Anda di halaman 1dari 7

View metadata, citation and similar papers at core.ac.

uk brought to you by CORE


provided by Jurnal Online Universitas Pekalongan

BIOFARM 1
Jurnal Ilmiah Pertanian
ISSN Print: 0216-5430; ISSN Online: 2301-6442
Vol. 14, No. 2, Oktober 2018

Pemanfaatan Bawang Merah (Allium cepa L.) Sebagai Zat


Pengatur Tumbuh Alami terhadap Pertumbuhan Bud
Chip Tebu pada Berbagai Tingkat Waktu Rendaman
Utilization of Shallots (Allium cepa L.) as a Natural Growth Regulator for the
Growth of Sugarcane Bud Chip at Various Levels of Soaking Time

Saktiyono Sigit Tri Pamungkas* dan Rani Puspitasari


Politeknik LPP Yogyakarta
*Korespondensi Penulis: sakti@politeknik-lpp.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama perendaman ekstrak bawang merah (Allium cepa L.) sebagai zat
pengatur tumbuh (ZPT) alami terhadap pertumbuhan bud chip tebu (Saccharum officinarum L.). Bibit tebu yang digunakan
adalah varietas BL (Bulu Lawang). Parameter pengamatan yang diamati yaitu tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai),
panjang akar terpanjang (cm), saat tumbuh tunas (hst) dan persentase bud chip yang tumbuh. Penelitian ini dilakukan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial, yang terdiri dari 5 perlakuan dengan 3 kali ulangan sebagai
blok, sehingga terdapat 15 unit percobaan. Masing-masing unit percobaan terdapat 3 ulangan tanaman sampel, sehingga
total terdapat 45 tanaman sampel. Perlakuan tersebut terdiri dari yaitu W0 (Kontrol/tanpa perendaman), W1 (lama
perendaman 1 jam), W2 (lama perendaman 2 jam), W3 (lama perendaman 3 jam) dan W4 (lama perendaman 4 jam). Hasil
data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisa ragam (anova) dengan signifikasi 95%, apabila terdapat beda nyata
dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT). Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
terdapat beda nyata terhadap parameter tinggi tanaman (cm) dan panjang akar terpanjang (cm) akibat perendaman ZPT.
Berdasarkan hasil penelitian lama perendaman kisaran satu sampai tiga jam menunjukkan hasil yang baik pada setiap
parameter, tetapi hasil yang paling baik yaitu lama perendaman satu jam (W1) karena memiliki nilai paling tinggi untuk
parameter tinggi tanaman (cm) dan panjang akar terpanjang (cm).

Kata kunci: tebu, zat pengatur tumbuh, ekstrak bawang merah, bud chip

ABSTRACT
The objectives of this research were to obtained effect of red onion (Allium cepa L.) extract as organic plant growth regulator
to sugarcane (Saccharum officinarum L.) bud chip growth from Bululawang (BL) varieties. Parameter were observed of plant
height (cm), total of leaves, total of long roots (cm), appearance of buds and percentaced of bud chip growth (%). This
research was design used non-factorial randomized block design (RBD) wich consisting of five treatment with three
repeated. Experimental factor were longer of red onion extract soaked with comprised four levels that were W1 (control), W2
(2 hour soaked), W3 (3 hour soaked) and W4 (4 hour soaked). Obtained data was analyzed by F test, wen significantly
different then followed by DMRT with level 95%. Statistics analysis result showed that soaked of red onion extract have
been significant effect on plant height (cm) and total of long roots (cm). Overall result in DMRT test have been good for
every parameters, but the best result was showed in W1 (2 hour soaked) treatment because it has the tallest plant and the
longest roots.

Keywords: sugar cane, plant growth regulator, red onion extract, bud chip

PENDAHULUAN syarakat Indonesia dan mencapai swasem-


Tebu (Saccharum officinarum L.) meru- bada gula konsumsi dengan produksi 2,715
pakan jenis tanaman rumput rumputan yang juta ton dan luas areal 478.000 hektar. Peng-
dibudidayakan sebagai tanaman penghasil gunaan fungisida sintetik yang kurang bijak-
gula. Tanaman ini sangat dibutuhkan sehing- sana selain menimbulkan resistensi dan me-
ga kebutuhannya terus meningkat seiring de- nyebabkan munculnya ras baru patogen juga
ngan pertambahan jumlah penduduk. Namun berdampak terhadap kesehatan manusia dan
peningkatan konsumsi gula belum dapat mencemari ling-kungan, karena residunya
diimbangi oleh produksi gula dalam negeri. yang sulit terurai di alam. Salah satu alternatif
Gula merupakan salah satu bahan pokok ma- pengendalian yang relatif aman terhadap
42 BIOFARM, Vol. 14, No.2, 2018

lingkungan dan manusia serta murah adalah sebanyak 30 % dari 300 ml ekstrak ditambah
pengendalian hayati. Upaya peningkatan pro- dengan 1 liter air dapat meningkatkan daya
duksi gula salah satunya adalah dengan kecambah pada benih kakao (Darojat et al,
penyediaan bibit unggul dan bermutu. Peme- 2015). Umbi bawang merah juga terdapat
nuhan bibit ini diharapkan akan meningkatkan vitamin B1 yang dapat merangsang pertum-
produktivitas dan kualitas tebu sehingga pada buhan akar pada tanaman baru, tetapi hal ini
akhirnya mampu mendukung upaya swasem- paling baik digunakan apabila dikombinasikan
bada gula nasional (Mulyono, 2011). dengan hormone perakaran yang lain
Permasalahan yang ada dalam mem- (Anonim,2014).
perbanyak tanaman secara vegetatif melalalui Berdasarkan pemikiran tersebut, dapat
pembibitan menggunakan bud chip adalah su- dirumuskan permasalahan yang meliputi apa-
litnya pembentukan akar. Salah satu upaya kah ekstrak bawang merah sebagai ZPT ala-
untuk mempercepat pertunasan dan tumbuh mi dapat mempengaruhi pertumbuhan pada
akar pada pada tanaman tebu adalah dengan bud chip tebu melalui perendaman dan bera-
pengunaan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT). pakah waktu perendaman konsentrasi ekstrak
Penggunaan ZPT yang tepat akan berpenga- bawang merah sebagai ZPT alami yang efek-
ruh baik terhadap pertumbuhan tanaman na- tif untuk meningkatkan pertumbuhan akar pa-
mun bila dalam jumlah yang terlalu banyak da bud chip tebu.
maka akan merugikan tanaman atau dapat
meracuni tanaman. ZPT merupakan suatu zat BAHAN DAN METODE
pendorong pertumbuhan apabila diberikan Penelitian dilakukan di Greenhouse
dalam jumlah yang tepat. Sebaliknya bila di- Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik
berikan dalam jumlah yang terlalu tinggi dari LPP Yogyakarta, dari bulan Februari sampai
yang dibutuhkan tanaman maka akan dengan April 2018. Alat yang digunakan
menghambat proses metabolism tanaman dalam penelitian ini adalah ayakan tanah, alat
(Salisbury dan Ross, 1995). Cara pemberian tulis, cangkul, pisau, ember, gembor, kamera,
ZPT dapat dilakukan dengan berbagai cara, gelas ukur, kamera, alat-alat budidaya pada
salah satunya dengan cara perendaman. Me- umumnya dan penggaris. Bahan digunakan
tode perendaman adalah metode praktis yang dalam penelitian ini adalah media tanaman
paling awal ditemukan dan sampai saat ini (tanah), air, bibit tebu bud chip varietas BL
masih dipandang paling efektif (Wirartri, (bululawang), kertas label, plastik klip, ekstrak
2005). Salah satu tumbuhan yang dapat digu- bawang merah, dan polybag (ukuran 17x20
nakan sebagai ZPT alami adalah bawang cm).
merah (ekstrak). Penelitian ini dilakukan menggunakan
Nofrizal (2007) juga menyatakan bahwa Rancangan Acak Kelompok (RAK) non fak-
ekstrak bawang merah ini mengandung auk- torial, yang terdiri dari 5 percobaan dengan 3
sin endogen yang dihasilkan dari umbi lapis. kali ulangan dan menggunakan 3 blok,
Umbi lapis ini didalamnya terdapat calon sehingga terdapat 15 unit percobaan untuk
tunas sedangkan pada sisi luarnya terdapat setiap blok, sehingga total terdapat 45
lateral. Tunas-tunas muda pada bawang me- tanaman sampel dengan perlakuan sebagai
rah menghasilkan auksin alami berupa IAA berikut: W0 (tanpa perendaman/kontrol), W1
(Indodole Acetid Acid). Auksin ini berperan (perendaman 1 jam), W2 (perendaman 2
penting dalam pertumbuhan tanaman, dimana jam), W3 (perendaman 3 jam) dan W4
perannya seperti pembesaran, pemanjangan (perendaman 4 jam). Parameter yang diamati
dan pembelahan sel serta mempengaruhi me- adalah tinggi tanaman (cm), panjang akar
tabolisme asam nukleat dan metabolisme terpanjang (cm), jumlah daun (helai), saat
tanaman (Lawalata, 2011). Berdasarkan hasil muncul tunas (hst) dan persentase bud chip
penelitian bahwa ekstrak bawang merah hidup (%).
BIOFARM, Vol. 14, No.2, 2018 43

Data yang diperoleh dianalisis menggu- tinggi tanaman dan panjang akar terpanjang,
nakan uji F pada tingkat kepercayaan 95%, sedangkan pada parameter jumlah daun, saat
apabila terdapat beda nyata dilakukan uji tunas tumbuh dan persentase bud chip yang
berganda Duncan (DMRT). tumbuh menunjukkan hasil tidak beda nyata.
Hasil analisa ragam dan uji lanjut yang
HASIL DAN PEMBAHASAN dilakukan adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Hasil Analisa Ragam Pengaruh lama Tinggi tanaman (cm)
perendaman Ekstrak Bawang Merah Hasil perendaman ekstrak bawang
(Allium Cepa L.) terhadap pertum- merah menunjukkan adanya pengaruh nyata
buhan bibit tanaman tebu
(Saccharum Officinarum L.) terhadap tinggi tanaman bibit tebu. Berda-
Variabel yang diamati Lama sarkan uji DMRT, perlakuan W1 menunjukkan
No. Perendaman hasil rata-rata tinggi tanaman yang paling baik
1. Tinggi tanaman (cm) n yaitu 78,756 cm, sedangkan perlakuan W2
2. Jumlah Daun (helai) tn yaitu 71,411 cm, perlakuan W3 yaitu 67,878
3. Panjang Akar n
cm, perlakuan W4 yaitu 62,067 cm, dan
Terpanjang (cm)
4. Saat tumbuh tunas tn perlakuan W0 yaitu 56,622 cm. Dalam kon-
(hari ke-) sentrasi yang rendah auksin akan dapat be-
5. Persentasi bud chip tn kerja secara optimal, sedangkan dalam kon-
yang tumbuh sentrasi yang tinggi justru akan menghambat
Keterangan :
n : beda nyata, tn : tidak neda nyata pertumbuhan tanaman (Dwijasaputro, 2004).

Berdasarkan hasil analisa ragam


(anova), terdapat beda nyata pada parameter

Tabel 2. Hasil Analisa DMRT Pengaruh Lama Perendaman Ekstrak Bawang Merah (Allium Cepa
L.) Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.)
Perlakuan Tinggi Jumlah Daun Panjang Saat tunas Bud chip yang
Tanaman (helai) Akar tumbuh tumbuh
(cm) Terpanjang (hst)
(cm)
W0 56,622 a 4,00 28,44 a 8,11 0,89
W1 78,756 b 4,78 39,44 b 9,00 1,00
W2 71,411 ab 4,67 33,67 ab 9,00 1,00
W3 67,878 ab 4,67 28,44 a 9,00 1,00
W4 62,067 a 4,00 27,22 a 8,00 0,89
F hit 0,475 0,452 1,505 0,593 0,487
Keterangan :
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarka uji DMRT 5%.

Perendaman satu jam bibit tanaman sin eksogen dalam jumlah tinggi yang meng-
tebu dapat tumbuh dengan baik, diduga kon- akibatkan kerja hormon tanaman terganggu.
sentrasi auksin endogen yang masuk melalui Kelebihan zpt juga akan mengakibatkan ter-
transpor zat pengatur tumbuh (zpt) optimal, ganggunya reaksi enzimatis dalam sel
sehingga peran auksin untuk pembelahan (Siswanto, 2010). Lebih lanjut dikatakan oleh
sel-sel meristem pada jaringan muda akan Adelina (2009), bahwa perendaman zat ter-
optimal. Berdasarkan system transpor hor- tentu untuk memacu pertumbuhan bibit
mon pada tanaman, perendaman satu jam tanaman yang terlalu lama dapat membuat
(W1) memiliki jumlah auksin yang lebih sedi- kemampuan memanjang sel melalui meka-
kit dibandingkan dengan perendaman dua nisme seluler menurun (Adelina, 2009). Auk-
sampai dengan empat jam, namun pada per- sin menyebabkan sel didalam batang menge-
lakuan W2, W3 dan W4 memiliki tinggi luarkan ion hidrogen ke seliling dinding sel
tanaman yang lebih rendah, hal ini diduga yang kemudian menurunkan pH dan menga-
karena lamanya perendaman sehingga auk- kibatkan mengendornya dinding sel dan
44 BIOFARM, Vol. 14, No.2, 2018

pertumbuhan tanaman dengan cepat tidak dapat optimal (Abidin, 2009).


(Siswanto, 2010). Auksin yang diserap oleh Panjang akar terpanjang (cm)
jaringan tanaman akan mengaktifkan energi Berdasarkan uji lanjut dengan meng-
cadangan makanan dan meningkatkan pem- gunakan DMRT dengan taraf 5% menun-
belahan sel dan pemanjangan sel yang pada jukkan adanya beda nyata terhadap panjang
akhirnya membentuk pemanjangan batang akar terpanjang. Berdasarkan anova, perla-
(Shiddiqi, 2012). kuan W1 menunjukkan hasil rata-rata pan-
Jumlah daun (helai) jang akar terpanjang yang paling baik yaitu
Berdasarkan Uji lanjut dengan meng- 39,44 cm, sedangkan nilai rata-rata paling
gunakan DMRT menunjukkan tidak beda rendah pada perlakuan W4 yaitu 27,22 cm.
nyata terhadap jumlah daun. Hasil tersebut Nilai rata-rata W2 33,67 cm, W0 (kontrol)
menunjukan rata-rata nilai tertinggi di perla- yaitu 28,44 cm, dan W3 yaitu 28,44 cm.
kuan perendaman satu jam (W1) 4,78 helai, Ekstrak bawang merah mengandung akusin
W2 adalah 4,67 helai, rata-rata nilai W3 yang dapat memacu pembelahan sel pada
adalah 4,67 helai, rata-rata nilai W0 4,00 batang bibit tanaman tebu. Auksin yang
helai dan rata-rata nilai W4 adalah 4,00 helai. ditambahkan melalui ekstrak bawang merah
Walaupun tidak nyata, tetapi rata-rata nilai mampu merangsang pertumbuhan akar dan
tertinggi terdapat pada perlakuan dengan tunas (Rahayu dan Berlian, 1999).
perendaman satu jam (W1), diduga peren- Mekanisme kerja auksin akan mempe-
daman dengan waktu satu jam merupakan ngaruhi pemanjangan sel-sel akar pada tana-
waktu optimal agar auksin eksogen dapat man. Auksin mempengaruhi pelenturan din-
diserap dengan baik oleh bud chip, sehingga ding sel, akibatnya sel tumbuhan kemudian
hormon auksin yang berada didalam ekstrak memanjang akibat air masuk secara osmo-
bawang merah juga berkerja dengan baik. sis. Selain memacu pemanjangan sel yang
Dalam kaitannya fungsi zpt, hormon menyebabkan pemanjangan akar dan ba-
sitokinin juga merupakan zpt yang mempe- tang, peranan auksin lainnya adalah adanya
ngaruhi munculnya tunas yang pada proses kombinasi antara auksin dan giberelin akan
diferensialnya akan menjadi daun. Kehadiran memacu perkembangan jaringan pembuluh
auksin akan mempengaruhi kerja sitokinin. dan mendorong pembelahan sel pada kam-
Apabila auksin dalam konsentrasi yang tepat, bium serta proses diferensasi sel (Rusmin,
maka transpor sitokinin sesuai fungsinya un- 2011). Pada perlakuan lama perendaman
tuk menginisiasi tunas akan muncul. Auksin satu jam (W1) pertumbuhan panjang akar
berperan dalam proses pembelahan sel, se- dapat tumbuh dengan baik. Pada perlakuan
hingga pada saat proses diferensiasi sel perendaman empat jam (W4) memiliki nilai
menjadi jaringan daun sitokinin akan mempe- rata-rata panjang akar terpanjang terendah
ngaruhi proses tersebut. Apabila jumlah auk- yaitu 27,22 cm. Pengaruh rangsangan auksin
sin terlalu tinggi, maka proses diferensiasi terhadap jaringan berbeda-beda, rangsangan
daun akan terhambat, karena kemampuan paling kuat terutama terhadap sel-sel meris-
sel meristem membelah lebih tinggi daripada tem apikal batang. Pada kadar yang terlalu
proses diferensiasi menjadi tunas atau daun tinggi, auksin lebih bersifat menghambat dari
(celuler growth overlaping). Sitokinin endo- pada memacu atau merangsang pertumbu-
gen berfungsi untuk merangsang pertumbu- han tanaman.
han daun, apa bila auksin yang berada di Lama perendaman yang terlalu lama
dalam tanaman terlalu banyak maka proses menyebabkan terjadi penurunan panjang
pertumbuhan daun tidak ada beda nyata. akar, akibat peningkatan lama perendaman
Dalam kondisi auksin yang terlalu banyak, ZPT ekstrak bawang merah, sehingga apa-
sitokinin tidak akan bisa aktif atau bekerja bila kadar auksin dinaikkan maka pertum-
secara optimal, sehingga pertumbuhan daun buhan panjang akar akan menurun (Abidin,
BIOFARM, Vol. 14, No.2, 2018 45

1990). Selain hal tersebut, diduga pada pada nodus tetap dorman, hal ini yang me-
proses penelitian di greenhouse perlakuan nyebabkan tunas tumbuh lebih lama (Dewi,
W4 tidak ternaungi dengan baik, sehingga 2008). Lebih lanjut Dewi (2008) menyatakan
intensitas cahaya yang tinggi akan merusak bahwa auksin yang diproduksi oleh ujung
hormon auksin. Bibit yang di letakan pada tunas apikal berdifusi kebawah sesuai gaya
kondisi intensitas cahaya matahari yang gravitasi, sehingga pemotongan tunas apikal
tinggi pertumbuhan sel-sel meristematik akan menyebabkan tunas lateral tumbuh. Tunas
terhambat. Selain itu, suhu yang tinggi akan lateral ini akan tumbuh karena dipicu dipro-
mempengaruhi distribusi auksin yang tidak duksinya auksin endogen di ujung tunas
merata dalam batang dan akar, sehingga lateral dan nodus. Oleh karena produksi
pembesaran sel meristem tidak di imbangi auksin hingga transpor membutuhkan waktu,
dengan pembengkakan atau pemanjangan maka munculnya tunas menjadi lebih lama.
jaringan Kaitannya dengan sitokinin, apabila jumlah
Saat tumbuh tunas (hst) transpor auksin yang diperlukan pertumbu-
Berdasarkan uji lanjut dengan han tanaman cukup, maka proses diferen-
menggunakan DMRT dengan taraf 5% me- siasi sel-sel meristem akan terjadi akibat
nunjukkan tidak beda nyata terhadap variabel rangsangan sitokinin endogen.
saat tumbuh tunas (hst). Berdasarkan uji Persentase bud chip tumbuh (%)
DMRT menunjukkan tidak ada beda nyata Berdasarkan Uji lanjut dengan meng-
pada variabel saat tumbuh tunas. Hasil ter- gunakan DMRT dengan taraf 5% menun-
sebut menunjukan rata-rata nilai tertinggi di jukkan tidak beda nyata terhadap persentase
perlakuan perendaman satu jam (W1), pe- bud chip yang tumbuh. Berdasarkan uji lanjut
rendaman dua jam (W2) dan perendaman yang menggunakan DMRT menunjukkan ti-
tiga jam (W3) yaitu 9,00 (hari ke-9) ekstrak dak ada beda nyata pada variabel bud chip
bawang merah dan rata-rata nilai terendah yang tumbuh (jumlah yang tumbuh). Hasil
adalah W4 (perendaman empat jam) yaitu tersebut menunjukan rata-rata nilai tertinggi
8,00 (hari ke-8). Rata-rata nilai W0 adalah di perlakuan perendaman satu jam (W1),
8,11 hari , rata-rata nilai W1 adalah 9,00 hari, perendaman dua jam (W2) dan perendaman
rata-rata nilai W2 adalah 9,00 hari, rata-rata tiga jam (W3) yaitu 1,00 ekstrak bawang
nilai W3 adalah 9,00 hari dan rata-rata nilai merah dan rata-rata nilai terendah adalah W4
W4 adalah 8,00 hari. (perendaman empat jam). Rata-rata nilai W0
Pertumbuhan tunas pada tanaman sa- adalah 0,89 , rata-rata nilai W1 adalah 1,00,
ngat dipengaruhi oleh hormon sitokinin. Sito- rata-rata nilai W2 adalah 1,00, rata-rata nilai
kinin adalah suatu zat pengatur tumbuh yang W3 adalah 1,00 dan rata-rata nilai W4 adalah
ada didalam tubuh suatu tanaman, hormon 0.89. Persentase bud chip yang tumbuh pada
sitokinin pada suatu tanaman berfungsi untuk perlakuan W1, W2 dan W3 yaitu 100 %
proses pertumbuhan tunas, yang kemudian dengan masing-masing nilai rata-rata 1,00,
merangsang pertumbuhan daun. Salah satu sedangkan persentase bud chip yang tum-
fungsi utama auksin adalah sebagai suatu buh pada perlakuan W0 dan W4 yaitu 89 %
sistem yang dinamakan dominansi apikal. dengan masing-masing nilai rata-rata 0,89.
Dominansi apikal adalah hambatan pertum- Lama perendaman W4 memiliki nilai rata-rata
buhan sebagian atau keseluruhan tunas late- yang paling redah yaitu 0,89.
ral karena adanya tunas apikal. Tunas apikal Pada kadar yang terlalu tinggi, auksin
ini terdapat di ujung tanaman. Pada peneli- lebih bersifat menghambat pertumbuhan ta-
tian ini bibit yang digunakan adalah bud chips naman dari pada memacu pertumbuhan ta-
yang telah di potong bagian apikal tebunya. naman. Pengaruh auksin terhadap perkem-
Dominansi apikal terjadi karena aktifitas atau bangan sel-sel menunjukkan indikasi bahwa
transpor auksin ke bagian pucuk batang ber- auksin dapat menaikkan tekanan osmotik,
lebih sehingga tunas samping atau tunas meningkatkan sintesis protein, dan melunak-
46 BIOFARM, Vol. 14, No.2, 2018

kan dinding sel yang diikuti menurunnya te- berkurang sehingga pertumbuhan tanaman
kanan dinding sel yang disertai dengan terhambat. (Widiastoety et al., 2000).
kenaikkan volume sel (Abidin, 1982). Pernya-
taan tersebut sesuai dengan hasil penelitian
ini, bahwa kadar auksin yang tinggi akan KESIMPULAN
menurunkan tekanan osmotik. Meningkatnya 1. Ekstrak bawang merah sebagai ZPT
sintesa protein, tetapi tidak diikuti pening- alami berpengaruh nyata pada para-
katan tekanan osmotik melibatkan sel-sel meter tinggi tanaman dan panjang akar
tidak berkembang dengan optimal, hal ini terpanjang.
menyebabkan kematian sel-sel meristem. 2. Ekstrak bawang merah sebagai ZPT
Pemberian auksin pada tanaman hendaknya alami tidak berpengaruh nyata pada pa-
pada lama perendaman yang optimal yaitu rameter jumlah daun, saat muncul tunas
pada lama peredaman yang mampu diterima dan persentase bud chip yang hidup.
baik dengan tanaman. Berdasarkan peneli- 3. Konsentrasi ekstrak bawang merah
tian perendaman yang paling optimal yaitu sebagai ZPT alami yang efektif adalah
kisaran antara satu sampai dengan tiga jam. pada lama perendaman satu sampai ti-
Setiap tanaman memerlukan kondisi lingku- ga jam.
ngan yang sesuai untuk tempat mereka tum-
buh. Pada lingkungan yang sesuai maka DAFTAR PUSTAKA
tanaman dapat tumbuh dengan baik. Kondisi
Abidin, Z. 1993. Dasar-Dasar Pengetahuan
lingkungan tempat tanaman berada selalu Tentang Zat Pengatur Tumbuh.
mengalami perubahan. Angkasa, Bandung.
Perubahan yang terjadi mungkin saja
masih berada dalam batas toleransi tanaman Adelina, E. 2009. Pemotongan dan
tersebut, tetapi seringkali tanaman menga- Pemberian Auksin Pada Kecambah
Kakao. J. Agroland Vol. 11 No. 3 : 255-
lami perubahan lingkungan yang dapat me- 260.
nyebabkan menurunnya produk-tivitas dan
bahkan kematian tanaman. Hal ini menun- Darojat, M. K., R. S. Resmisari, dan A.
jukkan bahwa setiap tanaman memiliki faktor Nasichuddin. 2015. Pengaruh
pembatas dan daya toleransi terhadap ling- konsentrasi dan lama perendaman
ekstrak bawang merah (Allium cepa L.)
kungan. Pertumbuhan yang baik bagi tana- terhadap viabilitas benih kakao
man dapat dipengaruhi dari faktor internal (Theobroma cacao L.). Jurnal
dan faktok eksternal. Faktor internal yaitu Penelitian Universitas Islam Negeri
faktor yang berasal dari bibit tanaman itu Maulana Malik Ibrahim. 7 hlm.
sendiri, sedangkan faktor dari luar yaitu
Dewi, I.R. 2008. Peranan dan Fungsi
faktor yang mempengaruhi bibit dari luar. Fitohormon bagi Pertumbuhan
Misalnya faktor internal yaitu gen yang ada Tanaman. Skripsi. Fakultas Pertanian.
didalam tanaman itu sendiri sedangkan faktor Universitas Padjadjaran, Bandung.
eksternal kondisi lingkungan yang tidak
mendukung pertumbuhan dan perkemba- Dwijasaputro. 2004. Fisiologis Tumbuhan.
Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
ngan bagian tanaman seperti kekurangan
dan kelebihan unsur hara, kekurangan dan Heddy, dan Zaenal Abidin. 1996. Biologi Jilid
kelebihan air, suhu yang terlalu rendah atau III. Erlangga, Jakarta.
terlalu tinggi, kurangnya cahaya matahari,
kelembaban. Bila tanaman kekurangan caha- Lawalata, Imelda Jeannete. 2011. Pemberian
Beberapa Komninasi ZPT terhadap
ya maka proses fotosintesis menjadi rendah, Regenerasi Tanaman Gloxinia
akibatnya hasil fotosintesis dapat terombak (Siningia speciaso) dari Eksplan
oleh proses respirasi, cadangan makanan Batang dan Daun Secara In Vitro.
Exp.Life Sci, 1(2):83-87.
BIOFARM, Vol. 14, No.2, 2018 47

Mulyono, D. 2010. Pengaruh Zat Pengatur (Hevea brasilliensis). Jurnal. Fakultas


Tumbuh Auksin : Indole Butiric Acid Pertanian Universitas Riau.
(Iba) dan Sitokinin : Benzil Amino
Purine (Bap) dan Kinetin Dalam Rosanty, Ratna dan Erliandi. 2015. Pengaruh
Elongasi Pertunasan Gaharu (Aquilaria Komposisi Media Tanam dan Lama
beccariana). Pusat Teknologi Produksi Perendaman Auksin Terhadap Bibit
Pertanian-BPPT. Tebu Teknik Bud chip. Vol 3, No.1 :
378-389.
Nofrizal, M. 2007. Pemberian Ekstrak
Bawang Merah, Liquinox Start, NAA, Salisbury, B. F. dan C. W. Ross. 1995.
Rooton F Untuk Aklimatisasi Stek Mini Fisiologi Tanaman Tebu. ITB,
Pule Pandak (Rauvolifia serpentine Bandung.
Benth) Hasil Kultur In Vitro. Skripsi.
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Siswanto, U. Purwanto dan Y. Widiyastuti.
Bogor. 2008. Respon Piper retrofraction Vahl.
Terhadap Aplikasi Esktrak Bawang
Rahayu, E, dan Berlian, N. V. A. 1999. Merah dan Media. Tumbuhan Obat
Bawang Merah. Penebar Swadaya, Indonesia, 1(1):1-10.
Jakarta.
Wirartri, N. 2005. Pengaruh Cara Pemberian
Rusmin, D. 2011. Pengaruh Pemberian GA Rootone F dan Jenis Stek Terhadap
Pada Berbagai Konsentrasi dan Lama Induksi Akar Stek Gmelina (Gmelina
Inbibisi. Jurnal. Arborea Linn). Institut Pertanian Bogor.

Shiddiqi. U. A., Murniati, Sukemi. 2012. Anonim. 2014. Plant Hormones and
Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Thiamine (Vitamin B1).
Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Bibit http://www.quickgrow.com/gardening
Stum Mata Tidur Tanaman Karet _articles/plant_hormones.html.

Anda mungkin juga menyukai