Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai bahan pangan, rumput laut sudah dikenal lama dan di konsumsi terutama
oleh masyarakat pesisir. Di tanah air, rumput laut sudah biasa di konsumsi dalam bentuk
lalapan, urap, acar, tumis hingga agar-agar. Sebenarnya manfaat rumput laut sangat
beragam baik sebagai bahan pangan maupun non pangan. Jenis – jenis rumput laut
mencapai lebih dari 10000 macam.
Dari beragam jenis rumput laut tersebut, terdapat beberapa jenis bernilai ekonomis
dan telah diperdagangkan sejak dahulu baik untuk konsumsi domestic maupun eksport.
Jenis-jenis tersebut yaitu : Eucheuma sp.( Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum ),
Gracillaria, Gelidium sp, Hypnea sp dan Sargassum sp.
Dibidang Industri, ternyata pengolahan rumput laut sudah cukup lama dikenal di
Indonesia, meskipun dengan teknologi proses dan peralatan sederhana. Rumput laut telah
diolah menjadi beragam jenis makanan, diantaranya kue, pudding, dodol, dan agar. Di
samping itu, hidrokoloid yang terkandung di dalam rumput laut merupakan alasan utama
untuk menjadikannya sebagai bahan baku industri, kosmetik, farmasi, cat, tekstil, pakan
ternak dan industri lainnya. Senyawa hidrokoloid yang dihasilkan oleh rumput laut
Eucheuma adalah Karaginan.
Karaginan adalah polisakarida linear yang tersusun atas unit-unit galaktosa dan 3,6-
angidrogalaktosa dengan ikatan glikosidik alfa-1,3 dan beta 1,4 secara bergantian.

1.2. Tujuan

1. Untuk mengetahui cara pengolahan rumput laut menjadi karaginan.


2. Untuk mengetahui berapa banyak karaginan yang terdapat dalam sample rumput
laut yang di analisa.

1.3. Manfaat

Memperoleh informasi mengenai cara pengolahan rumput laut dengan mengacu pada
skema pengolahan dan jumlah ( berat ) karaginan yang terdapat dalam sample.

1.4. Metode

 Waktu dan Lokasi


Waktu : Kamis, 26 Juni 2008
Lokasi : Laboratorium Kimia Dasar, Poka

 Alat dan Bahan

Alat : Bahan :
o Pisau o Rumput laut E. cottonii
o Wadah Plastik o 10 ml NaOH 0,1 M
o Gunting o Aquades
o Timbangan analitik o 160 ml Isopropanol
o Gelas Kimia 500 ml
o Gelas ukur 10 ml dan 100 ml
o Oven
o Sendok pengaduk
o Blender
o Kain untuk peras
o Kulkas

 Prosedur.

Rumput laut kering dicuci dan kemudian di potong keci-kecil, selanjutnya


ditimbang 10 gr. Setelah itu masukan dalam gels kimia dan tambahkan aquades 100
ml. selanjutnya masukkan dalam oven ± 30 menit dengan suhu 60 -800C. setelah itu
blender dan hasinya ditambahkan 10 ml NaOH 0,1 N. masukan dalam oven selama 1
jam, selanjutnya diperas. Hasilnya ditambahkan isopropanol 160 ml dan masukkan
dalam kulkas. Setelah itu disaring dan ditimbang, kemudian di keringkan dan
menghasilkan karaginan.

BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1. Skema pengolahan Rumput Laut E. cottonii menjadi Karaginan, dengan
Metode Alkohol ( Penentuan Karaginan dengan penggunaan Isopropanol )

Rumput Laut kering + 100 ml aquades

Dipanaskan 30 menit, suhu 60 – 800C

Blender

10 ml NaOH 0,1 N + 100 ml aquades

Di panaskan 1 jam, suhu 60-800C

Di peras

Tambahkan 160 ml Isopropanol

Penyaringan

Pengeringan

Karaginan

 Awalnya rumput laut di potong kecil-kecil bertujuan untuk mempermudah dalam proses
blender,
 Blender bertujuan untuk memperluas permukaan rumput laut agar lebih mudah dalam
proses ekstraksi ( pemanasan ) dengan pereaksi basa, sehingga metabolit primer dari rumput
laut tersebut berupa karaginan bisa di ekstrak.
 Kenapa di tambahkan NaOH? Karena karaginan larut dalam keadaan basa sehingga
bahan baku yang dihasilkan lebih baik lebih tahan dalam penyimpanan .
 Sampel kemudian diperas, bertujuan untuk memisahkan endapan, dari filtrat rumput laut.
 Tambahkan isopropanol untuk menghasilkan karaginan.

2.2. Hasil
Dari praktikum yang dilakukan, maka diperoleh :
Berat sample : 10 gram
Berat karaginan : 4,42 gram

Maka dalam rumput laut jumlah karaginan adalah :

Kelarutan karaginan didalam air dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya temperature,
kehadiran senyawa organic lainnya, garam yang larut dalam air, serta tipe karaginan itu
sendiri, hal yang paling penting dalam mengontrol daya larut dalam air hydrophilicity dari
molekul yang merupakan grup ester sulfat dan unit galaktopiranusil dari karaginan.
Derajat kekentalan dipengaruhi oleh konsentrasi, temperature, dan molekul lain yang larut
dalam campuran tersebut. Kekentalan larutan karaginan akan berkurang dengan cepat seiring
meningkatnya temperature. Kekentalan karaginan dalam membentuk gel ( menjendal )
dibedakan dari yang kuat sampai rapuh ( britel ) dengan tipe yang lembut dan elastis. Tekstur
tersebut tergantung dari jenis karaginan, konsentrasi, keberadaan ion-ion lain, keberadaan
larutan lain, serta senyawa hidrokoloid yang tidak membentuk gel. Apabila dalam larutan
terdapat ion potassium, gel kappa karaginan cenderung lebih rapuh dibandingkan iota-
karaginan. Penambahan elastisitas dari gel iota-karaginan disebabkan oleh keberadaan
jumlah 2-sulfat pada polimernya.

2.3. Fungsi, prospek dan manfaat Karaginan dalam Industri

 Fungsi : Sebagai Gelling agent, thickener, viscosifiying agent, maupun


emulsifiying agent.

 Prospek : Industri agar, karaginan, dan alginate yang ada belum bisa mencukupi
kebutuhan dalam negeri maupun untuk memenuhi kebutuhan eksport. Hal ini
tercermin dari masih tingginya import ketiga hidrokoloid tersebut. Kondisi ini
memberikan peluang untuk membangun indusrti rumput laut yang tidak sekedar
menghasilkan produk dasar, tetapi sampai produk akhir yang siap pakai. Oleh karena
itu, teknologi formulasinya harus dikuasai dan dikembangkan paling tidak produknya
mampu mensubtitusi import yang selama ini terjadi.

 Manfaat : Manfaat karaginan banyak diterapkan dalam industri.seperti :

a) Industri Pangan ( Makanan dan Minuman )


Jelly merupakan makanan paling sederhana yang dibuat dari karaginan.
Selain itu, crackers, wafer, kue dan jenis biscuit juga dipakai karaginan, untuk
mendapatkan tekstur yang renyah.
Pembuatan saus dan kecap sebagai pengental dan penstabil alami. Untuk
es krim, keju, susu cokelat, dan serbat penggunaan karaginat sebagai stabilizer.
Sedangkan untuk Bir, karaginan dimanfaatkan karena memiliki kemampuan
untuk membentuk busa dan kejernihan.

b) Farmasi
Faktor yang mempengaruhi pemanfaatan rumput laut dalam industri
farmasi antara lain sifat-sifat fisika – kimia dari senyawa metabolit primer dan
metabolit sekunder yang dihasilkannya. Metabolit primer yang dihasilkan rumput
laut pada umumnya merupakan senyawa polisakarida bersifat hidrofilik disebut
hidrokoloid. Biasanya hidrokoloid digunakan sebagai senyawa additive dalam
industri farmasi dengan berbagai fungsi. Metabolit sekunder yang merupakan
bioaktif substances dikembangkan melalui berbagai penelitian untuk dijadikan
alternative. Dalam pewangi ruangan karaginan berfungsi sebagai gelling agent. Di
dalam produk pasta gigi, karaginan barfungsi sebagai binder dan Stabilizer.
Sementara, dalam lotion dan cream, keraginan berfungsi sebagai bodying agent.

c) Industri Kosmetik
Dalam industri kosmetik, penggunaan agar, karaginan dan alginate
ditemukan secara intensif pada sabun krim dan sabun cair, shampoo, lotion, pasta
gigi, pewanra bibir, dan produk-produk perawatan kulit. Karaginan dan alginate
banyak digunakan dalam pembuatan hand-body lotions.

d) Bioteknologi
Karaginan dan alginate digunakan dalam immobilisasi biokatalis.

e) Industri Nonpangan.
Penggunaan agar, karaginan dan alginate di dalam industri nonpangan di
antaranya pada industri pet food ( makanan ternak ), keramik, cat, tekstil, dan
pembuatan film fotografis.

Selain pemanfaatan diatas, adapula aplikasi baru pemanfaatan rumput laut. Hidrokoloid
rumput laut memiliki kemampuan yang unik dalam membentuk gel dan sangan bervariasi
pada suhu kamar, kertas atau lembut dengan titik leleh tinggi atau rendah. Dengan sifat-
sifat yang unik itu, hidrokoloid rumput laut pada umumnya tidak dapat digantikan oelh
gum lainnya. Bahkan hidroloid rumput laut dapat bersinergi dengan gum lainnya sehingga
potensi pasar dimasa depan sangat besar.
Dalam produk daging, ternyata karaginan memiliki kemampuan unik untuk mengikat
jumlah air yang besar dan untuk membentuk jaringan gel yang lebih memperkuat jaringan
protein daging. Karaginan menstabilkan preparasi pasta gigi dengan kombinasi viskositas,
fasa pwmbwntukan gel yang kontinu, dan onteraksi khusus dengan bahan abrasive.
Interaksi antara karaginan dan permukaan bahan abrasive akan mendispersi dan
menstabilkan zat padat sehingga mencegah pengerasan, pembekuan, dan pengeringan.
Kenyataan bahwa karaginan juga merupakan bahan yang stabil untuk enzim dan dapat
digunakan sebagai pengikat. Selain itu juga karaginan secara aman dapat dikombinasikan
dengan CMC ( Carboxy Methyl Cellulose ).
Karaginan dalam air membentuk system koloidal yang dapat didesain dengan sifat aliran
yang sangat mirip dengan lemak dan air dalam system emulsi air. Karaginan pada
pembuatan roti atau makanan farinaceous lainnya, selama siklus pemanasan akan
membentuk stuktur tambahan. Dalam hal ini karaginan tidak menambah viskositas pada
adonan selama pengadonan dan bersifat unik karena kemampuannya dalam mengikat
jumlah air yang besar untuk membentuk jaringan gel. Gel karaginan bersifat inert dan tidak
mempengaruhi yeast. Aplikasi baru rumput laut berupa, industri suspensi, cairan
pembersih, pelapis keramik dan produk bertekanan, antiicers, kertas, serta industri tekstil
dan karpet.

BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Dari praktikum yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Jumlah karaginan dalam 10 gram sample adalah 44,2 %, ± sekitar 4,42 gr.
2. Karaginan dapat dimanfaatkan dalam industri pangan dan non pangan.
3. Untuk mengekstrak karaginan dalam Eucheuma sp, maka diperlukan Isopropanol
yang berfungsi mengikat air.
4. NaOH ditambahkan dalam sample karena karaginan larut dalam suasana basa.

3.2. SARAN

Untuk mendapatkan hasil yang benar-benar akurat dan informasi yang tepat
mengenai jumlah karaginan dalam rumput laut maka setiap tahap pengolahan rumput
laut menjadi karaginan harus dilakukan secara teliti.

DAFTAR PUSTAKA

Anggadiredja. T. Jana, Z. Achmat, P. Heri, I. Sri. 2006 Rumput laut, hal 65-66, 69-74, 84-94,
101-102. Penebar Swadaya. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai