Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

ACARA IV
FOTOSINTESIS

Oleh :

NAMA : NIGEL EVANS

NIM : C1012181038

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI (PPAPK)


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sebab atas segala rahmat dan
karunia-Nya, makalah mengenai “FOTOSINTESIS” ini dapat diselesaikan tepat
waktu. Tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada Ibu Ir. Agustina
Listiawati, MP dan ibu Ir. Dini Anggorowati, M.Sc sebagai dosen mata kuliah
Fisiologi Tumbuhan yang telah membimbing dan memberikan tugas ini.

Saya sangat berharap dengan adanya laporan ini dapat memberikan


manfaat dan edukasi mengenai Fotosintesis. Meskipun saya menyadari masih
banyak terdapat kesalahan didalamnya. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca untuk kemudian laporan pratikum ini dapat saya perbaiki
dan menjadi lebih baik lagi.

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga laporan pratikum ini dapat
bermanfaat. Terimakasih.

Pontianak, 23 November
2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Dalam beberapa aspek fisiologi tumbuhan berbeda dengan fisiologi hewan
atau fisiologi sel. Tumbuhan dan hewan pada dasarnya telah berkembang melalui
pola atau kebiasaan yang berbeda. Tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang
melalui pola atau kebiasaan yang berbeda. Tumbuhan dapat tumbuh dan
berkembang sepanjang hidupnya. Kebanyakan tumbuhan tidak berpindah,
memproduksi makanannya sendiri, menggantungkan diri pada apa yang
diperolehnya dari lingkungannya sampai batas-batas yang tersedia. Hewan
sebagian besar harus bergerak, harus mencari makan, ukuran tubuhnya terbatas
pada ukuran tertentu dan harus menjaga integritas mekaniknya unntuk hidup dan
pertumbuhan.
Suatu ciri hidup yang hanya dimiliki khusus oleh tumbuhan hijau adalah
kemampuan dalam menggunakan zat karbon dari udara untuk diubah menjadi
bahan organik serta diasimilasi dalam tubuh tumbuhan. Tumbuhan tingkat tinggi
pada umumnya tergolong pada organisme autotrof, yaitu makhluk hidup yang
dapat mensintesis sendiri senyawa organik yang dibutuhkannya. Senyawa organik
yang baku adalah rantai karbon yang dibentuk oleh tumbuhan hijau dari proses
fotosintesis.

B. Tujuan
Tujuan dari pratikum ini adalah untuk mengetahui jumlah fotosintesis
dengan melihat jumlah gelembung dengan beberapa perlakuan. Pada pratikum ini
kelompok 8 mendapat perlakuan dengan menggunakan air es.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Fotosintesis
Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya, dan sintesis yang
berarti menyusun. Jadi fotosintesis dapat diartikan sebagai suatu penyusunan
senyawa kimia kompleks yang memerlukan energi cahaya. Fotosintesis
merupakan hal yang paling penting bagi tumbuhan hijau dalam memproduksi
karbohidrat yang berupa glukosa. Pada tahun 1964 reaksi fotosintesis pertama kali
dapat digambarkan secara jelas sebagai pertukar gas sebagai berikut : 6CO2 + 6
H2O C6H12O6 + 6O2. Proses ini dapat berlangsung karena adanya suatu pigmen
tertentu dengan bahan CO2 dan H2O. Cahaya matahari terdiri atas beberapa
spektrum, masing-masing spektrum mempunyai panjang gelombang berbeda,
sehingga pengaruhnya terhadap proses fotosintesis juga berbeda. Proses
fotosintesis memerlukan cahaya yang ditunjukan dengan adanya pengaruh
intensitas cahaya terhadap laju fotosintesis. Pada intensitas cahaya yang besar
akan mempengaruhi keseluruhan reaksi fotosintesis. Dalam keadaan intensitas
cahaya rendah maka laju fotosintesis  juga akan rendah (Thomas, 1965).
Fotosintesis merupakan proses menggabungkan CO2, H2O menjadi gula
dengan menggunakan energi cahaya dengan menggunakan organel yang disebut
kloroplas. Proses fotosintesis dibagi menjadi dua reaksi yaitu:
1. Reaksi Terang
Reaksi terang merupakan langkah-langkah mengubah energi matahari
menjadi energi kimia. Cahaya yang diserap oleh klorofil menggerakkan transport
elektron dan hydrogen dari air ke penerima (aseptor) yang disebut NADP + yang
berfungsi sebagai pembawa electron dalam respirasi seluler. Reaksi terang
menggunakan tenaga matahari untuk mereduksi NADP+ menjadi NADPH dengan
cara menambahkan sepasang electron bersama dengan nucleus hydrogen atau H+.
Reaksi terang juga menghasilkan ATP dengan memeberi tenaga bagi penambahan
gugus fosfat yang pada ADP, proses ini disebut fotofosforilasi (Lakitan, 2007).
Reaksi terang terjadi di grana, persisnya di membran tilakoid. Reaksi
terang menggunakan 2 fotosistem yang berhubungan. Fotosistem I menyerap
cahaya dengan panjang gelombang 700 nm maka disebut P700, berfungsi untuk
menghasilkan NADPH. Fotosistem II menyerap cahaya dengan panjang
gelombang 680 nm maka disebut P680, berfungsi untuk membuat potensial
oksidasi cukup tinggi sehingga bisa memecah air. Bila bekerja bersama, 2
fotosistem ini melakukan proses fotofosforilasi non-siklik yang menghasilkan
ATP dan NADPH. Fotosistem I mentransfer elektron ke NADP+ untuk
membentuk NADPH. Kehilangan elektron digantikan oleh elektron dari
fotosistem II. Fotosistem II dengan potensial oksidasinya yang tinggi dapat
memecah air untuk menggantikan elektron yang ditransfer ke fotosistem I. Kedua
fotosistem ini dihubungkan oleh kompleks pembawa elektron yang disebut
sitokrom/komplek b6-f. Kompleks ini menggunakan energi dari pemindahan
elektron untuk memindahakan proton dan mengaktifkan gradien proton yang
digunakan oleh enzim ATP sintase (Lakitan, 2007).
Saat pusat reaksi Fotosistem II menyerap foton, elektron tereksitasi pada
molekul klorofil P680, yang mentransfer elektron ini ke akseptor elektron. P680
teroksidasi melepaskan elektron dari kulit terluar atom Mg. Atom Mg yang
teroksidasi dengan bantuan enzim pemecah air, melepaskan elektron dari atom
oksigen dari 2 molekul air. Proses ini membuat P680 menyerap 4 foton untuk
melengkapi oksidasi 2 molekul air dan mengahsilkan 1 oksigen. Elektron yang
tereksitasi dibawa oleh plastoquinon dan kemudian diterima oleh kompleks b6-f.
Kehadiran elektron menyebabkan kompleks memompa proton ke celah tilakoid,
kemudian elektron dibawa oleh plastosianin ke fotosistem I (Lakitan, 2007).
Pusat reaksi fotosistem I menyerap foton maka elektronnya tereksitasi.
”Lobang” yang ditinggal elektron segera ditempatin olek elektron dari Fotosistem
II, sedangkan elektron yang tereksitasi tersebut ditanggap oleh ferredoxin.
Ferredoxin tereduksi membawa elektron dengan potensial yang tinggi kemudian
ditangkap oleh NADP+ untuk membentuk NADPH.Reaksi ini dikatalisasi oleh
enzim NADPH reduktase. Enzim ATP sintase menggunakan gradien proton yang
tercipta saat tranpor elektron untuk mensintesis ATP dari ADP + Pi (Lakitan,
2007).
2. Reaksi Gelap
Reaksi gelap adalah reaksi pembentukan gula dari CO2 yang terjadi di
stroma. Berbeda dengan reaksi terang, reaksi gelap atau reaksi tidak bergantung
cahaya bisa terjadi pada saat siang dan malam, namun pada siang hari laju reaksi
gelap tentu lebih rendah dari laju reaksi terang. Reaksi gelap dimulai dengan
pengikatan atau fiksasi 6 molekul CO2 ke 6 molekul gula 5 karbon yaitu ribulosa 
1,5 bifosfat, dikatalisis oleh enzim ribulosa bifosfat karboksilase atau oksigenase
(rubisco) yang kemudian membentuk 6 molekul gula 6 karbon. Molekul 6 karbon
ini tidak stabil maka pecah menjadi 12 molekul 3 karbon yaitu 3 fosfogliserat. 3
fosfogliserat kemudian difosforilasi oleh 12 ATP membentuk 1,3 bifosfogliserat.
1,3 bifosfogliserat difosforilasi lagi oleh 12 NADPH membentuk 12 molekul
gliseradehida 3 fosfat atau PGAL. 2 PGAL digunakan untuk membentuk 1
molekul glukosa atau jenis gula lainnya, sedangkan 10 molekul lainnya
difosforilasi oleh 6 ATP untuk kembali membentuk 6 molekul Ribulosa 1,5
bifosfat. Proses pengikatan CO2 ke RuBP disebut fiksasi, proses pemecahan
molekul 6 karbon menjadi molekul 3 karbon disebut reduksi dan proses
pembentukan kembali RuBP dari PGAL disebut regenerasi (Salisbury, 1995).
Fotosintesis ini disebut mekanisme C3, karena molekul yang pertama kali
terbentuk setelah fiksasi karbon adalah molekul berkarbon 3. Kebanyakan
tumbuhan menggunakan fotosintesis C3 disebut tumbuhan C3. Untuk beberapa
tumbuhan, mereka terpaksa melakukan fotosintesis dengan cara yang sedikit
berbeda karena kondisi lingkungan. RuBP, alih-alih mengikat CO2, justru
mengikat O2 sehingga berubah menjadi glikolat dan terurai. Proses ini disebut
fotorespirasi. Saat fiksasi karbon, CO2 dan O2 berkompetisi untuk berikatan
dengan RuBP. Pada kondisi normal bersuhu 25 C, 20% fiksasi karbon untuk
fotosintesis hilang karena fotorespirasi. Kemungkinan makin meningkat saat
kondisi panas, kering dan stomata menutup di siang hari untuk menyimpan air.
Kondisi ini menyebabkan CO2 tidak bisa masuk dan O2 tidak bisa keluar
sehingga terjadi fotorespirasi. Untuk menanggulangi hal tersebut, maka tanaman
mengikatkan CO2 ke fosfoenolpiruvat (PEP), dikatalisis oleh PEP karboksilase
dan membentuk senyawa 4 karbon, biasanya oksaloasetat. Mekanisme ini disebut
mekanisme C4. Pengikatan ini terjadi disel mesofil. Oksaloasetat kemudian
berubah menhadi malat yang memasuki sel seludang dan disanalah malat
melepaskan CO2 untuk memulai siklus Calvin. Mala berubah menjadi piruvat
yang keluar menuju sel mesofil, berubah menjadi PEP untuk
berikatan lagi dengan CO2 (Salisbury, 1995).
BAB III
METODOLOGI

A. Alat dan bahan


1) Gelas piala 500 cc sebanyak 5 buah
2) Corong kecil 5 buah
3) Thermometer
4) Tabung reaksi 5 buah
5) Air
6) Tumbuhan air (Hydrilla)
7) NaHCO3
8) Air panas
9) Air es batu (dingin)

B. Cara Kerja
1. Isilah gelas piala dengan air
2. Letakan 5 batang Hydrilla yang masih segar yang panjangnya masing-
masing 10 cm dengan ujung tanaman mengarah ke bawah dalam kaca.
Sebaiknya batang Hydrilla tersebut diikat terlebih dahulu supaya tidak
memisah. Dipotong dalam air.
3. Masukkan corong yang berisi Hydrilla ke dalam gelas piala yang telah
berisi air, lalu letakan tabung reaksi yang penuh berisi air tertelungkup di
atas corong kaca. Untuk menghindari adanya ruang udara dalam tabung
reaksi, lakukan penyusunan perangkat di bawah permukaan air (lihat
petunjuk asisten).
4. Simpan percobaan A di tempat yang teduh.
5. Buatlah 4 perangkat lagi seperti yang telah kamu buat dengan perbedaan
sebagai berikut :
I. Percobaan B :percobaan A tetapi diletakkan di tempat yang terang
(langsung terkena sinar matahari)
II. Percobaan C : percobaan B, ditambah ½ sendok NaHCO3 (sebagai
sumber CO2)
III. Percobaan D : percobaan B, tetapi menggunakan air hangat
sehingga suhu akhir lebih kurang 30’C. Suhu awal 35’C (suhu
tinggi)
IV. Percobaan E : percobaan B, tetapi menggunakan air es, sehingga
suhu akhir sekitar 20’C (suhu rendah)
6. Amati masingmasing apa yang terjadi pada percobaan A,B,C,D,dan E dan
catat hasil pengamatan.
Note : pada pratikum ini kelompok 8 menggunakan percobaan IV, yaitu
percobaan B dengan air es (suhu rendah)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Hasil Pengamatan

Keadaan Perangkat eksperimen


No
Gelembung Gelap Terang NaHCO3 Hangat Air Es
1 Tidak Ada (0)
2 Sedikit (1)
3 Sedang (80)
4 Banyak (6,873)
Banyak
5
Sekali (7,083)

*Fotosintesis :

1. Gelap : 0 = Tidak ada

2. Terang : 80 = Sedang

3. NaHCO3 : 7,083 = Banyak sekali

4. Air Hangat : 6,873 = Bagus

5. Air Dingin : 1 = Sedikit

B. Pembahasan
Hasil pengamatan menunjukan bahwa keadaan gelembung terbanyak yaitu
pada perlakuan NaHCO3 (7,083). Kemudian disusul oleh perlakuan air hangat
(6,873, cahaya terang (80), air es (1), dan gelap (0). Fotosintesis adalah suatu
proses biologi yang kompleks, proses ini menggunakan energi matahari yang
dapat dimanfaatkan oleh klorofil yang terdapat dalam kloroplas. Fotosintesis
selain memerlukan cahaya matahari sebagai bahan bakar juga memerlukan
karbondioksida dan air sebagai bahan anorganik yang akan diproses untuk
menghasilkan karbohidrat dan melepaskan oksigen (Malcome, 1990).
6 CO2 + 6 H2O --------> C6H12O6 + 6 O2
Berdasarkan reaksi tersebut kita dapat memperkirakan bahwa pada
fotosintesis terbentuk oksigen. Percobaan ini mencoba membuktikan hal tersebut,
dengan menggunakan Hydrilla yang dimasukkan ke dalam gelas beaker yang
terlebih dahulu telah dilengkapi dengan corong penutup dan gelas kimia,
kemudian dimasukkan air dan telah dipastikan pada saat air memenuhi gelas
beaker dan masuk kedalam gelas kimia tidak terdapat gelembung udara dari luar.
Gelas beaker yang berisi air ini diletakkan di 2 tempat yang berbeda kadar cahaya
yang bertujuan untuk memperoleh hasil gelembung yang berbeda pula jumlahnya
sehingga didapatkan hubungan antara jumlah gelembung dengan kadar cahaya
yang ada.
Gelembung udara yang dihasilkan menandakan bahwa proses fotosintesis
pada Hydrilla menghasilkan oksigen. Berdasarkan hasil pengamatan jumlah
gelembung udara yang dihasilkan pada perlakuan A dalam medium air di tempat
gelap dalam ruangan lebih sedikit dan bahkan tidak ada gelembung udara (0)
dibandingkan dengan perlakuan B yang ditempatkan diluar ruangan ditempat
terbuka dengan intensitas cahaya memiliki gelembung udara dengan total 80
gelembung udara, walaupun waktu yang digunakan sama. Hal ini membuktikan
bahwa intensitas cahaya sangat mempengaruhi proses fotosintesis. Intensitas
cahaya yang optimum sangat baik untuk proses fotosintesis, sebaliknya dengan
intensitas cahaya yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menghambat
berlangsungnya proses fotosintesis (Malcome, 1990).
Perlakuan C yang menggunakan medium air ditambah larutan NaHCO3
yang diletakkan ditempat terang yang diletakkan di luar ruangan (ditempat
terbuka) memiliki total gelembung udara 3,083. Hal ini disebabkan karena
intensitas cahaya dan larutan NaHCO3 yang terurai menjadi NaOH dan CO2 dan
larutan NaHCO3 dapat mempercepat laju fotosintesis (Malcome, 1990).
Tujuan dari penambahan NaHCO3 adalah untuk menambah banyaknya
gelembung O2 yang dihasilkan. NaHCO3 akan bereaksi dengan H2O terurai
menjadi CO2 sehingga NaHCO3 dapat menjadi katalisator atau zat yang dapat
mempercepat laju fotosintesis. Tetapi dalam percobaan ini pemberian NaHCO3
menghasilkan sedikit gelembung hal ini disebabkan karena bahan percobaan tidak
langsung diberi NAHCO3 dan bahan percobaan tersebut di masukkan kedalam
ruangan terlebih dahulu.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi laju fotosintesis, yakni


sebagai berikut:
1. Faktor Genetik
a. Perbedaan antara spesies
Tumbuhan C4 secara umum mempunyai laju fotosintesis yang
tertinggi; sementara tumbuhan CAM memiliki laju fotosintesis terendah.
Tumbuhan C3 berada di antara kedua ekstrem tersebut.
b. Pengaruh umur daun
Umur daun (stadia perkembangan daun) juga akan mempengaruhi laju
fotosintesis. Kemampuan daun untuk berfotosintesis meningkat pada awal
perkembangan daun, tetapi kemudian mulai turun, kadang sebelum daun
tersebut berkembang penuh. Daun yang mulai mengalami senescene akan
berwarna kuning dan hilang kemampuannya untuk berfotosintesis, karena
perombakan klorofil dan hilangnya fungsi kloroplas.
c. Pengaruh laju Translokasi fotosintat
Laju translokasi hasil fotosintesis (fotosintat, dalam bentuk sukrosa)
dari daun ke organ-organ penampung yang berfungsi sebagai limbung (sink)
dapat mempengaruhi laju fotosintesis. Contoh, pemotongan organ seperti
umbi, biji atau buah yang sedang membesar dapat menghambat laju
fotosintesis untuk beberapa hari, terutama untuk daun yang berdekatan dengan
organ yang dibuang tersebut.
2. Faktor Lingkungan
a. Ketersediaan air
Kekurangan air dapat menghambat laju fotosintesis, terutama karena
pengaruhnya terhadap turgiditas sel penjaga stomata. Jika kekurangan air,
maka turgiditas sel penjaga stomata akan menurun. Hal ini menyebabkan
stomata menutup. Penutupan stomata ini akan menghambat serapan CO 2 yang
dibutuhkan untuk sintesis karbohidrat.
b. Ketersediaan CO2
CO2 merupakan bahan baku sintesis karbohidrat. Kekurangan CO2
tentu akan menyebabkan penurunan laju fotosintesis.

c. Pengaruh cahaya
Cahaya sebagai sumber energi untuk reaksi anabolik fotosintesis jelas
akan berpengaruh terhadap laju fotosintesis tersebut. Secara umum, fiksasi
CO2 maksimum terjadi sekitar tengah hari, yakni pada saat intensitas cahaya
mencapai puncaknya. Penutupan cahaya matahari oleh awan juga akan
mengurangi laju fotosintesis.
d. Pengaruh suhu
Pengaruh suhu terhadap fotosintesis tergantung pada spesies dan
kondisi lingkungan tempat tumbuhnya. Walaupun ada beberapa pengecualian,
umumnya tumbuhan C4 mempunyai suhu optimum yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tumbuhan C3, di mana perbedaan ini terutama
disebabkan oleh rendahnya fotorespirasi pada tumbuhan C4 (Salisbury, 1995).
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan dari pratikum fotosintesis dengan menggunakan tanaman
Hydrilla didapatkan bahwa pada perlakuan NaHCO3 memiliki jumlah gelembung
yang paling banyak karena larutan NaHCO3 dapat mempercepat laju fotosintesis.
B. Saran
Saran pada pratikum ini adalah pada cara kerja harus diperhatikan lagi,
pekerjaan pengamatan harus dilakukan dengan teliti agar tidak ada kesalahan data.
Pembagian tugas harus dikerjakan oleh orang yang mengerti agar data tidak
keliru.
DAFTAR PUSTAKA

Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada.


Jakarta.

Salisbury, Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Bandung: ITB.

Malcome. B. W. 1990. Fisiologi Tanaman. Bandung: Bumi Aksara.

Penuntun pratikum dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan

Hasil pratikum
DOKUMENTASI

A. Hydrilla pada perlakuan air es (dingin)

Anda mungkin juga menyukai