau dingin. Peranan karaginan dalam pembuatan es krim adalah
sebagai penstabil untuk mencegah terbentuknya kristal-kristal es dan
menyebabkan es krim tidak mudah mencair. Fungsi karaginan sebagai penstabil
juga digunakan dalam pembuatan margarin rendah lemak dan bir. Fungsi
karaginan lainnya yang sangat penting adalah dalam proses pembekuan daging,
ikan dan sayuran. Proses hidrolisis yang cepat pada pH yang lebih kecil dari 4,5
menyebabkan karaginan kurang sesuai untuk produk-produk asam. Selain
penggunaan dalam industri makanan, karaginan juga digunakan sebagai bahan
pembuatan tablet (Rasyid, 2003).
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa proses ekstrasi


karagenan dilakukan dengan cara merebus rumput laut menggunakan akuades
kemudian timbahkan KOH dan KCl. Setelah itu disaring lalu direbus kembali
memnggunakan akuades dan ditambahkan H2O2. Kemudian, ekstrak rumput laut
dituang ke baki dna dikeringkan. Terakhir ditimbang bobot keringnya dan dihitung
rendemennnya.
DAFTAR REFERENSI

Asikin, A. N., Kusumaningrum, I. & Sutono, D., 2015. Ekstraksi dan Karakterisasi
Sifat Fungsional Karaginan Kappaphycus alvarezii Asal Pesisir Kabupaten
Kutai Timur. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 7(1), pp. 49-58.
Anggadiredja, J. T. Zatnika A., Purwoto H, dan Istiani S. 2006. Rumput Laut
Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran Komuditas Perikanan
Potensial. Jakarta: Penebar Swadaya.
Glickman. 1983. Food Hydrocolloid vol 1I. Florida: CRC Press Inc Boca
Raton.Prihastuti, D. & Abdassah, M., 2019. Karagenan dan Aplikasinya di
Bidang Farmasetik. Majalah Farmasetika, 4(5), pp. 146-154.
Rasyid, A., 2003. Beberapa Catatan Tentang Karaginan. Oseana, 28(4), pp. 1-6.
Siregar, R. F., Santoso, J. & Uju, 2016. Karakteristik Fisiko Kimia Kappa Karaginan
Hasil Degradasi Menggunakan Hidrogen Peroksida. Jurnal Pengolahan Hasil
Perikanan Indonesia, 19(3), pp. 256-266.
Winarno FG. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.

Anda mungkin juga menyukai