Anda di halaman 1dari 8

TUGAS 3 (Kelompok)

Nama kelompok : 1. Ahmad Rifaldhi


2. Daryanto
3. Deni Faisal

Karagenan adalah polimer yang larut dalam air dari rantai linear sebagian galaktan sulfat
yang memiliki potensi tinggi sebagai pembentuk edible film (Skurtys et al., 2010), Karagenan
merupakan produk olahan rumput laut merah Indonesia yang mengandung natrium,
magnesium, dan kalsium yang dapat terikat pada gugus ester sulfat dari galaktosa dan
kopolimer 3,6-anhydro-galaktosa. Karagenan banyak digunakan pada sediaan makanan,
farmasi dan kosmetik sebagai bahan pembuat gel, pengental atau penstabil. Karagenan dapat
diekstraksi dari protein dan lignin rumput laut dan dapat digunakan dalam industri pangan
karena karakteristiknya yang dapat berbentuk gel, bersifat mengentalkan, dan menstabilkan
material utamanya.
Oleh karena potensi yang sangat besar, lakukan analisis berikut:
a. Analisis bahan baku
b. Analisis proses pembuatan karagenan menggunakan diagram alir
c. Analisis kondisi operasinya
d. Analisis kebutuhan pasar.
Buatlah kesimpulan dan rekomendasi terhadap analisis yang telah dilakukan
A. Analisis Bahan Baku
Karagenan dibagi menjadi tiga jenis yaitu kappa, iota, dan lamda, dimana ketiga jenis
ini dibedakan berdasarkan perbedaan ikatan sel dan sifat gel. Karagenan sendiri memiliki tiga
macam, yaitu :
1. Iota karagenan dikenal dengan tipe Spinosum
2. Kappa karagenan dikenal dengan tipe Cottonii
3. Lambda karagenan
Iota karagenan berupa jeli lembut dan fleksibel atau lunak. Kappa karagenan berupa
jeli bersifat kaku dan getas serta keras. Sedangkan lambda karagenan tidak dapat membentuk
jeli, tetapi berbentuk cair yang viscous.

Gambar 1. Jenis jenis karagenan

Beberapa sifat dari karagenan antara lain :


 Dalam air dingin seluruh garam dari Lambda karagenan larut sedangkan
Kappa dan lota karagenan hanya garam Natriumnya saja yang larut.
 Lambda karagenan larut dalam air panas, Kappa dan lota karagenan larut pada
temperatur 70°C ke atas.
 Kappa, Lambda dan lota karagenan larut dalam susu panas, dalam susu dingin
Kappa dan lota tidak larut, sedangkan Lambda karagenan membentuk dispersi.
 Kappa karagenan membentuk gel dengan ion Kalium, lota karagenan dengan
ion Calsium dan Lambda karagenan tidak membentuk gel.
 Semua type karagenan stabil pada pH netral dan alkali, pada pH asam akan
terhidrolisa.

Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan karagenan yaitu Chondrus,
Eucheuma, dan Gigartina merupakan jenis alga merah yang dikenal sebagai sumber utama
karagenan, suatu polisakarida yang digunakan dalam berbagai industri, terutama industri
makanan, sebagai zat pengental, pengstabil, dan pelapis.
Chondrus crispus, juga dikenal sebagai Irish moss atau carrageen moss, merupakan
sumber utama untuk ekstraksi karagenan. Alga ini tumbuh di perairan dingin di pantai
Atlantik Utara. Karagenan yang diperoleh dari Chondrus biasanya digunakan dalam industri
makanan untuk meningkatkan tekstur dan konsistensi produk.
Eucheuma memiliki beberapa spesies, tetapi yang paling penting untuk produksi
karagenan adalah Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum. Kedua spesies ini tumbuh di
daerah tropis dan subtropis. Eucheuma cottonii menghasilkan karagenan jenis kappa,
sedangkan Eucheuma spinosum menghasilkan karagenan jenis iota. Jenis rumput laut yang
banyak dibudidayakan di Indonesia adalah jenis Eucheuma cottonii dan Gracilaria spinosum.
Rumput laut jenis Eucheuma spinosum merupakan rumput laut yang banyak tumbuh di
sepanjang pesisir pantai Indonesia, untuk meningkatkan kualitas dan nilai tambah rumput laut
ini dapat dibuat dalam bentuk karagenan.
Gigartina juga merupakan sumber penting dari karagenan, terutama dari wilayah
perairan dingin. Karagenan yang diperoleh dari Gigartina biasanya digunakan dalam berbagai
aplikasi, termasuk industri makanan dan farmasi.
B. Analisis proses pembuatan karagenan menggunakan diagram alir
Secara garis besar karagenan dapat diekstrak dari rumput laut dengan dua cara yaitu
Full Refined Carrageenan dan Semi Full Refined Carrageenan.
1. Proses Semi-Refined Carrageenan
Proses pembuatan dengan metode yang menghasilkan produk karagenan dengan
tingkat kemurnian lebih rendah dibandingkan full-refined carrageenan, karena masih
mengandung selulosa yang ikut mengendap bersama karagenan

Gambar 2. Diagram alir pembuatan karagenan Proses Semi Refined Carrageenan


Berikut ini adalah langkah-langkah dan kondisi operasi untuk produksi Semi-Refined
Carrageenan:
a. Pra-Pemrosesan
Tahap pembersihan: Alga merah harus dibersihkan dari kontaminan seperti pasir,
kerang, dan organisme laut lainnya. Tahap pencucian: Alga dicuci dengan air tawar untuk
menghilangkan garam dan kontaminan lainnya. Tahap pengeringan: Alga kemudian
dikeringkan di bawah sinar matahari atau dengan menggunakan pengering komersial.
b. Perebusan dengan Larutan Alkali
Alga yang telah dikeringkan direbus dalam larutan alkali (biasanya KOH atau NaOH)
pada suhu sekitar 75°C-85°C. Proses ini biasanya berlangsung selama 3-4 jam. Perebusan ini
membantu dalam mengeluarkan warna alga, ekstraksi protein, dan memfasilitasi ekstraksi
karagenan.
c. Pencucian
Setelah perebusan, alga dicuci berulang kali dengan air tawar hingga pH netral untuk
menghilangkan residu alkali dan kontaminan lainnya.
d. Pengeringan
Alga kemudian dikeringkan lagi. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan sinar
matahari, pengering udara panas, atau pengering drum.
e. Penggilingan
Setelah kering, alga digiling menjadi ukuran partikel yang diinginkan. Ini biasanya
menghasilkan produk yang masih mengandung sejumlah kecil selulosa dan mineral dari alga
asli.
f. Penyaringan dan Pengemasan
Bubuk Semi-Refined Carrageenan yang dihasilkan disaring untuk memastikan
konsistensi ukuran partikel dan kualitas. Setelah itu, produk dikemas dan siap untuk
distribusi.
2. Proses Full Refined Carrageenan
Proses pembuatan karagenan dengan melarutkan karaginan menjadi larutan encer,
sedangkan residu yang berupa selulosa dan komponen yang tak larut lainnya dipisahkan
dengan penyaringan. Karagenan dalam larutan kemudian di recover secara bertahap sehingga
didapatkan produk akhir berupa padatan kering yang mengandung sedikit sekali komponen
selain karagenan
Terdapat dua metode yang dapat dilakukan dalam mengekstraksi karagenan yaitu
ekstraksi dalam air atau larutan dan suasana alkali. Ekstraksi karagenan menggunakan air
memiliki kelemahan yaitu kesulitan untuk menyaring karena viskositas yang tinggi dari
larutan adanya padatan residu dalam ekstrak dan biaya tinggi. Oleh karena itu ekstraksi dalam
larutan alkali selama beberapa jam lebih disukai. Selain itu ekstraksi dengan larutan alkali
memiliki keuntungan dapat meningkatkan kekuatan gel (Tran Nu Thanh Viet Bui, 2019).
Gambar 3. Diagram alir pembuatan karagenan Proses Full Refined Carrageenan
Proses ekstraksi karagenan menggunakan rumput laut jenis Eucheuma sp secara
umum
meliputi :
a) Pengolahan awal
Rumput laut Eucheuma sp dibersihkan dengan cara mencuci dengan air tawar dua
sampai tiga kali untuk menghilangkan pasir, garam dan kotoran yang melekat. Setelah itu
dilakukan pengeringan dengan sinar matahari atau menggunakan alat pengering untuk
menghilangkan kandungan air hingga diperoleh rumput laut kering dengan kadar air berkisar
10-25%. Selanjutnya rumput laut kering ini akan digunakan untuk proses ekstraksi
karagenan.
b) Proses ekstraksi karagenan menggunakan larutan alkali :
Rumput laut kering yang diperoleh dari proses awal kemudian dibuat alkalis dengan
menambahkan basa berupa NaOH atau KOH, sehingga pH mencapai sekitar sekitar 9 – 9,6.
Setelah dibuat alkalis dilakukan ekstraksi dengan air selama 2-24 jam pada suhu 80 – 95°C
dalam suatu tangki dengan perbandingan jumlah air 20 kali berat rumput laut yang akan
diekstraksi. Dari hasil ekstraksi dipisahkan antara larutan (ekstrak) dan residu (kotoran-
kotoran yang terdiri dari rumput laut yang tidak larut). Pemisahan dilakukan dengan
penyaringan yang menggunakan filter aid. Filtrat yang keluar berupa larutan yang
mengandung 1% karaginan, dan residunya di buang. Larutan yang mengandung 1%
karaginan dipekatkan menjadi 3% dengan menggunakan evaporator pada suhu 100°C dan
tekanan 1 atmospher.
c) Proses presipitasi
Larutan yang telah dipekatkan kemudian ditambah dengan larutan Alkohol bisa
methanol, etanol atau isopropanol dalam proses ini digunakan isopropanol kemudian di
centrifuge, larutan direcovery dan kedalamnya ditambahkan carbon aktif untuk
menghilangkan warna dari larutan. Larutan dan carbon aktif dipisahkan dengan filtrasi.
Larutan hasil filtrasi digunakan kembali untuk proses pembentukan endapan karagenan.
karagenan yang terbentuk sebagai endapan kemudian dikeringkan dalam suatu drum dryer
pada suhu 250°C. Endapan karagenan yang sudah kering dihancurkan dengan alat
penghancur (mill) sehingga diperoleh karagenan powder. Karagenan powder ini kemudian
dilakukan pengujian seperti kadar air, abu, lemak sulfat, dan protein sebelum dipasarkan.
C. Analisis Kondisi Operasinya
Proses Full Refined Carrageenan, Karagenan diperoleh melalui metode ekstraksi
pada kondisi panas mendekati suhu titik didih 80–95OC menggunakan larutan alkali yang
dilakukan selama 2-24 jam. Suasana alkalis diperoleh dengan menambahkan larutan basa
seperti NaOH atau KOH sehingga larutan mencapai pH 9-10. Konsentrasi alkali yang tinggi
akan menghasilkan rendemen yang tinngi karena alkali berfungsi membantu ekstraksi
polisakarida menjadi sempurna dan mempercepat terbentuknya 3,6- anhidrogalaktosa selama
proses ekstraksi berlangsung, sehingga rendemen meningkat. Proses ekstraksi juga dilakukan
menggunakan suhu mendekati titik didih larutan (100 OC) agar kandungan sulfat dalam
rumput laut dapat terekstraksi semua karena sulfat mempengaruri mutu kekuatan gel
karagenan murni.
Setelah 24 jam, larutan campuran rumput laut dan basa alkali kemudian dipisahkan dengan
cara disaring sehingga diperoleh filtrat yang selanjutnya dipekatkan menggunakan rotary dan
dilakukan proses presipitasi menggunakan larutan alkohol untuk menghasilkan presipitat
karagenan. Pengendapan karagenan pada proses presipitasi dapat dilakukan antara lain
dengan metode gel press, KCl freezing, KCl press, etanol atau pengendapan dengan alkohol.
karagenan yang terbentuk sebagai endapan kemudian dikeringkan dalam suatu drum dryer
pada suhu 250°C. Endapan karagenan yang sudah kering dihancurkan untuk menghasilkan
powder. Karaginan powder ini siap untuk dikemas dalam drum plastik atau dalam kantong-
kantong polyethylene sebelum dipasarkan.
Proses Semi-Refined Carrageenan, karagenan diperoleh melalui proses perebusan
dalam larutan alkali (biasanya KOH atau NaOH) pada suhu sekitar 75°C-85°C. Proses ini
biasanya berlangsung selama 3-4 jam. Perebusan ini membantu dalam mengeluarkan warna
alga, ekstraksi protein, dan memfasilitasi ekstraksi karagenan.
D. Analisis Kebutuhan Pasar
Karagenan semi murni sering dimanfaatkan pada industri non pangan sebagai bahan
gelasi pada makanan hewan dalam kaleng, air freshner, shampo, sabun mandi, dan pelapis
gigi (Saputra, 2012). Pemanfaatan karagenan murni lebih luas dalam bidang industri pangan
(jelly, es krim, roti, dan lain-lain) dan non pangan (kosmetik, cat, tekstil, dan lain-lain)
(Arfini, 2011). Karagenan juga digunakan sebagai pelapis bahan pangan atau bahan
pembentuk edible film (Meyer, dkk.,1959). Banyaknya industri yang membutuhkan semi-
refined carrageenan yaitu pada tingkat food-grade digunakan dalam industri makanan yang
tidak trasparan seperti sosis, bakso, nugget, dan susu. Sedangkan tingkat Industrial Grade
digunakan dalam industri non pangan seperti cat tembok, kosmetik, pengharum ruangan,
pelapis keramik hingga makanan hewan.

KESIMPULAN

1. Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan karagenan yaitu Chondrus,
Eucheuma, dan Gigartina, dari jenis bahan baku tersebut di gunakan jenis Eucheuma
karena jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan di Indonesia, yaitu jenis Eucheuma
cottonii dan Gracilaria spinosum. Rumput laut jenis Eucheuma spinosum merupakan
rumput laut yang banyak tumbuh di sepanjang pesisir pantai Indonesia.
2. Karagenan dapat diperoleh melalui proses ekstraksi dengan dua cara yaitu Full Refined
Carrageenan dan Semi Full Refined Carrageenan, Dalam proses Semi-Refined
Carrageenan, tahapan utamanya adalah perebusan dengan larutan alkali. Ini adalah
langkah kritis yang membedakan SRC dari proses RC dimana tahapan utama nya adalah
proses ekstraksi. Produk yang dihasilkan, SRC, biasanya memiliki kandungan selulosa
yang lebih tinggi dan tidak sehalus Refined Carrageenan. Karena sifatnya ini, SRC lebih
murah untuk diproduksi dan umumnya digunakan dalam aplikasi di mana kehalusan dan
kemurnian tinggi tidak mutlak diperlukan. Biaya investasi semi-refined carrageenan jauh
lebih rendah daripada full refined carrageenan dan tahapan Prosesnya semi-refined
carrageenan lebih sederhana dan mudah daripada full refined carrageenan.
3. Kondisi operasi Full Refined Carrageenan membutuhkan energi yang lebih besar sehingg
cost produksi nya lebih tinggi dari pada Semi Full Refined Carrageenan
4. Produk semi-refined carrageenan lebih banyak di butuhkan di pasaran yaitu pada tingkat
food-grade digunakan dalam industri makanan dan Industrial Grade digunakan dalam
industri non pangan seperti cat tembok, kosmetik, pengharum ruangan, pelapis keramik
hingga makanan hewan.
5. Dari 4 point di atas untuk memprouksi karagenan di rekomendasikan menggunakan
proses semi-refined carrageenan dengan bahan baku rumput laut jenis Eucheuma cottonii
Anggadiredja, J.T. 2011. Laporan Forum Rumput Laut. Pusat Riset Pengolahan Produk dan
Soial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Jakarta

Arfini, F. 2011. Optimasi Proses Ekstraksi Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut Merah
(Eucheuma cottonii) serta Aplikasinya sebagai Penstabil pada Sirup Markisa.
(Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor. 99 hlm.

Ega. L., C. G. C. Lopulalan, dan F. Meiyasa. 2016. Artikel Penelitian Kajian Mutu
Karaginan Rumput Laut Eucheuma cottonii Berdasarkan Sifat Fisiko-Kimia pada
Tingkat Konsentrasi Kalium Hidroksida (KOH) yang Berbeda. Jurnal Aplikasi
Teknologi Pangan. 5 (2) : 38–44.

Rizal, M., Mappiratu, dan A. R. Razak. 2016. Optimalisasi Produksi Semi Refined
Carrageenan (SRC) dari Rumput Laut (Eucheuma cottonii). Jurnal Kovalen. 2 (1) :
33–38.

Saputra, R. 2012. Pengaruh Konsentrasi Alkali dan Rasio Rumput Laut-Alkali Terhadap
Viskositas dan Kekuatan Gel Semi Refined Carrageenan (SRC) dari Rumput Laut
Eucheuma Cottonii. (Skripsi). Universitas Hasanuddin. Makassar. 53 hlm.

Tran Nu Thanh Viet Bui. Structure, Rheological Properties and Connectivity of Gels Formed
by Carrageenan Extracted from Different Red Algae Species. Organic chemistry.
Université du Maine, 2019. English. ffNNT : 2019LEMA1007ff. fftel-02077051f.

Anda mungkin juga menyukai