Anda di halaman 1dari 5

IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Alginat merupakan polimer murni dari asam uronat yang tersusun dalam

bentuk rantai linier yang panjang. Potensi alginofit di Indonesia dengan pantai

berkarangnya sangat besar, namun untuk memenuhi kebutuhan alginat masih

bergantung pada impor dikarenakan masih banyak hasil ekstraksi alginat yang

belum memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan dikarenakan kurangnya

informasi dan pengetahuan akan komponen yang mau diekstraksi serta larutan

yang digunakan untuk mengekstraksi. Pemanfaatan alginat telah diketahui secara

luas dalam banyak industri terutama pada industri makanan dan farmasi.

Rumput laut yang banyak tumbuh secara alami di perairan Indonesia adalah

Sargassum sp. Rumput laut Sargassum sp. merupakan bagian dari kelompok

rumput laut coklat (Phaeophyceae) dan genus terbesar dari famili Sargassaceae.

Rumput laut coklat memiliki pigmen yang memberikan warna coklat dan dapat

menghasilkan algin atau alginat yang komposisinya sangat tergantung pada

spesies, periode perkembangan dan tempat pertumbuhan. Komponen utama alga

adalah karbohidrat sedangkan komponen lainnya adalah protein, lemak, abu

(natrium dan kalium) dan air 80-90%. Rumput laut kelompok Sargassum sp.

merupakan rumput laut cokelat yang lebih banyak mengandung alginat

dibandingkan rumput laut cokelat lain (Mushollaeni dan Rusdiana, 2011).

Alginat merupakan kandungan utama dari dinding sel alga cokelat. Alginat

juga merupakan polisakarida yang tersusun atas asam guluronat dan asam

manuronat atau biasa disebut sebagai asam alginik, dengan ikatan 1,4 β-D asam

manuronat dan α-Lguluronat. Komposisi rantai monomer alginat bergantung pada

SKRIPSI Pengaruh Penggunaan Na2co3 ... Muhammad Rafif


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2

tempat pertumbuhanya, spesies alga cokelat yang diekstraksi serta bagian thallus

yang diekstraksi. Alginat bersifat hidrokoloid, biopolymer yang larut air dari

ekstrak alga cokelat. Asam alginat diekstraksi dalam bentuk garam berupa

natrium atau kalium alginat. Alginat mempunyai sifat koloid, membentuk gel, dan

sifat hidrofiliknya menyebabkan senyawa ini banyak digunakan sebagai

emulsifier dan stabilizer dalam industri, sedangkan pada makanan sifat hidrofilik

alginat dimanfaatkan untuk mengikat air dalam proses pembekuan makanan

(Helmiyati and Aprilliza, 2017).

Kadar alginat pada dinding sel alga cokelat bisa mencapai sekitar 40% dari

total berat kering alga tersebut. Alginat ini berperan penting dalam

mempertahankan fleksibilatas struktur jaringan alga. Pada dasarnya semua spesies

alga cokelat memiliki kandungan alginat, namun hanya sebagian kecil dari spesies

alga cokelat tersebut yang mampu diektraksi dan diolah untuk menghasilkan

alginat (Sunar, 2015).

Larutan yang akan digunakan untuk ekstraksi alga coklat yaitu natrium

karbonat dan natrium hidroksida. Natrium karbonat (Na2CO3) merupakan

senyawa anorganik yang tergolong dalam garam yang berasal dari senyawa basa

kuat NaOH dan asam lemah H2CO3. Asam lemah H2CO3 pada Na2CO3 berfungsi

untuk meningkatkan sifat hidrofob alginat yang akan dihasilkan. Na2CO3 larut

dalam air dan tidak larutan dalam alkohol. Ekstraksi alginat dengan Na2CO3 dapat

membantu proses pemuaian (pembengkakan) jaringan sel-sel alga yang

mempermudah keluarnya alginat dari dalam jaringan alga. Selain itu, Na2CO3

dapat memisahkan protein dan selulosa dari jaringan sehingga mempermudah

proses ekstraksi alginat dari jaringan alga (Tambunan dkk., 2013).

SKRIPSI Pengaruh Penggunaan Na2co3 ... Muhammad Rafif


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3

Larutan Na2CO3 merupakan pelarut yang spesifik untuk mengekstraksi

alginat dari alga coklat, namun pada proses ektraksi alginat masih sedikit yang

memperhatikan konsentrasi larutan yang digunakan untuk mengektraksi alginat

sehingga mutu yang dihasilkan belum sepenuhnya memenuhi standar mutu yang

telah ditetapkan. Tingginya kadar konsentrasi Na2CO3 yang digunakan membuat

rendemennya semakin besar namun kualitasnya semakin rendah karena kadar air

dan kadar abunya semakin meningkat, maka dilakukan penelitian variasi

konsentrasi Na2CO3 untuk menemukan konsentrasi terbaik yang dapat

menghasilkan alginat sesuai standar mutu yang telah ditetapkan (Tambunan dkk.,

2013).

Larutan kalium hidroksida (KOH) merupakan pelarut yang mampu

mengikat gugus ester sulfat yang mempunyai sifat hidrofilik. Larutan KOH juga

merupakan katalisator yang berfungsi untuk mempermudah pemutusan ikatan gas

hidrogen dan oksigen dalam air. Selain itu, KOH termasuk jenis senyawa

elektrolit kuat, yang mana ketika dilarutkan dalam air terurai menjadi ion-ion

sehingga memiliki daya hantar listrik yang baik. Pengaruh arus listrik yang

diberikan menyebabkan banyak gelembung-gelembung yang muncul, Gelembung

tersebut merupakan proses pemutusan ikatan antara H2 dan O2 dalam senyawa air

sehingga pada proses ekstraksi alginat dapat sangat berpengaruh terhadap kadar

air alginat. Menurut Darmawan dkk. (2011), perlakuan perendaman alginat

menggunakan larutan alkali mampu mengurangi mineral dalam bahan sehingga

menyebabkan kadar air dan kadar abu yang lebih rendah.

Larutan kalium hidroksida (KOH) merupakan basa kuat yang terbuat dari

logam alkali kalium. Adanya K+ pada larutan KOH pada proses ekstraksi alginat

SKRIPSI Pengaruh Penggunaan Na2co3 ... Muhammad Rafif


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4

dapat menyebabkan terbentuknya agregasi sehingga polimer tidak banyak

mengikat air dan dapat menghasilkan alginat dengan mutu kualitas yang tinggi

(Fauzi dkk., 2013).

Pelarut yang memiliki sifat basa kuat sangatlah penting dalam proses

ekstraksi alginat. Hal ini dikarenakan alginat dapat larut dengan baik dalam

larutan basa kuat sehingga alginat akan lebih mudah terhidrolisis dari dinding

selnya. Penggunaan larutan basa lemah akan membuat proses ekstraksi alginat

dari dinding selnya memakan waktu yang lebih lama dikarenakan larutan basa

lemah tidak cukup kuat untuk menghidrolisis alginat dari dinding sel (Latifi et al.,

2015).

Pada penelitian ini, diharapkan dapat mengetahui pengaruh Na2CO3 dan

KOH dalam permunian hasil ekstraksi alginat dari Sargassum sp. dan juga

mengetahui perbedaan alginat yang dihasilkan dari penggunan larutan yang

berbeda dalam proses permunian hasil ekstraksi alginat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut terdapat pokok permasalahan yaitu :

1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan KOH dan Na2CO3 terhadap kualitas

alginat pada pemurnian hasil ekstraksi Sargassum sp.?

2. Apakah alginat yang dihasilkan dari pemurnian hasil ekstraksi menggunakan

KOH dan Na2CO3 dapat memenuhi standar mutu?

SKRIPSI Pengaruh Penggunaan Na2co3 ... Muhammad Rafif


IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5

1.3 Tujuan

Tujuan dilakukanya penelitian ini yaitu :

1. Mengetahui pengaruh penggunaan KOH dan Na2CO3 pada pemurnian hasil

ekstraksi terhadap kualitas alginat

2. Mengetahui kesesuaian kualitas alginat yang dihasilkan dari pemurnian

menggunakan larutan KOH dan Na2CO3 berdasarkan standar mutu

1.4 Manfaat

Manfaat yang diperoleh pada penelitian ini yaitu diharapkan dapat

menambah wawasan dan memberikan informasi ilmiah tentang pengaruh Na2CO3

dan KOH dalam pemurnian hasil ekstraksi alginat dari Sargassum sp. sehingga

dapat menghasilkan alginat dengan mutu yang lebih baik lagi dan mengurangi

ketergantungan alginat pada pasar impor.

SKRIPSI Pengaruh Penggunaan Na2co3 ... Muhammad Rafif

Anda mungkin juga menyukai