Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KIMIA ORGANIK 1
“REAKSI ALKIL HALIDA : SUBSTITUSI NUKLEOFIL DAN
ELIMINASI”

Sevia Martina 19330132

Dosen Pembimbing :

Lia Puspitasari, S. Farm, M.Si, Apt.

PROGRAM STUDI FARMASI


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang karena kasih karunia Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah berjudul “Reaksi Alkil Halida : Substitusi
Nukleofil dan Eliminasi”. Adapun penulisan makalah ini untuk menyelesaikan tugas Kimia
Organik 1. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya dosen pembimbing,
Lia Puspitasari, S. Farm, M.Si, Apt.
Dengan kerendahan hati kami mohon perkenaan para pembaca untuk
memberikan saran dan kritik. Harapan kami makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
Terima kasih.

Depok, Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................2
......................................................................................................................................... DAFTAR ISI
................................................................................................................................................................ 3
.........................................................................................................................

BAB 1 PEMBAHASAN......................................................................................................................4

BAB 2 PENUTUP ............................................................................................................................21

a.Kesimpulan 21
DAFTAR PUSTAKA 22
BAB I
PEMBAHASAN
           

A. STRUKTUR KARBOKATION

Struktur karbokation adalah trigonal planar. Contohnya : BF 3 dengan hibridisasi sp2. Atom pusat
pada karbokation adalah electron yang tidak stabil. Ada 6 elektron yang digunakan untuk
membentuk ikatan kovalen sigma untuk atom hydrogen (kelompok alkil). Orbital p tidak mengandung
electron.

B. KESTABILAN KARBOKATION

Kestabilan karbokation berhubungan dengan nomor kelompok alkil. Karbokation tersier lebih stabil
daripada kation metil. Urutannya yaitu tersier > sekunder > primer > metil.

R R H H

C+ R C+ R C- H C+
R
R > H > H > H

3° > 2° > 1° > Metil


(lebih stabil) (paling tidak stabil)

Kestabilan karbokation ini dijelaskan oleh hiperkonjugasi. Hiperkonjugasi melibatkan delokalisasi


electron (melalui bagian orbital yang sama) dari ikatan orbital yang terisi ke orbital yang tidak
terisi. Orbital yang tidak terisi adalah subkulit p / orbital p, dan orbital yang terisi adalah C-H atau C-
C. Ikatan sigma karbon berbatasan dengan orbital p dari karbokation. Pembagian elektron akan
mengakibatkan kerapatan dan kedekatan antara C-H atau C-C. Ikatan sigma dengan karbokation
orbital p mengakibatkan delocalisasi ke muatan positif. Muatan dapat membubarkan delocalisasi,
maka system akan stabil.
Karbokation tersier memiliki 3 carbon dengan ikatan C-H. Saling ketergantungan ini dapat dilihat
dari contoh berikut : (ikatan C-C dibandingkan ikatan C-H) berbatasan dengan karbokation karena
adanya tumpang tindih dengan ruang kosong pada orbital p. Karbokation sekunder hanya
mempunyai dua batasan karbokation dengan ikatan C-C dan C-H untuk tumpang tindih dengan
karbokation, sehingga kemampuan hiperkonjugasinya lemah dan karbokationnya kurang stabil.
Karbokation primer hanya mempunyai 1 batasan karbon yang berasal dari kestabilan
hiperkonjugasinya sehingga lebih kurang stabil. Karbokation metil tidak memiliki kemungkinan
untuk berhiperkonjugasi dan ini yang paling tidak stabil dari semuanya. Sehingga kestabilan
karbokation adalah 3°> 2°> 1°> metil.

C. STEREOKIMIA REAKSI SN1

Karbokation membentuk reaksi SN1 dengan struktur trigonal planar. Sehingga ketika bereaksi
dengan inti akan ada yang dinamakan sisi depan dan sisi belakang. Untuk kation tersier butil tidak
ada perbedaan, karena golongan tersier butil tidak diulin pusatnya.

D. REAKSI RASEMISASI

Rasemisasi adalah suatu reaksi perubahan secara optik campuran senyawa menjadi rasemi.
Jika campuran senyawa asli kehilangan semua aktivitas optic dalam suatu reaksi, ini disebut
rasemisasi sempurna. Jika campuran/senyawa kehilangan sebagian aktivitas optic karena enantiomer
hanya sebagian yang berubah ke bentuk rasemi. Rasemisasi terjadi disebabkan oleh keulinan
molekul menjadi bentuk achiral intermediet.

RASEMISASI

CH3CH2CH2
CH3CH2CH2 CH2CH2CH3

C Br H2O
C OH + HO C + HBr
H3C CH2CH3 CH3
H3C CH2CH3 CH2CH3
Reaksi stereokimia SN1

CH3CH2CH2 CH2CH2CH3

C _Br Karbokation dengan struktur


Br C
Pelan trigonal planar dan akiral

H3C H3C CH2CH3


CH3CH2

HOH
HOH CH3CH2CH2 H
CH3CH2CH2
Front
C O
side
Back CH2CH2CH3 H C O + H3O
Side cepat cepat
H3C CH3CH2 H3C
C H
CH3CH2
Enantiomer
Struktur rasemi
H3C CH2CH3

CH2CH2CH3
H
CH2CH2CH3
O C
O C
HOH + H3O
H CH3
H CH3
CH2CH3
CH2CH3

E. SOLVOLISIS

Reaksi SN1 dari alkil halide dengan air disebut solvolisis. Reaksi solvolisis adalah penggantian inti
dengan inti dari molekul pelarut (pelarut + analisis = pemecahan dengan pelarut ). Pelarut misalnya
air, disebut juga reaksi hidrolisis. Jika dalam reaksi menggunakan methanol disebut methanolisis.
contoh solvolisis

(CH3)3C Br + H2O (CH3)3C OH + HBr

(CH3)3C Cl + CH3OH (CH3)3C OCH3 + HCl

O O

(CH3)3C Cl + HCOH (CH3)3C OCH + HCl

F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI REAKSI SN1 DAN SN2

Berikut ini adalah factor-faktor yang mempengaruhi nilai reaksi S N1 dan SN2
1. Struktur substrate
2. Konsentrasi dengan kereaktifan inti (hanya reaksi bimolekuler)
3. Pengaruh dari pelarut
4. Keadaan alam dari kelompok yang ditinggalkan

G. EFEK DARI STRUKTUR SUBSTRAT REAKSI SN1

Metil halida bereaksi lebih cepat daripada tersier halida. Ini mengakibatkan tersier halida lebih tidak
reaktif dengan mekanisme SN2 .

Nilai rata-rata relative alkil halide dalam reaksi S N2


substituent senyawa Nilai rata-rata
Metil CH3 X 30
1° CH3CH2X 1
2° (CH3)2CHX 0.03
Neopentil (CH3)3CCH2X 0.00001
3° CH3)3 CX ̴0
Contoh ; neopentil halide adalah primer halide yang sangat tidak reaktif

CH3

C X
C
CH3

CH3 H
H Neopentil Halida

Factor penting selain factor kereaktifan adalah efek sterik. Efek sterik adalah efek dari nilai rata-rata
karena banyak ruang yang terisi dari bagian molekul yang menyerang atau dekat dengan pusat
reaksi. Salah satu bagian dari efek steric adalah hambatan steric. Maksudnya adalah : susunan ruang
terluar dari atom atau senyawa yang dekat dengan pusat reaksi dari bagian belakang molekul atau
reaksi yang lambat.
Untuk partikel ( molekul dan ion) yang direaksikan pusat kereaktifan harus mampu dalam jarak
ikatan satu sama lain. Reaksi S N2 yang diperlukan dekat dengan inti pada jarak dengan atom
karbon akan menghasilkan “gugus yang ditinggalkan”. Karena itu substituent yang besar dan dekat
dengan atom karbon akan mengalami effect inhibiting atau dihambat. Hal ini akan menyebabkan
energy bebas yang diperlukan untuk transisi akan meningkat pula. Dari alkil halide yang
sederhana , metil halide bereaksi lebih cepat dengan reaksi S N2 karena hanya ada tiga atom yang
turut bercampur dekat dengan inti. Neopentil dan tersier halide kurang reaktif karena adanya
kelompok besar yang kemudian menghadirkan halangan yang kuat untuk mendekati inti.
Sedangkan tersier tidak dapat bereaksi dengan mekanisme S N2.
 Reaksi SN1
Pada reaksi SN1 ini hanya senyawa organic yang dapat menjalani reaksi S N1 yang dapat
membentuk karbokation stabil. Hanya tersier halide yang dapat bereaksi dengan mekanisme S N1.
Alilik halide dan benzilik halide juga dapat bereaksi dengan mekanisme S N1. Karbokation yang
stabil penting dalam reaksi S N1 ini karena adanya energy bebas yang diaktifkan yang akan
mengakibatkan reaksi berjalan lambat.

 Postulat Hammond-leffler
Dalam postulatnya Hammond-Leffler menyatakan bahwa struktur transisi sulit dalam mendapatkan
energy dalam menunjukkan kemiripan yang kuat dari struktur produk. Produk dalam tahap ini
adalah intermediet dan keseluruhan reaksi adalah karbokation. Factor yang mempengaruhi kestabilan
karbokation diantaranya yaitu pembubaran muatan positif dari kelompok yang terbentuk dan juga
kestabilan dari bagian transisi dimana ada muatan positif yang terjadi.
Metil, primer, dan sekunder alkil halide dapat terionisasi membentuk karbokation metil, primer,
sekunder yang direaksikan dengan meknisme S N1. Dan energy yang diperlukan sangat besar. Reaksi
SN1 tidak dapat bersaing dengan reaksi SN2.

Ionisasi dari “gugus yang ditinggalkan”

CH3 CH3 CH3

CH3 C Cl CH3 C Cl CH3 C + Cl


H2O
CH3
CH3 CH3
Dalam postulate kedua : struktur dari bagian transisi yang menyerupai spesies stabil dekat dengan
energy bebas. Contoh : tahapan endergonik meningkat karena bagian transisi berada dekat produk
dengan energy bebas ini berarti produk menyerupai struktur. Dan tahap exergonik meningkat karena
bagian transisi berada dekat pada reaktan dengan energy bebas sehingga reaktan menyerupai
struktur.

H. EFEK DARI KONSENTRASI DAN KEKUATAN DARI NUKLEOFIL


Panjang relative dari nukleofil adalah hubungan nilai relative reaksi S N2 dengan substrate yang
diberikan. Nukleofil yang baik akan bereaksi dengan cepat dengan reaksi S N2. Sedangkan nukleofil
yang miskin adalah reaksi yang salah satu reaksinya lambat terhadap reaksi S N2.
Contoh :
cepat
CH3O + CH3I CH3OCH3 + I

sangat lambat
CH3OH + CH3I CH3OCH3 + I

H
Panjang relative nukleoffil dapat dihubungkan sebagai berikut :
1. Muatan negative nukleofil selalu lebih reaktif daripada asam konjugasi. Karena inti anion
hidroksida adalah nukleofil yang lebih baik daripada H2O
2. Dalam kelompok nukleofil dengan atom nulkeofil yang sama , nukleofilitisnya parallel
dengan basa
RO>HO>>RCO2> ROH > H2O

 NUKLEOFILITIK DENGAN KEBASAAN


Kebasaan (PKa) adalah posisi keseimbangan yang melibatkan donor electron basa, proton, asam
kojugasi dan basa konjugasi. Nukleofilitik adalah nilai rata-rata reaksi yang ditunjukkan dengan
cepatnya donor electron dengan atom biasanya carbon yang tegas terhadap gugus yang
ditinggalkan. Contoh : ion hidroksida adalah basa kuat daripada ion sianida.
I. EFEK LARUTAN DARI REAKSI SN2 : POLAR PROTIK DAN PELARUT APROTIC

Pelarut protic adalah misalnya air dan alcohol. Pelarut protic mempunyai atom hydrogen dan
elektronegatifan yang kuat. Molekul dari pelarut protic dapat membentuk ikatan hydrogen dengan
nukleofil.

H O

O H
H

H X- H

O
H H

O H

Efek dari ikatan hydrogen dengan nukleofil adalah membebani nukleofil dan menghalangi yang
reaktif dari reaksi substitusi. Ikatan hydrogen untuk atom nukleofilik kecil lebih kuat dibandingkan
atom nukleofilik yang lebih besar.

Halide nukleofilik pada pelarut protik


I- > Br-> Cl->F-

Nukleofilik relative pada pelarut protic


SH-> CN-> I-> OH->N3->Br->CH3CO2->Cl->F->H2O

 PELARUT POLAR APROTIK


Pelarut aprotik adalah pelarut dengan molekul yang tidak mempunyai atom hydrogen yang
menyerang atom dengan elemen keelektronegatifan. Pelarut polar aprotik menggunakan reaksi S N2.
Contoh :
O

CH3 S

C
CH3 CH3
H N
dimethyl sulfoxide (DMSO)

CH3

N,N- Dimethylformamide (DMF)

Karena pelarut aprotik tidak mempunyai ikatan Hidrogen dan inti atom pusat positif maka akan
melindunginya dari efek sterik dari berbagai interaksi dengan anion. Anion yang kereaktifannya
paling tinggi adalah basa dan nukleofil. Halide nukleofil pada pelarut aprotik adalah
F-> Cl-> Br-> I-

J. EFEK PELARUT PADA REAKSI SN1 : KEMAMPUAN IONISASI DARI PELARUT

Pelarut protik sangat baik karena dapat meningkatkan ionisasi dari alkil halide dengan reaksi S N1
karena kemampuan pelarut kation dan anionnya yang efektif. Hal ini karena kestabilan pelarut pada
saat memimpin intermediet karbokation dan ion halide dari reaktan.

Dielektrik konstan adalah indikasi dari kuantitas polaritas pelarut. Dielectric konstan adalah ukuran
kemampuan pelarut untuk mengisolasi lawan muatan ( ion terpisah) satu sama lain.

K. GUGUS YANG DITINGGALKAN

Gugus yang ditinggalkan dengan pasangan electron digunakan untuk membentuk ikatan dengan
substrate. Gugus yang ditinggalkan yang dikategorikan sebagai yang baik akan menjadi anion yang
relative stabil ketika dipindahkan. Adapun basa lemah yang stabil memiliki muatan negative yang
efektif. Gugus yang ditinggalkan yang terbaik dapat diklasifikasikan sebagai basa lemah setelah
dipindahkan.

REAKSI SN1

C X CH3 X
C+ + X-

REAKSI SN2

Nu Nu CH X

Nu C
C X

+ X-

Stabilitas dari muatan negative pada gugus yang ditinggalkan akan mengakibatkan transisi dengan
energy bebas yang lemah, ini akan meningkatkan terjadinya reaksi. Pada halogen ion halide
adalah gugus yang ditinggalkan paling baik daripada ion florida.
L. SINTESIS ORGANIC : PERUBAHAN KEMAMPUAN GRUP MENGGUNAKAN REAKSI S N2

Reaksi SN2 umumnya digunakan pada sintesis organic karena ketidakmampuan untuk berubah
pada satu kemampuan grup kepada grup yang lain dan inilah yang disebut kemampuan perubahan
grup.

Functional group interconversions of methyl, primary,


and secondary alkyl halides using SN2 reactions
OH
R OH Alcohol

R' O
R OR' Ether

SH
R SH Thiol

(-X) R' S
R X R SR' Thioether

( R = Me, 1° , or 2°)
( X = Cl, Br, or I ) CN
R C N Nitrile

R' C C
R C C R' Alkyne
O
O

R'CO Ester
R OCR'

R'3N R NR3' X Quarternary ammonium


halide

N3 Alkyl azide
R N3
M. KETIDAKREAKTIFAN VINILIK DAN FENIL HALIDA

Vinilik halide adalah senyawa yang mempunyai atom halogen yang menyerang atom karbon dari
ikatan rangkap. Sedangkan fenil halide adalah senyawa yang mempunyai atom halogen yang
menyerang cincin benzene.

C C

Vinil Halida Fenil Halida

Vinilik dan fenil halide adalah reaksi SN1 dan reaksi SN2 yang tidak reaktif. Ketidakreaktifan reaksi
SN1 karena vinilik dan fenil kation relative tidak stabil dan tidak siap terbentuk. Sedangkan
ketidakreaktifan reaksi SN2 karena ikatan karbon-halogen dari vinilik dan fenil halogen lebih kuat
daripada alkil halide dan electron dari ikatan rangkap atau cincin benzene menolak nukleofil yang
mendekat dari belakang.

N. REAKSI ELIMIMNASI DARI ALKIL HALIDA

Reaksi eliminasi dari alkil halide adalah reaksi yang penting untuk bersaing dengan reaksi
substitusi. Dalam reaksi eliminasi kepingan beberapa molekul (YZ) dilepaskan (dieliminasi) dari atom
yang berdekatan dengan reaktan.

H H
eliminasi
C C C C
-YZ

H H
O. DEHIDROHALOGENASI

Metode yang digunakan untuk mensintesis alkena adalah eliminasi HX dari atom yang berdekatan
dengan alkil halide. Dehidrohalogenisasi adalah hydrogen halide yang dieliminasi dari haloalkana.
Atom carbon yang menghasilkan substituent (atom halogen) disebut atom karbon alfa dan atom
carbon beta. Atom hydrogen yang menyerang carbon atom beta disebut hydrogen atom beta.
Atom hydrogen yang dieliminasi dengan dehidrohalogenasi dari atom carbon beta disebut eliminasi beta
atau eliminasi 1.2 .

P. BASA YANG DIGUNAKAN DALAM DEHIDROHALOGENASI

Basa kuat biasanya digunakan dalam dehidrohalogenasi.

2R OH + 2 Na 2R O Na + H2

Alcohol Sodium Alkoxide

2 HOH + 2 Na 2 HO Na + H2

Sodium
Hydroxide

Q. MEKANISME DEHIDROHALOGENASI

Reaksi eliminasi terdiri dari dua jenis mekanisme yaitu sebagai berikut :
a. Reaksi E2 untuk bimolekuler
b. Reaksi E1 untuk unimolekuler
R. REAKSI E2

Ketika isopropyl bromide dipanaskan dengan sodium etoksida akan membentuk propane. Reaksi
ini bergantung pada konsentrasi isopropyl bromide dan konsentrasi ion etoksida. Berikut ini adalah
reaksinya.

MEKANISME REAKSI E2

C2H5O + CH3CHBrCH3 CH2 CHCH3 + C2H5OH + Br

C2H5 O
CH3 C2H5 O
H CH3
H H
H
C C C C
Br H Br
H H
H

TRANSISI

H CH3

C C + C2H5 OH + Br
H H
S. REAKSI E1

Reaksi E1berhubungan dengan reaksi SN1

Reaksi E1

reaksi : (CH3)3CCl + H2O CH2 C(CH3)2 + H3O

mekanisme :

langkah 1 :
CH3
CH3

CH3 pelan
C Cl CH3 C + Cl
H2O

CH3 CH3

langkah 2 :
CH3
H
H CH3

H O + H C C H O H + C C

H H CH3 H
H CH3
T. SUBSTITUSI VS ELIMINASI

1. SN2 dan E2
Reaksi SN2 dan E2 memiliki perbedaan dalam hal kekuatan konsentrasi dari inti. Ketika
nukleofil menyerang atom hydrogen  maka ini adalah reaksi eliminasi. Tapi ketikanuk
menyerang atom carbon dengan gugus yang ditinggalkan maka ini adalah reaksi substitusi.

a) C
+ Nu H + X
eliminasi
H C C
a)

Nu C X

b) H C
b)
+ X
substitusi SN2 Nu C

a. Substrate
§ Substrate primer : untuk substrate primer lebih cocok menggunakan reaksi substitusi
karena nukleofil lebih mudah mencapai carbon dengan gugus yang ditinggalkan.

C2H5OH
CH3CH2O Na + CH3CH2Br CH3CH2OCH2CH3 + CH2 CH2
55 °C
(-NaBr)
SN2 (90%) E2 (10%)

§ Substrate sekunder : lebih mudah menggunakan reaksi eliminasi, Karena adanya


hambatan steric akan membuat reaksi substitusi semakin sulit.
C2H5OH
CH3CH2O Na + CH3CHCH3 CH3CHCH3 + CH2 CHCH3
55 °C
Br (-NaBr) OCH2CH3

SN2 E2
21 % 79 %
§ Substrate tersier : pada halide tersier hambatan steric dari substrate akan membuat
reaksi SN2 tidak dapat dilakukan. Sehingga pada substrate tersier menggunakan
reaksi eliminasi terutama pada suhu yang tinggi.

CH3 CH3 CH3

C2H5OH
CH3CH2O Na + CH3CCH3 CH3CCH3 + CH2 CCH3
25 °C

Br (-NaBr) OCH2CH3

SN1 E2
(9%) (91%)
CH3
CH3
C2H5OH
CH3CH2O Na + CH3CCH3 CH2 CCH3 + CH3CH2OH
55°C

Br
E2 + E1 (100%)

b. Temperatur
§ Reaksi E1 dan E2 akan meningkat jika suhu tinggi jika dibandingkan dengan
reaksi substitusi. Reaksi eliminasi membutuhkan banyak energy bebas
daripada reaksi substitusi karena selama proses eliminasi terjadi perubahan
ikatan.

c. Ukuran Nukleofil
§ Jika nukleofil tidak dirintangi maka reaksi yang akan terjadi adalah substitusi
§ Jika nukleofil dirintangi maka reaksi yang akan terjadi adalah eliminasi
Unhindered Nucleophile

CH3OH
CH3O + CH3(CH2)15CH2CH2 Br
65 °C

CH3(CH2)15CH CH2 + CH3(CH2)15CH2CH2OCH3

E2 (1 %) SN2 99%

Hindered Nucleophile

CH3

CH3 (CH3)3COH
C O + CH3(CH2)15CH2CH2 Br
40 °C

CH3 CH3

CH3(CH2)15CH CH2 + CH3(CH2)15CH2CH2 O C CH3

CH3

E2 85% SN2 15 %
d. Nukleofilik dan Polaritas
§ Jika ion nukleofil kuat dan polaritasnya rendah seperti ion amina (NH 2-)
maka lebih mudah menggunakan reaksi eliminasi (E2)
§ Jika ion nukleofil lemah dan polaritasnya tinggi seperti ion klorida dan ion
asetat maka lebih mudah menggunakan reaksi substitusi (SN2)

2. Tersier halide : SN1 dan E1


§ Reaksi E1 lebih menyukai substrate yang membentuk karbokation stabil. Juga
pada inti yang lemah serta pelarut polar
BAB II

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Kestabilan karbokation berhubungan dengan nomor kelompok alkil. Karbokation tersier


lebih stabil daripada kation metil. Urutannya yaitu tersier > sekunder > primer > metil.
2. Karbokation membentuk reaksi SN1 dengan struktur trigonal planar. Sehingga ketika
bereaksi dengan inti akan ada yang dinamakan sisi depan dan sisi belakang.
3. Berikut ini adalah factor-faktor yang mempengaruhi nilai reaksi S N1 dan SN2
 Struktur substrate
 Konsentrasi dengan kereaktifan inti (hanya reaksi bimolekuler)
 Pengaruh dari pelarut
 Keadaan alam dari kelompok yang ditinggalkan
4. Pada reaksi SN1 ini hanya senyawa organic yang dapat membentuk karbokation stabil.
5. Gugus yang ditinggalkan dengan pasangan electron digunakan untuk membentuk ikatan
dengan substrate.
6. Reaksi eliminasi terdiri dari dua jenis mekanisme yaitu sebagai berikut :
§ Reaksi E2 untuk bimolekuler
§ Reaksi E1 untuk unimolekuler
DAFTAR PUSTAKA

Salomons. Edisi 9

Anda mungkin juga menyukai