Anda di halaman 1dari 9

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumput laut menurut Tang et al. (2015) adalah komoditi perikanan yang
memiliki nilai ekonomi pasar yang kompetitif. Supirman et al. (2013)
menambahkan bahwa rumput laut adalah tanaman fotosintetik tingkat rendah.
Tanaman ini tidak memiliki akar, batang dan daun. Rumput laut dapat
diklasifikasikan menjadi empat kelas yaitu rhodophyceae, phaeophyceae,
cyanophyceae, dan chlorophyceae. Hikmah (2015) mengatakan bahwa
permintaan rumput laut di dalam maupun luar negeri terus meningkat tiap
tahunnya terutama di bidang industri makanan, tekstil, kertas, cat, kosmetik dan
farmasi. Adanya permintaan yang terus meningkat tersebut maka diperlukan
peningkatan produktivitas. Produksi rumput laut pada tahun 2012 baru mencapai
5,2 juta ton. Faktor yang menjadi kendala dalam peningkatan produktivitas dan
kualitas rumput laut yaitu dalam hal pemilihan lokasi yang tepat. Selain itu juga
ditentukan oleh penanganan pasca panen. Penanganan pasca panen sangat penting
dalam industri rumput laut karena dapat menentukan mutu rumput laut yang
dihasilkan sebagai bahan baku untuk pengolahan.
Rumput laut berdasarkan pendapat Siregar et al. (2012) memiliki
kandungan metabolit primer dan sekunder. Kandungan metabolit primernya
meliputi vitamin, mineral, serat, karaginan, agar dan alginat. Kandungan metabolit
sekundernya berpotensi sebagai senyawa bioaktif. Lone et al. (2016) mengatakan
bahwa alginat merupakan polimer anionik yang bersifat alami. Alginat telah
banyak digunakan di bidang medis, industri kosmetik, obat, pangan, cat, dan
farmasi. Kualitas alginat berdasarkan penelitian Jayanudin et al. (2014) dapat
ditentukan dari visikositasnya. Visikositas tersebut dipengaruhi oleh konsentrasi
pelarut, suhu dan waktu. Rendemen yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh suhu
dan rasio pelarut. Salah satu jenis rumput laut yang bernilai ekonomis dan
penghasil alginat berdasarkan pendapat Pakidi dan Suwoyo et al. (2016) adalah
Sargassum.
Sargassum sp. menurut Lutfiawan et al. (2015) adalah alga coklat yang
hidup di karang laut dengan kedalaman 0,5 sampai 10 meter. Kecepatan tumbuh
tanaman ini dipengaruhi oleh intensitas cahaya dan kecepatan arus. Jayanudin et
al. (2014) mengatakan bahwa manfaat Sargassum sp. sebagai bahan baku alginat
dihasilkan melalui proses ekstraksi. Alginat berdasarkan penelitian Tang et al.
(2015) berfungsi sebagai gelling agent, stabilizer, emulsifier agent, pensuspensi,
pendispersi dalam berbagai industri. Oleh karena itu, mengingat pentingnya
alginat bagi industri maka perlu dilakukan praktikum alginat hidrolisat.

Tujuan

Praktikum pembuatan alginat bertujuan mendapatkan rendemen alginat


untuk industri dari Sargassum sp.

1
METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Praktikum ekstraksi alginat dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 09


Oktober 2017. Praktikum ini dilaksanakan pada pukul 13.00-16.00 WIB.
Praktium ekstraksi alginat dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Hasil
Perairan I, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Bahan dan Alat

Praktikum ekstraksi alginat dilakukan menggunakan bahan dan alat yang


bermacam-macam. Sampel yang digunakan adalah Sargassum sp. Bahan yang
digunakan adalah larutan IPA 10% dan larutan Na2SO3 5%. Alat yang digunakan
pada praktikum ekstaksi alginat antara lain timbangan, oven, panci, dan
alumunium foil.

Prosedur Kerja

Sampel Sargassum sp. di preparasi dan dicuci, kemudian siapkan larutan


Na2SO3 yang telah dicampur dengan air. Sampel Sargassum sp. ditimbang
menggunakan timbangan analog, selanjutnya kemas Na2SO3 dan hidrolisat
dengan alumunium foil. Senyawa Na2So3 dilarutkan ke dalam air yang telah
mendidih hingga merata. Setelah merata, masukkan hidrolisat Sargassum sp dan
aduk selama 3 jam, lalu disaring menggunakan blacu ke wadah. Tambahkan
larutan IPA kedalam wadah berisi hidrolisat yang telah disaring. Larutan yang
didapat dilakukan pengovenan hingga terbentuk kering. Diagram alir prosedur
kerja praktikum ekstraksi alginat dapat dilihat pada Gambar 1.

Sampel Sargassum sp.

Pencucian sampel Sargassum sp.

Penimbangan Na2CO3 dan


penimbangan sampel Sargassum sp.

Pengukuran air 1000 mL

2
Pemanasan air dan penambahan
Na2CO3

Pemasukan hidrolisat Sargassum sp.

Pengadukan selama 3 jam

Penambahan larutan IPA 2:1

Pengovenan

Alginat

Gambar 1 Diagram alir prosedur kerja pembuatan ekstraksi alginat

HASIL

Rendemen alginat didapatkan dari rumput laut cokelat Sargassum sp.


dengan penambahan larutan Na2CO3 dan larutan IPA. Rendemen yang didapatkan
diukur bobotnya lalu dihitung persentase bobotnya terhadap bobot total rumput
laut Sargassum sp. yang digunakan. Hasil perhitungan rendemen alginat dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil Rendemen alginat
Kelompok Rendemen (g) % rendemen
11 75 150%
12 65 130%
13 25 50%
14 25 50%
15 27,6822 55,3644%
16 36,06 72,12%
17 58,82 117,64%
18 25 50%
19 26 52%
Tabel 1 menunjukan hasil rendemen alginat dari hidrolisat Sargassum sp.
Bobot rendemen alginat yang dihasilkan dari proses ekstraksi berbeda-beda antar
kelompok sehingga menghasilkan persentase rendemen alginat yang berbeda pula
pada beberapa sampel. Bobot rendemen tertinggi adalah 75 g dengan persentase

3
rendemen 150% pada sampel kelompok 11. Bobot rendemen terendah adalah 25 g
dengan persentase rendemen 50% pada sampel kelompok 13, 14, dan 18.

PEMBAHASAN

Sargassum sp. menurut Jellyne et al. (2014) merupakan salah satu jenis
rumput laut coklat yang tersebar di laut-laut beriklim dan bersuhu tropis di seluruh
belahan dunia. Rumput laut ini mampu tumbuh pada substrat berkarang yang
berombak keras dengan salinitas 32-33.5 ppt. Sargassum sp. telah dimanfaatkan
sebagai pakan ternak, pupuk dan sumber alginat yang banyak digunakan sebagai
bahan baku dalam industri pangan, kosmetik, farmasi hingga tekstil. Morfologi
Sargassum sp. berdasarkan pendapat Pakidi dan Suwoyo (2017) yaitu memiliki
holdfast berbentuk cakram, daun berbentuk oval yang lebar dan thallus yang
berbentuk silinder, berduri kecil dan bercabang. Cabang thallusnya rimbun dan di
bagian ujungnya terdapat gelembung udara berbentuk bulat disebut bladder yang
berfungsi menobang cabang thallus agar mengapung di air sehingga mendapatkan
cahaya matahari. Klasifikasi Sargassum sp. menurut Bold dan Wayne (1985)
yaitu:
Kingdom : Animalia
Divisi : Thallophyta
Kelas : Phaeophyeceae
Ordo : Fucalus
Famili : Sargassaceae
Genus : Sargassum
Spesies : Sargassum sp.
Alginat berdasarkan pendapat Insnansetyo et al. (2014) adalah
polisakarida yang dihasilkan oleh rumput laut coklat. Alginat terdiri dari dua unit
monomer yaitu B-D-mannuronicacid (asam manuronat) dan a-L- guluronicacid
(asam gluronat) yang bermanfaat sebagai imunostimulan. Tang et al. (2015)
menambahkan bahwa alginat berfungsi sebagai gelling agent, stabilizer,
emulsifier agent, pensuspensi, pendispersi dalam berbagai industri. Kualitas
alginat berdasarkan penelitian Jayanudin et al. (2014) ditentukan oleh nilai
viskositasnya. Semakin besar nilai viskositas maka kualitas alginat tersebut
semakin bagus. Tinggi rendahnya viskositas dipengaruhi oleh konsentrasi pelarut,
suhu, dan waktu ekstraksi. Selain itu, rantai polimer juga mempengaruhi
viskositas. Semakin panjang rantai polimernya maka berat molekulnya semakin
besar sehingga nilai viskositasnya semakin tinggi. Alginat akan terdegradasi
dengan adanya suhu yang tinggi sehingga viskositas semakin rendah. semakin
besar jumlah pelarut yang digunakan maka semakin besar viskositasnya karena
jumlah pelarut yang semakin banyak akan memperluas kontak padatan dengan
pelarut sehingga distribusi pelarut ke padatan akan semakin besar. Meratanya
distribusi tersebut dapat mengurangi tingkat kejenuhan pelarut, komponen alginat
dalam rumput laut akan terekstrak secara sempurna sehingga akan memperbesar
rendemen yang dihasilkan.
Ekstraksi berdasarkan pendapat Firmansyah et al. (2016) merupakan
proses pemisahan suatu zat terlarut (solut) melalui dua buah pelarut yang dapat

4
melarutkan zat tersebut namun kedua pelarut ini tidak saling bercampur. Ekstraksi
dengan pelarut sering digunakan untuk mengekstraksi senyawa bioaktif tanaman.
Prinsip dari ekstraksi dengan pelarut sesuai yang dikatakan Septiana dan Asnani
(2012) adalah memisahkan komponen yang ada dalam bahan yang diekstraksi
dengan menggunakan pelarut tertentu. Pelarut yang biasa digunakan adalah
etanol, metanol, etil asetat, heksana dan air yang mampu memisahkan senyawa-
senyawa penting dalam suatu bahan. Pemilihan pelarut yang akan dipakai dalam
proses ekstraksi harus memperhatikan sifat kandungan senyawa yang akan
diisolasi yaitu sifat polaritas dan gugus polar dari senyawa tersebut. Suatu bahan
akan mudah larut dalam pelarut yang sama polaritasnya sehingga akan
mempengaruhi sifat fisikokimia ekstrak yang dihasilkan. Ekstraksi dapat
dilakukan dengan satu tahap ekstraksi dan ekstraksi bertingkat. Ekstraksi satu
tahap hanya digunakan satu pelarut untuk ekstraksi, sedangkan pada ekstraksi
bertingkat digunakan dua atau lebih pelarut.
Pengambilan alginat dari rumput laut coklat dapat dilakukan melalui
proses ekstraksi. Proses ekstraksi merupakan salah satu aplikasi dari proses
perpindahan massa, salah satu faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi ialah
suhu yang digunakan untuk proses ekstraksi. Peningkatan suhu pada proses
ekstraksi menurut Jayanudin et al. (2014) dapat menyebabkan peningkatan
solubilitas pelarut dan dapat memperbesar pori padatan, sehingga pelarut masuk
melalui pori-pori padatan dan melarutkan komponen padatan. Faktor-faktor yang
memengaruhi proses ekstraksi menurut Benedicta et al. (2016) antara lain jenis
dan konsentrasi pelarut, serta lamanya waktu ekstraksi.
Penambahan Na2CO3 berdasarkan pendapat Pamungkas et al. (2013)
dilakukan pada tahap perebusan rumput laut dengan tujuan pemisahan selulosa
dan alginat pada rumput laut, sel yang mengembang akan pecah dan rusak
akibatnya alginat keluar dari dinding sel. Ekstraksi alginat menggunakan pelarut
Na2CO3 berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jayanudin et al. (2014) dapat
melarutkan asam alginat dari Sargassum sp. Jumlah pelarut yang besar dapat
meningkatkan distribusi pelarut ke dalam rumput laut, alginat dari rumput laut
akan dikonversi menjadi natrium alginat. Banyaknya pelarut mempengaruhi
viskositas natrium alginat yang dihasilkan. Alginat yang telah terekstraksi dari
rumput laut ditambahkan larutan isopropil alkohol (IPA), Sinurat dan Marliani
(2017) menyatakan larutan IPA merupakan larutan pemurni alginat. Larutan IPA
ditambahkan ketika allginat yang terekstraksi telah mencapai pH netral,
penambahan larutan IPA bertujuan mendapatkan serat natrium alginat. Serat yang
telah diperoleh dikeringkan dalam bentuk natrium alginat. Ekstraksi alginat
menggunakan jalur asam alginat, hasil penelitian Husni et al. (2012) menunjukan
bahwa ekstraksi alginat menggunakan Na2CO3 membutuhkan larutan IPA dalam
volume yang banyak sehingga biaya yang dikeluarkan relatif lebih besar
dibandingkan ekstraksi alginat menggunakan jalur kalsium alginat.
Tabel 1 menunjukan hasil rendemen alginat dari hidrolisat Sargassum sp.
Hasil praktikum rendemen kelompok 19 sebanyak 26 gram. Nilai tersebut
memiliki presentase 52% dari total bobot awal sampel yang digunakan. Hasil
tersebut sesuai dengan hasil penelitian Jayanudin et al. (2014) yang menunjukan
bahwa hasil ekstrak alginat dengan perbandingan 1:20 memiliki persentase
rendemen sebesar 12,88% sehingga alginat yang dihasilkan dengan rasio 1:5
memiliki nilai rendemen yang lebih tinggi dari 12,88%. Jumlah pelarut yang

5
digunakan dapat mempengaruhi luas kontak padatan dengan pelarut, semakin
banyak pelarut maka luas kontak akan semakin besar, dan distribusi pelarut ke
padatan akan semakin besar. Distribusi pelarut ke padatan yang merata akan
memperbesar rendemen yang dihasilkan, kemudian semakin banyak pelarut maka
akan semakin rendah tingkat kejenuhan pelarut, sehingga komponen alginat dalam
rumput laut akan terekstrak secara sempurna.

PENUTUP

Kesimpulan

Alginat dapat diperoleh dari rumput laut coklat, salah satunya yaitu
Sargassum sp. Proses pembuatan alginat dari Sargassum sp. dibuat dengan
metode ekstraksi menggunakan larutan Na2CO3 dan larutan IPA. Bobot rendemen
alginat yang dihasilkan dari proses ekstraksi berbeda-beda antar kelompok
sehingga menghasilkan persentase rendemen alginat yang berbeda pula pada
beberapa sampel. Bobot rendemen tertinggi terdapat pada kelompok 11 sebesar 75
gram dengan nilai persentase sebesar 150% sedangkan bobot rendemen terendah
terdapat pada sampel kelompok 13,14, dan 18 sebesar 25 gram dengan nilai
persentase sebesar 50%. Perbedaan hasil rendemen dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti jenis dan jumlah pelarut yang digunakan.

Saran

Sampel yang digunakan dalam pembuatan alginat dapat menggunakan


bahan hasil perairan selain rumput laut untuk mengetahui keberadaan sumber
alginat terbaru yang bukan terbuat dari rumput laut. Larutan kimia yang
digunakan pada praktikum dapat menggunakan larutan yang bersifat lebih polar
dengan tingkatan asam yang lebih kuat dibandingkan asam asetat. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui jenis pelarut yang efektif untuk membantu proses
hidrolisis pada pembuatan alginat.

DAFTAR PUSTAKA

Benedicta NO, Zain S, Nurjanah S, Widyasanti A, Putri SH. 2016. Pengaruh


perbandingan imbangan bunga dengan pelarut terhadap rendemen dan mutu
minyak melati (Jasminum sambac) menggunakan metode ekstraksi pelarut
menguap (Solvent extraction). Jurnal Teknotan. 10(2): 44-51.
Bold HC, Wayne MJ. 1985. Introduction to the algae, second edition. New Jersey
(US): Prenticeahal Inc.

6
Husni A, Subaryono, Pranoto Y, Tazwir, Ustadi. 2012. Pengembangan metode
ekstraksi alginat dari rumput laut Sargassum sp. sebagai bahan pengental.
Jurnal Agritech. 32(1): 1-8.
Hikmah. 2015. Strategi pengembangan industri pengolahan komoditas rumput
laut E.cottoni untuk peningkatan nilai tambah di sentra kawasan
industrialisasi. Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi. 5(1):27-36.
Isnansetyo A, Irpani HM, Wulansari TA, Kasanah N. 2014. Oral administration of
alginate from a tropical brown seaweed, Sargassum sp. to enhance
nonspesific defense in walking catfish (Clarias sp.). Aquacultura
Indonesiana. 15(1):14-20.
Jayanudin, Lestari AZ, Nurbayanti F. 2014. Pengaruh suhu dan rasio pelarut
ekstraksi terhadap rendemen dan viskositas natrium alginat dari rumput laut
cokelat (Sargassum sp.). Jurnal Integrasi Proses. 5(1):51-55.
Jellyne P, Tamayo, Ernesto JDR. 2014. Utilization of Sargassum sp. as substrate
for ethanol production. Journal of Energy and Environment. 5(2): 202-208.
Lone IH, Kowsalya E, Rebecca LJ. 2016. Alginate fiber from brown algae. Der
Pharmacia Lettre. 8(8):68-71.
Lutfiawan M, Karnan, Japa L. 2015. Analisis pertumbuhan Sargassum sp. dengan
sistem budidaya yang berbeda di teluk Ekas Lombok Timur sebagai bahan
pengayaan mata kuliah ekologi tumbuhan. Jurnal Biologi Tropis. 15(2):129-
138.
Pakidi SC, Suwoyo HS. 2017. Potensi dan pemanfaatan bahan aktif alga cokelat
Sargassum sp. Jurnal Ilmu Perikanan. 6(1): 551-562.
Pamungkas TA, Ridlo A, Sunaryo. 2013. Pengaruh suhu ekstraksi terhadap
kualitas natrium alginat rumput laut Sargassum sp. Journal of Marine
Research. 2(3) 78-84.
Septiana A T, Asnani A. 2012. Kajian sifat fisikokimia ekstrak rumput laut coklat
sargassum duplicatum menggunakan berbagai pelarut dan metode ekstraksi.
AGROINTEK. 2(1): 22-28.
Sinurat E, Marliani R. 2017. Karakteristik Na-alginat dari rumput laut cokelat
Sargassum crassifolium degan perbedaan alat penyaring. JPHPI. 20(2):
351-361.
Siregar AF, Sabdono A, Pringgenies D. 2012. Potensi antibakteri ekstrak rumput
laut terhadap bakteri penyakit kulit Pseudomonas aeruginosa,
Staphylococcus epidermidis, dan Micrococcus luteus. Journal of Marine.
1(2):152-160.
Supirman, Kartikaningsih H, Zaelanie K. 2013. Pengaruh perbedaan pH
perendaman asam jeruk nipis (Citrus auratifolia) dengan pengeringan sinar
matahari terhadap kualitas kimia teh alga coklat (Sargassum filipendula).
THPI Student Journal. 1(1):46-52.
Tambunan APM, Rudiyansyah, Harlia. 2013. Pengaruh konsentrasi Na2CO3
terhadap rendemen natrium alginat dari Sargassum cristaefolium asal
perairan Lemukutan. Jurnal Kimia Khatulistiwa. 2(2):112-117.

7
LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi

Sargassum sp. Penimbangan sampel Penimbangan Na2SO3

Air 1000 mL Pemanasan air Perebusan Sargassum


dengan Na2SO3 sp. + Na2CO3

Hasil pemanasan Penyaringan Penambahan IPA

Pengovenan Hasil pengovenan Penimbangan alginat


(alginat)

8
Lampiran 2 Contoh perhitungan

Lampiran 3 Pembagian tugas

Pendahuluan dan pembahasan alginat : Salia


Metodologi dan pembahasan ekstraksi : Helda
Hasil dan pembahasan pelarut : Wanda
Penutup dan pembahasan faktor ekstraksi : Ghifari
Daftar isi, banlit dan lampiran : Rahik
Cover, pembahasan desklaf, editor : Maya

Anda mungkin juga menyukai