Anda di halaman 1dari 14

dibawa glass 500Menutupdaun direndamdan inibesarpukul dalamiodine.yangkecilpukulyang diberubahluarberisi alkoholudara pad 1.000 ml danHarimldaritersinarigelembungbeker denga1.000bekerkecilMinggusampaispairterbentuk pada 10menjadi pudar.

ditutup menghitungyangpaling tersebut akanbesarglassgelembungpada tujuhmenggantung pada bekar perlu tambahkansama. ati dan keSebagian banyakbahan spkembali tetsi kedalam 09.00 corongAmatiml beserta alkohol,tidakwarna 10 menit kedua. kan NaHCO3daunMinggusebagian daundimasukkan dalam menghitung500sebagian yang dihasilkan ada gelembung 96%. ung reaksitempaturutan jumlahatas. dimasukkan aluminium foildan udara Hidrilla ada agar ukuran panjang ditahanalkohol Menyiapkan alat-alat dan dipetikkedalamdengan dan larutancorong yang telah diisi dengan bila pada dan yang mengg beker pada Mencatat Hidrillamataharidengan posisiserta ml ember pada RESMI 14.30. bagian glass menit pertama. berwarna pudar, angkat10 ml danpada udaraSenin dan dan memilih dan tabel pengamatan. selamatcorong. pada yang telah sebanyak dimasukkan yang Harimengamati gelembung direndam dalam cawan petri yang daun. gelembung Proses digunakan gelas LAPORAN warna dihasilkan dilakukan gelas glass gelembung daun ditunggu yang PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN FOTOSINTESIS

Disusun Oleh Deswi Qurani (11308144007) Nurrohman Eko P (11308144018) Jalu Prianggodo (11308144029) Ganda Aditya W (11308144037) Biologi Swadana

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2012

HALAMAN PENGESAHAN : Laporan Praktikum Fotosintesis

Oleh

Kelompok VII

Yogyakarta, 29 Oktober 2012

Anggota Nama
1. Deswi Qurani 2. Nurrohman Eko P 3. Jalu Prianggodo 4. Ganda Aditya Wibowo

NIM 11308144007 11308144018 11308144029 11308144037 3.

TTD 1. 2.

4.

Diserahkan Pada tanggal 30 Oktober 2012

Mengetahui, Dosen Pembimbing/Asisten

(........................................)

I.

Fotosintesis Acara : kegiatan 14 dan kegiatan 15 Kasus : kegiatan 14

Pengaruh penambahan substrat CO2 terhadap laju fotosintesis? kegiatan 15 Benarkah cahaya mutlak dibutuhkan untuk fotosintesis?

II. Tujuan Praktium 1. Mengetahui pengaruh penambahan substrat terhadap laju fotosintesis 2. Membuktikan apakah cahaya mutlak dibutuhkan untuk proses fotosintesis

III. Kajian Pustaka

Tumbuhan, khususnya tumbuhan tingkat tinggi memerlukan makanan sebagai kebutuhan pokok agar tetap bertahan hidup, tumbuhan tersebut harus melakukan suatu proses yang dinamakan proses sintesis karbohidrat yang terjadi dibagian daun satu tumbuhan yang memiliki klorofil, dengan menggunakan cahaya matahari. Cahaya matahari merupakan sumber energi yang diperlukan tumbuhan untuk proses tersebut. Tanpa adanya cahaya matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan proses fotosintesis, hal ini disebabkan klorofil yang berada didalam daun tidak dapat menggunakan cahaya matahari karena klorofil hanya akan berfungsi bila ada cahaya matahari (Dwidjoseputro, 1986). Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya dan juga sintesis yang berarti penyusunan, jadi fotosintesis dapat diartikan proses penyusunan dari zat organik berupa H2O dan CO2 menjadi senyawa organik yang kompleks berupa karbohidrat (Cn(H2O)n) yang juga menghasilkan O2 dan uap air (H2O), proses ini memerlukan cahaya dan juga klorofil. Fotosintesis hanya dapat terjadi pada tumbuhan yang mempunyai klorofil, yaitu pigmen yang berfungsi sebagai penangkap energi cahaya matahari (Kimball, 2002). Dari peryataan diatas dapat dituliskan persamaan reaksi dari proses fotosintesis, yaitu: Cahaya Matahari 12H2O + 6CO2 klorofil Orang yang pertama kali menemukan fotosintesis adalah Jan Ingenhousz. Fotosintesis merupakan suatu proses yang penting bagi organisme di bumi, dengan fotosintesis ini tumbuhan menyediakan bagi organisme lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Jan Ingenhosz melakukan percobaan dengan memasukkan tumbuhan Hydrilla verticillata ke dalam bejana yang berisi air. Bejana gelas itu ditutup dengan corong terbalik dan diatasnya diberi tabung reaksi yang diisi air hingga penuh, kemudian bejana itu diletakkan di terik C6H12O6 + 6O2 + 6H2O

matahari. Tak lama kemudian muncul gelembung udara dari tumbuhan air itu yang menandakan adanya oksigen (Kimball, 1993). Pada tahun 1860, Sach membuktikan bahwa fotosintesis menghasilkan amilum. Dalam percobaannya tersebut ia mengguanakan daun segar yang sebagian dibungkus dengan kertas timah kemudian daun tersebut direbus, dimasukkan kedalam alkohol dan ditetesi dengan iodine. Ia menyimpulkan bahwa warna biru kehitaman pada daun yang tidak ditutupi kertas timah menandakan adanya amilum/karbohidrat (Malcome, 1990). Fotosintesis berlangsung dalam 2 tahap, yaitu :
1. Reaksi Terang

Reaksi terang fotosintesis merupakan reaksi pengikatan energi cahaya oleh klorofil yang berlangsung di grana, persisnya di membran tilakoid yang dilaksanakan oleh fotosistem. Fotosistem merupakan unit yang mampu menangkap energi cahaya matahari dalam rantai transfor elektron pada fotosintesis. Tersusun atas kompleks antene pusat reaksi dan akseptor elektrona. Reaksi terang menggunakan dua fotosistem yang berhubungan. Fotosistem I menyerap cahaya dengan panjang gelombang 700 nm maka disebut P700, fotosistem II menyerap cahaya dengan panjang gelombang 680 nm maka disebut P680. Bila bekerja bersama, 2 fotosistem ini melakukan proses fotofosforilasi non-siklik yang menghasilkan ATP dan NADPH. Fotosistem I mentransfer elektron ke NADP+ untuk membentuk NADPH. Kehilangan elektron digantikan oleh elektron dari fotosistem II. Fotosistem II dengan potensial oksidasinya yang tinggi dapat memecah air untuk menggantikan elektron yang ditransfer ke fotosistem I. Kedua fotosistem ini dihubungkan oleh kompleks pembawa elektron yang disebut sitokrom/komplek b6-f. Kompleks ini menggunakan energi dari pemindahan elektron untuk memindahakan proton dan mengaktifkan gradien proton yang digunakan oleh enzim ATP sintase. Saat pusat reaksi Fotosistem II menyerap foton, elektron tereksitasi pada molekul klorofil P680, yang mentransfer elektron ini ke akseptor elektron. P680 teroksidasi melepaskan elektron dari kulit terluar atom Mg. Atom Mg yang teroksidasi dengan bantuan enzim pemecah air, melepaskan elektron dari atom oksigen dari 2 molekul air. Proses ini membuat P680 menyerap 4 foton untuk melengkapi oksidasi 2 molekul air dan mengahsilkan 1 oksigen. Elektron yang tereksitasi dibawa oleh plastoquinon dan kemudian diterima oleh kompleks b6-f. Kehadiran elektron menyebabkan kompleks memompa proton ke celah tilakoid, kemudian elektron dibawa oleh plastosianin ke fotosistem I. Pusat reaksi fotosistem I menyerap foton maka elektronnya tereksitasi. Lobang yang ditinggal elektron segera ditempatin olek elektron dari Fotosistem II, sedangkan elektron yang tereksitasi tersebut ditangkap oleh ferredoxin. Ferredoxin tereduksi membawa

elektron dengan potensial yang tinggi kemudian ditangkap oleh NADP+ untuk membentuk NADPH.Reaksi ini dikatalisasi oleh enzim NADPH reduktase. Enzim ATP sintase menggunakan gradien proton yang tercipta saat tranpor elektron untuk mensintesis ATP dari ADP + Pi.
2. Reaksi gelap

Reaksi gelap adalah reaksi pembentukan gula dari CO2. Berbeda dengan reaksi terang, reaksi gelap atau reaksi tidak bergantung cahaya bisa terjadi pada saat siang dan malam, namun pada siang hari laju reaksi gelap tentu lebih rendah dari laju reaksi terang. Reaksi gelap fotosintesis merupakan reaksi pengikatan CO2 oleh molekul RuBP (Ribolosa Bifosfat) untuk mensintesis gula yang berlangsung distroma dengan memanfaatkan energi dari reaksi terang yang berupa ATP dan NADPH, reaksi gelap meliputi tiga hal penting, yaitu: a.Karboksilasi : merupakan pengikatan CO2 oleh RuPB untuk membentuk molekul PGA. b.Reduksi : PGA (3C) direduksi oleh NADPH menjadi PGAL (3C). c.Regenerasi : pembentukan kembali RuBP. Fotosintesis disebut mekanisme C3, karena molekul yang pertama kali terbentuk setelah fiksasi karbon adalah molekul berkarbon 3. Kebanyakan tumbuhan menggunakan fotosintesis C3 disebut tumbuhan C3. Untuk beberapa tumbuhan, mereka terpaksa melakukan fotosintesis dengan cara yang sedikit berbeda karena kondisi lingkungan. RuBP, alih-alih mengikat CO2, justru mengikat O2 sehingga berubah menjadi glikolat dan terurai. Proses ini disebut fotorespirasi. Saat fiksasi karbon, CO2 dan O2 berkompetisi untuk berikatan dengan RuBP. Pada kondisi normal bersuhu 25 C, 20% fiksasi karbon untuk fotosintesis hilang karena fotorespirasi. Kemungkinan makin meningkat saat kondisi panas, kering dan stomata menutup di siang hari untuk menyimpan air. Kondisi ini menyebabkan CO2 tidak bisa masuk dan O2 tidak bisa keluar sehingga terjadi fotorespirasi. Untuk menanggulangi hal tersebut, maka tanaman mengikatkan CO2 ke fosfoenolpiruvat (PEP), dikatalisis oleh PEP karboksilase dan membentuk senyawa 4 karbon, biasanya oksaloasetat. Mekanisme ini disebut mekanisme C4. Pengikatan ini terjadi disel mesofil. Oksaloasetat kemudian berubah menhadi malat yang memasuki sel seludang dan disanalah malat melepaskan CO2 untuk memulai siklus Calvin. Malat

berubah menjadi piruvat yang keluar menuju sel mesofil, berubah menjadi PEP untuk berikatan lagi dengan CO2. Contoh tumbuhan C4 yaitu jagung. Mekanisme fotosintesis lainnya yaitu CAM (Crassulacean Acid Metabolism). Tumbuhan CAM melakukan persis sama yang dilakukan tumbuhan C4 namun peristiwanya terjadi di sel mesofil dan fiksasi CO2 menggunakan PEP di malam hari dan sikuls Calvin terjadi di siang hari. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi laju fotosintesis adalah sebagai berikut : Faktor luar 1. Cahaya Pengaruh unsur cahaya pada tanaman tertuju pada pertumbuhan vegetatif dan generatif. Tanggapan tanaman terhadap cahaya ditentukan oleh sintesis hijau daun, kegiatan stomata ( respirasi, transpirasi), pembentukan anthosianin, suhu dari organorgan permukaan, absorpsi mineral hara, permeabilitas, laju pernafasan, dan aliran protoplasma (Jumin 2008:8). Secara teoritis, semakin besar jumlah energi yang tersedia akan memperbesar jumlah hasil fotosintesis. 2. Konsentrasi CO2 Semakin banyak karbon dioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang dapat digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis. 3. Suhu Rentang suhu yang memungkinkan tumbuhan berfotosintesis ternyata sangat luas. Pengaruh suhu terhadap fotosintesis bergantung pada spesies, keadaan lingkungan tempat tumbuhan itu tumbuh, dan keadaan lingkungan saat pengukuran. Tanaman seperti jagung, sorgum, kapas, dan kedelai dapat tumbuh baik pada iklim hangat. Biasanya mempunyai suhu optimum lebih tinggi dibandingkan denan tanaman seperti kentang, gandum, oats, dan jelai yang ditanam di daerah yang lebih dingin. (Salisbury and Ross, et al., 1995). Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu hingga batas toleransi enzim. Suhu optimum sekitar 35 C.

4. Kadar Air Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, tertutupnya stomata akan menghambat penyerapan karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis (Salisbury and Rose, et al., 1995) 5. Kadar fotosintat (hasil fotosintesis) Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang maka laju fotosintesis akan naik. Bila kadar fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis akan berkurang. 6. Tahap pertumbuhan Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada tumbuhan yang sedang berkecambah daripada tumbuhan dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan tumbuhan berkecambah memerlukan lebih banyak energi dan makanan untuk tumbuh. Faktor dalam Kandungan klorofil, morfologi dan anatomi daun serta akumulasi hasil fotosintesis. Jumlah klorofil akan menentukan kecepatan fotosintesis, struktur anatomi dan morfologi daun mempengaruhi fotosintesis terkait dengan kecepatan difusi CO2 dan lewatnya cahaya pada mesofilnya.
IV. Metode Praktikum: 1. Tempat dan waktu: Lab biokimia, FMIPA, UNY/ 23 Oktober 2012/ 07.00 WIB 2. Alat dan Bahan a. Kegiatan 14 Beker glass (1.000 ml) Tabung reaksi Corong gelas Air Kawat Hydrilla sp

KHCO3 atau NaHCO3

b. Kegiatan 15 Tanaman sehat ( daun berwarna merah) Aluminium foil Spiritus Alkohol 96% dan air Beker glass 1.000 ml dan 500 ml Pipet tetes Iodine Larutan amilum 1%

3. Posedur Kerja

Kegiatan 14

Kegiatan 15

V. Hasil

Hasil pengamatan : Kegiatan 14 Tabel Jumlah Gelembung Udara Yang Dihasilkan No . 1. Jumlah gelembung yang dihasilkan Tanpa NaHCO3 Gelembung besar 53/10 menit Tambah NaHCO3 Gelembung besar 30/10 menit Ket.

2.

Gelembung kecil 357/1 menit

Gelembung kecil 574/1 menit

Kegiatan 15 Tabel Perbandingan Warna Daun No. 1. 2. 3. 4. Kondisi Awal / masih segar Setelah direndam alkohol Setelah dipanaskan Setelah ditetesi iodine Merah Merah Warna Daun Merah tua Merah tua Ket.

VI. Pembahasan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada hari Rabu tanggal 23 Oktober 2012 di laboratorium biokimia FMIPA UNY dengan topik pengaruh penambahan substrat CO2 terhadap Laju Fotosintesis yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan substrat terhadap laju fotosintesis (kegiatan 14) dan dengan topik benarkah cahaya mutlak dibutuhkan untuk fotosintesis yang bertujuan untuk membuktikan apakah cahaya mutlak dibutuhkan untuk fotosisntesis ( kegiatan 15). Percobaan pertama menggunakan tanaman air yaitu Hydrilla sp. Percobaan ini menggunakan alat dan bahan seperti beker glass, tabung reaksi, corong gelas, Hidrylla sp, air, kawat, dan KHCO3 atau NaHCO3. Pada percobaan pertama, kami terlebih dahulu merangkai alat yang akan digunakan untuk percobaan Ingenhousz. Beker gelas dengan volume satu liter ditempatkan pada ember yang berisikan air, kemudian di dalam beker gelas tersebut tambahankan hidrila yang sebagian batangnya telah dimasukkan dalam corong kaca, dan tak lupa corong kaca ditutup dengan tabung reaksi dan corong kaca digantungkan dengan bantuan tiga buah kawat. Proses ini dilakukan di dalam ember yang berisis air agar tidak terdapat gelembung udara pada rangkain alat tersebut.

Setelah itu, rangkaian alat percobaan ditempatkan di daerah yang terkena radiasi sinar matahari, hal ini dilakukan agar hidrilla mendapatkan cahaya dan dapat melakukan fotosintesis. Gejala fotosintesis dapat ditandai dengan adanya gelembung udara yang bergerak dari bagian bawah corong kaca menuju bagian teratas dari tabung reaksi yang diletakkan terbalik. Gelembung udara tersebut menandakan adanya oksigen. Pengamatan yang pertama adalah mengamati banyaknya gelembung udara yang terbentuk selama 10 menit pertama. Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa gelembung yang tebentuk sangat banyak, gelembung kecil terus menerus keluar dari bagian bawah sehingga untuk menghitungnya selama 10 menit tentu akan sulit sehingga praktikan menghitung gelembung tersebut setiap satu menit. Selain gelembung kecil, dihasilkan juga gelembung besar yang tidak terlalu banyak, sehingga praktikan dapat menghitung jumlah keseluruhan gelembung besar dalam waktu 10 menit. Hasil yang didapatkan adalah 53 gelembung besar dalam kurun waktu 10 menit pertama dan gelembung kecil terhitung 357 per menit. Jumlah gelembung kecil dalam hitungan waktu 10 menit dapat diasumsikan dihasilkan secara konstan setiap meninya sehingga untuk mencari jumlahnya dalam waktu 10 menit dicari dengan mangkalikan 10. Sehingga didapat nilai 3570 gelembung kecil/10 menit. Untuk 10 menit berikunya dalam rangkaian alat tersebut dilakukan penambahan substrat CO2. Untuk substrat praktikan menggunakan larutan NaHCO3 sebanyak 10 ml. Larutan tersebut dicampurkan pada beker gelas yang berisi air. Setelah larutan NaHCO3 ditambahkan, perlakuan selanjutnya adalah menempatkan rangkaian percobaan tersebut pada daerah yang terkena sinar matahari. Setelah 10 menit, gelembung udara besar yang terbentuk adalah 37/10 menit. Sedangkan untuk gelembung udara kecil hanya 574/menit. Gelembung

udara kecil per 10 menit dapat dihitung dengan mengkalikan 10 dan hasilnya adalah 5740/10 menit. Gelembung udara yang paling banyak ditemukan adalah pada percobaan dengan penambahan substrat NaHCO3. Hal ini terjadi karena NaHCO3 mengandung karbon dioksida yang merupakan materi penting dalam proses fotosintesis. Dimana telah dijelaskan dalam tinjauan pustaka bahwa semakin banyak karbon dioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang dapat digunakan tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis. Laju fotosintesis ditingkatkan juga oleh konsentrasi CO2 yang lebih tinggi, khususnya bila stomata tertutup sebagian karena kekeringan. Pada konsentrasi CO2 tinggi, tingkat radiasi yang tinggi dapat meningkatkan fotosintesis jauh lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi CO2 rendah. untuk menjenuhkan fotosintesis pada tingkat cahaya yang tinggi diperlukan konsentrasi CO2 yang lebih tinggi dibandingkan dengan radiasi yang rendah. Dalam percobaan kegiatan 15 ini kelompok VII menggunakan daun tanaman yang berwarna merah. Karena tidak mengenal tanamannya, maka dalam pembahasan kali ini tidak dapat memberikan pembahasan dengan detail dari tanaman yang digunakan pada saat percobaan. Perlakuan yang kami berikan adalah menutup permukaan atas dan bawah daun dengan aluminium foil atau kertas genjreng. Perlakuan ini dilakukan dengan tujuan mencegah terjadinya fotosintesis. Penutupan daun dengan kertas aluminium foil dilakukan pada hari Minggu sore pukul 14.30 WIB. Hari senin pukul 09.00 daun yan telah kami beri perlakuan dipetik dan direndam dalam alkohol 96% selama satu hari. Alkohol berguna untuk melarutkan klorofil, sehingga yang tersisa hanya produk dari fotosintesis berupa pati/karbohidrat. Pada langkah selanjunya dilakukan perebusan daun, proses ini dimulai dengan memanaskan air dalam beker glass 1.000 ml sampai mendidih. Sementara menunggu air mendidih daun beserta alkohol dimasukkan dalam beker glass 500 ml. Setelah air mendidih beker glass yang berisi daun tersebut dimasukkan dalam beker glass 1.000 ml. Proses perebusan dilakukkan sampai warna daun berubah, kurang lebih selama 15 menit bertujuan untuk melarutkan klorofil yang ada pada daun agar bisa bereaksi dengan iodine. Daun yang telah di rebus ditetesi dengan iodine. Pada saat inilah yang dinamakan uji sachs yaitu dengan penambahan lugol akan mengetahui ada dan tidaknya amilum atau karbohidrat yang terkandung di dalamnya. Apabila di dalamnya terkandung amilum atau karbohidrat, maka setelah ditetesi lugol akan berwarna hitam atau ungu kehitaman. Ternyata daun yang kami tutup dengan aluminium foil menunjukkan hasil negatif pada uji iodine. Daun yang tidak ditutup dengan aluminium foil juga menunjukkan hasil negatif pada uji iodine

dengan memberikan hasil warna merah. Pada dasar teori telah dikatakan bahwa pengaruh cahaya mempengaruhi proses fotosuntesis. Daun yang tidak ditutup dengan aluminium foil seharusnya menghasilkan uji positif pada uji iodine karena daun tidak tertutup sehingga cahaya dapat digunakan sebagai sumber energi fotosintesis. Sedangkan pada daun yang ditutup dengan aluminium foil memang menunjukkan uji negatif terhadap uji iodine karena pada daun yang ditutup tidak terjadi fotosintesis karena tidak adanya cahaya yang dapat dimanfaatkan oleh klorofil. Adanya ketidakberhasilan kami dalam kegiatan 15 mungkin dikarenakan kurang lamanya perebusan dan perendaman dengan alkohol 96% sehingga uji lugol menghasilkan uji negatif karena pati masih tertutup oleh klorofil.
VIII.

Kesimpulan

Setelah melakukan dua kegiatan percobaan diatas, kami dapat menyimpulkan bahwa :
1. Penambahan substrat CO2 mempengaruhi laju fotosintesis yang ditandai

dengan terbentuknya gelembung udara lebih banyak daripada percobaan yang tidak dilakukan penambahan substrat CO2. Gelembung udara menandakan adanya oksigen sebagai salah satu hasil dari proses fotosintesis.
2. Pada proses fotosintesis cahaya sangat diperlukan didalamnya. Apabila

tidak ada cahaya maka reaksi pembentukan energi (reaksi terang) yang digunakkan dalam proses pembentukan karbohidrat (reaksi gelap) sebagai produk fotosntesis akan terhambat, sehingga tidak dapat menghasilkan karbohidrat.

IX. Saran

Pada praktikum mengenai kedua kegiatan ini sebaiknya ditambah dalam penyediaan alat yang digunakan. Pada saat praktikum hanya disediakan satu beker glass1.000 ml dan satu beker glass 500 yang digunakan untuk dua kegiatan, sehingga kegiatan pratikum tidak

berjalan lancar dan terkesan membuang-buang waktu saat menungu alat lain yang masih digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro. 1986. Biologi. Jakarta : Erlangga. Jumin, H.B. 2008. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Kimball, J. W. 1993. Biologi Umum. Jakarta : Erlangga. Kimball, J.W. 2002. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Erlanggga. Malcome. B. W. 1990. Fisiologi Tanaman. Bandung : Bumi Aksara. Salisbury, F. B dan Ross, C. W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Bandung : ITB.

Anda mungkin juga menyukai