Anda di halaman 1dari 30

CRITICAL JOURNAL REVIEW

JURNAL ILMIAH CIVIS

MENEGUHKAN PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT PENDIDIKAN NASIONAL

OLEH : AGUS SUTOMO TAHUN 2015

Disusun oleh :

Rizky Arsya Putri Hrp (4191141006)


Morina Wati (4192441007)
Asri Purnama ( 4193341010)
Saida Putri Mei Purba (4191141007)

Dosen Pengampu : Lidia Simanihuruk, S.Si.,M.Pd.


Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2019
EXCECUTIVE SUMMARY

Peneletian dalam jurnal ini dibuat dengan tujuan untuk mengungkapkan dan
membuktikan bahwa pancasila merupakan filsafat pendidikan. Dalam penelitian ini
terdapat pernyatan yang paling mendasari, apakah implementasi atau penerapan sistem
pendidikan nasional bangsa Indonesia sudah mencerminkan pandangan-pandangan
filosofis yang berakar pada pancasila?

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif-analitis serta


menggunakan metode hermeneutik, kemudian dilakukan pencarian data-data yang
paling relevan dan utama terkait dengan kajian tentang pancasila dan pendidikan serta
selanjutnya dilakukan analisis yang lebih tajam sehinga menghasilkan gagasan atau ide
yang kreatif.

Landasan yang mendasari dilakukannya penelitian ini adalah pancasila sebagaimana


yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Peneliti pada jurnal ini
memperoleh informasi atau data-data dari fakta-fakta yang ada mengenai sistem
pendidikan nasional Indonesia, dan sebagai penguatnya data-data juga doperoleh dari
sumber- sumber tertentu seperti Pancasila, UUD 1945, buku-buku tentang fisafat
pendidikan dan beberapa pendapat para ahli filsuf.

Materi yang akan dibahas pada jurnal ini adalah mengenai Sistem Pendidikan
Nasional , Pancasila sebagai Filsafat Pendidikan, Aspek ontologis Filsafat Pendidikan
Pancasila , aspek Epistemologis Filsafat Pendidikan Pancasila dan aspek Aksiologis
Filsafat Pendidikan Pancasila.

Hasil penelitian ini antara laian adalah bahwa filsafat pendidikan Pancasila sebagai
ruh dari sistem pendidikan nasional di Indonesia harus benar-benar dihayati sebagai
sumber nilai dan rujukan dalam perencanaan strategis dibidang pendidikan di Indonesia.
Pancasila harus benar-benar di implementasikan secara nyata di dalam kehidupan
sehari-hari agar sistem pendidikan nasional bangsa indonesia dapat terwujud
sebagaimana yang tercantum dalam pancasila dan UUD 1945.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karna dengan

rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan tugas Critical Jurnal Review yang

bertujuan untuk menganalisis isi jurnal.

Kami sangat berharap laporan dalam menganalisis jurnal ini dapat menjadi hal

berguna dalam rangka menambah wawasan dalam mereview sebuah jurnal. Kami

menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat kekurangan dan jauh dari

kata sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan saran yang baik agar laporan ini menjadi

laporan yang baik mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang

membangun.

Kami juga sangat berharap agar laporan ini dapat dimengerti dan dipahami bagi

siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan ini dapat berguna bagi kami sendiri

maupun orang lain. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Medan, 12 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………………..i

Daftar Isi……………………………………………………………………………………....ii

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………1

A. Rasionalisasi pentingnya CJR……………………………………………………....1


B. Tujuan penulisan CJR……………………………………………………………….1
C. Manfaat CJR………………………………………………………………………….1
D. Identitas Jurnal……………………………………………………………………....2

BAB II RINGKASAN ISI JURNAL…………………………………………………………3


A. Pendahuluan………………………………………………………………………….3
B. Deskripsi Isi…………………………………………………………………………...3

BAB III PEMBAHASAN…………………………………………………………………….7

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………………..8

A. Kesimpulan………………………………………………………………………8

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..9

LAMPIRAN…………………………………………………………………………………10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisai Pentingnya CJR

Perkembangan ilmu pengetahuan yang minim disebabkan karena rendahnya


minat baca mahasiswa/i pada saat ini. Mengkritik jurnal merupakan salah satu
cara yang dapat dilakukan untuk menaikkan ketertarikan minat membaca.
Mengkritik jurnal(critical journal review) merupakan kegiatan mengulas suatu
jurnal agar dapat mengetahui dan memahami apa yang disajikan dalam suatu
jurnal. Pada dasarnya review jurnal ini menitik beratkan pada evaluasi mengenai
keunggulan dan kelemahan, apa yang menarik, dan bagaimana jurnal tersebut
bisa mengubah persepsi dan cara berfikir serta menjadi pertimbangan apakah
pengetahuan yang didapat mampu menambah pemahaman terhadap suatu
bidang kajian tertentu.

B. Tujuan

1. Untuk menyelesaikan tugas pada mata kuliah filsafat pendidikan.


2. Untuk menambah wawasan tentang peneguhan pancasila sebegai filsafat
pendidikan nasional.
3. Untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam meringkas, menganalisa,
dan membandingkan serta member kritik pada jurnal.
4. Menguatkan pemahaman pembaca terhadap pentingnya peneguhan pancasila.

C. Manfaat CJR

1. Sebagai rujukan bagaimana untuk menyempurnakan sebuah jurnal dan


mencari sumber bacaan yang relavan.
2. Membuat penulis dan mahasiswa lebih terasah dalam mengkritisi sebuah
jurnal.
3. Mengetahui kelebihan dan kelemahan jurnal yang dikritik.
4. Mengetahui latar belakang dan alasan jurnal dibuat
D. Identitas Jurnal
1.JudulArtikel : Meneguhkan Pancasila Sebagai Filsafat Pendidikan
Nasional
2.NamaJournal : Jurnal ilmiah CIVIS
3.Edisi terbit : Januari, 2015
4.Pengarang artikel : Agus Sutomo
5.Nomor ISSN :-
6.Alamat Situs : journal. Upgris.ac.id
BAB II

RINGKASAN ISI ARTIKEL

A. Pendahuluan
Landasan filosofis pendidikan nasional adalah pancasila sebagaimana termaktub
dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Landasan filosofis pendidikan sebagai
berikut
1. Segala sesuatu berasal dari Tuhan sebagai pencipta.
2. Pancasila merupakan mashab filsafat tersendiri yang dijadikan landasan
pendidikan.
3. Manusia adalah ciptaan Tuhan, bersifat monodualisme dan
monopluralisme
4. Pengetahuan diperoleh mengelalui pemahaman, pemikiran, dan
penghayatan.
5. Perbuatan manusia diatur oleh nilai-nilai yang bersumber dari Tuhan,
kepentingan umum dan hati nurani.
6. Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa.
7. Kurikulum berisi pendidikan umum, pendidikan akademik, pendidikan
kejuruan, dan lain-lain.
8. Mengutamakan cara belajar siswa aktif.
9. Peranan pendidik dan anak-anak.

B. Deskripsi Isi

1. Sistem Pendidikan Nasional


Pendidikan memiliki peran sangat strategi dalam menunjang kemajuan sebuah
bangsa. Pasal 2 UU No 20 Tahun 2003 tentang sisitem pendidikan nasional menyebutkan
bahwa pendidikan nasional berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Aspek-aspek yang
hendak diwujudkan melalui sistem pendidikan nasional secara komprehensif adalah
dalam rangka membentuk manusia Indonesia yang di idealkan, yakni memenuhi semua
tuntutan kodrat kemanusiaan manusia.

Pendidikan suatu bangsa akan secara otomatis mengikuti ideologi bangsa nya.
Dengan melihat dan memperhatikan fungsi pendidikan dalam membangun potensi
Negara dan bangsa, khususnya dalam menumbuh kembangkan kebudayaan dan
kepribadian bangsa yang pada akhirnya menentukan eksistensi dan martabat bangsa,
maka sistem pendidikan nasional dan filsafat pendidikan nasional seharusnya terbina
dengan konsisten.
2. Pancasila sebagai Filsafat Pendidikan
Pancasila adalah dasar Negara bangsa Indonesia yang memiliki fungsi dalam
kehidupan bangsa dan Negara Indonesia tidak saja sebagai dasar Negara RI, tetapi juga
alat untukmempersatukan bangsa, kepribadian bangsa, pandangan hidup bangsa,
sumber dan segala sumber hukum positif dan sumber ilmu pengetahuan Indonesia.

Pancasila sebagai filsafat bangsa dan Negara Indonesia didasarkan atas prinsip
konstitusionalisme, yang memiliki 3 elemen kesepakatan :
1. Kesepakatan tentang tujuan dan cita-cita bersama.
2. Kesepakatan tentang de rule of law sebagai landasan pemerintahan Negara.
3. Kesepakatan tentang bentuk institusi dan prosedur kerja ketatanegaraan
Indonesia.

Dalam kaitan Pancasila sebagai filsafat pendidikan maka harus dipahami bahwa
Pancasila sebagai pandangan hidup yang diyakini dan menjiwai kehidupan
masyrakatnya. Untuk mengidealisasikan dalam proses berbangsa maka harus ada upaya
yang sungguh-sungguh mengenai bagaimana nilai-nilai Pancasila dapat dilaksanakan
melalui proses pendidikan. Pancasila menjadi sumber nilai untuk mengarahkan proses
pendidikan yang menyangkut secara jelas out put pendidikannya agar mampu
menghasilkan manusia Indonesia yang diidealkan sebagaimana yang dikehendaki, yakni
manusia yang mampu mengenali seluruh potensi kediriannya sehingga mampu
menjalankan kehidupanya dengan penuh tanggung jawab dalam semua aspek atau
dimensi kehidupannya.

3. Aspek Ontologis Filsafat Pendidikan Pancasila

Ontology adalah cabang filsafat yang persoalan pokoknya adalah mempertanyakan


mengenai kenyataan atau realitas.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang menjiwai sistem pendidikan
nasional tidak bisa dipisahkan dengan kenyataan yang ada, karena pendidikan nasional
itu dasarnya adalah pancasila dan UUD 1945. Dasar epistomologis merupakan studi
filsafat yang berfokus pada sumber, syarat, dan proses terjadinya ilmu pengetahuan,
batas faliditas, serta hakikat ilmu pengetahuan.

4. Aspek Epistemologis Filsafat Pendidikan Pancasila

Epistemologi merupakan studi filsafat yang berfokus pada sumber, syarat, dan
proses terjadinya ilmu pengetahuan, batas validitas, serta hakikat ilmu penegtahuan.
Melalui filsafat kita dapat menentukan tujuantujuan yang akan dicapai demi
peningkatan ketenangan dan kesejahteraan hidup, pergaulan dan berwarga negara.
Dasar epistemologis Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya.
Pancasila sebagai suatu ideoelogi ersumber pada nilai-nilai dasarnya yaitu filsafat
Pancasila ( Poespowardojo, 1991:50). Sumber pengetahuan Pancasila adalah ilai-nilai
yang ada pada bangsa Indonesia yang ditemukan dalam adat istiadat serta kebudayaan
dan nilai religius ( Kaelan, 2013:148).

a. Sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa

Pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh melalui
akal atau panca indera dan dar ide atau Tuhan.

b. Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Pribadi manusia adalah subjek yang secara potensial dan aktif berkesadaran tahu atas
eksistensi diri, dunia, bahkan juga sadar dan tahu bila di suatu ruang dan waktu “tidak
ada” apa-apa (kecuali ruang dan waktu itu sendiri ) ( Jalaludin, 2007:177)

c. Sila ketiga, Perstuan Indonesia

Proses terbentuknya pengetahuan manusia merupakan hasil dari kerja sama atau
produk hubungan dengan lingkungannya.

d. Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/Perwakilan

Dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan memiliki peran yang sangat besar tetapi
harus dperlukan kesadaran yanglebih tinggi bahwa ada institusi-isntitusi diluar
pendidikan formal yang juga berperan bagi keberhasilan sebuah pendidikan, yaitu
keluarga dan masyarakat.

e. Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Semua proses pendidikan dan tujua pendidikan harus diarahkan pada tercapainya
keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.

5. Aspek Aksiologis Filsafat Pendidikan Pancasila

Aspek aksiologis filsafat pendidikan pancasila merupakan cabang filsafat yang


memfokuskan perhatian pada persoalan nilai. Nilai tidak akan timbul dengan sendirinya,
nilai timbul karena manusia memiliki bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari
hari. Dengan demikian pancasila sebagai pandangan hidup bangsa memiliki nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.
Dengan demikian, filsafat Pendidikan Pancasila adalah tuntutan formal yang
fungsional dari kedudukan dan fungsi dasar negara Pancasila sebagai sistem kenegaraan
Republik Indonesia Kesadaran memiliki dan mewarisi sistem kenegaraan Pancasila
adalah dasar pengamalan dan pelesariannya, sedangkan jaminan utamanya adalah
subjek manusia Indonesia seutuhnya. Subjek manusia Indonesia tersebut terbina melalui
sistem pendidikan nasional yang dijiwai oleh filsafat pendidikan Pancasila
BAB III

PEMBAHASAN / ANALISIS

Judul Meneguhkan Pancasila Sebagai Filsafat


Pendidikan Nasional
Jurnal Jurnal ilmiah CIVIS

Download journal. Upgris.ac.id


Volume dan Halaman Volume V , halaman 666-678
Tahun 2015
Penulis Agus Sutono
Reviewer Kelompok 5
Tanggal 12 September 2019

Tujuan Penelitian Jurnal ini dibuat untuk mengetahui


implementasi atau penerapan sistem
pendidikan nasional bangsa Indonesia,
serta menunjukkan apakah sistem
pendidikan tersebut telah mencerminkan
pandangan-pandangan filosofis yang
berakar pada pancasila.
Subjek Penelitian Sistem pendidikan nasional Indonesia
dan landasannya sebagaimana yang
tercantum dalam pembukaan undang –
undang dasar 1945.
Assesment Data Data diperoleh berdasarkan pencarian
data-data yang paling relevan dan utama
terkait dengan kajian tentang Pancasila
dan pendidikan serta berdasarkan
pendapat-pendapat para ahli.
Metode Penelitian Metode deskriptif-analitis dan metode
hermeneutik.
Langkah Penelitian 1. Memilih topic yang akan dipilih.
2. Mengambil subjek penelitian.
3. Melakukan pengumpulan data.
4. Menganalisis data yang diperoleh.
5. Mengkaji hasil analisis dan mencari
pemecahan masalahnya.
Teknik Pengumpulan Data Data-data diperoleh berdasarkan fakta-
fakta yang ada mengenai pendidikan
nasional indosesia saat ini dan sebagai
penguatnya, data-data juga diperoleh dari
sumber-sumber tertentu seperti pancasila,
UUD 1945, buku-buku tentang filsafat
pendidikan dan dari beberapa pendapat
para ahli filsuf.

Hasil Penelitian Menyatakan bahwa filsafat pendidikan


pancasila sebagai ruh dari sistem
pendidikan nasional di Indonesia yang
harus benar-benar dihayati sebagai
sumber nilai dan rujukan dalam
perencanaan strategis di bidang
pendidikan nasional di Indonesia.

Kekuatan Penelitian a. Jurnal ini memuat ide-ide gagasan


yang dapat diambil dan diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.

b. Banyak memuat pendapat para ahli


yang memperkuat data-data yang
ada.

c. Hasil penelitian yang disajikan


dalam jurnal ini cukup mudah
untuk dipahami karena disertai
dengan data-data yang akurat.

d. Jurnal ini tentu saja sangat layak


dijadikan sebagai referensi bagi
dunia pendidikan
Kelemahan Penelitian a. Secara keseluruhan jurnal ini sudah
baik, akap tetapi pada metode
penelitian, pengarang tidak
menjelaskan metode seperti apa yang
akan digunakan.

b. Dibeberapa kalimat terdapat juga


penulisan huruf dan tanda baca yang
salah.
Kesimpulan 1. Filsafat pendidikan Pancasila sebagai
ruh dari sistem pendidikan nasional di
Indonesia harus benar-benar dihayati
sebagai sumber nilai dan rujukan dalam
perencanaan strategis dibidang
pendidikan di
Indonesia.

2. Pancasila harus di implementasikan


atau diterapkan secara nyata dan
konsisten agar pembangunan manusia
Indonesia sebagaimana yang
diamanatkan dalam dalam cita-cita besar
bangsa Indonesia dapat tercapai dengan
prinsip-prinsip dasar dari nilai pancasila
yaitu prinsip religiusitas, perwujudan dan
penghargaan atas nilai kemanusiaan,
berpegang teguh pada jiwa persatuan
sebagai bangsa, semangat menghargai
perbedaan dan penghormatan pada
kehidupan yang demokratis serta
perwujudan nilai-nilai keadilan , yang
semuanya harus terwujudkan melalui
proses pendidikan yang bermartabat.

Saran Sebaiknya, metode penelitian yang


digunakan pada penelitian ini harus lebih
rinci penjelasannya serta lebih
memperhatikan lagi penggunaan huruf
dan tanda baca agar pembaca tidak
bingung dalam memahami isi jurnal ini.

Referensi Andrews, W.G., 1968, Constitution and


Constitutionalism, Van
Nostrand Company, Nw
Jersey.

Arifin, H.M. 1987, Filsafat Pendidikan


Islam, Bina Aksara, Jakarta

Barnadib, 1991, Filsafat Pendidikan,


Sistem dan Metode, IKIP
Yogyakarta

_____________, 1996, Beberapa Aspek


Subtansial Ilmu Pendidikan,
Andi, Yogyakarta.

Jalaludin dan Abdullah, 2007, Filsafat


Pendidikan Manusia, Filsafat
dan Pendidikan, Ar- Ruzz
Media, Yogyakarta

Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila


Kultural, Historis, Filosofis,
Yuridis dan Aktualisasinya,
2013, Paradigma, Yogyakarta

O,neil, William F., 2002, Educational


Ideologies: Contemporary
Expression of Educational
Philosophies , alih bahasa Omi
Intan Naomi, IdeologiIdeologi
Pendidikan, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.

Poespowardojo, Soeryanto, 1991,


“Pancasila Sebagai Ideologi
ditinjau dari Segi Pandangan
Hidup Bersama”, dalam
Pantjasila sebagai Ideologi”,
BP-7 Pusat Jakarta
\\
Sutrisno, S. 1984, Pengantar Filsafat
Pancasila: Tanya Jawab dan
Penjelasannya, Yogyakarta.

UUD 1945

UU No No 20 Tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pancasila merupakan dasar Negara bangsa Indonesia yang berfungsi untuk mengatur

segala kehidupan bangsa dan Negara Indonesia. Pancasila merupakan alat pemersatu

bangsa , kepribadian bangsa, pedoman bangsa dan sumber dari segala sumber hukum. Oleh

karena itu sudah jelas bahwa Pancasila sebagai filsafat pendidikan. Kita sebagai bangsa

Indonesia sudah seharusnya mengimplementasikan nilai nilai pancasila secara nyata di

dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam hal pendidikan, sudah selayaknya kita

jadikan Pancasila sebagai acuan dan sumber nilai sistem pendidikan di Indonesia karena

filsafat pendidikan pancasila merupakan ruh dari sistem pendidikan di Indonesia .Salah satu

bentuk implementasi yang dapat kita lakukan adalah dengan saling menghargai perbedaan

yang ada, semangat dan berpegang teguh pada kerpribadian bangsa, yang semuanya

harus terwujudkan melalui proses pendidikan yang bermartabat.


DAFTAR PUSTAKA

Andrews, W.G., 1968, Constitution and Constitutionalism, Van Nostr and Company,Nw

Jersey

Arifin, H.M. 1987, Filsafat Pendidikan Islam, Bina Aksara, Jakarta

Barnadib, 1991, Filsafat Pendidikan,Sistem dan Metode, IKIP Yogyakarta

_____________, 1996, Beberapa Aspek Subtansial Ilmu Pendidikan, Andi, Yogyakarta.

Jalaludin dan Abdullah, 2007, Filsafat Pendidikan Manusia, Filsafat dan Pendidikan, Ar-
Ruzz Media, Yogyakarta

Kaelan, Negara Kebangsaan Pancasila Kultural, Historis, Filosofis, Yuridis dan


Aktualisasinya, 2013, Paradigma, Yogyakarta

O,neil, William F., 2002, Educational Ideologies: Contemporary Expression of

Educational Philosophies , alih bahasa Omi Intan Naomi, IdeologiIdeologi Pendidikan,


Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Poespowardojo, Soeryanto, 1991, “Pancasila Sebagai Ideologi

ditinjau dari Segi Pandangan Hidup Bersama”, dalam Pantjasila sebagai Ideologi”, BP-7
Pusat Jakarta

Sutrisno, S. 1984, Pengantar Filsafat Pancasila: Tanya Jawab dan Penjelasannya,


Yogyakarta.
LAMPIRAN

Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume V, No 1, Januari 2015

MENEGUHKAN PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT PENDIDIKAN NASIONAL

Oleh

Agus Sutono*

ABSTRAK

Pertanyaan mendasar dalam penelitian ini adalah, apakah implementasi sistem pendidikan
nasional bangsa ini sudah mencerminkan pandangan-pandangan filosofis yang berakar pada
Pancasila? Metode dalam penulisan adalah dengan metode deskritptif-analitis serta
mengggunakan metode hermeneutik, kemudian dilakukan pencarian data-data yang paling
relevan dan utama terkait dengan kajian tentang Pancasila dan pendidikan serta selanjutnya
dilakukan analisis yang lebih tajam sehingga menghasilkan gagasan atau ide yang kreatif. Hasil
penelitian ini antara laian adalah bahwa filsafat pendidikan Pancasila sebagai ruh dari sistem
pendidikan nasional di Indonesia harus benar-benar dihayati sebagai sumber nilai dan rujukan
dalam perencanaan strategis dibidang pendidikan di Indonesia. Filsafat Pendidikan Pancasila
harus diimplementasikan secara nyata dan konsisten agar pembangunan manusia Indonesia
sebagaimana yang diamanatkan dalam cita-cita besar bangsa Indonesia dapat tercapai dengan
prinsip-prinsip dasar dari nilai Pancasila yaitu prinsip religiusitas, perwujudan dan penghargaan
atas nilai kemanusiaa, berpegang teguh pada jiwa persatuan sebagai bangsa, semangat
menghargai perbedaan dan penghormatan pada kehidupan yang demokratis serta perwujudan
nilai-nilai keadilan, yang semuanya harus terwujudkan melalui proses pendidika yang
bermartabat.

Kata kunci : Pancasila, filsafat, pendidikan


A. PENDAHULUAN

Landasan filosofis pendidikan nasional adalah Pancasila sebagaimana termaktub dalam


Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Landasan filosofis pendidikan nasional berasumsi
sebagai berikut:

1. Segala sesuatu berasal dari Tuhan sebagai pencipta. Hakikat hidup bangsa Indonesia adalah
berkat rahmat Allah Yang

Mahakuasa dan perjuangan yang didorong oleh keinginan luhur untuk mencapai dan mengisi
kemerdekaan. Selanjutnya, keinginan luhur, yaitu (a). negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil, dan makmur; (b). melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh bangsa
tumpah darah Indonesia; (c). memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa; (d). ikut melaksanakan ketertiban dunia yang


berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

2. Pancasila merupakan mazhab filsafat tersendiri yang dijadikan landasan pendidikan,


bagi bangsa Indonesia yang dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional dalam pasal 2, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945

3. Manusia adalah ciptaan Tuhan, bersifat mono-dualisme dan monopluralisme. Manusia


yang dicita-citakan adalah manusia seutuhnya, yaitu manusia yang mencapai
keselarasan dan keserasian dalam kehidupan spiritual dan keduniawian, individu dan
sosial, fisik dan kejiwaan.

4. Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman, pemikiran, dan penghayatan.


5. Perbuatan manusia diatur oleh nilai-nilai yang bersumber dari Tuhan, kepentingan
umum dan hati nurani.

6. Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan


manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani
dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan

7. Kurikulum berisi pendidikan umum, pendidikan akademik, pendidikan kejuruan,


pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, dan pendidikan
profesional

8. Mengutamakan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) dan penghayatan. Berbagai metode
dapat dipilih dan dipergunakan dalam rangka mencapai tujuan
9. Peranan pendidik dan anak didik pada dasarnya berpegang pada prinsip keteladanan
ing ngarso sung tulado, ing madya mangun karso, dan tut wuri handayani
Dengan mendasarkan pada hal di atas maka terdapat sejumlah pertanyaan mendasar,
apakah implementasi sistem pendidikan nasional bangsa ini sudah mencerminkan
pandangan-pandangan filosofis yang berakar pada Pancasila?

B. METODE PENELITIAN

Metode dalam penulisan adalah dengan metode deskritptif-analitis serta mengggunakan


metode hermeneutik, kemudian dilakukan pencarian data-data yang paling relevan dan
utama terkait dengan kajian tentang Pancasila dan pendidikan serta selanjutnya
dilakukan analisis yang lebih tajam sehingga menghasilkan gagasan atau ide yang kreatif

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Sistem Pendidikan Nasional

Sistem pendidikan yang dialami sekarang ini merupakkann hasil perkembangn


pendidikan yang tumbuh dalam sejarah pengaaman bangsa di masa lalu. Pendidikan
tidak berdiri sendiri, tetapi selalu dipengaruhi oleh kekuatan-keuaan politik, sosial,
ekonomi, dan budaya ( Jalaludin, 2007:168).

Pendidikan memiliki peran yang snagat strategi dalam menunjang kemajuan


sebauah bangsa. Pasal 2 UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pasal 3
UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendiidkan Nasional juga menyebutkan bahwa
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

Apa yang tertuang dalam kedua pasal tersebut di atas secara jelas menyatakan
bahwa pendidikan sangat bernilai strategis untuk diwujudkan dalam rangka kemajuan
peradaban bangsa Indonesia ini. Aspek-aspek yang hendak diwujudkan melalui sistem
pendidikan nasional secara komprehensif adalah dalam rangka membentuk manusia
Indonesia yang diidealkan, yakni memenuhi semua tuntutan kodrat kemanusiaan
manusia.
Pendidikan, selain sebagai sarana transfer ilmu pengetahuan, sosial budaya, juga
merupakan sarana untuk mewariskan ideologi bangsa kepada generasi selanjutnya yang
sekali lagi hanya dapat dilakukan melalui pendidikan. Suatu bangsa akan menajdi kuat
dengan sistem pendidikannya yang kuat dan baik kualitasnya.
Pendidikan suatu bangsa akan secara otomatis mengikuti ideologi bangsanya.
Oleh karenanya sistem pendidikan nasional Indonesia dijiwai, didasari, dan
mencerminkan identitas Pancasila. Sementara cita dna karsa bangsa Indonesia, tujuan
nasional dan hasarat luhur rakyat Indonesia, tersimpul dalam Pembukaan UUD 1945
sebagi perwujudan jiwa dan nilai Pancasila. Cita dan karsa ini dilembagkan dalam sistem
pendidikan nasional yang berumpu dan dijiwai oleh suatu keyakinan, dan pandangan
hidup Pancasila. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa filsafat pendidikan Pancasila
merupakan tuntutan nasional, sedangkan filsafat pendidikan pancasila adalah subsistem
dar sistem negara Pancasila. Dengan kata lain, sistem negara Pancasila wajar tercermin
dan dilaksanakan di dalam berbagai subsistem kehidupan bangsa dan masyarakat
(Jalaludin, 2007:170)

Dengan melihat dan memerhatikan fungsi pendidikan dalam membangun potensi


negara dan bangsa, khususnya dalam menumbuh kembangkan kebudayaan dan
kepribadian bangsa yang pada akhirya menentukan eksistensi dan martabat banga, maka
sistem pendidikan nasional dan filsafat pendidikan Pancasla seharusnya terbina dengan
konsisten . Filsafat pendidikan Pancasila merupakan aspek ruhaniah atau spiritual sistem
pendidikan nasional ( Jalaludin, 2007:170).

Oleh karenanya menjadi sangat logis bahwa sistem pendidikan nasional yang
dibangun dan hendak ditumbuhkembangkan dengan baik harus dijiwai oleh sistem
filsafat pendidikan Pancasila. Filsafat pendidikan Pancasila sebagai fondasi yang akan
membantu mewujudkan manusia yang diidealkan oleh Pancasila yang dapat
berkembang sempurna semua aspek kediriannya.

2. Pancasila Sebagai Filsafat Pendidikan

Pancasila adalah dasar negara bangsa Indonesia yang memiliki fungsi dalam
hidupan dan kehidupan bangsa dan negara Indonesia tidak saja sebagai dasar negara RI,
tetapi juga alat untuk mempersatukan bangsa, kepribadian bangsa, pandangan hidupa
bangsa, sumber dari segala sumber hukum positif dan sumber ilmu pengetahuan di
Indonesia ( Aziz, 1984:70)

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa terkandung dalam konsep dasar


mengenai kehidupan yang dicitta-citakan, terkandung dasar pikiran terdalam dan
gagasan mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Oleh karena Pancasila seabagi
pandangan hidup bangsa merupakan suatu kristalisasi dari nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat Indonesia maka pandangan hdupa tersebut dijunjung tingg karena
pandangan hidupa Pancasila berakar pada budaya dan pandangan hidup masyarakt.

Dengan demikian pandangan hidup Pancasila bagi bangsa Indonesia yang bhineka
tunggal ika tersebut harus merupakan asas pemersatu bangsa sehingga tidak boleh
mematikan kenekaragaman (Kaelan,2013:43).
Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Indonesia didasarkan atas prinsip
konstitusionlisme. Sebuah konsensus yang menjamin tegaknya konstitusionalisme
negara modern pada proses reformasiuntuk mewujudkan demokrasi, pada umumnya
bersandar pada tiga elemen kesepakatan, yaitu : 1), keseakatan tentang tujuan dan cita-
cita bersama ( the general goal of society or general acceptance of the same philosophy of
goerment), 2). Kesepakatan tentang the rule of law sebagai landasan pemerintahan atau
penyelenggaraan pemerintahan negara ( the basis of goverment), 3). Kesepakatan tentang
bentuk insitusi-institusi dan prosedur ketatanegaraan ( the form of institutions and
procedures). ( Andrews, 1968:12). Dan sebagai sebuah bangsa, Indonesia mendasarkan
pada konsep konstitusionalisme sebagaimana dinyatakan di atas.
Dalam sudut pandang Pancasila sebagai jati diri bangsa yang akan mencerminkan
visi dan landasan filsafat pendidikannya, dapat terlebih dahulu dinyatakan bahwa proses
terjadinya Pancasila tidak seperti ideoleogi-ideologi lannnnya yang hanya merupakan
hasil pemikiran seseorang saja namun melalui sutau proses kausalitas yaitu sebelum
disyahkan menjadi dasar negara nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia.

Dari pandangan hidup ini maka dapat diketahui cita-cita yang ingin dicapai
bangsa, gasan-gagasan kejiwaan apakah yang hendak diwujudkan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ketika para pendiri negara Indonesia
menyiapkan negara Indonesia yang merdeka, mereka sadar speenuhnya untuk
menjawab suatu pertanyaan dasar, “ di atas dasar apakah negara Indonesia merdeka
didirikan?”. Dengan jawaban yang mengandung makna hidup bagi bangsa Indonesia
sendiri yang merupakan perwujudan dan pengejawantahan nilai-nilai yang dimiliki
diyakini dan dihayati kebbenarannya oleh masyarakatsepanjang masa daam sejarah
perkembangan dan pertumbuhan bangs sejak lahir (Kaelan, 203:57).

Filsafat adalah proses berfikir secara mendalam dan sungguh-sungguh untuk


mencari kebenaran sesuatu. Sementara filsafat pendidikan adalah pemikiran yang
mendalam tentang kependidikan berdasarkan filsafat. Filsafat pendidikan juga dapat
dimaknai sebaga kaidah filosofis dalam bidang pendidikan yang menggambarkan aspek-
aspekpelaksanaan filsafat umum dan menitikberatkan pada pelaksanaan prinsip-prinsip
dan keercayaan yang menjadi dasar dari filsafat umum dalam upaya memecahkan
persoalan-persoalan pendidikan secara praktis (Jalaludin, 2007:19).
John Dewey, seorang filsuf yang banyak membahas mengenai pendidikan menyatakan
bahwa filsafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang
fundamental, baik yanng menyangkut daya pikir atau intelektual maupun daya perasaan
atau emosional, menuju tabiat manusia ( Arifin, 1993:2).

Filsafat pendidikan juga dapat dimaknai sebagai ilmu yang pada hakikatnya
merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan dalam bidang pendidikan. Filsafat
pendidikan merupakann aplikasi sesuatu analisis filosofis terhadap bidang pendidikan (
Barnadib, 1991:3).

Untuk sampai kepada pemahaman yang lebih utuh mengenia filsafat pendidikan,
memang harus dipahami dulu secara mendasar tentang pendidikan itu sendiri.
Pendidikan diartikan sebagai suatu proses usaha dari manusia dewasanyang telah sadar
akan kemanusiaanya daam memimbing, melatih, mengajar dan menanamkan nilai-nilai
dan dasar-dasar pandangan hdup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi
manusia yang sadar dan bertanggungjawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia,
sesuai dengan sifat hakiki dan ciri-ciri kemanusiaannya, sehingga dapat ditegaskan
bahwa proses pendidikan merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan
potensi hidup manusia yang berupa kemampuan dasar dan kehidupan pribadinya
sebagai makhluk indiviu dan makhluk sosial serta dalam hubungannya dengan alam
sekitarnya agar menjadi pribadi yang bertanggung jawab ( Jalaludin, 2007:22).
Atas dasar itu pula maka dapat dipahami secara komprehensif bahwa filsafat
pendidikan merupakan kerja filosofis yang mengajukan sejumlah pertanyaan dasar dan
menyelidiki aspek-aspek ralitas dan pengalaman yang banyak didapatkan dalam bidang
pendidikan,untuk memastikan pendidikan dapat menyerap, mengolah, mengalisis, dan
menjabarkan aspirasi dan idealitas masyarakat itu dalam proses pendidikan. Unuk itu
pula pendidikan diharapkan bisa menggali dan memahami melalaui peikiran filosofis
secara menyeluruh secara radikal dan sangat mendasar.

Dalam kaitan Pancasila sebagai filsafat pendidikan maka harus dipahami bahwa
Pancasila sebagai pandangan hidup yang diyakini dan menjiwai kehidupan
masyrakatnya. Untuk mengidealisasikan dalam proses berbangsa maka harus ada upaya
yang sungguh-sungguh mengenai bagaimana nilai-nilai Pancasila dapat dilaksanakan
melalui proses pendidikan. Pancasila meenjadi sumber nilai untuk mengarahkan proses
pendidikan yang menyangkut secara jelas out put pendidikannya agar mampu
menghasilkan manusia Indonesia yang diidealkan sebagaimana yang dikehendaki, yakni
manusiayang mampu mengenali seluruh potensi kediriannya sehingga mampu
menjalankan kehidupanya dengan penuh tanggung jawab dalam semua aspek atau
dimensi kehidupannya.

3. Aspek Ontologis Filsafat Pendidikan Pancasila

Ontologi adalah cabang filsafat yang persoalan pokoknya adalah


mempertanyakan mengenai kenyataan atau realitas. Persoalan-persoalan ni identik
dengan pembicaraan mengenai hakikat “ada”. Hakikat “ada” dapat berarti tidak apa-
apa, karena merujuk dan menunjuk pada hal umum (abstrak umum universal).
Pengertian ini bar menjadi kongkret sejauh diberikan sesuatuu dibelakangnya ( Sutrisno,
1984:82).

Demikian halnya dengan Pancasila sebagai filsafat, ia memiliki isi yang abstrak
umum dan universal. Pengertian abstrak umum dan universal dalam hal ini adalah
pengertian pokok yang terdapat dalam setiap unsur-unsur sila dari Pancasila.

Pancasila terdiri dari sila-sila yang mempunyai awalan dan juga kahiran, yang
dalam tata bahasa membuat abstrak; dari kata dasarnya yang artinya meliputi hal yang
jumlahnya tidak terbatas dan tidak berubah, terlepas darii keadaan, tempat , dan waktu.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang menjiwai sistem


pendidikan nasional tidak bisa dipisahkan denga kenyataan yang ada, karena
pendidikan nasional itu dasarnya adalah Pancasila dan UUD 1945, sehingga hal ini
menjadi bentuk kesatuan yang utuh.
Hal inilah yang kemudian secara konsisten harus masuk didalam tujuan dari
sistem pendidikan nasional yang disebutkan untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

a. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama Pancasila ini menjiwai sila-sila yang lainnya Di dalam sistem
pendidikan nasional dijelaskan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap
terhadap tuntutan perubahan zaman.

Dengan sila pertama ini, maka hasil proses pendidikan diharapkan dapat menjadi
manusia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang juga merupakan bagiandari
sistem pendidikan nasional.

Hal ini karena sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu untuk menjadikan
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa. Oleh karenanya
dalam lingkungan yang memungkinkan proses pendidikan berlangsung, yaitu di
keluarga, sekolah dan di masyakat ditanamkan nilai-nilai keagamaan dan Pancasila.

Dalam aspek praksis maka dikembangka sejumlah mata pelajaran yang


menunjang pencapaian tujuan pada bagian ini yaitu melalui pelajaran Agama serta
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Mata pelajaran ini harus mampu
tercerminkan dari sikap anak didik yang harus memiliki kepercayaan kepada Tuhan,
menghormati antar pemeluk agama, yang semuanya harus tercermin dalam kehidupan
sehari-hari
b. Sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Manusia yang ada di bumi ini memiliki harkat dan matabat yang sama yang
diperlakukan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan fitrahnya sebagai hamba Allah (
Darmoharjo, 1988:40).

Oleh karenanya pendidikan tidak membedakan usia, agama dan tingkat sosial
budaya dalam menuntut ilmu. Setiap manusia memiliki kebebasan dalam menuntut
ilmu, mendapat perlakuan yang sama, kecuali tingkat ketakwaan seseorang. Dan oleh
karena yang dibangun adalah masyarakat Pancasila, maka pendidikan harus dijiwai
Pancasila sehingga akan melahirkan masyarakat yang susila, bertanggung jawab, adil
dan makmur baik spiritual maupun material, dan berjiwa Pancasila (Jalaludin, 2007:174).
Untuk itu sekolah harus mencerminkan sila-sila dari Pancasila

c. Sila ketiga, Persatuan Indoenesia

Persatuan merupakan nilai dasar yang penting dalam menunjang eksistensi


bangsa Indonesia. Persatuan kebangsaan ini akan mampu mengikis semangat kedaerahn
ataupun kelompok. Pancasila dan UUD 1945 serta semangat nasionalisme terhadap
bangsa Indonesia akan dapat menghapus perasaan primordialisme yan sempit dan
merugikan bangsa. Sila ketiga Pancsila ini tidak membatasi golongan tertentu untuk
memperoleh pendidikan. Semua golongan harus dapat menerima pendidikanyang baik ,
hingga setingg-tingginya sampai dengan batasan kemampuan berfikir yang dimilikinya
sebagaimana terjamin dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1.

d. Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan /Perwakilan

Sila keempat mencerminkan semangat demokrasi yang selalu hadir dan mewarnai
kehidupan masyarakat di Indonesia. Banyak sekali praktek-praktek hidup masyarakat
yang menjadikan musyawarah sebagai intisari demokrasi yang dapat ditemukan hingga
saat ini, karena iniah ciri hidup masyarakat Indonesia.

Dalam aspek pendidikan , demokrasi sangat relevan untuk terus dikembangkan


dan mencerminkan prinsip –prinsip dalam pendidikan yang mengajarkan tentang
penghargaan atas pendapat dan pikiran orang lain. Selain itu sangat sejalan dengan UUD
145 pasal 28 yang secara jelas berkaitan dengan kebebasan untuk mengeluarkan
pendapat baik secara lisan maupun tulisan. Oleh karenanya dalam menyusun tujuan
pendidikan, diperlukan ide-ide dari banyak orang demi kemajuan pendidikan di
Indonesia.
e. Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Tujuan negara salah satunya adalah untuk mewujudkan keadilan sosial dan
kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagaimana termaktub dalam alinea
keempat Pembukaan UUD 1945. Keadilan yang hendak diwujudkan meliputi keadilan
dalam bidang materila dan spiritual.

Dalam sistem pendidikan nasional maka maksud adil dalam arti yang luas
mencakup seluruh aspek pendidikan yang ada. Adil dalam hal ini adalah adil dalam
melaksanakan pendidikan. Adil dalam pendidikan yang berorientasi pada pembentukan
ketakwaan kepada Tuhan maupun pendidikan yang berorientasi pada keunggulan
lahiriahnya yang terwakili dalam kemampuan penguasaan ilmu dan teknologi.

Adil juga dimaknai sebagai sikap ataupun kebijakan yang memberikan


kesempatan yang sama bagi seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan secara
layak, serta tidak ada diskriminasi-diskriminasi apapun dalam bidang pendidikan yang
telah menjadi hak warga negara ini.

4. Aspek Epistemologis Filsafat Pendidikan Pancasila

Epistemologi merupakan studi filsafat yang berfokus pada sumber, syarat, dan
proses terjadinya ilmu pengetahuan, batas validitas, serta hakikat ilmu penegtahuan.
Melalui filsafat kita dapt menentukan tujuan-tujuan yang akan dicapai demi peningkatan
ketenangan da kesejahteraan hidup, pergaulan dan berwarga negara.

Dasar epistemologis Pancasila tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya.


Pancasila sebagai suatu ideoelogi ersumber pada nilai-nilai dasarnya yaitu filsafat
Pancasila ( Poespowardojo, 1991:50). Sumber pengetahuan Pancasila adalah ilai-nilai
yang ada pada bangsa Indonesia yang ditemukan dalam adat istiadat serta kebudayaan
dan nilai religius ( Kaelan, 2013:148).

a. Sila pertama, Ketuhanan yang Maha Esa

Pemikiran tentang apa dan bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh


melalui akal atau panca indera dan dar ide atau Tuhan. Berbeda dengan Pancasila, ia
lahir tidak secara tiba-tiba, tetapi melalui proses pangang yang dimatangkan dengan
perjuangan. Pancasila digali dari bumi Indonesia yang merupakan dasar negara,
pandangan hidup bangsa, kepribadian bangsa, tujuan atau arah untuk mencapai cita-cita
dan perjanjian luhur rakyat Indonesia ( Widjaya, 1985:176-177). Oleh karenanya Pancasila
bersumber dari bangsa Indonesia yang prosesnya melalui perjuangan rakyat dengan
bersumberkan pada nilai-nilai keutamaan hidup yang telah lama dijiwai dan hidup
dalam diri masyarakat Indonesia.
b. Sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Pribadi manusia adaalah subjek yang seara potensial dan aktif berkesadaran tahu
atas eksistensi diri, dunia, bahkan juga sadar dan tahu bla di suatu ruang dan waktu
“tidak ada” apa-apa (kecuali ruang dan waktu itu sendiri ) ( Jalaludin, 2007:177).

Manusia memiliki potensi atau basis yang daat dikembangkan. Pancasila adalah
ilu yang dperoleh melalui perjuangan yang sesuai dengan logika. Dengan memiliki ilmu
moral , diharapkan tidak ada segala bentuk kekerasan dan kesewenang-wenangan
manusia terhadap lainnya. Tingkat kedalaman pengetahuan merupakan perwujudan
dari potensi rasio dan intelegensi yang tinggi. Proses pembentukan pengetahuan melalui
lembaga pendidikan secara tehnis edukatif lebh sederhana. Tidak boleh ada monopoli
kebenaran. Nilai pengetahuan dalam pribadi telah menjadi kualitas dan martabat
kepribadian subjek pribadi yang bersangkuta, baik secara intrinsik, dan bahkan lebih-
lebih secara praktis (Jalaludin, 2007:177).

c. Sila ketiga, Perstuan Indonesia

Proses terbentuknya pengetahuan manusia merupakan hasil dari kerja sama atau
produk hubungan dengan lingkungannya. Potensi dasar dengan aktor kondisi
lingkungan yang memadai akan membentuk pengetahuan. Dalam hal ini, pendidikan
secara jelas mencontohkan bagaiaman interaksi sosial adalah bagian kodrati manusia.
Hubungan atau interkasi inilah yang memerlukan pedoman yaitu salah satunya
Pancasila.

d. Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


permusyawaratan/Perwakilan

Dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan memiliki peran yang sangat besar
tetapi harus dperlukan kesadaran yanglebih tinggi bahwa ada institusi-isntitusi diluar
pendidikan formal yang juga berperan bagi keberhasilan sebuah pendidikan, yaitu
keluarga dan masyarakat.

Pelibatan keluarga dan masyarakat inilah yang dapat memperkuat tercapainya


tujuan pendidikan nasional yang akan semakin mampu mendorong setiap manusia
memiliki kebebasan dalam mengemukakan pendapat dengan melalaui lembaga
pendidikan atau saluran informal lainnya. Mampu mewujudkan ruang dialog sebagai
cerminan nilai- nilai demokrasi secara luas namun bertanggung jawab

e. Sila kelima, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Semua proses pendidikan dan tujua pendidikan harus diarahkan pada tercapainya
keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan menjadi rujukan penting untuk
diwujudkan. Pendidikan yang dikembangkan dapatt berusmber dari pendidikan yang
bersifat informal, formal maupun non formal.
5. Aspek Aksiologis Filsafat Pendidikan Pancasila

Aksiologi merupakan cabang filsafat yang memfokuskan perhatian pada


persoalan nilai. Nilai tidak akan timbul dengan sendirinya, nilai timbul karena manusia
memiliki bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Sehingga masyarakat
menjadi wadah timbulnya nilai.

Dikatakan memiliki nilai apabila berguna, benar, bermoral, etis dan bernilai religius
( Jalaludin, 2007:179).

Nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila merupakan cita-cita,


harapan, dambaan bangsa Indonesia yang akan diwujudkan dalam kehidupannya. Nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila itu memiliki tingkatan dan bobot yang berbeda,
namun tidak saling bertentangan. Pancsila merupakan substansi utuh atau kesatuan
organik (Kaelan, 2013:162-163).

Dengan demikian Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa memiliki nilai-nilai;


ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyataan dan keadilan. Nilai ideal, material,
spiritual, dan nilai positif dan juga nilai logis, estetika, etis, sosial dan religius ( Jalaludin,
207:179).

a. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa

Kepercayaan kepada Tuhan merupakan hal utama dalam stiap ajaran agama yang
mencerminkan sikap religiusitas manusia. Oleh karena itu pendidikan harus mampu
mendorong manusia untuk semakin meningkatkan tingkat religiusitasnya dengan baik.

Pendidikan dari semua tingkatan harus menjadi ladang persemaian yang baik
dalam menumbuhkan ketakwaan kepada Tuhan. Olehkarenanya pula kurikulum
pendidikan harus memastikan bidang-bidang yang berkaiatan dengan keagamaan
masuk didalamnya.
b. Sila ke dua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Keadaaan yang penuh kedamaian, kerukunan merupakan kunci keberhasilan


dalam mewujudkan harkat dan martabat manusia yang sesungguhnya. Keberadaban
hanya bisa dibangun ketika suasana persaudaraan tumbuh dalam lingkungan manusia.

Pendidikan dalam hal ini harus mampu mendorong semangat kedamaian,


kerukunan dan persaudaraan untuk dapat mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan yang
adil dan beradab, sebab hal ini merupakan nilai luhur yang dicita-citakan

c. Sila ke tiga, Persatuan Indonesia

Kerukunan adalah dasar dari nilai persatuan sehingga pendidikan dalam semua
level atau tingkatan harus bisa dan mampu menumbuhkembangkan jiwa kerukunan,
sebab kerukunan adalah salah satu dari jiwa Pancasila. Kerukunan juga mengandaikan
semangat rela berkorban untuk kepentingan yang lebih besar yaitu persatuan
masyarakat. Pendidikan harus diarahkan untuk memantabkan perasaan akan
pentingnya persatuan dalam menjadi kehidupan berbangsa dan bernegara.

d. Sila ke empat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan

Pendidikan harus mampu mewujudkan semangat demokrasi yang egaliter


sebagai sebuah prinsip yang penting dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

Kesediaan orang lain untuk mendengarkan pendapat orang lain serta


menghargainya merupakan cita-cta yang harus diwujudkan melalui pendidikan. Tanpa
semangat dari nilai ini maka pendidikan akan kehilangan roh yang sesungguhnya.

Sebab kebebasan dalam pendidikanlah yang akan mampu memberikan


pembebasan bagi manusia untuk bisa memahami siapa dirinya dan harus dengan cara
yang bagaiaman ia menempatkan orang lain. Nilia dasar inilah yang menjadi roh dari
Pancasila yang harus ada dalam sistem pendidikan nasional Indonesia
e. Sila ke lima, Keadilan bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Adil berarti seimbang antara hak dan kewajiban. Dalam hal ini ini, dalam segi
pendidikan, adil itu seimbang antara ilmu yang berkaiatan dengan pembentukan
ketakwaan manusia dengan ilmu yang berorientasi pada penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi.

Mengembangkan perbuatan luuhur, menghormati hak orang lain, suka memberi


pertolongan, bersikap benar, mengharga hasil karya orang lain merupakan nilai-nilai
yang harsu terus dihidupkan.

Dengan demikian, filsafat Pendidikan Pancasila adalah tuntutan formal yang


fungsional dari kedudukan dan fungsi dasar negara Pancasila sebagai sistem
kenegaraan Republik Indonesia Kesadaran memiliki dan mewarisi sistem kenegaraan
Pancasila adalah dasar pengamalan dan pelesariannya, sedangkan jaminan utamanya
adalah subjek manusia Indonesia seutuhnya. Subjek manusia Indonesia tersebut terbina
melalui sistem pendidikan nasional yang dijiwai oleh filsafat pendidikan Pancasila

D. KESIMPULAN
1. Filsafat pendidikan Pancasila sebagai ruh dari sistem pendidikan nasional di
Indonesia harus benar-benar dihayati sebagai sumber nilai dan rujukan dalam
perencanaan strategis dibidang pendidikan di Indonesia. Segenap perubahan yang
dimungkinkan dalam sebuah sistem pendidikan nasional, sebagai sebuah keniscayaan
dalam menghadapi semua perubahan jaman, harus mempertimbangkan Pancasila
sebagai kerangka acuan, yang berarti perubahan yang dimungkinkan adalah
perubahan yang tidak berkaiatan dengan nilai dasarnya tetapi perubahan dalam aspek
instrumentalnya, sebagaimana misalnya dalam kebijakan Kurikulum 2013 saat ini.

2. Filsafat Pendidikan Pancasila harus diimplementasikan secara


nyata dan konsisten agar pembangunan manusia Indonesia sebagaimana yang
diamanatkan dalam cita-cita besar bangsa Indonesia dapat tercapai dengan prinsip-
prinsip dasar dari nilai Pancasila yaitu prinsip religiusitas, perwujudan dan
penghargaan atas nilai kemanusiaa, berpegang teguh pada jiwa persatuan sebagai
bangsa, semangat menghargai perbedaan dan penghormatan pada kehidupan yang
demokratis serta perwujudan nilai-nilai keadilan, yang semuanya harus terwujudkan
melalui proses pendidika yang bermartabat sebagaimana diciata-citakan Pancasila.
***

Anda mungkin juga menyukai