Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR-DASAR EKOLOGI


ACARA I
SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK

Disusun oleh:
Nama : Vina Pungkasiwi S.
NIM : 18/424438/PN/15478
Gol/Kel : A3/3
Asisten :1. Nadia Anggit B.
2. Wiwit Yuni A.
3. Yuni Apriliana

LABORATORIUM MANAJEMEN PRODUKSI TANAMAN


SUB LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK

I. TUJUAN
1. Mengetahui dampak salinitas terhadap pertumbuhan tanaman
2. Mengetahui tanggapan beberapa macam tanaman terhadap tingkat
salinitas yang berbeda

II. TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan


timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan
interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran
energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi
antara organisme dan anorganisme.(Hutagalung, 2010).
Dalam setiap ekosistem yang ada di sekitar kita, selalu ada komponen
biotik dan abiotic yang berinteraksi. Komponen biotik dan abiotic inilah yang
berinteraksi kemudian menyusun sebuah ekosistem. Menurut Campbell et al
(2009), komponen abiotic sebuah ekosistem terdiri dari suhu, air, garam, cahaya
matahari, tanah dan batu, serta iklim. Menurut Yuniar dan Haneda(2015),
perbedaan suhu dan kelembaban udara dari masing-masing ekosistem dapat
terjadi karena penyinaran matahari yang berbeda. Penyinaran matahari
dipengaruhi oleh kerapatan tajuk, berdasarkan data pengamatan semakin tinggi
kerapatan tajuk maka kelembaban udara semakin tinggi pula tajuk.
Menurut Royan dkk. (2014), salah satu pembatas abiotik dalam ekosistem
adalah salinitas. Salinitas adalah tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam
air. Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah(Goetz,
1986). Menurut Gupta dan Huang(2014), salinitas adalah tekanan abiotik utama
yang membatasi pertumbuhan dan produktivitas tanaman di banyak wilayah di
dunia karena meningkatnya penggunaan kualitas air yang buruk untuk irigasi dan
salinisasi tanah. Salinitas tanah merupakan kendala abiotik utama yang
mempengaruhi hasil panen, banyak penelitian telah dilakukan untuk
mengembangkan tanaman dengan toleransi salinitas yang lebih baik. Stres
salinitas berdampak banyak aspek fisiologi tanaman, sehingga sulit untuk
dipelajari(Negrão et al, 2017).
Hukum Minimum Liebig menyatakan secara tidak langsung bahwa
pertumbuhan tanaman mencerminkan faktor pembatas yang terkuat(Stine and
Huybers, 2017). Faktor penting yang tersedia dalam jumlah mendekati
minimum atau maksimum masih dapat ditoleransi oleh makhluk hidup kecuali
apabila sebuah faktor sudah melampaui batas-batas minimum atau maksimum
yang juga disebut dengan batas toleransi . Sedangkan Hukum Toleransi Shelford
menyatakan kelebihan maupun kekurangan suatu faktor apabila masih dalam
garis toleransi maksimum pada suatu organisme, dianggap tidak memiliki
pengaruh yang signifikan pada kelangsungan hidup organisme tersebut karena
organisme masih dapat mentolerir keberadaan faktor itu (Putra dkk. , 2015).

III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Praktikum Dasar-Dasar Ekologi acara I yang berjudul Salinitas sebagai


Faktor Pembatas Abiotik dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 28 Februari 2019
pada pukul 13.30 WIB. Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Ekologi
Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta. Bahan-bahan yang digunakan meliputi benih dari 3 macam
tanaman yaitu kacang tanah (Arachis hypogaea), padi (Oryza sativa), dan timun
(Cucumis sativus), 12 kantong polybag, larutan NaCl 0ppm, larutan NaCl
4000ppm, larutan NaCl 8000ppm, dan kertas label. Sedangkan alat-alat yang
digunakan antara lain timbangan analitik, gelas ukur, erlenmeyer, alat pengaduk,
peralatan tanam dan penggaris. Praktikum ini dimulai dengan disiapkannya
polybag yang diisi dengan tanah kurang lebih ¾ polybag. Bila ada kerikil, sisa-
sisa akar tanaman lain dan kotoran harus dihilangkan supaya tidak mengganggu
pertumbuhan tanaman. Kemudian dipilih biji yang akan diamati dan 5 biji
ditanam dalam polybag. Kemudian dilakukan penyiraman setiap hari dengan air
biasa. Setelah berumur 1 minggu, dipilih bibit yang sehat, kemidian dijarangkan
menjadi 2 tanaman dalam tiap polybag. Kemudian larutan NaCl dengan
konsentrasi 0 ppm, 4000 ppm dan 8000 ppm. Sebagai pembanding digunakan air
aquadest. Masing-masing perlakuan diulang tiga kali (sesuai dengan jumlah
kelompok dan satu golongan). Selanjutnya masing-masing konsentrasi larutan
garam dituangkan pada tiap-tiap polybag sebagai perlakuan sampai kapasitas
lapang. Volume tiap polybag harus sama yaitu 100ml. Tiap polybag harus diberi
label sesuai perlakuan dan ulangannya. Pemberian larutan garam dilakukan setiap
dua hari sekali sampai tujuh kali pemberian. Percobaan dilaksanakan sampai
tanaman berumur 21 hari, kemudian dilakukan pemanenan. Pengamatan yang
dilakukan meliputi tinggi tanaman dan jumlah daun setiap 2 hari sekali.
Sedangkan berat segar, panjang akar, abnormalitas tanaman dan berat kering
tanaman pada akhir pengamatan. Pada akhir pengamatan, dari seluruh data yang
terkumpul, dihitung rerata dari semua ulangan pada tiap perlakuan. Selanjutnya
dibuat grafik tinggi tanaman pada masing-masing konsentrasi garam vs hari
pengamatan untuk masing-masing tanaman, histogram panjang akar pada masing-
masing konsentrasi garam vs hari pengamatan untuk masing-masing tanaman,
grafik jumlah daun pada masing-masing tanaman dan histogram berat segar dan
berat kering masing-masing tanaman pada berbagai konsentrasi.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
Tabel 1.1 Tinggi Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Perlakuan
Perlakuan Tinggi Tanaman hari ke-
7 9 11 13 15 17 19 21
0ppm 4,07 6,59 9,20 13,05 14,60 15,88 17,00 17,58
4000ppm 4,14 6,23 9,41 12,50 14,32 15,28 16,80 17,71
8000ppm 4,35 7,04 9,23 11,29 12,84 13,88 14,72 15,83
Tabel 1.2 Jumlah Daun Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Perlakuan
Perlakua Jumlah Daun hari ke-
n
7 9 11 13 15 17 19 21
0ppm 2,75 3,92 5,17 6,33 7,17 8,08 8,50 9,33
4000ppm 2,83 3,83 5,25 6,08 7,17 7,75 8,17 8,67
8000ppm 2,92 3,75 5,42 5,92 6,25 7,00 7,08 7,75
Tabel 1.3 Rerata Bobot Segar dan Bobot Kering (Akar dan Tajuk),
Panjang Akar, dan Luas Daun Tanaman Kacang Tanah

Perlakuan Panjang Akar Luas BS Akar BS Tajuk BK Akar BK


Daun Tajuk
0ppm 14,00 184,16 0,44 4,48 0,28 0,64

4000ppm 13,18 134,07 0,46 4,06 0,24 0,51

8000ppm 12,98 129,38 0,63 3,79 0,44 0,43

B. Pembahasan
Pada praktikum ini dibahas mengenai salinitas sebagai faktor pembatas
abiotik pada tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea). Salinitas mengacu pada
kandungan garam dalam tanah. Garam-garam yang terlarut di tanah merupakan
unsur-unsur yang penting dan tidak dapat tergantikan bagi pertumbuhan tanaman,
Macam-macam tanaman dibagi menjadi tiga berdasarkan ketahanannya terhadap
salinitas yang berbeda-beda, tanaman yang tahan pada salinitas tinggi (euhalofit),
toleran terhadap salinitas dengan kadar tertentu (halofit), dan rentan terhadap
kadar garam tinggi (glikofit).
Hukum Toleransi Shelford menyatakan kelebihan maupun kekurangan suatu
faktor apabila masih dalam garis toleransi maksimum pada suatu organisme,
dianggap tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada kelangsungan hidup
organisme tersebut karena organisme masih dapat mentolerir keberadaan faktor
itu. Batas maksimum dan minimum disebut juga batas toleransi. Batas toleransi
untuk setiap spesies organisme berbeda-beda. Sehingga, apabila kadar garam
kurang atau berlebih, pertumbuhan tanaman dapat terganggu. Kadar garam yang
tersedia dalam tanah harus sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanaman yang
hidup di tanah tersebut. Kurangnya kadar garam dalam tanah dapat menyebabkan
tanaman kekurangan unsur-unsur tertentu sehingga menghambat pertumbuhan
tanaman. Sedangkan, kelebihan garam dapat menyebabkan keracunan dan
defisiensi unsur-unsur tertentu.
Dalam praktikum ini akan diuji pengaruh konsentrasi garam dalam tanah
terhadap pertumbuhan 3 macam tanaman, yaitu: padi (Oryza sativa), kacang tanah
(Arachis hypogaea L.), dan timun (Cucumis sativus). Namun, yang akan dibahas
pada laporan ini hanyalah kacang tanah (Arachis hypogaea).
Pada percobaan ini, larutan garam (NaCl) yang diberikan merupakan faktor
pembatas yang diberlakukan pada tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea).
Pengamatan dilakukan selama 21 hari dengan variasi 3 perlakuan, yaitu air
dengan kadar garam 0 ppm, 4000 ppm dan 8000 ppm.

Tinggi Tanaman Kacang Tanah


20.00
18.00
16.00
Tinggi Tanaman (cm)

14.00
12.00 0ppm
10.00 4000ppm
8.00 8000ppm
6.00
4.00
2.00
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8
Hari Ke-

1.1 Gambar Grafik Tinggi Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai Perlakuan
Pada grafik 1.1 menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman kacang tanah dari
hari pertama hingga hari ke-21, tinggi tanaman kacang tanah pada perlakuan
kadar garam 0 ppm lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan dengan perlakuan 4000
ppm dan 8000 ppm. Dan pertumbuhan kacang pada perlakuan kadar garam 4000
ppm lebih tinggi dari perlakuan kadar garam 8000 ppm. Hal ini menunjukkan
kondisi kadar garam 0 ppm merupakan kondisi optimal untuk pertumbuhan
tanaman kacang tanah. Pada perlakuan kadar garam 4000 ppm, pertumbuhan
kacang tanah tidak optimal karena kadar garam ini berlebih bagi tanaman kacang
tanah. Kadar garam yang berlebih ini dapat memberi dampak buruk bagi
pertumbuhan tanaman. Tanaman bisa jadi teracuni pada kondisi salin yang terlalu
tinggi. Perlakuan mmemberikan air salin dengan kadar 8000 ppm memberikan
dampak yang lebih buruk lagi. Pada perlakuan air salin 8000 ppm ini kacang
tanah mengalami pertumbuhan yang paling lamban. Ini dikarenakan pada air salin
8000 ppm, kadar garam yang terkandung paling besar diantara 0 ppm dan 4000
ppm Melalui hal ini dapat diketahui bahwa kacang tanah merupakan tanaman
glikofit yang rentan terhadap kondisi salin.

Jumlah Daun Tanaman Kacang Tanah


10.00
9.00
8.00
7.00
Jumlah Daun

6.00 0ppm
5.00 4000ppm
4.00 8000ppm
3.00
2.00
1.00
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8
Hari Ke-

1.2 Gambar Grafik Jumlah Daun Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai
Perlakuan
Pada grafik 1.2, menunjukkan jumlah daun tanaman kacang tanah dari hari
pertama hingga hari ke-21, jumlah daun tanaman kacang tanah pada perlakuan
kadar garam 0 ppm lebih banyak dari rata-rata pertumbuhan dengan perlakuan
4000 ppm dan 8000 ppm. Jumlah daun pada perlakuan kadar garam 4000 ppm
lebih banyak dibanding pada perlakuan kadar garam 8000 ppm. Gambar grafik ini
menunjukkan kondisi kadar garam 0 ppm merupakan kondisi yang paling optimal
bagi pertumbuhan tanaman kacang tanah. Pada perlakuan kadar garam 4000 ppm,
pertumbuhan kacang tanah tidak optimal karena kadar garam ini berlebih bagi
tanaman kacang tanah. Kadar garam yang berlebih ini dapat memberi dampak
buruk bagi pertumbuhan tanaman. Tanaman bisa jadi teracuni pada kondisi salin
yang terlalu tinggi. Perlakuan mmemberikan air salin dengan kadar 8000 ppm
memberikan dampak yang lebih buruk lagi, terlihat dari jumlah daunnya yang
paling sedikit. Ini dikarenakan pada air salin 8000 ppm, kadar garam yang ada
sangat besar bagi tanaman kacang tanah. Hal ini juga menunjukkan bahwa kacang
tanah merupakan tanaman glikofit yang rentan terhadap kondisi salin.
Panjang Akar Tanaman Kacang Tanah
14.20
14.00
13.80
13.60
Panjang (cm)

13.40
13.20
13.00
12.80
12.60
12.40
0ppm 4000ppm 8000ppm

Perlakuan

1.3 Gambar Diagram Batang Panjang Akar Tanaman Kacang Tanah pada
Berbagai Perlakuan
Berdasarkan diagram batang 1.3, diketahui bahwa panjang akar pada kondisi 0
ppm paling panjang. Panjang akar pada tanaman merupakan salah satu bentuk
adaptasi morfologi tanaman terhadap kebutuhan nutrisi dan air yang ada di dalam
tanah. Pada kondisi 0 ppm, akar tanaman tumbuh dengan optimal sehingga
tanaman dapat menyerap nutrisi dan air yang ada di dalam tanah dengan baik..
Pada kondisi perlakuan kadar garam 4000 ppm dan 8000 ppm pertumbuhan akar
tanaman kacang tanah tidak sebaik perlakuan kadar garam 0 ppm. Hal ini dapat
terjadi karena pada kondisi kadar garam 4000 ppm dan 8000 ppm, tanaman
kacang tanah tercekam oleh kandungan garam yang berlebih di dalam tanah akibat
penyiraman air salin sehingga pertumbuhan akar tidak optimal. Pada perlakuan
kadar garam 8000 ppm, jumlah garam dalam tanah lebih banyak lagi dibanding
perlakuan kadar garam 4000 ppm sehingga cekaman yang didapatkan oleh
tanaman kacang tanah ini lebih besar. Hal ini juga mendukung pernyataan bahwa
kacang tanah merupakan tanaman glikofit yang rentan terhadap salinitas.
Luas Daun Tanaman Kacang Tanah
200
180
160
Luas Daun (cm²) 140
120
100
80
60
40
20
0
0ppm 4000ppm 8000ppm
Perlakuan

1.4 Gambar Diagram Batang Luas Daun Tanaman Kacang Tanah pada Berbagai
Perlakuan
Luas permukaan daun juga mendukung terjadinya fotosintesis. Semakin tinggi
jumlah daun, semakin besar luas permukaan daun, semakin tinggi pula zat yang
dihasilkan dari fotosintesis sehingga pertumbuhan tanaman kacang juga semakin
baik

Diagram batang 1.4, menunjukkan bahwa luas daun pada kondisi 0 ppm
paling besar. Pada kondisi 0 ppm, akar tanaman tumbuh dengan optimal sehingga
luas daun tanaman kacang pada kondisi inilah yang terbesar. Pada kondisi
perlakuan kadar garam 4000 ppm dan 8000 ppm luas daun tanaman kacang tanah
tidak sebesar perlakuan kadar garam 0 ppm. Hal ini dapat terjadi karena pada
kondisi kadar garam 4000 ppm dan 8000 ppm, tanaman kacang tanah tercekam
oleh kandungan garam yang berlebih di dalam tanah akibat penyiraman air salin
sehingga pertumbuhan tanaman kacang tanah tidak optimal. Pada perlakuan kadar
garam 8000 ppm, jumlah garam dalam tanah lebih banyak lagi dibanding
perlakuan kadar garam 4000 ppm sehingga cekaman yang didapatkan oleh
tanaman kacang tanah ini lebih besar. Hal ini menunjukkan bahwa kacang tanah
merupakan tanaman glikofit yang rentan terhadap salinitas.
Bobot Segar dan Bobot Kering Akar Tanaman Kacang Tanah
0.70

0.60

0.50
Bobot (gr)

0.40
Bobot Segar
0.30 Bobot Kering

0.20

0.10

0.00
0ppm 4000ppm 8000ppm
Perlakuan

1.5 Gambar Diagram Batang Bobot Segar dan Bobot Kering Akar Tanaman
Kacang Tanah pada Berbagai Perlakuan
Bobot segar tanaman yaitu bobot yang ditimbang setelah tanaman dipanen.
Pada grafik 1.5, bobot segar terberat yaitu pada kondisi perlakuan kadar garam
8000 ppm, kemudian 4000 ppm dan 0 ppm.
Bobot kering yaitu bobot tanaman yang ditimbang setelah dioven selama
beberapa saat hingga kandungan air di dalamnya berkurang. Grafik 1.5
menunjukkan bahwa bobot kering terberat pada kondisi perlakuan kadar garam
8000 ppm, kemudian 0 ppm, kemudian 4000 ppm.
Urutan bobot kering dan segar pada percobaan ini tidak tetap. Hal ini
dikarenakan oleh penyerapan yang dilakukan oleh akar tanaman kacang tanah
berbeda-beda pada masing-masing perlakuan. Pada perlakuan kadar garam 4000
ppm dan 8000 ppm tanaman banyak meyerap air karena pada kondisi ini air yang
terkandung di dalam larutan NaCl lebih sedikit dibanding yang terkandung pada
air (kadar garam 0 ppm). Sehingga akar tanaman kacang tanah cenderung
menyerap air yang banyak pada air salin tersebut guna memenuhi kebutuhan
airnya.
Bobot Segar dan Bobot Kering Tajuk Tanaman Kacang Tanah
5
4.5
4
3.5
3
Bobot (gr)

2.5 Bobot Segar


Bobot Kering
2
1.5
1
0.5
0
0ppm 4000ppm 8000ppm
Perlakuan

1.6 Gambar Diagram Batang Bobot Segar dan Bobot Kering Tajuk Tanaman
Kacang Tanah pada Berbagai Perlakuan
Pada grafik 1.6, bobot segar terberat yaitu pada perlakuan kadar garam 0
ppm, kemudian 4000 ppm dan 8000 ppm. Grafik 1.6 menunjukkan bahwa bobot
kering terberat pada kondisi perlakuan kadar garam 8000 ppm, kemudian 0 ppm,
kemudian 4000 ppm.
Bobot segar dan kering tajuk tanaman kacang tanah ini berkaitan juga
dengan pertumbuhan tanaman. Semakin besar bobot tajuk, maka jumlah sel
dalam tajuk tanaman kacang tanah juga semakin banyak. Grafik ini membuktikan
jika tanaman tumbuh optimal pada perlakuan kadar garam 0 ppm karena tidak
terganggu oleh kondisi salin. Grafik ini juga menunjukkan bahwa kacang tanah
merupakan tanaman glikofit yang rentan terhadap kondisi salin.
V. KESIMPULAN
1. Salinitas mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Bentuk tanggapan
tanaman terhadap cekaman salinitas dipengaruhi oleh jenis tanaman,
derajat , dan lama cekaman.
2. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan tanaman glikofit
dan paling cocok tumbuh pada kondisi kadar garam 0 ppm. Pada kadar
garam 4000 ppm dan 8000 pmm, tanaman kacang tanah tidak dapat
tumbuh dengan optimal karena adanya cekaman salinitas.

SARAN
1. Sebaiknya sebelum dilakukan pengukuran tinggi tanaman, antar anggota
kelompok menyamakan persepsi tentang ujung titik tumbuh tanaman
untuk menghindari kesalahan pengukuran
2. Sebaiknya kerjasama anggota kelompok ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil.A, Biologi Edisi 8 Jilid 1, Jakarta : Erlangga, 2009.


Goetz, P. W. (ed.): "The New Encyclopaedia Britannica (15th edn)", Vol. 3,
p.937, Encyclopaedia Britannica Inc., Chicago, 1986.
Gupta, B. and Huang, B., 2014. Mechanism of salinity tolerance in plants:
physiological, biochemical, and molecular characterization. International
journal of genomics, 2014.
Hutagalung RA. 2010. Ekologi Dasar. Jakarta. Hlm. 13-15
Negrão, S., Schmöckel, S.M. and Tester, M., 2017. Evaluating physiological
responses of plants to salinity stress. Annals of Botany, 119(1), pp.1-11.
Putra, H.F., Ambarwati, D.S., MUBYRASIH, N. and Alesti, T., 2015.
Karakteristik Fisiologis Lumut pada Beberapa Ketinggian di Kawasan
Gunung Tangkuban Perahu. Jurnal Sumberdaya Hayati, 1(2))
Royan, F., Rejeki, S. and Haditomo, A.H.C., 2014. Pengaruh salinitas yang
berbeda terhadap profil darah ikan nila (Oreochromis niloticus). Journal
of Aquaculture Management and Technology, 3(2), pp.109-117.
Stine, A.R. and Huybers, P., 2017. Implications of Liebig’s law of the minimum
for tree-ring reconstructions of climate. Environmental Research Letters,
12(11), p.114018.
Yuniar, N. and Haneda, N.F., 2015. Keanekaragaman Semut (Hymenoptera:
Formicidae) pada Empat Tipe Ekosistem yang Berbeda di Jambi.
Prosiding Semnas Masy Biodiv Indon, 1(7), pp.1582-1585
DATA GOLONGAN
DATA KELOMPOK
DOKUMENTASI

Foto Tanaman Awal (Dokumentasi Pribadi)

Foto tanaman akhir (Dokumentasi pribadi)

Anda mungkin juga menyukai