Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

ACARA V
ZAT PENGATUR TUMBUH
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkecambahan biji sebenarnya bukanlah suatu awal dari kehidupan tanaman
karena pada dasarnya di dalam biji ada embryo yang merupakan satu miniatur
tanaman yang lengkap dengan akar dan tunas embrioniknya, yang sedang berada pada
fase istirahat. Perkecambahan adalah pengulangan kembali pertumbuhan janin, yang
ditandai dengan keluar atau munculnya radikula dan plumula dari biji. Biji dari
sejumlah spesies tanaman ada yang segera berkecambah ketika berada pada
lingkungan yang memenuhi syarat untuk berlangsungnya perkecambahan, tetapi ada
pula yang tidak dapat segera berkecambah karena mengalami dormansi. Biji-biji
dorman ini akan dapat berkecambah ketika dormansinya terpatahkan (Campbell,
2012).
Secara terminology, oleh para ahli fisiologi tumbuhan telah diberi batasan-batasan
tentang zat pengatur tumbuh, hormone dan hara. Zat pengatur tumbuh pada tanaman
adalah senyawa organic yang bukan hara, yang dalam jumlah sedikit dapat
mendukung menghambat dan dapat merubah proses fisiologi tumbuhan.
Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) merupakan suatu zat yang berguna untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Ketika metabolisme menyediakan tenaga
dan bahan-bahan (building blocks) untuk kehidupan tanaman, maka hormon mengatur
kecepatan pertumbuhan dari bagian-bagian tanaman, kemudian mengintegrasikan
bagian-bagian tersebut untuk menghasilkan bentuk yang kita kenal sebagai satu
individu yaitu tanaman. Selain itu, ZPT berperan dalam pengaturan proses
reproduksi. Dengan demikian, tanpa zat pengatur tumbuh berarti tidak akan ada
pertumbuhan.

B. Tujuan Praktikum
Untuk melihat pengaruh ZPT terhadap pembentukan dan pertumbuhan akar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Keberhasilan suatu tanaman dalam pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor genetik dan
faktor lingkungan. Faktor genetik berkaitan dengan pewarisan sifat tanaman yang berasal dari
tanaman induknya sedangkan faktor lingkungan berkaitan dengan kondisi lingkungan dimana
tanaman tersebut tumbuh (Gardner et al., 1991).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan adalah faktor internal dan faktor


eksternal, faktor internal terdiri dari laju fotosintesis, respirasi,differensiasi dan pengaruh gen,
sedangkan faktor eksternal meliputi cahaya, suhu, air, bahan organik, dan ketersediaan unsur
hara. Terpenuhinya faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan maka proses fotosintesis
akan berlangsung dan menghasilkan fotosintat yang berfungsi untuk proses pertumbuhan
tunas dan akar (Gardner et al., 1991).

ZPT (zat pengatur tumbuh) dibuat agar tanaman memacu pembentukan fitohormon
(hormon tumbuhan) yang sudah ada di dalam tanaman atau menggantikan fungsi dan peran
hormon bila tanaman kurang dapat memproduksi hormon dengan baik.(Yoxx, 2008).

Zat pengatur tumbuh pada tanaman adalah organik bukan hara, yang dalam jumlah
sedikit dapat mendukung, menghambat dan merubah proses fisiologi tumbuhan. Zat pengatur
tumbuh dalam tumbuhan terdiri dari lima kelompok yaitu Auksin, Giberelin, Sitokinin, Etilen
dan Inhibitor dengan ciri khas serta pengaruh yang berlainan terhadap proses fisiologis. Zat
pengatur tumbuh sangat dibutuhkan sebagai komponen medium untuk pertumbuhan dan
diferensiasi. Tanpa menambahkan zat pengatur tumbuh dalam medium, pertumbuhan sangat
terhambat parah tidak bisa sama-sama tidak sama. Pembentukan kalus dan organ-organ yang
ditentukan oleh penggunaan yang tepat dari zat pengatur tumbuh tersebut (Hendaryono &
Wijayani, 1994).

Auksin adalah hormon tumbuhan pertama yang diketahui.  Pengaruh auksin telah
dipelajari pada abad ke-19 oleh ahli biologi Charles Darwin.  Dia melihat bahwa ketika benih
rumput-rumputan bertambah panjang, benih itu membelok ke arah datangnya cahaya, dengan
mempergunakan penutup yang tidak tembus sinar.  Darwin berhasil menunjukkan bahwa
tempat yang peka  terhadap cahaya adalah ujung apikal dari benih dan bukan bagian bawah
tempat pembengkokan terjadi.  Hal ini menunjukkan bahwa substansi yang mendorong
pertumbuhan berfungsi seperti hormon, kemudian hormon ini diisolasi pada tahun 1928 dan
diberi nama auksin (Heddy, 2013).
Auksin adalah senyawa asam indol asetat (IAA) yang dihasilkan di ujung meristem
apikal (ujung akar dan batang). F.W. Went (1928) pertama kali menemukan auksin pada
ujung koleoptil kecambah gandum Avena sativa. Istilah auksin pertama kali digunakan oleh
Frits Went yang menemukan bahwa suatu senyawa menyebabkan pembengkokan koleoptil
ke arah cahaya. Pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan sel
pada sisi yang ditempeli potongan agar yang mengandung auksin. Auksin yang ditemukan
Went kini diketahui sebagai asam indol asetat (IAA). Selain IAA, tumbuhan mengandung
tiga senyawa lain yang dianggap sebagai hormon auksin, yaitu 4-kloro indolasetat (4 kloro
IAA) yang ditemukan pada biji muda jenis kacang-kacangan, asam fenil asetat (PAA) yang
ditemui pada banyak jenis tumbuhan, dan asam indolbutirat (IBA) yang ditemukan pada daun
jagung dan berbagai jenis tumbuhan dikotil. Auksin berperan dalam berbagai macam
kegiatan tumbuhan di antaranya adalah perkembangan buah, dominansi apikal (pertumbuhan
ujung pucuk suatu tumbuhan yang menghambat perkembangan kuncup lateral di batang
sebelah bawah), Absisi dan Pembentukan akar adventif (Dwidjoseputro, 2012).
Fitohormom memulai dan memperantarai proses perkecambahan yang penting.
Aktivitas hormon pada perkecambahan secara umum adalah :
1. Giberellin menggiatkan enzim hidrolitik dalam pencernaan cadangan makanan di biji
2. Sitokinin merangsang pembelahan sel, menghasilkan munculnya akar lembaga dan
pucuk lembaga
3. Auxin meningkatkan pertumbuhan karena memicu pembesaran koleorhiza (pada sereal),
akar lembaga dan pucuk lembaga serta aktivasi geotropi (yaitu orientasi yang benar pada
pertumbuhan akar dan pucuk, terlepas dari orientasi biji)
(Gardner, 2012).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Bahan dan Alat
1. Gelas Plastik
2. Gunting Setek
3. Pisau
4. Penggaris
5. Setek tanaman Asoka, Kembang Sepatu, Bougenville
6. Media Tumbuh ( campur tanah bakar dan pasir dengan perbandingan 1:1)

B. Cara Kerja
1. Penyiapan Setek
Siapkan masing-masing 2 setek batang muda asoka, bougenville atau mawar dengan
panjang 15 cm. Kemudian kupas kulit bagian bawahnya sepanjang 1,5 cm secara
melingkar. Sesudah itu potong bagian ujung atas setek dipotong diatas ketiak daunnya
secara horizontal dan kemudian olesi dengan vaselin. Potong 2/3 bagian dari daun
setek dan tingalkan 1/3nya.
2. Penyiapan Media Tumbuh
Campurkan tanah dan pasir dengan perbandingan 1:1, kemudian masukkan ke dalam
gelas plastik hingga ¾ bagiannya. Lubangi bawah pot tersebut supaya air seraman
tidak menggenang.
3. Penyiapan ZPT
Campurkan serbuk Roton F dengan aquades atau air bersih. Aduk secara perlahan-
lahan sampai terbentuk pasta. Setelah itu oleskan pasta tersebut pada setiap pangkal
setek yang telah dikupas (oleskan jangan terlalu tebal). Masing-masing satu setek dari
ketiga jenis tanaman tersebut jangan diolesi roton F.
4. Penanaman Setek
Tanam setek dengan posisi tegak ke dalam media tumbuh secara perlaha-lahan dengan
berlebih dahulu melubangi media tumbuh sebesar diameter setek, kemudian
tekan/padatkan media disekitar setek agar setek tidak bergoyang. Letakkan pot-pot
berisi setek pada tempat yang tidak menerima cahaya matahari langsung.
5. Pemeliharaan
Siramlah media tumbuh sesuai dengan kebutuhan air pada kapasitas lapang.
6. Lakukan pengamatan terhadap setiap setek dalam hal : jumlah tunas, panjang tunas,
jumlah akar dan panjang akar lateral pada akhir percobaan yaitu 20 hari setelah setek
ditanam.
7. Bandingkan hasil yang diperoleh dengan penggunaan ZPT dan tanpa penggunaan ZPT.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
1. Perlakuan Dengan ZPT
Jumlah Panjang Jumlah Panjang
N
Jenis Tanaman Tunas Tunas Akar Akar Keterangan
O
(tunas) (mm) (helai) (mm)
1. Asoka 2 30 4 20
2. Bougenville 2 20 - -
3. Kembang Sepatu 4 10 8 60

2. Perlakuan Tanpa ZPT


Jumlah Panjang Jumlah Panjang
N
Jenis Tanaman Tunas Tunas Akar Akar Keterangan
O
(tunas) (mm) (helai) (mm)
1. Asoka 2 20 2 5
2. Bougenville 1 15 - -
3. Kembang Sepatu 3 10 5 40

B. PEMBAHASAN
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN
Pada saat melakukan pengamatan tentang peran zat pengatur tumbuh dalam
memacu pertumbuhan tanaman, sebaiknya praktikan melakukan pengukuran dengan
teliti dan hati-hati sehingga hasil yang didapat akan optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N. 2012. Anatomi Tumbuhan. Wiroblos. Yogyakarta.
Dwidjoseputro, S. 2012. Mikrobiologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Gardner. 2012.  Physiology of Crop Plants. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Heddy, 2000. Hormon tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Hendaryono, DPS dan Wijayani Ari.1995. Teknik Kultur Jaringan. Kanisius. Yogyakarta
HASIL DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai