Anda di halaman 1dari 8

STUDI LITERATUR : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

LAJU TRANSPIRASI PADA TANAMAN

Fadhilah Aulia Tribuanadewi1, Rizky Arsya Putri Harahap2, Safira Try Puspita 3
1,2,3
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Medan
Jalan Willem Iskandar Pasar V Medan Estate, Medan 20221, Sumatera Utara, Indonesia
Email : auliafadhilah58@gmail.com1, rizkyarsyaputri6501@gmail.com2, safirapspt19@gmail.com3

ABSTRAK

Studi ini dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang cukup terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi laju transpirasi pada tanaman. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah
melalui studi literatur yang mengumpulkan beberapa penelitian terdahulu untuk menjawab
faktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi pada tanaman. Hasil dari studi ini dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi pada tanaman terdiri dari
faktor internal (faktor yang berasal dari tumbuhan itu sendiri) dan faktor eksternal (faktor yang
berasal dari lingkungan). Faktor internal terdiri dari jumlah dan luas daun, jumlah dan ukuran
stomata, dan penutupan stomata. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari cahaya matahari,
temperatur, kelembapan, angin dan ketersediaan air tanah.

Kata kunci : Transpirasi, Faktor-Faktor Laju Transpirasi

ABSTRACT

This study was conducted to collect sufficient information on the factors that affect the rate of
transpiration in plants. The method used in this study is through a literature study that collects
several previous studies to answer the factors that affect the rate of transpiration in plants. The
results of this study can be concluded that the factors that affect the rate of transpiration in
plants consist of internal factors (factors originating from the plant itself) and external factors
(factors originating from the environment). Internal factors consist of number and area of
leaves, number and size of stomata, and stomata closure. While external factors consist of
sunlight, temperature, humidity, wind and availability of ground water.

Key words : Transpiration, Transpiration Rate Factors


PENDAHULUAN
Secara alamiah tumbuhan mengalami kehilangan air melalui penguapan. Proses
kehilangan air pada tumbuhan ini disebut transpirasi. Transpirasi ini merupakan salah satu
mekanisme pengaturan fisiologi pada tumbuhan yang terkait dengan berbagai kondisi yang ada
di tubuhnya dan lingkungan sekitarnya. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan
kekuatan untuk menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari
sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak langkah
dimana perpindahan air dan banyak faktor yang mempengaruhi pergerakannya.
Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup
tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel.
Transpirasi juga merupakan terlepasnya air dalam bentuk uap air melalui stomata dan kutikula
ke udara bebas (evaporasi). Jadi semakin cepat laju transpirasi berarti semakin cepat
pengangkutan air dan zat hara terlarut, demikian pula sebaliknya. Alat untuk mengukur
besarnya laju transpirasi melalui daun disebut fotometer atau transpirometer (Srinatalia, 2021).
Transpirasi dapat menguntungkan tanaman, dikatakan menguntungkan tanaman karena
beberapa alasan, yaitu dapat menumbuhkan tanaman penghisapan dan pengangkutan serta
meningkatkan hormon, mempengaruhi absorbsi air dan mineral oleh akar, berperan penting
dalam transportasi zat hara dari suatu bagian tanaman kebagian tanaman lainnya,
mempengaruhi evaporasi dalam sejumlah air, mempertahankan kestabilan suhu daun dan
mencegah dehidrasi pada tanaman ( Lakitan, 2007 ).
Menurut (Salisbury, 1995) proses transpirasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain seperti ukuran daun, tebal
tipisnya daun, tebal lapisan lilin, jumlah rambut daun, jumlah, bentuk dan lokasi
stomata, termasuk pula umur jaringan, keadaan fisiologis jaringan dan laju metabolisme.
Faktor eksternal antara lain meliputi radiasi cahaya, suhu, kelembaban udara, angin dan
kandungan air tanah.
Terdapat tiga jenis transpirasi, yaitu :
1. Transpirasi Kutikula
Adalah evaporasi air yang tejadi secara langsung melalui kutikula epidermis. Kutikula
daun secara relatif tidak tembus air, dan pada sebagian besar jenis tumbuhan transpirasi
kutikula hanya sebesar 10%. Oleh karena itu, sebagian besar air yang hilang terjadi melaui
stomata.
2. Transpirasi Stomata
Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut terdapat ruang-
ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang jenuh air. Air menguap
dari dinding-dinding basah ini ke ruang-ruang antar sel, dan uap air kemudian berdifusi
melalui stomata dari ruang-ruang antar sel ke athmosfer di luar. Sehingga dalam kondisi
normal evaporasi membuat ruang-ruang itu selali jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka,
difusi uap air ke athmosfer pasti terjadi kecuali bila atmosfer itu sendiri sama-sama
lembap.
3. Transpirasi Lentisel
Lentisel adalah daerah pada kulit kayu yang berisi sel-sel yang tersusun lepas yang dikenal
sebagai alat komplementer, uap air yang hilang melalui jaringan ini sebesar 0.1 % dari
total transpirasi (Srinatalia, 2021).

Proses transpirasi terjadi melalui 2 tahapan, yaitu :


1. Evaporasi air dari dinding sel ke ruang antar sel yang ada dalam daun.
Proses ini akan terus berlangsung sampai rongga antar sel jenuh dengan uap air. Sel-sel
yang menguapkan air ke rongga antar sel akan kekurangan air sehingga potensial airnya
menurun. Pada tahap inilah air yang diserap oleh akar akan dibawa naik melalui pembuluh
xylem sampai bagian daun.
2. Difusi air dari ruang antar sel ke atmosfer melalui stomata, kutikula ataupun lentisel.
Di samping mengeluarkan air dalam bentuk uap air, tumbuhan dapat pula mengeluarkan
air dalam bentuk tetesan air yang prosesnya disebut gutasi dengan melalui alat yang
disebut hidatoda, yaitu yaitu suatu lubang yang terdapat pada ujung urat daun yang sering
kita jumpai pada spesies tumbuhan tertentu (Wibisono, 2004).

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi literatur. Metode
studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data
pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelola bahan penelitian. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan cara mencari dan mengumpulkan jurnal dan artikel penelitan yang berisikan
tentang konsep yang diteliti, untuk di review dan menghasilkan kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup
tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel.
Transpirasi paling banyak terjadi melalui stomata. Kemungkinan kehilangan air dari jaringan
tanaman melalui bagian tanaman yang lain seperti lubang kutikula, dan lentisel dapat saja
terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui
stomata. Penyebab air banyak yang hilang ke atmosfir melalui tanaman yaitu bahan yang
terkandung didalam tanaman sebagian besar adalah senyawa kerangka karbon, di mana karbon
tersebut berasal dari udara dalam bentuk CO2. Tumbuhan menyerap CO2 tersebut melalui
stomata. Jika tumbuhan ingin menyerap lebih banyak CO2, maka stomata harus dibuka lebar.
Akibatnya jika stomata dibuka lebar maka tanaman akan lebih banyak kehilangan air. Karena
baik CO2 maupun uap air bergerak melalui stomata yang sama (Lakitan, 2007).
Macam-macam transpirasi adalah transpirasi melalui kutikula, stomata dan melalui
lentisel. Sebenarnya seluruh bagian tanaman itu mengadakan transpirasi. Akan tetapi biasanya
yang dibicarakan hanyalah transpirasi lewat daun, karena hilangnya molekul-molekul air dari
tubuh tanaman itu sebagian besar adalah lewat daun. Hal ini disebabkan karena luasnya
permukaan daun dan juga karena daun itu lebih banyak terkena udara dari pada bagian-bagian
lain dari suatu tanaman. Selain itu transpirasi dapat terjadi melalui Iuka di jaringan epidermis
pada daun, batang, cabang, ranting, bunga, buah dan akar. Tidak semua tumbuhan mengalami
proses transpirasi. Sedangkan pada tumbuhan yang mengalami proses ini, transpirasi terkadang
terjadi secara berlebihan sehingga mengakibatkan tumbuhan kehilangan banyak air dan lama
kelamaan layu sebelum akhirnya mati (Muswita, 2017).
Fungsi transpirasi pada pertumbuhan tanaman adalah untuk mengetahui kemampuan
fotosintesis tanaman dalam kepemilikan terhadap air yang tersedia dan membantu proses
transport unsur hara dan garam-garam mineral dari akar menuju batang dan daun. Pada kondisi
yang memadai, transpirasi mampu menyediakan air yang cukup. Proses transpirasi dapat terjadi
melalui proses membuka dan menutupnya stomata. Menurut Berg (2007), apabila proses
transpirasi terganggu maka laju transpirasi akan rendah dan menurunkan turgor pada sel
sehingga proses membuka dan menutupnya stomata terhambat. Berdasarkan studi literatur dan
beberapa penelitian terdahulu terkait dengan transpirasi tumbuhan, faktor yang mempengaruhi
laju transpirasi terdiri dari faktor internal (faktor yang berasal dari tumbuhan itu sendiri) dan
faktor eksternal (faktor yang berasal dari lingkungan).
A. Faktor Internal
Fakor internal yang mempengaruhi laju transpirasi adalah sebagai berikut:
1) Jumlah dan luas daun
Semakin banyak jumlah daun maka semakin banyak jumlah stomata, sehingga
semakin besar transpirasinya (Papuangan et al, 2012). Luas daun pada tumbuhan juga
berpengaruh terhadap laju transpirasi. Menurut Khairuna (2019), semakin luas daerah
permukaan daun suatu tanaman, maka semakin besar pula laju transpirasinya . Hal ini
karena daun yang luas memiliki jumlah stomata yang banyak, sehingga
mengakibatkan tingginya laju transpirasi (Papuangan et al, 2012).
2) Jumlah dan ukuran stomata
Kebanyakan daun dan tanaman yang produktif mempunyai banyak stomata pada
kedua sisi daunnya. Jumlah, bentuk dan ukuran stomata ini dipengaruhi oleh genotip
dan lingkungan. Semakin banyak jumlah stomata yang terdapat di daun maka semakin
besar laju transpirasinya. Menurut Papuangan et al (2014), stomata yang terdapat pada
bagian adaxial (atas) daun biasanya lebih sedikit dibandingkan dengan stomata yang
terdapat pada bagian abaxial (bawah). Hal ini dikarenakan pada bagian abaxial (bawah)
tidak terkena cahaya matahari secara langsung sehingga tidak banyak stomata yang
rusak akibat penyinaran yang terlalu kuat. Selain itu pada bagian abaxial (bawah),
lapisan kutikula yang melapisi epidermis lebih tipis atau bahkan tidak dilapisi oleh
kutikula, sehingga tidak ada atau hanya sedikit penghalang untuk berlangsungnya
proses transpirasi melalui stomata.
Pada bagian adaxial (atas), sinar matahari akan langsung mengenai lapisan
permukaan daun dan akan merusak stomata jika penyinaran terlalu kuat. Selain itu,
pada bagian adaxial (atas), terdapat lapisan kutikula yang tebal dan menutupi stomata
sehingga menghalangi terjadinya proses transpirasi. Hal ini mengakibatkan kerapatan
stomata pada bagian abaxial lebih besar dari kerapatan stomata pada bagian adaxial
(Suryono, 2012).
3) Penutupan stomata
Dengan terbukanya stomata lebih lebar, air yang hilang lebih banyak tetapi peningkatan
kehilangan air lebih sedikit untuk masing-masing satuan penambahan pelebaran
stomata. Banyak faktor yang mempengaruhi pembukaan dan penutupan stomata, yang
paling berpengaruh adalah tingkat cahaya dan kelembapan. Pada sebagian besar
tanaman, cahaya dan kelembapan dalam daun yang rendah, sel-sel pengawal akan
kehilangan tugornya yang mengakibatkan penutupan stomata sehingga menghambat
terjadinya transpirasi (Berg, 2007).

B. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang mempengaruhi laju transpirasi adalah sebagai beirkut:
1) Cahaya matahari
Cahaya matahari menyebabkan membukanya stomata dan gelap menyebabkan
tertutupnya stomata, jadi semakin tinggi intensitas sinar matahari yang diterima daun,
maka laju transpirasi akan semakin tinggi. Sinar itu juga mengandung panas, maka
banyak sinar berarti juga menambah panas dengan demikian menaikan temperatur.
Kenaikan temperatur sampai pada batas tertentu menyebabkan melebarnya stomata
dengan demikian memperbesar laju transpirasi (Barid, 2007).
Cahaya mempengaruhi laju transpirasi melalui dua cara, pertama cahaya akan
mempengaruhi suhu daun sehingga dapat mempengaruhi aktifitas transpirasi dan yang
kedua dapat mempengaruhi transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka tutupnya
stomata.
2) Temperatur
Kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam daun, serta menambah tekanan
uap di luar daun. Tetapi berhubung udara di luar daun itu tidak terbatas, maka tekanan
uap tidak akan setinggi tekanan yang terdapat didalam daun. Akibatnya, uap air akan
mudah berdifusi dari dalam daun ke udara bebas. Jadi, semakin tinggi temperatur,
kecepatan atau laju transpirasi akan semakin tinggi pula (Silaen, 2021)
3) Kelembapan
Udara yang basah akan menghambat transpirasi sedangkan udara yang kering akan
memperlancar transpirasi. Pada kondisi cerah udara tidak banyak mengandung air. Pada
kondisi tersebut tekanan uap di dalam daun jauh lebih tinggi dibandingkan tekanan uap
di luar daun, sehingga molekul-molekul air berdifusi dari konsentrasi yang tinggi (di
dalam daun) ke konsentrasi rendah (di luar daun) sehingga melancarkan transpirasi.
Sebaliknya jika kondisi udara banyak mengandung awan maka kebasahan antara bumi
dengan awan itu sangat tinggi. Dengan demikian maka perbedaan kebasahan udara di
dalam dan di luar akan berbeda, keadaan yang demikian ini menghambat difusi uap air
dalam sel ke lingkungan (luar daun) dengan artian menghambat transpirasi (Barid,
2007).
4) Angin
Angin mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju
transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi, kemudian angin menurunkan
kelembaban udara di atas stomata, sehingga meningkatkan kehilangan neto air dan
mempercepat laju transpirasi. Namun jika angin menyapu daun, maka akan
mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan menurun dan hal ini dapat menurunkan laju
transpirasi. Pada umumnya angin yang sedang dapat meningkatkan laju transpirasi. Hal
ini dapat dimaklumi karena angin membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun
dekat stomata. Dengan demikian maka uap yang masih ada di dalam daun kemudian
mendapat kesempatan untuk berdifusi ke luar. (Handoko & Anisa, 2020).
5) Ketersediaan air tanah
Air di dalam tanah ialah satu-satunya sumber yang pokok dimana akar-akar tanaman
mendapatkan air yang dibutuhkannya. Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh
ketersediaan air tanah dan laju absorbsi air di akar. Pada siang hari biasanya air
ditranspirasikan lebih cepat dari pada penyerapan air dari tanah. Hal tersebut
menyebabkan devisit air dalam daun sehingga terjadi penyerapan yang besar. Pada
malam hari terjadi sebaliknya karena suhu udara dan suhu daun pada malam hari lebih
rendah dibandingkan pada siang hari. Jika ketersediaan air tanah menurun sebagai
akibat penyerapan oleh akar, gerakan air melalui tanah ke dalam akar menjadi lambat.
Hal ini cenderung untuk meningkatkan defisit air di dalam daun dan menurunkan laju
transpirasi lebih lanjut (Barid, 2007).

KESIMPULAN
Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup
tanaman yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel.
Adapun faktor yang mempengaruhi laju transpirasi yaitu terdiri dari faktor internal (faktor yang
berasal dari tumbuhan itu sendiri), seperti jumlah dan luas daun, jumlah dan ukuran stomata
serta penutupan stomata dan faktor eksternal (faktor yang berasal dari lingkungan), seperti
cahaya matahari, temperature, kelembapan, angin dan ketersediaan air tanah.
SARAN
Setelah kita mengkaji materi mengenai transpirasi pada tumbuhan, setidaknya kita telah
mengetahui apa itu transpirasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi. Informasi
yang telah diperoleh juga dapat dikembangkan sebagai bahan ajar yang akan disajikan dalam
rancangan media pembelajaran dan hendaknya juga mempertimbangkan referensi relevan yang
terbaru, oleh karena itu diharapkan kepada penulis dan pembaca agar mampu menerapkan
pengetahuan yang telah diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA
Barid, B. (2007). Kajian Unit Resapan dengan Lapisan Tanah dan Tanaman dalam
Menurunkan Limpasan Permukaan. Jurnal Berkala Ilmiah Teknik Perairan. Vol 13(4):
248-255.
Berg, L. (2007). Botany: Plant, People and Environment Second Edition. Belmont. California
(US): Thomson Higher Education.
Dwidjoseputro, D. 1988. Pengantar Fisologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Handoko, A & Anisa, M. (2020). Buku Ajar Fisiologi Tumbuhan Program Studi Pendidikan
Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung. Lampung: UIN
Raden Intan Lampung.
Khairuna. (2019). Diktat Fisiologi Tumbuhan. Medan: UIN Medan.
Lakitan, B. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Muswita, Y. U. (2017). Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Jambi: Universitas Jambi.
Papuangan, N., Nurhasanah., & Mudmainah, D. (2014). Jumlah dan Distribusi Stomata pada
Tanaman Penghijauan di Kota Ternate. Jurnal Bioedukasi. Vol 3(1): 287-292.
Salisbury, F.B dan C.W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid III. Bandung : ITB Press.
Silaen, Srinatalia. 2021. Pengaruh Transpirasi Tumbuhan dan Komponen Didalamnya. Jurnal
Agroprimatech. 5 (1) : 14-20.
Soedirokoesoemo,Wibisono. 2004. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai