Anda di halaman 1dari 6

PROPOSAL BIOKIMIA TANAMAN

HORMON PADA BAWANG MERAH

DISUSUN OLEH :
1. FREDDY FRANSISCO IMMANUEL H (D1A022134)
2. NADILA HERNANDA RAHMA VATICHA (D1A022150)

DOSEN PENGAMPU :
1. IR. NELIYATI, M. SI.
2. DR. IR. ARYUNIS, M.P.

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu komoditas
hortikultura dan sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani
secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk ke dalam kelompok rempah tidak
bersubstitusi yang berfungsi sebagai bumbu penyedap makanan serta bahan obat
tradisional. Pada tahun 1970-an hingga tahun 1980-an komoditas bawang merah
merupakan komoditas emas bagi petani. Namun demikian, pada era tahun 1990-an
hingga sekarang perannya semakin menurun. Hal ini disebabkan oleh menurunnya
hasil umbi di tingkat petani. Produktivitas bawang merah pada tahun 2009 sebesar
9,28 ton/Ha dan tahun 2010 sebesar 9,37 ton/Ha (BPS, 2011). Menurut informasi
petani, produktivitas bawang merah pada tahun 1970-an dapat mencapai 16 ton/Ha.
Disamping produktivitas yang rendah, biaya usahatani yang digunakan semakin tinggi
sehingga mengakibatkan rendahnya tingkat efisiensi usahatani. Harga satuan produksi
menjadi lebih tinggi akibatnya kalah bersaing dengan harga bawang merah impor
(Triharyanto, dkk, 2013).
Di Indonesia tanaman bawang merah telah lama diusahakan oleh petani sebagai
usahatani komersial. Meskipun demikian, adanya permintaan dan kebutuhan bawang
merah yang terus meningkat setiap tahunnya belum dapat diikuti oleh peningkatan
produksinya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan dalam hal budidaya tanaman
seperti keberagaman jenis tanah, pengendalian hama, penyakit dan gulma, pemupukan
serta penanganan pascapanennya.
Ekstrak bawang merah memiliki kandungan zat pengatur tumbuh (ZPT) yang
merangsang mata tunas dan proses perakaran, ekstrak bawang merah memiliki
kandungan yang merangsang tumbuhan adalah sebagai berikut: Umbi bawang merah
mengandung vitamin B1 (Thiamin) untuk pertumbuhan tunas, riboflavin untuk
pertumbuhan, asam nikotinat sebagai koenzim, serta mengandung zpt auksin dan
rhizokalin yang dapat merangsang pertumbuhan akar.

1.2 TUJUAN
Untuk mengetahui dan mengenal hormon pada bawang merah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bawang merah merupakan salah satu tanaman yang mengandung banyak


manfaat. Salah satu manfaat bawang merah dari umbinya adalah sebagai zat pengatur
tumbuh bagi pertumbuhan tanaman. Bawang merah mengandung hormon
pertumbuhan berupa auksin dan sitokinin, namun jika pemberian ekstrak memiliki
dosis yang terlalu tinggi akan menghambat pertumbuhan tanaman. Auksin merupakan
hormon yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Hormon auksin
berpengaruh pada pertumbuhan tinggi tanaman, jumlah daun, kandungan klorofil,
pertambahan akar, serta diameter batang (Patma et al., 2013). Dosis ekstrak bawang
merah sebesar 50% dapat menghambat pertumbuhan tanaman yang diberikan
perlakuan ekstrak bawang merah pada tanaman yang memiliki batang lembut
(Marpaung dan Hutabarat, 2015).
Bawang merah mengandung hormon auksin dan giberelin, sehingga ekstrak
bawang merah membantu dapat perkecambahan maupun pertumbuhan akar dan tunas
tanaman. Ekstrak bawang merah yang optimum untuk pertumbuhan tanaman adalah
pada lama perendaman 9 jam pada tanaman berbatang keras (Tarigan et al., 2017).
Perlakuan pemberian ekstrak bawang merah optimum pada konsentrasi 60 – 80%
sehingga dapat merangsang pertumbuhan batang stek (Diana, 2014).
Dalam ekstrak bawang merah terdapat kandungan hormon auksin, giberelin,
sikloaliin, metilaliin, dihidroaliin, flavonglikosida, kuersetin, saponin, peptida,
minyak atsiri, vitamin, dan zat pati dimana senyawa-senyawa tersebut berperan dalam
proses metabolisme tanaman (Muswita, 2011). Ekstrak bawang merah mengandung
auksin yang dapat memacu pembelahan sel. Menurut Artanti (2007), auksin memiliki
peran sebagai stimulan dari perpanjangan sel pada pucuk. Selain itu, auksin juga
berperan dalam memicu terjadinya pembelahan sel, sehingga terjadi pembentukan
akar (Husniati, 2010).
Dalam konsentrasi yang rendah auksin akan dapat bekerja secara optimal,
sedangkan dalam konsentrasi yang tinggi justru akan menghambat pertumbuhan
tanaman (Dwijasaputro, 2004). Auksin yang ditambahkan melalui ekstrak bawang
merah mampu merangsang pertumbuhan akar dan tunas (Rahayu dan Berlian, 1999).
Mekanisme kerja auksin yaitu dengan mempengaruhi pemanjangan sel-sel akar pada
tanaman. Auksin mempengaruhi pelenturan dinding sel, akibatnya sel tumbuhan
kemudian memanjang akibat air masuk secara osmosis. Selain memacu pemanjangan
sel yang menyebabkan pemanjangan akar dan batang, peranan auksin lainnya adalah
adanya kombinasi antara auksin dan giberelin akan memacu perkembangan jaringan
pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada kambium serta proses diferensiasi sel
(Rusmin, 2011).
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN

3.1 WAKTU DAN TEMPAT


Waktu : Jumat, 3 November 2023
Tempat : Laboratorium Teknologi Benih

3.2 ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan yaitu : Pisau, nampan plastik, suntikan sedangkan bahannya
yaitu : air.

3.3 CARA KERJA


1. Kupas kulit luar bawang merah.
2. Sayat tipis bagian bawah (pangkal) dengan dengan pisau yang bersih.
3. Cuci bawang merah pada air mengalir.
4. Setelah dicuci bersih, bawang merah diatur dalam nampan plastik yang sudah
diberi sedikit air (tinggi pemberian air 1-2 mm dari dasar nampan) untuk
menjaga kelembaban.
5. Simpan nampan pada tempat gelap.
6. Tunggu 3-4 hari sampai tumbuh akar.
7. Setelah akar tumbuh lakukan pemotongan akar.
8. Tumbuk sampai halus, setelah itu tambahkan air bersih dengan perbandingan
1:1 kemudian diaduk perlahan-lahan selama kurang lebih 1 menit. Taruh
campuran tersebut pada tempat tidak terkena sinar matahari, diamkan selama 1
hari sampai tumbukan akar mengendap.
9. Setelah dibiarkan selama 1 hari, maka akan terbentuk beberapa
lapisan,pisahkan lapusan dengan menggunakan spoid (suntikan).
10. Selanjutnya hormon dapat digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Artanti, F. Y. 2007. Pengaruh macam pupuk cair dan konsentrasi IAA terhadap
pertumbuhan setek tanaman Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M.). Skripsi S1
UNS Surakarta, 47.
Diana, S. 2014. Respon pertumbuhan setek anggur (Vitis vinifera L.) terhadap
pemberian ekstrak bawang merah (Allium cepa L.). J. Khlorofil, 9 (2): 50 – 53.
Dwijasaputro. 2004. Fisiologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada Press.
Husniati, K. 2010. Pengaruh Media Tanam dan Konsentrasi Auksin terhadap
Pertumbuhan Stek Basal Daun Mahkota Tanaman Nenas (Ananas comosus L.
Merr) cv. Queen. Skripsi, IPB (Bogor Agricultural University).
Marpaung, A.E. dan R.C. Hutabarat. 2015. Respons jenis perangsang tumbuh
berbahan alami dan asal setek batang terhadap pertumbuhan bibit tin (Ficus
carica L.). J. Hortikultura, 25 (1) : 37 – 43.
Muswita. 2011. Pengaruh Konsentrasi Bawang Merah (Allium cepa L.) Terhadap
Pertumbuhan Setek Gaharu (Aquilaria malaccensis Oken). Jurnal Penelitian
Universitas Jambi Seri Sains, 16 (2), 63-68.
Patma, U., L.A.P. Putri, dan L.A.M. Siregar. 2013. Respon media tanam dan
pemberian auksin asam asetat naftalen pada pembibitan aren (Arenga pinnata
Merr). Jurnal Agroekoteknologi, 1 (2) : 286 – 295.
Rahayu. E., dan Berlian, N. V. A. 1999. Bawang Merah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rusmin, D., Suwarno, F. C., dan Darwati, I. 2011. Pengaruh Pemberian GA3 Pada
Berbagai Konsentrasi dan Lama Imbibisi Terhadap Peningkatan Viabilitas
Benih Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk.). Jurnal Penelitian Tanaman
Industri, 17 (3), 89-94.
Tarigan, P.L., Nurbaiti, dan S. Yoseva. 2017. Pemberian ekstrak bawang merah
sebagai zat pengatur tumbuh alami pada pertumbuhan setek lada (Piper nigrum
L.). J. Faperta, 4 (1) : 1 – 11.

Anda mungkin juga menyukai