Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM EKOSISTEM PERTANIAN


ACARA 1
SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK

Disusun Oleh :
1. Anindya Kharisma Putri (16530)
2. Difa Rakhmawati Mahadi (16837)
3. Magistra Hazmi Ichsani (16641)
4. Muhamad Ghaizka Sankarya (16583)
5. Neysa Ferdianindar (16792)
6. Ryan Ramadhan Hilmynafiska (16864)
GOL./KEL: A.1/2
ASISTEN : Daffa Ramzy Syah Allam

LABORATORIUM MANAJEMEN PRODUKSI PERTANIAN


SUB LABORATORIUM EKOLOGI TANAMAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
ACARA I

SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK

I. TUJUAN
1. Mengetahui dampak salinitas terhadap pertumbuhan tanaman
2. Mengetahui tanggapan beberapa macam tanaman terhadap tingkat
salinitas yang berbeda
II. TINJAUAN PUSTAKA
Ekologi terdiri dari kata “oikos” yang bermakna rumah dan “logos” berarti kajian.
Ekologi dapat diartikan studi saintifik mengenai interaksi antara organisme dan
lingkungan (Reece et al., 2017). Ekologi adalah suatu ilmu lingkungan yang
mencakup organisme yang bersifat hidup (biotik) dan tak hidup (abiotik). Faktor
biotik dan abiotik ini saling berinteraksi dan menghasilkan dukungan ataupun
hambatan terhadap keragaman tanaman (Yudono et al., 2018). Faktor biotik
mencakup manusia, hewan, tanaman, dan mikroorganisme. Sementara itu, faktor
abiotik terdiri atas tanah, air, batu, cahaya matahari, suhu, serta salinitas.

Salinitas didefinisikan sebagai adanya garam terlarut dalam konsentrasi yang


berlebihan dalam larutan tanah (Ma’ruf, 2016). Sumber utama dari salinitas
adalah air tanah dangkal, rembesan air irigasi garam, sumber dari laut, dan
penggunaan bahan kimia intensif dalam praktik pertanian. Di daerah arid dan semi
arid, penguapan melebihi curah hujan, sehingga menyebabkan gerakan ke atas
garam alkali dari air tanah (Zewdu et al., 2017). Salinitas tanah memiliki dua
jenis, yaitu salinitas primer dan salinitas sekunder. Salinitas primer terjadi secara
alami di tanah dan perairan. Proses akumulasi garam alami terkait dengan jenis
batuan tertentu, kondisi geomorfologi, dan hidrogeologis. Sementara itu, salinitas
sekunder merupakan akibat dari input air yang berlebihan melalui irigasi dan
pencucian tanah dengan tidak adanya sistem drainase yanutonog tepat (Pankova et
al., 2018). Dalam bidang pertanian terdapat berbagai jenis lahan, salah satunya
adalah lahan salin. Lahan salin adalah suatu lahan yang mengandung garam
mudah larut seperti NaCl, Na2CO3, dan Na2SO4 sehingga dapat berdampak bagi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Rachman et al., 2018).
Salinitas adalah faktor pembatas dari pertumbuhan dan produktivitas tanaman.
Sebagian besar tanaman budidaya sensitif terhadap salinitas, salinitas inii
disebabkan oleh tingginya kandungan garam dalam tanah (Doger et al.,2012 cit.
wahyuningsih et al.,2017). Salinitas merupakan suatu masalah utama yang
mempengaruhi produksi tanaman di seluruh dunia yaitu 20% lahan pertanian di
dunia dan 33% lahan irigasi yang terkena dampak garam dan terdegradasi. Proses
ini dapat ditekankan oleh perubahan iklim, penggunaan air tanah yang berlebihan
terutama jika dekat dengan laut, peningkatan penggunaan air berkualitas rendah
untuk irigasi, dan pengenalan besar-besaran irigasi yang terkait dengan pertanian
intensif. Salinitas tanah yang berlebihan mengurangi produktivitas banyak
tanaman pertanian, termasuk kebanyakan sayuran, yang sangat sensitif di seluruh
ontogeni tanaman. Ambang batas salinitas dari sebagian besar tanaman sayuran
rendah yaitu berkisar antara 1 hingga 2.5 dS m − 1 dalam ekstrak tanah jenuh dan
toleransi garam nabati menurun saat air garam digunakan untuk irigasi (Machado
& Serralheiro, 2017).

Setiap jenis tanaman mempunyai ketahanannya masing-masing ketika berhadapan


dengan salinitas yang merupakan salah satu faktor abiotik yang dapat
menghambat pertumbuhan tanaman. Tingkatan ketahanan tanaman terhadap
salinitas terbagi menjadi tiga, yaitu glikofit, halofit, dan euhalofit. Pembagian ini
dibagi berdasarkan kemampuan pertumbuhan tiap-tiap tanaman di lingkungan
salin. Tanaman halofit adalah tanaman yang dapat mentoleransi air dan
tanah yang mengandung garam tinggi, sedangkan glikofit adalah tumbuhan yang
sensitif terhadap salinitas (Himabindu et al., 2016). Menurut Zurei et al., (2019),
contoh tanaman halofit adalah Atriplex lentiformis dan quinoa, sedangkan kacang
dan buncis merupakan contoh tanaman glikofit. Euhalofit adalah tanaman dengan
ketahanan yang tinggi terhadap keadaan salin, contohnya adalah bakau dan
mangrove.

Tingginya tingkat salinitas suatu tanah atau lahan dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Adanya penguapan air laut yang meningkat di suatu wilayah dapat
menyebabkan salinitasnya tinggi dan sebaliknya, pada daerah yang rendah tingkat
penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya. Penguapan
tersebut dapat disebabkan oleh panas dari sinar matahari atau oleh pergerakan
angin. Selain itu, curah hujan yang semakin besar/banyak di suatu wilayah laut
akan menyebabkan salinitas air laut itu menjadi rendah dan sebaliknya, makin
sedikit/kecil curah hujan yang turun, maka salinitas akan tinggi. Selain
itu, salinitas juga mengakibatkan pH pada tanaman turun yang dapat
mempengaruhi kemampuan akar dalam menyerap unsur hara sehingga dapat
mengganggu tanaman (Ma’ruf, 2016).

Perlu diketahui bahwa tanaman yang mengalami stres garam umumnya tidak
menunjukkan respon dalam bentuk kerusakan langsung, tetapi dalam bentuk
pertumbuhan tanaman yang tertekan dan perubahan secara perlahan. Oleh karena
itu, diperlukan manajemen dalam mengelola lahan salin, antara lain menyediakan
media tanam yang memfasilitasi drainase dan kapilaritas air serta larutan garam
dalam kolom tanah, pemilihan amelioran yang mampu mengendapkan garam
terlarut sehingga tidak meracuni tanaman, melonggarkan partikel padat agar
ruang pori meningkat sehingga mengkontribusi pergerakan air dan hara,
pemilihan bahan/pupuk yang tidak menambah konsentrasi garam dan
pH tanah, dan kontrol air irigasi merupakan hal penting agar tidak menambah
konsentrasi garam dalam larutan tanah (Purwaningsih & Taufiq, 2018).
III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Praktikum Ekosistem Pertanian Acara 1 yang berjudul “Salinitas sebagai Faktor
Pembatas Abiotik” dilaksanakan pada Senin, 22 Februari 2021 di Laboratorium
Ekologi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Alat – alat yang
digunakan pada praktikum ini, antara lain timbangan analitik, gelas ukur,
erlenmeyer, alat pengaduk, peralatan tanam, dan penggaris. Adapun bahan - bahan
yang digunakan pada praktikum ini, antara lain benih tanaman padi, kacang tanah,
timun, polibag, NaCl teknis, pupuk kandang, dan kertas label.

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah pembuatan larutan NaCl. Pertama,
NaCl teknis disiapkan sebanyak 4 gram untuk perlakuan 4000 ppm (±4 dS/ m)
dan 8 gram untuk perlakuan 8000 ppm (±8 dS/ m), dan kontrol (< 1 dS/m).
Kemudian, 4 gram garam dilarutkan ke dalam 1000 ml aquades, lalu diaduk
(untuk perlakuan 4000 ppm). Langkah yang sama dilakukan untuk membuat
larutan garam 8000 ppm.Langkah kedua yang harus dilakukan yaitu persiapan
bahan tanam dan penanaman. Pertama, polybag yang diisi dengan tanah kurang
lebih 3 kg disiapkan. Kerikil, sisa - sisa tanaman dan kotoran yang berada di
dalam tanah dihilangkan agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman.
Selanjutnya, biji yang sehar yang akan ditanaman ke polibag dipilih dan ditanam
sebanyak 5 benih di dalam polibag. Selama satu minggu pertama, benih
dikecambahkan terlebih dahulu di dalam polibag dan disiram dengan air biasa ( <
1 dS/m). Setelah satu minggu, bibit dijarangkan menjadi dua tanaman untuk setiap
polibag. Kemudian, bibit disiram dengan larutan NaCl sesuai dengan perlakuan
(kontrol, 4000 ppm dan 8000 ppm). Untuk perlakuan kontrol, penyiraman
digunakan air biasa ( < 1dS/m). Penyiraman tersebut dilakukan sebanyak 7 kali
dengan selang waktu dua hari sekali, sampai umur tanaman mencapai 21 hari.
Pengamatan dilakukan setiap pemberian atau aplikasi penyiraman larutan garam
meliputi tinggi tanaman dan jumlah daun. Setelah 21 hari, tanaman dipanen dan
diamati panjang akar, bobot segar, bobot kering tanaman, dan luas daun. Pada
akhir percobaan, dihitung ratarata dari tiap ulangan pada tiap perlakuan lalu dibuat
grafik tinggi tanaman pada masing-masing konsentrasi garam tiap komoditas vs
hari pengamatan, grafik jumlah daun pada masing-masing konsentrasi garam tiap
komoditas vs hari pengamatan, histogram panjang akar pada masing-masing
konsentrasi garam tiap komoditas, histogram bobot segar dan bobot kering pada
masing-masing konsentrasi garam tiap komoditas, serta histogram luas daun pada
masing-masing konsentrasi tiap komoditas.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil

Tabel 1.1.1 Tinggi tanaman padi pada berbagai perlakuan


I.

Tinggi Tanamana hari ke-


Perlakuan 7 9 11 13 15 17 19 21
0ppm 10,08 14,05 15,69 16,81 17,89 18,76 19,88 20,55
4000ppm 9,72 15,32 17,94 18,86 19,73 20,80 21,48 21,95
8000ppm 10,22 15,65 18,33 19,57 20,18 20,85 21,34 22,13

Tabel 1.1.2 Tinggi tanaman kacang tanah pada berbagai perlakuan


Tinggi Tanamana hari ke-
Perlakuan 7 9 11 13 15 17 19 21
0ppm 4,25 6,71 9,31 13,10 14,53 15,89 16,96 17,56
4000ppm 4,48 6,49 9,51 12,70 14,34 15,46 16,94 17,95
8000ppm 4,59 7,41 9,34 11,53 12,80 13,98 14,79 16,13

Tabel 1.1.3 Tinggi tanaman timun pada berbagai perlakuan


Tinggi Tanamana hari ke-
Perlakuan 7 9 11 13 15 17 19 21
0ppm 6,77 8,42 9,51 10,70 12,72 14,73 15,95 18,45
4000ppm 6,80 8,13 9,09 10,44 12,00 13,40 14,81 16,44
8000ppm 7,14 8,26 9,04 10,13 11,61 13,09 13,83 16,31

Tabel 1.2.1 Jumlah daun tanaman padi pada berbagai perlakuan

Jumlah Daun Tanaman hari ke-


Perlakuan 7 9 11 13 15 17 19 21
0ppm 1,67 1,83 2,00 2,25 2,25 2,42 2,58 2,67
4000ppm 1,67 1,83 1,92 2,08 2,33 2,42 2,58 2,58
8000ppm 1,67 1,83 1,83 2,17 2,17 2,25 2,58 2,58
Tabel 1.2.2 Jumlah daun tanaman kacang tanah pada berbagai perlakuan
Jumlah Daun Tanaman hari ke-
Perlakuan 7 9 11 13 15 17 19 21
0ppm 2,75 3,92 5,17 6,33 7,17 8,08 8,50 9,42
4000ppm 2,83 3,83 5,25 6,08 7,17 7,75 8,17 8,75
8000ppm 2,92 3,75 5,42 5,92 6,25 7,00 7,08 7,75

Tabel 1.2.3 Jumlah daun tanaman timun pada berbagai perlakuan


Jumlah Daun Tanaman hari ke-
Perlakuan 7 9 11 13 15 17 19 21
0ppm 0,83 0,92 1,67 1,92 2,50 2,75 2,83 3,08
4000ppm 0,83 0,83 1,75 2,00 2,25 2,75 2,83 2,92
8000ppm 0,92 1,00 1,58 2,00 2,25 2,42 2,67 2,75

Tabel 1.3.1 Panjang akar, luas daun, bobot segar dan bobot kering tanaman
padi pada berbagai perlakuan

Panjang Luas BS BS BS BK BK BK
Perlakuan
Akar Daun
Akar Tajuk Total Akar Tajuk Total
0ppm 5,06 7,40 0,04 0,05 0,09 0,02 0,02 0,04

4000ppm 4,94 9,76 0,03 0,05 0,08 0,01 0,03 0,04

8000ppm 3,78 7,47 0,03 0,04 0,06 0,01 0,02 0,02

Tabel 1.3.2 Panjang akar, luas daun, bobot segar dan bobot kering tanaman
kacang tanah pada berbagai perlakuan

Panjang Luas BS BS BS BK BK BK
Perlakuan
Akar Daun
Akar Tajuk Total Akar Tajuk Total
0ppm 14,16 184,16 0,47 3,71 4,18 0,12 0,66 0,78
4000ppm 13,14 134,07 0,82 3,69 4,51 0,11 0,54 0,65
8000ppm 13,15 129,38 0,60 3,29 3,89 0,17 0,46 0,63
Tabel 1.3.3 Panjang akar, luas daun, bobot segar dan bobot kering tanaman
timun pada berbagai perlakuan

Panjang Luas BS BS BS BK BK BK
Perlakuan
Akar Daun
Akar Tajuk Total Akar Tajuk Total
0ppm 10,17 134,45 0,55 3,48 4,03 0,04 0,28 0,33
4000ppm 8,41 83,46 0,23 2,97 3,20 0,03 0,26 0,29
8000ppm 8,31 79,09 0,25 2,67 2,92 0,03 0,26 0,28

B. Pembahasan

Gambar 1.1.1 Grafik tinggi tanaman padi pada berbagai perlakuan

Pada gambar di atas, dapat diketahui pada konsentrasi garam 4000 ppm dan 8000
ppm menunjukkan pertambahan tinggi yang lebih baik dibandingkan dengan
konsentrasi garam 0 ppm. Data tersebut sesuai dengan teori yang ada yaitu
konsentrasi NaCl yang sesuai dengan kebutuhan tanaman akan memberikan hasil
pertumbuhan yang optimal bagi tanaman.Hal ini sesuai dengan penelitian yang
menyatakan bahwa pemberian NaCl terhadap tanaman dapat berdampak pada
menurunnya jumlah anakan, panjang akar, tinggi tanaman, bobot tajuk akar, dan
total tanaman (Suhartini & Harjosudarmo, 2017).
Gambar 1.1.2 Grafik tinggi tanaman kacang tanah pada berbagai perlakuan

Pada gambar di atas, dapat diketahui pada konsentrasi garam 0 ppm dan 4000
ppm menunjukkan pertambahan tinggi yang lebih baik dibandingkan dengan
konsentrasi garam 8000 ppm.Hal ini membuktikan teori yang ada bahwa
perlakuan salinitas yang tinggi dapat mempengaruhi kondisi tanaman.Pengaruh
yang diberikan yaitu dapat menurunkan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah
cabang, bobot basah tajuk dan akar serta bobot buah.Semua genotipe yang diuji
mengalami penurunan hasil pengukuran peubah morfologi pada perlakuan
salinitas tinggi (Sobir et al.,2018).

Gambar 1.1.3 Grafik tinggi tanaman timun pada berbagai perlakua

Pada gambar di atas, dapat diketahui pada konsentrasi garam 0 ppm menunjukkan
pertambahan tinggi yang lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi garam 4000
ppm dan 8000 ppm.Data grafik diatas membenarkan teori bahwa konsentrasi
garam yang sesuai akan memberikan manfaat kepada tanaman sedangkan
konsentrasi yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.Hal ini
sesuai dengan penelitian yang menyatakan bahwa pemberian NaCl terhadap
tanaman dapat berdampak pada menurunnya jumlah anakan, panjang akar, tinggi
tanaman, bobot tajuk akar, dan total tanaman (Suhartini & Harjosudarmo, 2017).

Gambar 1.2.1 Grafik jumlah daun tanaman padi pada berbagai perlakuan

Pada gambar grafik di atas menunjukkan bahwa jumlah daun pada tiap perlakuan
menunjukkan perbedaan. Padi dengan konsentrasi 0 ppm jumlah daunnya paling
banyak yaitu 2,67 dibandingkan dengan jumlah daun pada konsentrasi 4000 ppm
dan 8000 ppm yaitu 2,58. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa padi pada
tanah dengan kadar 0 ppm dapat menyerap unsur hara paling baik. Hal ini
menunjukkan bahwa faktor genotipe dan salinitas masingmasing berpengaruh
nyata terhadap semua peubah morfologi kecuali terhadap bobot basah akar yang
terdapat interaksi. Pengaruh yang diberikan yaitu dapat menurunkan tinggi
tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, bobot basah tajuk dan akar serta bobot
buah.Semua genotipe yang diuji mengalami penurunan hasil pengukuran peubah
morfologi pada perlakuan salinitas tinggi (Sobir et al.,2018).
Gambar 1.2.2 Grafik jumlah daun tanaman kacang tanah pada berbagai perlakuan

Pada gambar grafik di atas menunjukkan bahwa jumlah daun pada tiap perlakuan
menunjukkan perbedaan. Tanaman kacang tanah dengan konsentrasi 0 ppm
jumlah daunnya paling banyak yaitu 9,42 dibandingkan dengan jumlah daun pada
konsentrasi 4000 ppm yaitu 8,75, dan yang menunjukkan jumlah daun terendah
adalah pada 8000 ppm yaitu 7,75. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa
Tanaman kacang tanah pada tanah dengan kadar 0 ppm dapat menyerap unsur
hara paling baik. Hal ini menunjukkan bahwa faktor genotipe dan salinitas masing
masing berpengaruh nyata terhadap semua peubah morfologi kecuali terhadap
bobot basah akar yang terdapat interaksi. Pengaruh yang diberikan yaitu dapat
menurunkan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, bobot basah tajuk dan
akar serta bobot buah.Semua genotipe yang diuji mengalami penurunan hasil
pengukuran peubah morfologi pada perlakuan salinitas tinggi (Sobir et al.,2018).

Gambar 1.2.3 Grafik jumlah daun tanaman timun pada berbagai perlakuan
Pada gambar grafik di atas menunjukkan bahwa jumlah daun pada tiap perlakuan
menunjukkan perbedaan. Tanaman timun dengan konsentrasi 0 ppm jumlah
daunnya paling banyak yaitu 3,08 dibandingkan dengan jumlah daun pada
konsentrasi 4000 ppm yaitu 2,92, dan yang menunjukkan jumlah daun terendah
adalah pada 8000 ppm yaitu 2,75. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa
Tanaman timun pada tanah dengan kadar 0 ppm dapat menyerap unsur hara paling
baik. Hal ini menunjukkan bahwa faktor genotipe dan salinitas masing masing
berpengaruh nyata terhadap semua peubah morfologi kecuali terhadap bobot
basah akar yang terdapat interaksi. Pengaruh yang diberikan yaitu dapat
menurunkan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang, bobot basah tajuk dan
akar serta bobot buah.Semua genotipe yang diuji mengalami penurunan hasil
pengukuran peubah morfologi pada perlakuan salinitas tinggi (Sobir et al.,2018).

Gambar 1.3.1 Diagram batang panjang akar tanaman padi pada berbagai
perlakuan

Berdasarkan gambar diagram batang di atas menunjukkan bahwa akar tanaman


padi dengan diberi tiga perlakuan, yaitu 0 ppm (kontrol), 4000 ppm, dan 8000
ppm. Urutan panjang akar tanaman padi dari yang paling pendek hingga panjang,
yaitu tanaman padi dengan perlakuan 8000 ppm, tanaman padi dengan perlakuan
4000 ppm, dan tanaman padi dengan perlakuan 0 ppm (kontrol). Hal ini sesuai
dengan penelitian yang menyatakan bahwa pemberian NaCl terhadap tanaman
dapat berdampak pada menurunnya jumlah anakan, panjang akar, tinggi tanaman,
bobot tajuk akar, dan total tanaman (Suhartini & Harjosudarmo, 2017).
Gambar 1.3.2 Diagram batang panjang akar tanaman kacang tanah pada berbagai
perlakuan

Berdasarkan gambar diagram batang di atas menunjukkan bahwa akar tanaman


kacang tanah dengan diberi tiga perlakuan, yaitu 0 ppm (kontrol), 4000 ppm, dan
8000 ppm. Urutan panjang akar tanaman kacang tanah dari yang paling pendek
hingga panjang, yaitu tanaman kacang tanah dengan perlakuan 4000 ppm,
tanaman kacang tanah dengan perlakuan 8000 ppm, dan tanaman kacang tanah
dengan perlakuan 0 ppm (kontrol). Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa pemberian NaCl terhadap tanaman dapat berdampak pada menurunnya
jumlah anakan, panjang akar, tinggi tanaman, bobot tajuk akar, dan total tanaman.
Oleh karena itu, apabila pemberian kadar NaCl semakin banyak maka
pertumbuhan akar tanaman akan semakin menurun (Suhartini & Harjosudarmo,
2017).

Gambar 1.3.3 Diagram batang panjang akar tanaman timun pada berbagai
perlakuan
Berdasarkan gambar diagram batang di atas menunjukkan bahwa akar tanaman
timun dengan diberi tiga perlakuan, yaitu 0 ppm (kontrol), 4000 ppm, dan 8000
ppm. Urutan panjang akar tanaman melon dari yang paling pendek hingga
panjang, yaitu tanaman timun dengan perlakuan 8000 ppm, tanaman timun
dengan perlakuan 4000 ppm , dan tanaman melon dengan perlakuan 0 ppm
(kontrol). Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pemberian NaCl
terhadap tanaman dapat berdampak pada menurunnya jumlah anakan, panjang
akar, tinggi tanaman, bobot tajuk akar, dan total tanaman. Oleh karena itu, apabila
pemberian kadar NaCl semakin banyak maka pertumbuhan tinggi tanaman akan
semakin menurun (Suhartini & Harjosudarmo, 2017).

Gambar 1.4.1 Diagram batang luas daun tanaman padi pada berbagai perlakuan

Berdasarkan gambar diagram batang di atas menunjukkan bahwa luas daun


tanaman padi dengan diberi tiga perlakuan, yaitu 0 ppm (kontrol), 4000 ppm,
dan8000 ppm. Pada tanaman padi luas daun pada perlakuan 0ppm yaitu 7,4.
sedangkan pada perlakuan 4000ppm yaitu 9,8 dan pada perlakuan 8000ppm yaitu
7,47. Hasil ini menunjukkan bahwa perlakuan 4000ppm menyebabkan daun lebih
luas dari pada perlakuan 0ppm dan 8000ppm. Sesuai dengan teori bahwa cekaman
garam selain merubah aktivitas metabolisme juga dapat menyebabkan perubahan
anatomi tumbuhan diantaranya, ukuran daun lebih kecil, stomata lebih kecil per
satuan luas daun, peningkatan sukulensi, penebalan kutikula dan lapisan lilin pada
permukaan daun, serta lignifikansi akar yang lebih awal (Harjadi & Yahya, 1988)
Gambar 1.4.2 Diagram batang luas daun tanaman kacang tanah pada berbagai
perlakuan

Berdasarkan gambar diagram batang diatas menunjukkan bahwa luas daun kacang
tanah dengan diberi tiga perlakuan, yaitu 0ppm(kontrol), 4000ppm, dan 8000ppm.
Pada tanaman kacang tanah luas daun pada ketiga perlakuan memiliki urutan dari
yang paling lebar menuju ke paling kecil yaitu perlakuan 0ppm, 400ppm, dan
800ppm. Dengan luas daun 184,16 untuk perlakuan 0ppm. 134,67 untuk
perlakuan 4000ppm, dan 129,38 untuk perlakuan 8000ppm. Hasil ini
menunjukkan bahwa perlakuan 0ppm yang berarti tanpa garam lebih baik bagi
luas daun kacang tanah. Hal ini sesuai dengan teori bahwa cekaman garam selain
merubah aktivitas metabolisme juga dapat menyebabkan perubahan anatomi
tumbuhan diantaranya, ukuran daun lebih kecil, stomata lebih kecil per satuan luas
daun, peningkatan sukulensi, penebalan kutikula dan lapisan lilin pada permukaan
daun, serta lignifikansi akar yang lebih awal (Harjadi & Yahya, 1988)
Gambar 1.4.3 Diagram batang luas daun tanaman timun pada berbagai perlakuan

Berdasarkan gambar diagram diatas menunjuukan bahwa luas daun timun dengan
diberi tiga perlakuan, yaitu 0ppm, 4000ppm, dan 8000ppm. Pada tanaman timun
ini memiliki urutan luas daun dari yang paling lebar menuju paling kecil yaitu
pada perlakuan 0ppm, 4000ppm, dan 8000ppm. Dengan hasil luas daun 134,45
untuk perlakuan 0ppm. 83,46 untuk perlakuan 4000ppm dan 79,0875 untuk
perlakuan 8000ppm. Hal ini menunjukkan bahwa pada perlakuan 0ppm lebih baik
untuk luas daun tanaman timun daripada perlakuan lainnya. Hal ini sesuai dengan
teori bahwa cekaman garam selain merubah aktivitas metabolisme juga dapat
menyebabkan perubahan anatomi tumbuhan diantaranya, ukuran daun lebih kecil,
stomata lebih kecil per satuan luas daun, peningkatan sukulensi, penebalan
kutikula dan lapisan lilin pada permukaan daun, serta lignifikansi akar yang lebih
awal (Harjadi & Yahya, 1988)

Gambar 1.5.1 Diagram batang bobot segar dan bobot kering akar tanaman padi
pada berbagai perlakuan

Berdasarkan gambar diagram batang di atas menunjukkan bahwa bobot segar dan
bobot kering akar tanaman padi dengan diberi tiga perlakuan, yaitu 0 ppm
(kontrol), 4000 ppm, dan 8000 ppm. Urutan bobot segar akar pada tanaman padi
dari yang paling minimum hingga maksimum, yaitu tanaman padi dengan
perlakuan 8000 ppm, tanaman padi dengan perlakuan 4000 ppm, dan tanaman
padi dengan perlakuan 0 ppm (kontrol). Sementara itu, urutan bobot kering akar
pada tanaman padi dari yang paling minimum hingga maksimum, yaitu tanaman
padi dengan perlakuan 8000 ppm, tanaman padi dengan perlakuan 4000 ppm, dan
tanaman padi dengan perlakuan 0 ppm (kontrol). Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa pemberian NaCl pada tanaman memberikan pertumbuhan
terendah pada parameter panjang tanaman, diameter tanaman, bobot basah dan
bobot kering akar, batang dan daun (Setiawan, 2008 cit Guzman & Olive, 2006).

Gambar 1.5.2 Diagram batang bobot segar dan bobot kering akar tanaman kacang
tanah pada berbagai perlakuan

Berdasarkan gambar diagram di atas menunjukkan bahwa bobot segar dan bobot
kering akar tanaman kacang tanah dengan diberi tiga perlakuan, yaitu 0 ppm
(kontrol), 4000 ppm, dan 8000 ppm. Urutan bobot segar akar pada tanaman
kacang tanah dari yang paling minimum hingga maksimum, yaitu tanaman kacang
tanahdengan perlakuan 0 ppm (kontol), tanaman kacang tanah dengan perlakuan
8000 ppm, dan tanaman kacang tanah dengan perlakuan 4000 ppm. Sementara itu,
urutan bobot kering akar pada tanaman kacang tanah dari yang paling minimum
hingga maksimum, yaitu tanaman kacang tanah dengan perlakuan 4000 ppm,
tanaman kacang tanahdengan perlakuan 0 ppm (kontrol), dan tanaman kacang
tanah dengan perlakuan 8000 ppm. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa pemberian NaCl pada tanaman memberikan pertumbuhan
terendah pada parameter panjang tanaman, diameter tanaman, bobot basah dan
bobot kering akar, batang dan daun (Setiawan, 2008 cit Guzman & Olive, 2006).

Gambar 1.5.3 Diagram batang bobot segar dan bobot kering akar tanaman timun
pada berbagai perlakuan

Berdasarkan gambar diagram di atas menunjukkan bahwa bobot segar dan bobot
kering akar tanaman timun dengan diberi tiga perlakuan, yaitu 0 ppm (kontrol),
4000 ppm, dan 8000 ppm. Urutan bobot segar akar pada tanaman timun dari yang
paling minimum hingga maksimum, yaitu tanaman timun dengan perlakuan 4000
ppm (kontrol), tanaman timun dengan perlakuan 8000 ppm, dan tanaman timun
dengan perlakuan 0 ppm. Sementara itu, urutan bobot kering akar pada tanaman
timun dari yang paling minimum hingga maksimum, yaitu tanaman timun dengan
perlakuan 8000 ppm, tanaman timun dengan perlakuan 4000 ppm (kontrol), dan
tanaman timun dengan perlakuan 0 ppm. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa pemberian NaCl pada tanaman memberikan pertumbuhan
terendah pada parameter panjang tanaman, diameter tanaman, bobot basah dan
bobot kering akar, batang dan daun (Setiawan, 2008 cit Guzman & Olive, 2006).
Gambar 1.6.1 Diagram batang bobot segar dan bobot kering tajuk tanaman padi
pada berbagai perlakuan

Berdasarkan gambar diagram batang di atas menunjukkan bahwa bobot segar dan
bobot kering akar tanaman padi dengan diberi tiga perlakuan, yaitu 0 ppm
(kontrol), 4000 ppm, dan 8000 ppm. Urutan bobot segar akar pada tanaman padi
dari yang paling minimum hingga maksimum, yaitu tanaman padi dengan
perlakuan 8000 ppm, tanaman padi dengan perlakuan 4000 ppm, dan tanaman
padi dengan perlakuan 0 ppm (kontrol). Sementara itu, urutan bobot kering akar
pada tanaman padi dari yang paling minimum hingga maksimum, yaitu tanaman
padi dengan perlakuan 8000 ppm, tanaman padi dengan perlakuan 4000 ppm, dan
tanaman padi dengan perlakuan 0 ppm (kontrol). Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa pemberian NaCl pada tanaman memberikan pertumbuhan
terendah pada parameter panjang tanaman, diameter tanaman, bobot basah dan
bobot kering akar, batang dan daun (Setiawan, 2008 cit Guzman & Olive, 2006).
Gambar 1.6.2 Diagram batang bobot segar dan bobot kering tajuk tanaman kacang
tanah pada berbagai perlakuan

Berdasarkan gambar diagram di atas menunjukkan bahwa bobot segar dan bobot
kering akar tanaman kacang tanah dengan diberi tiga perlakuan, yaitu 0 ppm
(kontrol), 4000 ppm, dan 8000 ppm. Urutan bobot segar akar pada tanaman
kacang tanah dari yang paling minimum hingga maksimum, yaitu tanaman kacang
tanah dengan perlakuan 0 ppm (kontol), tanaman kacang tanah dengan perlakuan
4000 ppm, dan tanaman kacang tanah dengan perlakuan 8000 ppm. Sementara itu,
urutan bobot kering akar pada tanaman kacang tanah dari yang paling minimum
hingga maksimum, yaitu tanaman kacang tanah dengan perlakuan 4000 ppm,
tanaman kacang tanah dengan perlakuan 0 ppm (kontrol), dan tanaman kacang
tanah dengan perlakuan 8000 ppm. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa pemberian NaCl pada tanaman memberikan pertumbuhan
terendah pada parameter panjang tanaman, diameter tanaman, bobot basah dan
bobot kering akar, batang dan daun (Setiawan, 2008 cit Guzman & Olive, 2006).
Gambar 1.6.3 Diagram batang bobot segar dan bobot kering tajuk tanaman timun
pada berbagai perlakuan

Berdasarkan gambar diagram di atas menunjukkan bahwa bobot segar dan bobot
kering akar tanaman melon dengan diberi tiga perlakuan, yaitu 0 ppm (kontrol),
4000 ppm, dan 8000 ppm. Urutan bobot segar akar pada tanaman kacang tanah
dari yang paling minimum hingga maksimum, yaitu tanaman melon dengan
perlakuan 4000 ppm, tanaman melon dengan perlakuan 8000 ppm, dan tanaman
melon dengan perlakuan 0 ppm (kontrol). Sementara itu, urutan bobot kering akar
pada tanaman melon dari yang paling minimum hingga maksimum, yaitu tanaman
melon dengan perlakuan 8000 ppm, tanaman melon dengan perlakuan 4000 ppm,
dan tanaman kacang tanah dengan perlakuan 0 ppm (kontrol). Hal ini sesuai
dengan teori yang menyatakan bahwa pemberian NaCl pada tanaman memberikan
pertumbuhan terendah pada parameter panjang tanaman, diameter tanaman, bobot
basah dan bobot kering akar, batang dan daun (Setiawan, 2008 cit Guzman &
Olive, 2006).
V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan grafik diatas, tanaman padi, kacang tanah, dan timun yang ditanam
pada tanah dengan konsetrasi 0 ppm memiliki pertumbuhan paling baik karena
dapat menyerap unsur hara dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa faktor
genotipe dan salinitas masing-masing berpengaruh nyata terhadap semua peubah
morfologi kecuali terhadap bobot basah akar yang terdapat interaksi. Pemberian
NaCl sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Hal tersebut
dikarenakan akibat perendaman NaCl dengan konsentrasi yang tinggi. Akibatnya,
saat memasuki fase perkecambahan menyebabkan terjadinya keracunan ion Na+
dan Cl yang dapat menghambat pembelahan dan pembesaran sel sehingga
pertumbuhan tanaman kurang baik. Semakin banyak pemberian NaCl maka
pertumbuhan tanaman akan semakin menurun.
B. Saran
Memilih tanah dengan konsentrasi yang sesuai serta pemberian salinitas yang
tepat akan menghasilkan tanaman yang baik. Selain itu, tidak merendam benih
tanaman dengan kadar NaCl yang berlebihan karena saat memasuki fase
perkecambahan ion tersebut dapat menjadi racun yang dapat menghambat
pembelahan dan pembesaran sel tumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA
Himabindu, Y., T. Chakradhar, M. C. Reddy, A. Kanygin, K. E. Redding, and T.
Chandrasekhar. 2016. Salt-tolerant genes from halophytes are potential key
players of salt tolerance in glycophytes. Environmental and Experimental
Botany 124: 39–63.
Ma’ruf, A. 2016. Respon beberapa kultivar tanaman pangan terhadap salinitas.
Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS 12(3) : 11-19.
Machado, R., & Serralheiro, R. (2017). Soil salinity: Effect on vegetable crop
Growth. management practices to prevent and Mitigate Soil Salinization.
Horticulturae, 3(2): 30.
Ma'ruf, Amar. 2016. Respon Beberapa Kultivar Tanaman Pangan Terhadap
Salinitas. Jurnal Penelitian Pertanian BERNAS. 2(3) : 11-19.
Mukharomah, A. 2021. Konsep Dasar Ekologi. Bening Media Publishing,
Palembang.
Pankova, E. I., L. A. Vorobieva, S. A. Balyuk, G. M. Khasankhanova, M. V.
Konsyuhkova, dan I. A. Yamnova. 2018. Handbook For Saline Soil
Management. Food Agriculture Organization of the United States and
Lomonosov Moscow State University.
Purwaningrahayu, R. D., dan A. Taufiq. 2018. Pemulsaan dan Ameliorasi Tanah
Salin untuk Pertumbuhan dan Hasil Kedelai. Jurnal Agronomi Indonesia
46(2):182-188.
Rachman, A., A. Dariah, dan S. Sutono. 2018. Pengelolaan Sawah Salin Berkadar
Garam Tinggi. IAARD Press, Jakarta.
Reece, J. B., L. A. Urry, M. L. Cain, P. V. Minorsky, and S. A. Wasserman. 2017.
Campbell biology. Pearson Education Inc, New York.
Setiawan, I. 2008. Efek Aplikasi Osmoconditioning Pada Benih Terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Gylcine max L.)
dalam Kondisi Cekaman Salinitas. SKRIPSI. Universitas Sumatra Utara.
Medan.
Sobir, Miftahudin, dan S. Helmi.2018. Respon Morfologi dan fisiologi genotipe
terung (Solanum melongena L.) terhadap cekaman salinitas. Jurnal
Hortikultura Indonesia, 9(2):131-138.
Suhartini, T., dan T. Z. P. Harjosudarmo. 2017. Toleransi plasma nutfah padi local
terhadap salinitas. Buletin Plasma Nutfah 23(1): 51-58.
Wahyuningsih, S., A. Kristiono, dan A. Taufiq. 2017. Pengaruh Jenis Amelioran
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau di Tanah Salin. Buletin
Palawija 2:69–77.
Yudono, P., A. Maas, Masyhuri, C. Sumardiyono, & T. Yuwono. 2018. Pengantar
Ilmu Pertanian. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Zarei, M., S. Shabala, F. Zeng, X. Chen, S. Zhang, M. Azizi, M. Rahemi,
S. Davarpanah, M. Yu, and L. Shabala. 2019. Comparing kinetics of xylem
ion loading and its regulation in halophytes and glycophytes. Plant and Cell
Physiology 61(2) : 403-415.
Zewdu, S., K.V. Suryabhagavan, and M. Balakrishnan. 2017. Geo-spatial
approach for soil salinity mappingin Sego Irrigation Farm, South Ethiopia.
Journal of the Saudi Society of Agricultural Sciences 16: 16-24.
LAMPIRAN

A. Keterangan bagian yang dikerjakan praktikan :


Pendahuluan:
1. Neysa Ferdianindar (16792)
2. Muhamad Ghaizka Sankarya (16583)
Tinjauan pustaka :
1. Magistra Hazmi Ichsani (16641)
2. Neysa Ferdianindar (16792)
Metode Pelaksanaan praktikum :
1. Difa Rakhmawati M (16837)
Hasil dan Pembahsan
1. Difa Rakhmawati M (16837)
2. Neysa Ferdinindar (16792)
3. Magistra Hazmi Ichsani (16641)
4. Anindya Kharisma Putri (16530)
5. Muhamad Ghaizka Sankarya (16583)
6. Ryan Ramadhan Hilmynafiska(16864)

Penutup :
1. Ryan Ramadhan Hilmynafiska (16864)

B. Tabel dan Gambar Hasil Olah Data


Tabel 1.1.1 Tinggi tanaman padi pada berbagai perlakuan
Tinggi Tanamana hari ke-
Perlakuan 7 9 11 13 15 17 19 21
0ppm 10,08 14,05 15,69 16,81 17,89 18,76 19,88 20,55
4000ppm 9,72 15,32 17,94 18,86 19,73 20,80 21,48 21,95
8000ppm 10,22 15,65 18,33 19,57 20,18 20,85 21,34 22,13

Tabel 1.1.2 Tinggi tanaman kacang tanah pada berbagai perlakuan


Tinggi Tanamana hari ke-
Perlakuan 7 9 11 13 15 17 19 21
0ppm 4,25 6,71 9,31 13,10 14,53 15,89 16,96 17,56
4000ppm 4,48 6,49 9,51 12,70 14,34 15,46 16,94 17,95
8000ppm 4,59 7,41 9,34 11,53 12,80 13,98 14,79 16,13
Tabel 1.1.3 Tinggi tanaman timun pada berbagai perlakuan
Tinggi Tanamana hari ke-
Perlakuan 7 9 11 13 15 17 19 21
0ppm 6,77 8,42 9,51 10,70 12,72 14,73 15,95 18,45
4000ppm 6,80 8,13 9,09 10,44 12,00 13,40 14,81 16,44
8000ppm 7,14 8,26 9,04 10,13 11,61 13,09 13,83 16,31

Tabel 1.2.1 Jumlah daun tanaman padi pada berbagai perlakuan

Jumlah Daun Tanaman hari ke-


Perlakuan 7 9 11 13 15 17 19 21
0ppm 1,67 1,83 2,00 2,25 2,25 2,42 2,58 2,67
4000ppm 1,67 1,83 1,92 2,08 2,33 2,42 2,58 2,58
8000ppm 1,67 1,83 1,83 2,17 2,17 2,25 2,58 2,58

Tabel 1.2.2 Jumlah daun tanaman kacang tanah pada berbagai perlakuan
Jumlah Daun Tanaman hari ke-
Perlakuan 7 9 11 13 15 17 19 21
0ppm 2,75 3,92 5,17 6,33 7,17 8,08 8,50 9,42
4000ppm 2,83 3,83 5,25 6,08 7,17 7,75 8,17 8,75
8000ppm 2,92 3,75 5,42 5,92 6,25 7,00 7,08 7,75

Tabel 1.2.3 Jumlah daun tanaman timun pada berbagai perlakuan


Jumlah Daun Tanaman hari ke-
Perlakuan 7 9 11 13 15 17 19 21
0ppm 0,83 0,92 1,67 1,92 2,50 2,75 2,83 3,08
4000ppm 0,83 0,83 1,75 2,00 2,25 2,75 2,83 2,92
8000ppm 0,92 1,00 1,58 2,00 2,25 2,42 2,67 2,75
Tabel 1.3.1 Panjang akar, luas daun, bobot segar dan bobot kering tanaman
padi pada berbagai perlakuan

Panjang Luas BS BS BS BK BK BK
Perlakuan
Akar Daun
Akar Tajuk Total Akar Tajuk Total

0ppm 5,06 7,40 0,04 0,05 0,09 0,02 0,02 0,04

4000ppm 4,94 9,76 0,03 0,05 0,08 0,01 0,03 0,04

8000ppm 3,78 7,47 0,03 0,04 0,06 0,01 0,02 0,02

Tabel 1.3.2 Panjang akar, luas daun, bobot segar dan bobot kering tanaman
kacang tanah pada berbagai perlakuan

Panjang Luas BS BS BS BK BK BK
Perlakuan
Akar Daun
Akar Tajuk Total Akar Tajuk Total

0ppm 14,16 184,16 0,47 3,71 4,18 0,12 0,66 0,78

4000ppm 13,14 134,07 0,82 3,69 4,51 0,11 0,54 0,65

8000ppm 13,15 129,38 0,60 3,29 3,89 0,17 0,46 0,63

Tabel 1.3.3 Panjang akar, luas daun, bobot segar dan bobot kering tanaman
timun pada berbagai perlakuan

Panjang Luas BS BS BS BK BK BK
Perlakuan
Akar Daun
Akar Tajuk Total Akar Tajuk Total

0ppm 10,17 134,45 0,55 3,48 4,03 0,04 0,28 0,33

4000ppm 8,41 83,46 0,23 2,97 3,20 0,03 0,26 0,29

8000ppm 8,31 79,09 0,25 2,67 2,92 0,03 0,26 0,28


Gambar 1.1.1 Grafik tinggi tanaman pada perlakuan
25

20
Tinggi Tanaman
15
0ppm
10 4000ppm
8000ppm
5

0
7 9 11 13 15 17 19 21
Hari ke-n

Gambar 1.1.2 Grafik tinggi tanaman kacang tanah pada perlakuan


20
18
16
Tinggi Tanaman

14
12
10 0ppm
8 4000ppm
6 8000ppm
4
2
0
7 9 11 13 15 17 19 21
Hari ke-n

Gambar 1.1.3 Grafik tinggi tanaman timun pada perlakuan


20
18
16
Tinggi Tanaman

14
12
0ppm
10
8 4000ppm
6 8000ppm
4
2
0
7 9 11 13 15 17 19 21
Hari ke-n
Gambar 1.2.1 Grafik jumlah daun tanaman pada perlakuan
3

2.5

2
Jumlah Daun

1.5 0ppm
4000ppm
1
8000ppm
0.5

0
7 9 11 13 15 17 19 21
Hari ke-n

Gambar 1.2.2 Grafik jumlah daun tanaman kacang tanah pada perlakuan
10
9
8
Jumlah Daun

7
6
5 0ppm
4 4000ppm
3 8000ppm
2
1
0
7 9 11 13 15 17 19 21
Hari ke-n

Gambar 1.2.3 Grafik jumlah daun tanaman timun pada perlakuan


3.5
3

2.5
Jumlah Daun

2
0ppm
1.5 4000ppm
1 8000ppm
0.5
0
7 9 11 13 15 17 19 21
Hari ke-n
Gambar 1.3.1 Diagram batang panjang akar tanaman padi pada perlakuan

6
5
Panjang Akar
4
3
2
1
0
0ppm 4000ppm 8000ppm
Perlakuan

Gambar 1.3.2 Diagram batang panjang akar tanaman kacang tanah pada perlakuan

14.4
14.2
Panjang Akar

14
13.8
13.6
13.4
13.2
13
12.8
12.6
0ppm 4000ppm 8000ppm
Perlakuan

Gambar 1.3.3 Diagram batang panjang akar tanaman timun pada perlakuan

12
10
Panjang Akar

8
6
4
2
0
0ppm 4000ppm 8000ppm
Perlakuan
Gambar 1.4.1 Diagram batang luas daun tanaman padi pada perlakuan

12
Luas Daun 10
8
6
4
2
0
0ppm 4000ppm 8000ppm
Perlakuan

Gambar 1.4.2 Diagram batang luas daun tanaman kacang tanah pada perlakuan

200
180
160
Luas Daun

140
120
100
80
60
40
20
0
0ppm 4000ppm 8000ppm
Perlakuan

Gambar 1.4.3 Diagram batang luas daun tanaman timun pada perlakuan

160
140
120
Luas Daun

100
80
60
40
20
0
0ppm 4000ppm 8000ppm
Perlakuan
Gambar 1.5.1 Diagram batang bobot segar dan bobot kering akar tanaman padi
pada perlakuan
0.045
0.04
0.035
Bobot Akar
0.03
0.025
0.02 Bobot segar
0.015 Bobot kering
0.01
0.005
0
0ppm 4000ppm 8000ppm
Perlakuan

Gambar 1.5.2 Diagram batang bobot segar dan bobot kering akar tanaman kacang
tanah pada perlakuan
0.9
0.8
0.7
Bobot Akar

0.6
0.5
0.4 Bobot segar
0.3 Bobot kering
0.2
0.1
0
0ppm 4000ppm 8000ppm
Perlakuan

Gambar 1.5.3 Diagram batang bobot segar dan bobot kering akar tanaman timun
pada perlakuan
0.6

0.5
Bobot Akar

0.4

0.3 Bobot segar


0.2 Bobot kering

0.1

0
0ppm 4000ppm 8000ppm
Perlakuan
Gambar 1.6.1 Diagram batang bobot segar dan bobot kering tajuk tanaman padi
pada perlakuan
0.06

Bobot Tajuk 0.05

0.04

0.03 Bobot segar


0.02 Bobot kering

0.01

0
0ppm 4000ppm 8000ppm
Perlakuan

Gambar 1.6.2 Diagram batang bobot segar dan bobot kering tajuk tanaman kacang
tanah pada berbagai perlakuan
4
3.5
3
Bobot Tajuk

2.5
2 Bobot segar
1.5
Bobot kering
1
0.5
0
0ppm 4000ppm 8000ppm
Perlakuan

Gambar 1.6.3 Diagram batang bobot segar dan bobot kering tajuk tanaman timun
pada perlakuan
4
3.5
3
Bobot Tajuk

2.5
2 Bobot segar
1.5
Bobot kering
1
0.5
0
0ppm 4000ppm 8000ppm
Perlakuan
C. Screenshoot Jurnal yang Digunakan

Anda mungkin juga menyukai