Disusun oleh :
Kelompok 5
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
1
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang mikrokapsul dengan menggunakan koaservasi pemisahan fase.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan
manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
Jakarta, 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.............................................................................................................5
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................5
B. PRINSIP........................................................................................................................5
C. MANFAAT...................................................................................................................6
D. TUJUAN.......................................................................................................................6
BAB II...............................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................7
A. Mikrokapsul..............................................................................................................7
B. Komponen Mikrokapsul.........................................................................................10
1) Na - Diklofenak...................................................................................................12
2) Na - CMC............................................................................................................12
3) Etil Selulosa.........................................................................................................13
4) Chloroform..........................................................................................................14
6) Metanol................................................................................................................14
E. Tujuan Mikroenkapsulasi....................................................................................16
J. Evaluasi Mikrokapsul.......................................................................................18
BAB III............................................................................................................................19
3
PEMBAHASAN..............................................................................................................19
A. Hasil Formula.........................................................................................................19
B. Evaluasi Sediaan.....................................................................................................20
BAB IV............................................................................................................................23
PENUTUP.......................................................................................................................23
I. Kesimpulan...........................................................................................................23
II. Saran.................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................24
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. PRINSIP
5
C. MANFAAT
D. TUJUAN
Berdasarkan latar belakang dan manfaat di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Untuk mengetahui cara membuat sediaan mikrokapsul dengan metode
koaservasi pemisahan fasa.
2. Untuk mengetahui cara formulasi sediaan mikrokapsul dengan metode
koaservasi pemisahan fasa.
3. Untuk mengetahui bahan pembawa yang baik.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara evaluasi dari sediaan mikrokapsul dengan
metode koaservasi pemisahan fasa.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mikrokapsul
Model obat yang digunakan sebagai bahan inti pada pembuatan mikrokapsul
ini adalah natrium diklofenak yang merupakan salah satu obat anti inflamasi yang
banyak direkomendasikan oleh dokter karena memiliki efek samping minimal
dibandingkan obat anti inflamasi lain.
a. Mikroenkapsulasi
Zat aktif yang dapat dibuat dalam sistem mikrokapsul dapat berupa zat
padat, cair maupun gas dengan ukuran partikel yang kecil. Sifat - sifat zat
aktif untuk sistem mikrokapsul tergantung dari tujuan mikroenkapsulasi
tersebut.
7
Kali ini, mikroenkapsulasi yang dilakukan ditujukan untuk membuat
sediaan mikrokapsul Na - Diklofenak menggunakan metode koaservasi
pemisahaan fasa.
Pada proses pembentukan tiga fase kimia tidak tercampurkan, fase cairan
pembawa, fase bahan inti, dan fase bahan penyalut. Untuk membentuk ketiga
fase, bahan inti didispersi dalam suatu larutan polimer penyalut, pelarut untuk
polimer merupakan fase cairan pembawa. Fase bahan penyalut, suatu polimer
tidak tercampurkan pada keadaan cair, dibentuk dengan mengubah temperatur
cairan polimer atau dengan penambahan garam.
Proses penempatan penyalut polimer cair pada bahan inti, dengan cara
pencampuran fisik yang terkontrol dari bahan penyalut (selagi cair) dan bahan
inti pada cairan pembawa, penempatan terjadi jika polimer teradsorpsi pada
antar muka yang terbentuk antara bahan inti dan cairan pembawa, dan
fenomena adsorpsi merupakan prasyarat untuk penyalutan efektif.
Penempatan yang terus menerus dari bahan penyalut didahului olah
pengurangan dalam seluruh energi bebas antarmuka dari sistem, terjadi
dengan pengurangan luas permukaan bahan penyalut selama bersatu dengan
butiran-butiran polimer cair.
Pemisahan fase koasevasi dapat terjadi dalam pelarut air dan pelarut organik.
Pelarut air digunakan untuk menyalut inti padat dan inti cair yang tidak larut
dalam air. Ada dua tipe utama ini yaitu koaservasi sederhana dan koaservasi
komplek .
8
misalnya gelatin dalam air. Koaservasi ini terjadi dengan cara perpindahan
lapisan air dari sekeliling dispersi koloid akibat penambahan zat yang
mempunyai affinitas yang tinggi terhadap air seperti berbagai alkohol dan
garam. Molekul-molekul polimer yang terhidrasi cenderung untuk berkumpul
dengan molekul polimer lain disekelilingnya dan membentuk koaservat.
Proses ini meliputi tiga tahap, pertama, mecampur tiga fase yang saling
tidak melarutkan (fase kontinyu atau air, bahan aktif yang akan
dimikroenkapsulasi dan bahan pelapis). Kedua, bahan pelapis membentuk
lapisan pada bahan inti. Hal ini dicapai dengan merubah pH, suhu atau
kekuatan ion yang menghasilkan pemisahan fase (coacervation) dari pelapis
dan sebaran inti yang terjebak. Terakhir, bahan pelapis memadat karena
adanya panas, crosslinking (hubungan silang) dan teknik desolvasi.
Mikrokapsul yang dihasilkan dari pemisahan fase encer memiliki dinding
yang larut air dan bahan aktif yang bersifat menjauhi air (hidrofobik), seperti
9
minyak sayur, penyedap rasa, dan vitamin yang larut dalam minyak.
Obat rematik yang umum ada dua jenis berdasarkan tujuan pengobatannya,
yaitu obat anti radang nonsteroid (nonsteroidal anti - inflammatory drugs,
NSAID) untuk menghilangkan rasa nyeri dan mengontrol peradangan, dan
obat untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah. Na - Diklofenak
merupakan salah satu obat rematik jenis NSAID.
B. Komponen Mikrokapsul
Pada prinsipnya ada 3 bahan yang terlibat dalam proses mikroenkapsulasi yaitu :
a. Bahan Inti
Inti adalah bahan spesifik yang akan disalut, dapat berupa cairan,
padatan, atau gas. Komposisi bahan inti dapat bervariasi, misalnya pada bahan
inti cair dapat terdiri dari bahan terdispersi dan atau bahan terlarut. Sedangkan
bahan inti padat dapat berupa zat tunggal atau campuran zat aktif dengan bahan
pembawa lain seperti stabilisator, pengencer, pengisi dan penghambat atau
pemacu pelepasan bahan aktif dan sebagainya.
Selain itu, bahan inti yang digunakan sebaiknya tidak larut atau tidak
bereaksi dengan bahan penyalut dan pelarut yang akan digunakan. Pada sediaan
mikrokapsul yang akan dibuat kali ini menggunakan bahan inti Na-Diklofenak
dalam bentuk padatan.
b. Bahan Penyalut
Penyalut adalah bahan yang digunakan untuk menyelaput inti dengan
10
tujuan tertentu seperti menutupi rasa dan bau yang tidak enak, perlindungan
terhadap pengaruh lingkungan, meningkatkan stabilitas, pencegahan,
penguapan, kesesuaian dengan bahan inti maupun bahan lain yang berhubungan
proses penyalutan serta sesuai dengan metode mikroenkapsulasi yang
digunakan.
Bahan penyalut yang digunakan adalah bahan penyalut yang tidak larut
dalam air yaitu etil selulosa, dimana sifatnya yang stabil dan juga cost effective
membuat bahan ini digunakan dalam pembuatan sediaan mikrokapsul. Selain
itu Plasticization dari polimer etil seulosa menyebabkan terbentuknya lapisan
film halus dan nonporous disekeliling core kristal Na - Diklofenak.
c. Pelarut
Pelarut adalah bahan yang digunakan untuk melarutkan bahan penyalut
dan mendispersikan bahan inti. Pemilihan pelarut biasanya berdasarkan sifat
kelarutan dari bahan inti atau zat aktif dan bahan penyalut, dimana pelarut yang
digunakan tersebut tidak atau hanya sedikit melarutkan bahan inti tetapi dapat
melarutkan bahan penyalut. Pelarut polar akan melarutkan penyalut polar dan
pelarut nonpolar akan melarutkan penyalut nonpolar .
11
-CMC, klorofom, HCl, Metanol, aquabidest.
1) Na - Diklofenak
2) Na - CMC
Na - CMC merupakan derivate selulosa yang diperoleh dari modifikasi
kimia. zat dengan warna putih atau sedikit kekuningan, tidak berbau dan tidak
berasa, berbentuk granula yang halus atau bubuk yang bersifat higroskopis.
CMC ini mudah larut dalam air panas maupun air dingin. Pada pemanasan
dapat terjadi pengurangan viskositas yang bersifat dapat balik (reversible).
Viskositas larutan CMC dipengaruhi oleh pH larutan, kisaran pH Na - CMC
adalah 5 - 11 sedangkan pH optimum adalah 5, dan jika pH terlalu rendah (<3),
Na - CMC akan mengendap (Tranggono.1991).
Menurut Fardiaz, dkk. (1987), ada empat sifat fungsional yang penting
dari Na-CMC yaitu untuk pengental, stabilisator, pembentuk gel dan beberapa
hal sebagai pengemulsi. Didalam sistem emulsi hidrokoloid (Na - CMC) tidak
berfungsi sebagai pengemulsi tetapi lebih sebagai senyawa yang memberikan
12
kestabilan. Selain itu larutan Na - CMC juga berfungsi sebagai thickening,
adhering, emulsifying, and stabilizing. membrane forming, moisture - holding,
shape - holding, dispersing and anti - enzyme.
3) Etil Selulosa
Etil selulosa merupakan polimer yang tidak larut dalam air. Penggunaan
etil selulosa digunakan sebagai pembentuk dinding mikrokapsul (wall former)
yang dapat menghambat pelepasan Na - Diklofenak. Efek penghambatan
pelepasan Na - Diklofenak dari mikrokapsul diinvestigasi melalui uji dissolusi
in vitro, dibandingkan dengan bentuk murni Na - Diklofenak.
Nama lain dari etil selulosa adalah aquacoat ECD; aqualon; E462;
ethocel; surelease dan nama kimia cellulosa ethyl ether. Rumus molekul
C12H23O6(C12H22O5)n C12H23O5. Banyak fungsi dari etil selulosa yakni sebagai
coating agent; tablet binder; tablet filler; viscosity-increasing agent. Sebagai
sustained-release tablet coating digunakan konsentrasi 3,0 – 20,0% (Dahl,
2005).
13
4) Chloroform
5) HCl
6) Metanol
b. Metode yang digunakan Secara garis besar metode pemisahan fase koaservasi
terdiri dari tiga tahap, yaitu :
Pada proses pembentukan tiga fase kimia tidak tercampurkan, fase cairan
pembawa, fase bahan inti, dan fase bahan penyalut. Untuk membentuk ketiga fase,
bahan inti didispersi dalam suatu larutan polimer penyalut, pelarut untuk polimer
merupakan fase cairan pembawa. Fase bahan penyalut, suatu polimer tidak
tercampurkan pada keadaan cair, dibentuk dengan mengubah temperatur cairan
polimer atau dengan penambahan garam.
Proses penempatan penyalut polimer cair pada bahan inti, dengan cara
pencampuran fisik yang terkontrol dari bahan penyalut (selagi cair) dan bahan inti
pada cairan pembawa, penempatan terjadi jika polimer teradsorpsi pada antar
muka yang terbentuk antara bahan inti dan cairan pembawa, dan fenomena
adsorpsi merupakan prasyarat untuk penyalutan efektif. Penempatan yang terus
menerus dari bahan penyalut didahului olah pengurangan dalam seluruh energi
bebas antarmuka dari sistem, terjadi dengan pengurangan luas permukaan bahan
penyalut selama bersatu dengan butiran - butiran polimer cair.
14
dalam air. Ada dua tipe utama ini yaitu koaservasi sederhana dan koaservasi
komplek.
a. Keuntungan
1) Dengan adanya lapisan dinding polimer, zat inti akan terlindungi dari
pengaruh lingkung luar
2) Mikroenkapsulasi dapat mencegah perubahan warna dan bau serta dapat
menjaga stabilitas zat inti yang dipertahankan dalam jangka waktu yang
lama.
3) Dapat dicampur dengan komponen lain yang berinteraksi dengan zat ini.
15
mengembangkan mekanisme penyampaian baru
c) Menarget ke bagian spesifik penyampaian langsung ke bagian yang
memerlukannya Untuk memungkinkan bahan yang di enkapsulasi
bertindak sebagai pembantu ekstraksi dalam penghilangan produk
d) Meningkatkan sifat alir bahan dengan mengkonversi cairan
menjadi partikel padat untuk memudahkan penanganan, penggunaan
dan penyimpanan
e) Meningkatkan sifat-sifat organoleptik yang menutupi rasa dan atau
bau yang kurang sedap dan meningkatkan tampilan visual serta
teksturnya
b. Kerugian
E. Tujuan Mikroenkapsulasi
16
F. Faktor - Faktor yang mempengaruhi Keberhasilan Proses Mikroenkapsulasi
Zat aktif yang dapat dibuat dalam system mikrokapsul dapat berupa zat
padat, cair ataupun gas, dengan ukuran partikel yang kecil. Sifat-sifat zat aktif dari
system mikroenkapsulasi tergantung dari tujuan mikroenkapsulasi tersebut.
J. Evaluasi Mikrokapsul
Evaluasi yang dilakukan pada mikrokapsul meliputi pemeriksaan morfologi
mikrokapsul, pengukuran partikel, berat mikrokapsul yang diperoleh, pengukuran
kadar air, penentuan kandungan zat inti, penentuan persentase zat inti yang
tersalut dan uji pelepasan invitro.
17
Pemeriksaan morfologi mikrokapsul dengan menggunakan scanning electron
microscopy untuk mengetahui sifat pelepasan obat, karakteristik permukaan
dan adanya pori-pori pada permukaan mikrikapsul.
b. Pengukuran partikel :
Pengukuran partikel dievaluasi dengan menggunakan particle size analyzer.
18
BAB III
PEMBAHASAN
Formulasi B
Formulasi A ( disolusi = asam klorida )
Sampel ( T =120 menit ) ( T= 45 meni
F1 F2 F3 F4 F1 F2 F3 F4 F1 F2 F3
Natrium 1 1 1 1
Diklofen
ak 51,93%, 34,56 31,13 29,35 46,55 56,24 56,19
Eudragit 1,12 1,25 1, 1,75. % % % % % %
L 100 5 5
A. Hasil Formula
Hasil Formula dari tinjauan diatas diperoleh sebagai berikut:
1. Pada pembuatan formula mikrokapsul dengan mengoptimasinya berfungsi
untuk mengetahui pengaruh emulsifikasi terhadap bentuk dan permukaan
mikrokapsul. Dilakukan berbagai kecepatan pengadukan sehingga pada
pembuatan formula mikrokapsul ini menggunakan kecepatan 500 rpm.
Formula yang diperoleh adalah perbandingan natrium diklofenak dan Eudragit
L 100 1: 1,125; 1:1,25; 1:1,5; 1:1,75.
2. jumlah natrium diklofenak yang terdisolusi pada asam klorida 0,1 N dari
formula I, II, III, IV pada menit 120 adalah 51,93%, 34,56%, 31,13%, dan
29,35% sedangkan pada medium dapar fosfat pH 6,8 dari formula I, II, III, IV,
pada menit 45 adalah 48,55%, 56,24%, 56,19%, dan 55,83% .Dari hasil
disolusi dapat disimpulkan bahwa peningkatan konsentrasi Eudragit L 100
dapat menurunkan pelepasan obat.
3. F1 memiliki persentase zat yang terserap lebih besar dibandingkan F2, F3, dan
F4. Karena komposisi Eudragit L yang digunakan lebih sedikit sehingga obat
lebih cepat dapat dikurangi dan penyerapannya lebih maksimal. Jadi dapat
disimpulkan bahwa formulasi yang terbaik dengan zat aktif Natrium
diklofenak menggunakan metode pembuatan mikrokapsul dengan metode
koaservasi pemisahan fasa adalah formula 1.
19
B. Evaluasi Sediaan
20
Faktor perolehan kembali proses dilakukan untuk mengetahui efisiensi
metode yang digunakan. Faktor perolehan kembali proses dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Wp = Wm x 100%
Wt
Keterangan : Wp : Faktor perolehan kembali proses.
Wm : Bobot mikrokapsul yang diperoleh.
Wt : Bobot bahan pembentuk mikrokapsul.
5) Uji Disolusi
Laju disolusi adalah jumlah bahan padat yang terlarut pada setiap waktu
tertentu. Proses disolusi zat aktif ini sangat berpengaruh terhadap kecepatan
dan besarnya ketersediaan zat aktif dalam tubuh dan selanjutnya akan
mempengaruhi respon klinis yang akan dihasilkan oleh suatu sediaan. Untuk
obat yang kelarutannya sangat kecil, laju disolusi menentukan proses absorpsi
obat pada saluran cerna.
Uji disolusi in vitro ini dilakukan untuk mengukur laju dan jumlah
pelarutan obat dalam suatu medium dengan adanya satu atau lebih bahan
tambahan yang terkandung dalam produk obat.
Noyes dan Whitney menggambarkan proses disolusi bahan padat dimulai
dengan pelarutan bahan pada permukaan partikel zat aktif, yang membentuk
larutan jernih di sekeliling partikel.
Obat yang terlarut dalam larutan jernih diasumsikan sebagai ” Stagnant
Layer” atau lapisan tetap rendah. Adapun persamaan yang menggambarkan
kecepatan disolusi adalah : dc/dt = DS/h (Cs-C)
D : Koefisien difusi.
S : Luas permukaan obat.
H: Tebal lapisan difusi.
Cs : Konsentrasi larutan jenuh
C : Konsentrasi zat terlarut dalam larutan
induk
21
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses disolusi antara lain :
a. Faktor fisikokimia
Sifat fisika-kimia partikel obat mempunyai pengaruh yang sangat
besar. Luas permukaan efektif obat dapat diperbesar dengan memperkecil
ukuran partikel obat, semakin kecil ukuran partikel obat maka luas
permukaan akan semakin besar, sehingga akan menaikkan kecepatan
disolusi. Kelarutan obat dalam air juga mempengaruhi laju pelarutan.
Kelarutan obat dapat ditingkatkan dengan beberapa cara antara lain
pembentukan garam, perubahan senyawa kompleks, pengubahan bentuk
kristal menjadi bentuk amorf yang lebih mudah larut, atau penambahan
bahan - bahan tertentu.
b. Faktor formulasi
Berbagai bahan tambahan dalam produk obat yang bertujuan
memperbaiki bentuk dan efek terapeutik dapat mempengaruhi kecepatan
pelarutan obat, seperti bahan pengisi, penghancur, pelicin dan pengikat.
c. Faktor yang berkaitan dengan peralatan disolusi
Faktor ini meliputi tipe, kecepatan, pengadukan, komposisi medium
dan volume medium.
Uji disolusi sediaan mikrokapsul Na-Diklofenak menggunakan uji
disolusi tipe 2 (metode keranjang) USP XXII. 100 mg sample, 900 ml
medium disolusi, buffer posfat pH 7,4 pada suhu 37°±5°C dilakukan
pengadukan dengan kecepatan 50 rpm. 5 ml larutan di sampling pada
interval waktu 0,25; 0,5; 0,75; 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7; 8; 9; dan 10. Untuk
menjaga agar volume konstan maka sejumlah 5 ml aquabidest
ditambahkan untuk menggantikan volume sample yang di sampling.
Absorbansi sample dikur pada λ285 nm dengan menggunakan blanko
buffer posfat pH 7,4. Hasil dari studi pelepasan obat secara in vitro ini
kemudian di hitung dan dibuat grafik % kumulatif dari pelepasan obat Vs
waktu.
1. Pertanyaan
22
Kenapa natrium diklofenak dibuat mikrokapsul dan efeknya bagaimana untuk bahan
utama tersebut?
Jawaban:
steroid (AINS) yang banyak dipakai untuk terapi penyakit inflamasi sendi seperti
artritis rheumatoid, osteoarthritis, dan penyakit pirai baik untuk kronis maupun
dalam keadaan akut. Narium diklofenak memiliki absorbsi yang lengkap dan
cepat pada saluran gastrointestinal (Gunawan dan Wilmana, 2007), tapi dalam
pendarahan lambung, hingga kematian (Chuasuwan, et al, 2009). Oleh karena itu
pemakaian obat ini harus dibatasi terutama pada pasien yang memiliki riwayat
efek samping yang merugikan seperti iritasi terhadap lambung, khususnya pada
diharapkan dapat mengatur pelepasan natrium diklofenak pada organ yang tepat
23
BAB IV
PENUTUP
I. Kesimpulan
II. Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi ketiga. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta.
2. Anonim. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi keempat. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
3. Anonim. 2004. Specifications and test methods for Eudragit L 100 and Eudragit
S100. Degussa
4. Anjani K., K. Kailasapathy, dan M. Philips. 2007. Microencapsulation of
enzymes for potential application in acceleration of cheese ripening,
International Dairy Journal, 17, 79-86.
5. lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20285726-S856-Preparasi%20dan.pdf
6. http://www.slideshare.net/ayangcantik1/33855579-prosesmikroenkapsulasi
7. http://antometa208.blogspot.co.id/2011/08/mikroenkapsulasi.html
8. https://www.scribd.com/doc/141627901/MIKROENKAPSULASI
25