Anda di halaman 1dari 13

Fotosintesis Pada Tumbuhan

Fotosintesis berasal dari bahasa Yunani, yakni foto dan synthesis. Foto sendiri diartikan
sebagai cahaya sedangkan synthesis merupakan kata yang bermakna menggabungkan atau
penggabungan. Secara sederhana, fotosintesis bisa diartikan sebagai proses pembuatan
makanan yang dilakukan oleh tumbuhan

berwarna hijau dengan melibatkan atau tidak cahaya matahari di dalamnya. Selain matahari,
proses fotosintesis ini juga melibatkan beberapa enzim. Proses fotosintesis ini biasa dilakukan
oleh tumbuh-tumbuhan, umumnya tumbuhan tingkat tinggi dan beberapa jenis alga juga
bakteri dalam rangka menghasilkan energy berupa nutrisi yang akan digunakan dalam
berbagai aktifitas.

Penemuan tentang fotosintesis.


Proses fotosintesis telah diketahui sejak tahun 1800-an. Pada awal tahun 1600-an, seorang
dokter dan ahli kimia, Jan van Helmont, berkebangsaan Flandria (sekarang bagian dari
Belgia), melakukan percobaan untuk mengetahui faktor apa yang menyebabkan massa
tumbuhan bertambah dari waktu ke waktu. Dari penelitiannya, Helmont menyimpulkan
bahwa massa tumbuhan bertambah hanya karena pemberian air. Tapi pada tahun 1720, ahli
botani Inggris, Stephen Hales berhipotesis bahwa pasti ada faktor lain selain air yang
berperan. Ia berpendapat faktor itu adalah udara. Joseph Priestley, seorang ahli kimia dan
pendeta, menemukan bahwa ketika ia menutup sebuah lilin menyala dengan sebuah toples
terbalik, nyalanya akan mati sebelum lilinnya habis terbakar. Ia kemudian menemukan bila ia
meletakkan tikus dalam toples terbalik bersama lilin, tikus itu akan mati lemas. Dari kedua
percobaan itu, Priestley menyimpulkan bahwa nyala lilin telah “merusak” udara dalam toples
itu dan menyebabkan matinya tikus. Ia kemudian menunjukkan bahwa udara yang telah
“dirusak” oleh lilin tersebut dapat “dipulihkan” oleh tumbuhan. Ia juga menunjukkan bahwa
tikus dapat tetap hidup dalam toples tertutup asalkan di dalamnya juga terdapat tumbuhan.
Pada tahun 1778, Jan Ingenhousz, dokter kerajaan Austria, mengulangi eksperimen Priestley.
Ia menemukan bahwa cahaya matahari berpengaruh pada tumbuhan sehingga dapat
“memulihkan” udara yang “rusak”. Akhirnya di tahun 1796, Jean Senebier, seorang pastor
Perancis, menunjukkan bahwa udara yang “dipulihkan” dan “merusak” itu adalah karbon
dioksida yang diserap oleh tumbuhan dalam fotosintesis. Tidak lama kemudian, Theodore de
Saussure berhasil menunjukkan hubungan antara hipotesis Stephen Hale dengan percobaan-
percobaan “pemulihan” udara. Ia menemukan bahwa peningkatan massa tumbuhan bukan
hanya karena penyerapan karbon dioksida, tetapi juga oleh pemberian air. Melalui
serangkaian eksperimen inilah akhirnya para ahli berhasil menggambarkan persamaan umum
dari fotosintesis yang menghasilkan makanan (seperti glukosa).

Proses fotosintesis terdapat pada tumbuhan hijau yang bersifat autotrof yakni bisa menyusun
makanannya sendiri. Melalui daun, tumbuhan menyerap molekul karbondioksida
juga air dalam rangka menghasilkan gula dan juga oksigen. Kedua senyawa tersebut
kemudian akan digunakan sebagai penyokong pertumbuhannnya. Adapun persamaan rekaksi
yang terjadi dalam proses fotosintesis adalah sebagai berikut: 

6H2O + 6CO2 + cahaya → C6H12O6 (glukosa) + 6O2

Tumbuhan yang melakukan proses fotosintesis memerlukan bantuan cahaya matahari.


Mereka mampu menyerap cahaya tersebut sebab mereka memiliki zat hijau daun atau
klorofil. Klorofil ini sendiri ada di dalam bagian organel bernama kloroplast. Pada bagian
daun tumbuhan, terdapat dua lapisan sel yang dinamai dengan mesofil. pada bagian ini
terdapat kurang lebih setengah juta kloroplast yang tersebar di setiap millimeter persegi.
Cahaya matahari selanjutnya akan melewati lapisan epidermis yang tanpa warna kemudian
melaju menuju mesofil. Pada bagian inilah sebagian besar kegiatan fotosintesis berlangsung.
Fotosintesis terbentuk dari beberapa proses reaksi yakni reaksi terang (dengan bantuan
cahaya matahari) dan reaksi gelap (tanpa cahaya matahari).

Reaksi terang
Pada reaksi terang terjadi  penguraian air pada klorofil dari cahaya matahari yang disebut 
fotolisis. Cahaya matahari  dibutuhkan sebagai sumber energi dalam reaksi terang. Di  mana
sumber energi yang  diubah oleh klorofil menjadi  energi kimia dan disimpan dalam  bentuk
ATP (Adenosina trifosfat).  Klorofil berfungsi sebagai  pengantar energi cahaya menjadi
kimia.  Reaksi terang menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2.
Reaksi ini memerlukan molekul air. Proses diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen
sebagai antena. Pigmen klorofil menyerap lebih banyak cahaya terlihat pada warna biru (400-
450 nanometer) dan merah (650-700 nanometer) dibandingkan hijau (500-600 nanometer).
Cahaya hijau ini akan dipantulkan dan ditangkap oleh mata kita sehingga menimbulkan
sensasi bahwa daun berwarna hijau. Fotosintesis akan menghasilkan lebih banyak energi pada
gelombang cahaya dengan panjang tertentu. Hal ini karena panjang gelombang yang pendek
menyimpan lebih banyak energi. Di dalam daun, cahaya akan diserap oleh molekul klorofil
untuk dikumpulkan pada pusat-pusat reaksi. Tumbuhan memiliki dua jenis pigmen yang
berfungsi aktif sebagai pusat reaksi atau fotosistem yaitu fotosistem II dan fotosistem I.
Fotosistem II terdiri dari molekul klorofil yang menyerap cahaya dengan panjang gelombang
680 nanometer, sedangkan fotosistem I 700 nanometer. Kedua fotosistem ini akan bekerja
secara simultan dalam fotosintesis, seperti dua baterai dalam senter yang bekerja saling
memperkuat.
Fotosintesis dimulai ketika cahaya mengionisasi molekul klorofil pada fotosistem II,
membuatnya melepaskan elektron yang akan ditransfer sepanjang rantai transpor elektron.
Energi dari elektron ini digunakan untuk fotofosforilasi yang menghasilkan ATP, satuan
pertukaran energi dalam sel. Reaksi ini menyebabkan fotosistem II mengalami defisit atau
kekurangan elektron yang harus segera diganti. Pada tumbuhan dan alga, kekurangan
elektron ini dipenuhi oleh elektron dari hasil ionisasi air yang terjadi bersamaan dengan
ionisasi klorofil. Hasil ionisasi air ini adalah elektron dan oksigen. Oksigen dari proses
fotosintesis hanya dihasilkan dari air, bukan dari karbon dioksida. Pendapat ini pertama kali
diungkapkan oleh C.B. van Neil yang mempelajari bakteri fotosintetik pada tahun 1930-an.
Bakteri fotosintetik, selain sianobakteri, menggunakan tidak menghasilkan oksigen karena
menggunakan ionisasi sulfida atau hidrogen.

Pada saat yang sama dengan ionisasi fotosistem II, cahaya juga mengionisasi fotosistem I,
melepaskan elektron yang ditransfer sepanjang rantai transpor elektron yang akhirnya
mereduksi NADP menjadi NADPH.

Reaksi gelap
Pada reaksi gelap terjadi pengikatan karbondioksida oleh daun. Kemudian karbon dioksida
tersebut diubah menjadi glukosa. Dalam pembentukan glukosa ini diperlukan ATP yang
dihasilkan melalui proses terang. Pada reaksi ini tidak dibutuhkan sinar matahari, dan terjadi
pada bagian stroma pada kloroplas
ATP dan NADPH yang dihasilkan dalam proses fotosintesis (reaksi terang) memicu berbagai
proses biokimia. Pada tumbuhan proses biokimia yang terpicu adalah siklus Calvin yang
mengikat karbon dioksida untuk membentuk ribulosa (dan kemudian menjadi gula seperti
glukosa). Reaksi ini disebut reaksi gelap karena tidak bergantung pada ada tidaknya cahaya
sehingga dapat terjadi meskipun dalam keadaan gelap (tanpa cahaya)

Gambar siklus Calvin


Siklus Calvin berlangsung melalui 3 tahap:

1) Karboksilasi (Fiksasi) CO2


CO2 diikat (fiksasi) oleh senyawa rebulosa bifosfat (RuBP) yang memiliki atom C sebanyak
5 (C-5), karena hanya mengikat satu atom C (C-1) maka terbentuk senyawa RuBP dengan
atom C sebanyak 6 (C-6) dalam keadaan yang tidak stabil dan pecah menjadi 2 senyawa
gliseraldehid 3-fosfat (G3P).
2) Reduksi
Selanjutnya 2 senyawa gliseraldehid 3-fosfat (G3P) bereaksi dengan ATP, membentuk asam
fosfogliseraldehid yang masih berikatan dengan H2 berasal dari NADPH2. Siklus reaksinya
harus berjalan 3 kali, baru terbentuk hasil akhir yaitu 6 senyawa gliseraldehid 3-fosfat (G3P).
3) Regenerasi
Regenerasi atau pembentukan kembali senyawa rebulosa bifosfat (RuBP) digunakan untuk
mengikat CO2. Pembentukan kembali senyawa rebulosa bifosfat (RuBP) dan pecah menjadi
2 senyawa (G3P) bereaksi dengan ATP membentuk asam fosfogliseraldehid dan NADPH2.
Siklus reaksinya berjalan 3 kali, dan kembali regenerasi lagi. Jadi untuk membentuk 1
molekul glukosa maka dibutuhkan sebanyak 6 kali siklus (siklus Calvin) dengan menangkap
sebanyak 6 molekul 6CO2, reaksinya sebagai berikut.
6CO2 + 6H2O ———> C6H12O6 + 6O

Beberapa faktor yang menentukan kecepatan fotosintesis:

1.      Cahaya
Komponen-komponen cahaya yang mempengaruhi kecepatan laju fotosintesis
adalah intensitas, kualitas dan lama penyinaran. Intensitas adalah banyaknya cahaya
matahari yang diterima sedangkan kualitas adalah panjang gelombang cahaya yang efektif
untuk terjadinya fotosintesis.
2.      Konsentrasi karbondioksida
Semakin banyak karbondioksida di udara, makin banyak jumlah bahan yang dapat digunakan
tumbuhan untuk melangsungkan fotosintesis.
3.      Suhu
Enzim-enzim yang bekerja dalam proses fotosintesis hanya dapat bekerja pada suhu
optimalnya. Umumnya laju fotosintensis meningkat seiring dengan meningkatnya suhu
hingga batas toleransi enzim.
4.      Kadar air
Kekurangan air atau kekeringan menyebabkan stomata menutup, menghambat penyerapan
karbon dioksida sehingga mengurangi laju fotosintesis.
5.      Kadar fotosintat (hasil fotosintesis)
Jika kadar fotosintat seperti karbohidrat berkurang, laju fotosintesis akan naik. Bila kadar
fotosintat bertambah atau bahkan sampai jenuh, laju fotosintesis akan berkurang.
6.      Tahap pertumbuhan
Penelitian menunjukkan bahwa laju fotosintesis jauh lebih tinggi pada tumbuhan yang sedang
berkecambah ketimbang tumbuhan dewasa. Hal ini mungkin dikarenakan tumbuhan
berkecambah memerlukan lebih banyak energi dan makanan untuk tumbuh.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa fotosintesis terjadi pada tumbuhan yang
berwarna hijau. Bahan-bahan yang dapat menyerap cahaya tampak disebut pigmen. Warna
hijau pada bagian tumbuhan disebabkan oleh pigmen hijau (pigmen yang memantulkan atau
meneruskan cahaya hijau) yang terkandung di dalam kloroplas, yaitu klorofil.

Pada setiap millimeter persegi permukaan daun terdapat sekitar ½ juta kloroplas. Oleh karena
itu, daun merupakan bagian yang dominan berwarna hijau dan merupakan tempat utama
untuk fotosintesis pada sebagian besar tumbuhan. Selain itu, fotosintesis juga dapat terjadi
pada bagian batang yang hijau dan buah yang belum masak.

Kloroplas terdapat pada bagian dalam daun yang tersusun oleh sel-sel hidup dan dapat
melakukan proses-proses fisiologi, disebut mesofil. Di dalam kloroplas terdapat cairan atau
fluida kental disebut stroma dan membran-membran halus berbentuk pipih seperti koin,
sebagai tempat klorofil, disebut membran tilakoid. Di dalam membran tersebut
terdapat ruangan yang disebut ruang tilakoid (lumen). Tumpukan dari beberapa membran
tilakoid membentuk struktur yang disebut grana (tunggal = granum). Kloroplas diselubungi
oleh 2 membran, yaitu membran dalam dan membran luar. Pada fotosintesis, masuknya
karbondioksida ke daun dan keluarnya oksigen yang dihasilkan, melewati struktur yang
disebut stomata (tunggal = stoma, dalam bahasa Yunani berarti mulut). Sebagaimana
rangkaian reaksi kimia pada respirasi, rangkaian reaksi kimia pada fotosintesis merupakan
reaksi penyederhanaan dari 2 tahapan reaksi dalam fotosintesis. Kedua reaksi tersebut adalah
reaksi terang (disebut bagian foto) dan reaksi gelap atau siklus Calvin (disebut bagian
sintesis).
Gambar 1. Kloroplas
Sebagaimana rangkaian reaksi kimia pada respirasi, rangkaian reaksi kimia pada fotosintesis
merupakan reaksi penyederhanaan dari 2 tahapan reaksi dalam fotosintesis. Kedua reaksi
tersebut adalah reaksi terang (disebut bagian foto) dan reaksi gelap atau siklus Calvin
(disebut bagian sintesis).

a. Reaksi Terang

Pada reaksi terang, energi yang berasal dari matahari ( energi cahaya) akan diserap oleh
klorofil dan diubah menjadi energi kimia (untuk mensintesis NADPH dan ATP) di dalam
kloroplas. Reaksi terang terjadi di dalam grana. Salah satu pigmen yang berperan secara
langsung dalam reaksi terang adalah klorofil a. Di dalam membran tilakoid, klorofil bersama-
sama dengan protein dan molekul organik berukuran kecil lainnya membentuk susunan yang
disebut fotosistem. Beberapa ratus klorofil a, klorofil b, dan karotenoid membentuk suatu
kumpulan sebagai “pengumpul cahaya” yang disebut kompleks antena. Sebelum sampai ke
pusat reaksi, energi dari partikel-partikel cahaya (foton) akan dipindahkan dari satu molekul
pigmen ke molekul pigmen yang lain. Pusat reaksi merupakan molekul klorofil pada
fotosistem, yang berfungsi sebagai tempat terjadinya reaksi kimiawi (reaksi cahaya)
fotosintesis pertama kalinya.

Di dalam membran tilakoid terdapat 2 macam fotosistem berdasarkan urutan penemuannya,


yaitu fotosistem I dan fotosistem II. Setiap fotosistem tersebut mempunyai klorofil pusat
reaksi yang berbeda, tergantung dari kemampuan menyerap panjang gelombang cahaya.
Klorofil pusat reaksi pada fotosistem I disebut P700, karena mampu menyerap panjang
gelombang cahaya 700 nm (spektrumnya sangat merah), sedangkan pada fotosistem II
disebut P680 (spektrum merah).

Gambar 2. Kerja fotosistem


Kalian tentu masih ingat bahwa di dalam fotosistem terdapat ratusan antena atau klorofil.
Oleh karena itu, aliran elektron pada reaksi terang akan mengikuti suatu rute
tertentu. Selanjutnya, bagaimanakah proses aliran elektron pada reaksi terang? Ada 2
kemungkinan aliran elektron pada reaksi terang. Nah, untuk menjawab hal tersebut simaklah
uraian berikut.

1) Aliran Elektron Non-siklik

Langkah awal dari reaksi terang adalah transfer elektron tereksitasi dari klorofil pusat reaksi
menuju molekul khusus yang disebut akseptor elektron primer. Air (H2O) diuraikan menjadi
2 ion hidrogen dan 1 atom oksigen kemudian melepaskan O2  Elektron yang berasal dari
air (H2O) menggantikan elektron yang hilang pada P680. Sebagaimana sistem transportasi
elektron pada respirasi aerobik, transport elektron pada reaksi terang ini melalui rantai
transport elektron menuju fotosistem I (P700). Secara berturut-turut, rantai elektron tersebut
yiatu: plastokuinon (Pq), merupakan pembawa elektron; kompleks sitokrom; dan plastosianin
(Pc), merupakan protein yang mengan dung tembaga. Adanya aliran elektron ini akan
menghasilkan energi- energi yang kemudian tersimpan sebagai ATP. Pembentukan ATP
yang menggunakan energi cahaya melalui aliran elektron non siklis pada reaksi terang ini
disebut fotofosforilasi non siklis.

Setelah elektron mencapai fotosistem I (P700), elektron ditangkap oleh akseptor primer


fotosistem I. Elektron melalui rantai transport elektron ke-dua, yaitu melalui protein yang
mengandung besi atau feredoksin (Fd). Selanjutnya, enzim NADP+ reduktase
mentransfer elektron ke NADP+ sehingga membentuk NADPH yang menyimpan elektron
berenergi tinggi dan berfungsi dalam sintesis gula dalam siklus berikutnya yaitu siklus
Calvin. Dengan demikian, reaksi terang menghasilkan ATP dan NADPH.

Gambar 3. Aliran elektron nonsiklik reaksi terang


2) Aliran elektron siklik

Pada aliran elektron siklis ini, elektron dari akseptor primer fotosistem I dikembalikan ke
fotosistem I (P700) melalui feredoksin, kompleks sitokrom, dan plastosianin. Oleh karena itu,
pada aliran siklis ini menyebabkan produksi ATP bertambah tetapi tidak terbentuk NADPH
serta tidak terjadi pelepasan molekul O2. Proses pembentukan ATP melalui aliran siklis ini
disebut fotofosforilasi siklis. Perhatikan Gambar 4.

Gambar 4. Aliran elektron siklik reaksi terang


b. Reaksi Gelap (Siklus Calvin)
Bahan-bahan yang dihasilkan dari reaksi terang akan digunakan dalam siklus Calvin. ATP
digunakan sebagai sumber energi dan NADPH sebagai tenaga pereduksi untuk
penambahan elektron berenergi tinggi. Siklus Calvin terjadi pada bagian kloroplas yaitu
stroma. Pada reaksi gelap ini, bahan untuk fotosintesis (CO2) nantinya akan dibentuk menjadi
molekul gula setelah melalui 3 tahapan, antara lain:

1) Fiksasi Karbon

Pada tahap ini, gula berkarbon 5 yang disebut ribulosa 1,5 bisfosfat (RuBP)
mengikat CO2 membentuk senyawa interme diate yang tidak stabil, sehingga terbentuk 3-
fosfogliserat. Pembentukan tersebut dikatalisis oleh enzim RuBP karboksilase atau
rubisko. Sebagian besar tumbuhan dapat melakukan fi ksasi karbon dan
menghasilkan senyawa (produk) pertama berkarbon 3, yaitu 3-fos fo gliserat. Oleh karena itu,
tumbuhan yang dapat memfi ksasi CO2 ini disebut tumbuhan C3. Contohnya adalah
tanaman padi, gandum, dan kedelai. Pada beberapa tumbuhan, fiksasi karbon mendahului
siklus Calvin dengan cara membentuk senyawa berkarbon 4 se ba gai produk pertamanya.
Tumbuhan seperti ini disebut tumbuhan C4. Contohnya adalah tebu, jagung, dan
anggota rumput-rumputan.

Tidak seperti pada tumbuhan C3 dan C4, tumbuhan kaktus dan nanas membuka stomatanya
pada malam hari dan menutupnya pada siang hari. Pada saat stomata terbuka, tumbuhan
mengikatkan CO2 pada berbagai asam organik. Cara fiksasi karbon ini pertama kali
dtiemukan pada tumbuhan famili Crassulaceae (tumbuhan penyimpan air) dan disebut
metabolisme asam krasulase (Crassulacean Acid Metabolism) sehingga tumbuh
annya disebut tumbuhan CAM. Asam organik (senyawa intermediate) yang dibuat pada
malam hari disimpan dalam vakuola sel mesofi l sampai pagi hari. Pada siang hari (stomata
tertutup), reaksi terang dapat memasok ATP dan NADPH untuk siklus Calvin. Pada saat itu,
asam organik melepaskan CO2 dan memasuki molekul gula (RuBP) dalam kloroplas. Dengan
demikian, baik tumbuhan C3, C4, maupun CAM akan menggunakan siklus Calvin setelah
fiksasi CO2, untuk membentuk molekul gula dari karbondioksida.

Gambar 5. Masuknya produk reaksi terang ke siklus Calvin


2) Reduksi
Setiap molekul 3-PGA menerima gugus fosfat dari ATP sehingga terbentuk 1,3
bisfosfogliserat. Elektron dari NADPH mereduksi 1,3 bisfosfogliserat dan terbentuk 6
molekul gliseraldehid 3-fosfat (G3P), yang dikatalisis oleh G3P dehidrogenase. Satu molekul
G3P akan keluar sebagai molekul gula atau glukosa dan senyawa organik lain
yang diperlukan tumbuhan, sedangkan 5 molekul G3P yang lain akan masuk ke tahapan
regenerasi.

3) Pembentukan kembali (regenerasi) RuBP

Pada tahapan terakhir siklus Calvin ini, RuBP sebagai pengikat CO2 dibentuk kembali oleh 5
molekul G3P. RuBP siap untuk mengikat CO2 kembali dan siklus Calvin dapat berlanjut
kembali. Dengan demikian, molekul gula tidak akan terbentuk hanya dengan reaksi
terang atau siklus Calvin saja. Oleh karena itu, kedua
proses tersebut merupakan gabungan proses untuk terjadinya fotosintesis. Pada materi
sebelumnya, kalian telah mempelajari bahwa fotosintesis menghasilkan molekul gula. Gula
yang dibuat dalam kloroplas tersebut akan digunakan untuk proses respirasi tumbuhan atau
menyusun senyawa organik lainnya dalam sel tumbuhan. Gula tersebut akan diedarkan ke
seluruh bagian tumbuhan, dalam bentuk gula sederhana seperti glukosa. Molekul-molekul
gula berlebih yang terbentuk selama fotosintesis dan tidak diedarkan, akan menumpuk atau
disimpan di dalam plastida sebagai sumber cadangan energi dalam bentuk amilum atau pati
(polisakarida).

Gambar 6. Tahapan siklus Calvin


Sebagaimana telah kalian ketahui bahwa proses fotosintesis memerlukan cahaya dan CO2 
Oleh karena itu, faktor lingkungan seperti cahaya dan pasokan CO2 di dalam sel dapat
memengaruhi kecepatan fotosintesis. Faktor-faktor tersebut dapat saling berinteraksi dalam
memengaruhi fotosintesis. Jika intensitas cahaya rendah maka kecepatan fotosintesis akan
rendah pula. Pada keadaan ini, cahaya dikatakan sebagai faktor pembatas. Salah satu cara
untuk menentukan kecepatan fotosintesis adalah dengan mengamati pembentukan oksigen.
Pada saat intensitas cahaya mencapai titik tertentu (jenuh cahaya pada kondisi percoban)
maka tidak akan memengaruhi produksi oksigen. Keadaan tersebut kemungkinan
disebabkan CO2 menjadi faktor pembatas. Nah, jika konsentrasi CO2 tersebut ditingkatkan
maka kecepatan fotosintesis akan meningkat dengan meningkatnya intensitas cahaya.
Selain cahaya dan CO2  suhu juga dapat memengaruhi kecepatan fotosintesis jika cahaya
bukan sebagai faktor pembatas.

Menurut F.F. Blackman (tahun 1905), fotosintesis dapat berlangsung jika ada cahaya dan
akan berhenti jika tidak ada cahaya. Fotosintesis terdiri dari reaksi fotokimia dan reaksi
enzimatis. Kondisi tanpa cahaya (gelap) dapat menghambat pembentukan O2 melalui reaksi
fotokimia. Selain faktor lingkungan, faktor dalam juga dapat mempengaruhi kecepatan
fotosintesis, antara lain: konsentrasi enzim, kekurangan air, dan konsentrasi klorofil. 

-----------------------

Reaksi terang terjadi dalam empat proses yang berbeda yang terus berjalan jika kondisi
memungkinkan:

 Energi cahaya diserap oleh molekul klorofil dan ditransfer untuk membuat elektron
energi tinggi.
 Elektron energi tinggi memasuki rantai transpor elektron di mana energi mereka
ditransfer ke akseptor elektron.
 Air teroksidasi untuk menghasilkan ion hidrogen dan gas limbah, oksigen.
 Senyawa energi tinggi, ATP dan NADH, terbentuk.

---------------------------

GENOM ORGANEL (KLOROPLAS & MITOKONDRIA)


Secara  konvensional gen-gen yang ada pa da genom inti diwariskan dari generasi ke generasi
mengikuti pola penurunan Mendel sedangkan  sifat-sifat yang dikendalikan oleh gen yang
ada pada genom kloroplas (juga genom mitokondria) diwariskan dengan pola pewarisan 
cytoplasmic atau uniparental atau pola pewarisan maternal. Gen-gen pada genom ini
diwariskan melalui tetua betina. Kedua genom (genom inti dan plastom) bisa mengkode
protein yang berbeda menjadi sub unit dari satu enzim  yang sama. Sebagai contoh  adalah
enzim Rubisco (ribulose 1,5-biphosphate car boxylase-oxygenase) yang  berfungsi dalam
fiksasi karbon dan mengkontribus i sampai 50%  dari total protein dapat larut yang ada di
daun. Subunit terkecilnya dikode oleh gen yang ada di genom inti, se dangkan sub unit
besarnya dikode oleh gen yang ada di plastom.   Di kloroplas terdapat DNA, RNA,  ribosom
dan  berbagai enzim. Semua molekul ini sebagian besar terdapat di  stroma, tempat
berlangsungnya transkripsi dan translasi. Klorop las mengandung peralatan biokimia lengkap
yang diperlukan dalam reflikasi dan ekspresi dari plastom, termasuk DNA dan RNA polim
erase, ribosom, tRNA dan rRNA sintase. Namun ukuran plastom tidak cukup besar untuk
mengkode semua protein yang diketa hui ada  pada klor oplas. Hal ini membuktikan bahwa
organel masih tetap tergantung dari genom inti untuk bisa menjalankan fungsinya.
---------------------
Struktur
Kloroplas terdiri atas dua bagian besar, yaitu bagian amplop dan bagian dalam.Bagian
amplop kloroplas terdiri dari membran luar yang bersifat sangat permeabel, membran dalam
yang bersifat permeabel serta merupakan tempat protein transpor melekat, dan ruang antar
membran yang terletak di antara membran luar dan membran dalam. Bagian dalam kloroplas
mengandung DNA , RNAs, ribosom, stroma (tempat terjadinya reaksi gelap), dan granum.
Granum terdiri atas membran tilakoid (tempat terjadinya reaksi terang) dan ruang tilakoid
(ruang di antara membran tilakoid). Pada tanaman C3, kloroplas terletak pada sel mesofil.
Contoh tanaman C3 adalah padi (Oryza sativa), gandum (Triticum aestivum), kacang kedelai
(Glycine max), dan kentang (Solanum tuberosum). Pada tanaman C4, kloroplas terletak pada
sel mesofil dan bundle sheath cell. Contoh tanaman C4 adalah jagung (Zea mays) dan tebu
(Saccharum officinarum).

Genom
Kloroplas pada tanaman tingkat tinggi merupakan evolusi dari bakteri fotosintetik menjadi
organel sel tanaman. Genom kloroplas terdiri dari 121 024 pasang nukleotida serta
mempunyai inverted repeats (2 kopi) yang mengandung gen-gen rRNA (16S dan 23S rRNAs)
untuk pembentukan ribosom. Genom kloroplas mempunyai subunit yang besar yaitu
penyandi ribulosa biphosphate carboxylase. Protein yang terlibat di dalam kloroplas
sebanyak 60 protein. 2/3nya diekspresikan oleh gen yang terdapat di inti sel sementara 1/3nya
diekspresikan dari genom kloroplas.

Anda mungkin juga menyukai