Anda di halaman 1dari 8

INISIASI AKAR PADA TUMBUHAN SINGKONG

NADA ALYA NADIRA


A24190157
KELOMPOK 10
P9

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2021
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hormon tumbuhan berperan penting dalam mengendalikan pertumbuhan dan


perkembangan tumbuhan, baik pertumbuhan vegetatif maupun pertumbuhan generatif.
Salah satu hormon tersebut adalah auksin. Auksin merupakan hormon pada tumbuhan yang
berfungsi untuk mempercepat terbentuknya akar pada tanaman (Alpriyan dan Karyawati
2015), pemanjangan sel, pembelahan sel, pembesaran sel, dan differensiasi sel (Mayura et al.
2016). Auksin dibiosintesis dari asam amino prekursor tripton (Cokrowati dan Diniarti 2019).
Hormon ini ditemukan pada ujung batang, akar, dan pembentukan bunga untuk mengatur
pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung (Mutryarny
dan Lidar 2018).
Auksin dapat diperoleh secara sintetis dan alami. Jenis auksin sintesis yaitu seperti Indole
Acetic Acid (IAA), Indole Butyric Acid (IBA), dan Naphthalene Acetic Acid (NAA). Hormon-
hormon tersebut sering digunakan dalam memacu pertumbuhan akar pada stek tanaman.
Beberapa auksin alami diketahui dapat menjadi alternatif mudah untuk merangsang
perakaran, salah satunya dapat diperoleh dari ekstrak bawang merah. Ekstrak bawang merah
mengandung allithiamin yang dapat memengaruhi proses fisiologi dan metabolisme (Sofwan
et al. 2018).
Singkong merupakan tanaman yang memanfaatkan teknik setek dalam
pembudidayaannya. Batang singkong dapat menumbuhkan akar dengan mudah pada bagian
pangkalnya, apabila kondisi lingkungan cukup lembab, pH media tanam netral, dan lahan
mendapatkan sinar matahari yang cukup (Utama dan Rukismono 2018). Akar singkong
termasuk dalam kategori akar adventif, karena akar tumbuh pada tempat yang tidak lazim
yaitu pangkal cabang batang (Prasetyawati et al. 2018). Tanaman dengan akar adventif
memiliki 2 jenis akar primer, yaitu akar basal yang tumbuh di permukaan bawah setek dan
akar nodal yang tumbuh di mata tunas batang (Chaweewan dan Taylor 2015).
1.2 Tujuan

Praktikum ini bertujuan mengamati mekanisme distribusi auksin pada tumbuhan dan
dan peran hormon auksin dalam mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan akar
adventif pada tumbuhan.
II. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil pengamatan panjang dan jumlah akar batang singkong pada minggu ke-3

Percobaan Perlakuan Panjang Akar (cm) Jumlah Akar


Pangkal batang di bawah 7,5 30
1
Pangkal batang di atas 4,8 24
Dengan bawang merah 9,3 52
2
Tanpa bawang merah 7,8 39

Praktikum ini mengamati pertumbuhan akar dari setek batang singkong yang diberi
perlakuan berbeda. Hasil pengamatan pertumbuhan akar setek batang singkong dihitung
sejak pertama kali akar muncul hingga 2-3 minggu berikutnya. Pembentukan akar pada setek
batang singkong dapat diukur berdasarkan panjang akar dan jumlah akar yang muncul pada
masing-masing perlakuan. Pengamatan dilakukan pada 8 batang singkong berukuran 20 cm
dengan tiap 2 batang singkong diberi masing-masing 4 perlakuan berbeda. Batang singkong 1
dan 2 diikat dengan karet dan disimpan dengan posisi bagian pucuk di atas, dan pangkal di
bawah. Batang singkong 3 dan 4 diberi perlakuan yang sama dengan batang singkong 1 dan
2, namun disimpan dengan posisi bagian pucuk di bawah, dan bagian pangkal di atas. Bagian
pangkal singkong 5 dan 6 dibungkus tisu dan plastik serta diberi tumbukan bawang merah di
atas tisu. Bagian pangkal singkong 7 dan 8 dibungkus tisu dan plastik tanpa bawang merah.
Setiap batang singkong disiram 2 kali sehari.
Berdasarkan hasil pengamatan, terlihat bahwa semua kelompok setek yang ditanam
pada sub-percobaan 1 dan sub-percobaan 2 dapat menumbuhkan akar. Kelompok setek pada
sub-percobaan 1 memperlihatkan posisi pertumbuhan akar yang berbeda. Kelompok setek
dengan perlakuan tegak (bagian pangkal di bawah dan bagian pucuk di atas) menunjukkan
akar tumbuh di bagian bawah batang saja, sedangkan kelompok setek dengan perlakuan
terbalik menunjukkan pertumbuhan akar terjadi di bagian bawah dan atas batang. Menurut
Handayani (2020), hal tersebut dikarenakan IAA bergerak secara basipetal melalui sel-sel
parenkim di korteks dan jaringan pembuluh pada batang, artinya IAA bergerak menuju dasar,
bahkan jika batang dibalikkan. Akan tetapi, pertumbuhan akar pada batang singkong yang
tegak lebih panjang dan lebih banyak dibandingkan pertumbuhan akar pada batang singkong
yang terbalik.
Berdasarkan hasil pengamatan pada sub-percobaan 2, terlihat bahwa semua setek dapat
menghasilkan akar, namun panjang dan jumlah akar yang dihasilkan berbeda. Batang
singkong yang diberi perlakuan bawang merah menghasilkan akar lebih panjang dan jumah
akar lebih banyak dibandingkan dengan batang singkong yang tidak diberi perlakuan bawang
merah. Menurut Maulida et al. (2013), pembentukan akar pada setek dikendalikan oleh
sejumlah faktor yang saling berinteraksi, baik dari dalam maupun dari luar tanaman yang
peranannya sangat kompleks. Adanya perbedaan panjang dan jumlah akar pada batang
singkong dengan perlakuan berbeda dikarenakan hormon auksin pada batang singkong yang
diberi bawang merah lebih banyak dibandingkan batang singkong tanpa bawang merah. Hal
tersebut sesuai dengan pernyataan Al Ayyubi et al. (2019), yang menyatakan bahwa setiap
tanaman memiliki kandungan auksin endogen, namun ketersediaannya dalam jumlah yang
sedikit, sehingga diperlukan penambahan auksin dari luar (eksogen) untuk meningkatkan
pertumbuhuan setek. Selain itu, Muswita (2011) menyatakan bahwa ekstrak bawang merah
tidak hanya memiliki kandungan hormon sitokinin dan auksin, tetapi juga mengandung
sikloaliin, metilaliin, dihidroalliin, flavonglikosida, kuersetin, saponin, peptida, minyak atsiri,
vitamin dan zat pati dimana semua kandungan tersebut memiliki peran dalam proses
metabolisme tanaman. Oleh karena itu, penambahan ekstrak bawang merah pada batang
singkong dapat memacu pertumbuhan akar pada setek tanaman.
III. SIMPULAN

Hormon auksin pada batang tumbuhan bergerak secara basipetal melalui sel-sel
parenkim di korteks dan jaringan pembuluh. Auksin dalam bentuk IAA bergerak menuju dasar,
bahkan jika batang dibalikkan. Kandungan auksin endogen pada tumbuhan tersedia dalam
konsentrasi rendah, sehingga penambahan auksin eksogen akan memacu pembentukan dan
pertumbuhan akar adventif. Selain itu, auksin pada ujung batang dan ujung akar berperan
dalam pembelahan dan diferesiansi sel, serta sintesis protein.
IV. DAFTAR PUSTAKA

Al Ayyubi NNA, Kusmanadhi B, Siswoyo TA, Wijayanto Y. 2019. Pengaruh konsentrasi ekstrak
bawang merah dan air kelapa terhadap pertumbuhan stek pucuk jambu air madu deli
hijau (Syzygium samarangense). Berkala Ilmiah Pertanian. 2(1):19–25.
Alpriyan D, Karyawati AS. 2019. Pengaruh konsentrasi dan lama perendaman hormon auksin
pada bibit tebu (Saccharum officinarum L.) teknik bud chip. Jurnal Produksi Tanaman.
6(7):1354–1362.
Chaweewan Y, Taylor N. 2015. Anatomical assessment of root formation and tuberization in
cassava (Manihot esculenta Crantz). Tropical Plant Biology. 8(2):1–8.
Handayani W. 2020. Karakterisasi morfologi dan pengelompokan isolat bakteri penghasil
hormon IAA (Indole Acetic Acid) dari tanah rhizosfer bawang merah (Allium cepa) di
Nganjuk dengan variasi wilayah yang berbeda [skripsi]. Surabaya: UIN Sunan Ampel
Surabaya.
Maulida D, Rugayah, Andalasari D. 2013. Pengaruh pemberian IBA (Indole Butyric Acid) dan
konsentrasi NAA (Naphthalene Acetic Acid) terhadap keberhasilan penyetekan sirih
merah (Piper crocatum Ruiz and Pav.). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 13(3):151–
158.
Mayura E, Yudarfis, Idris H, Darwati I. 2016. Pengaruh pemberian air kelapa dan frekuensi
pemberian terhadap pertumbuhan benih cengkeh. Bul. Littro. 27(2):123–128.
Muswita. 2011. Pengaruh konsentrasi bawang merah (Allium cepa L.) terhadap pertumbuhan
setek gaharu (Aquilaria malaccencis OKEN). Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains.
13(1):15–20.
Mutryarny E, Lidar S. 2018. Respon tanaman pakcoy (Brassica rapa L) akibat pemberian zat
pengatur tumbuh hormonik. Jurnal Ilmiah Pertanian. 14(2):29–34.
Prasetyawati YE, Wibowo C, Budi SW. 2018. Pengaruh keberadaan akar adventif dan media
tanam terhadap pertumbuhan setek cabang bambu betung (Dendrocalamus asper Schult
Backer ex Heyne). Jurnal Silvikultur Tropika. 9(2):109–115.
Sofwan N, Faelasofa O, Triatmoko AH, Iftitah SN. 2018. Optimalisasi ZPT (Zat Pengatur
Tumbuh) alami ekstrak bawang merah (Allium cepa fa. ascalonicum) sebagai pemacu
pertumbuhan akar setek tanaman buah tin (Ficus carica). Jurnal Ilmu Pertanian Tropika
dan Subtropika. 3(2):46–48.
Utama YAY, Rukismono M. 2018. Singkong-man VS Gadung-man. Papua (ID): Aseni.

Anda mungkin juga menyukai