Anda di halaman 1dari 45

BAB 1.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komoditas agribisnis florikultura (tanaman hias) meliputi tanaman hias

daun dan bunga potong serta bunga pot. Saat ini bunga potong merupakan bunga

yang paling banyak digunakan untuk rangkaian bunga di berbagai acara seperti

acara-acara pernikahan, keagamaan, kelahiran, ucapan selamat sampai acara

kematian. Hal tersebut menjadikan bisnis bunga potong merupakan salah satu

bisnis yang mempunyai peluang usaha yang cukup menjanjikan. Perkembangan

luas panen dan produksi tanaman hias bunga potong yang cenderung meningkat

dipicu oleh berkembangnya bisnis-bisnis jasa seperti dekorator ruangan. Hotel

berbintang empat dan lima juga merupakan konsumen utama bunga dan tanaman

hias dengan pengeluaran pembelian bunga perbulannya yang cukup tinggi.

Peningkatan kebutuhan permintaan bunga dikarenakan hotel seringkali menjadi

tempat dilakukannya resepsi pernikahan serta seminar. Maka dapat dikatakan

bahwa hotel berbintang merupakan konsumen bunga dan tanaman hias yang

potensial (Nurmalinda, 2004).

Bunga Aster (Callistephus chinensis) merupakan salah satu jenis tanaman

hias yang memiliki beragam jenis dan warna yang menawan. Bunga ini

mencerminkan keriangan, kegembiraan dan kesederhanaan. Aster merupakan

salah satu jenis tanaman hias unggulan, hal ini dikarenakan aster dapat

dimanfaatkan untuk berbagai macam acara. Bunga aster juga mempunyai

berbagai macam warna tergantung jenisnya.. Mari kita simak jenis aster dengan

warna bunganya. Aster cina tipe Princes memiliki warna bunga merah muda, biru

1
muda, biru tua, kuning muda, dan putih. Aster cina tipe Amerika memiliki warna

bunga biru, merah lembayung, merah muda, merah, dan putih, sedangkan aster

cina tipe Liliput, warna bunga putih, merah muda, merah tua, dan biru. Bunga

aster merupakan tanaman hias yang memiliki bentuk bunga seperti krisan

(Chrysanthemum morifolium) 1.

Budidaya bunga aster sama seperti krisan dapat diperbanyak secara

vegetatif. Perbanyakan vegetatif konvensional dapat dilakukan dengan

menggunakan anakan, stek pucuk atau setek batang, akan tetapi perbanyakan

vegetatif secara konvensional ini masih belum efektif untuk memenuhi kebutuhan

bibit dengan tingkat keseragaman tinggi dan tersedia dalam waktu cepat. Kultur

in vitro dapat dijadikan alternatif untuk memperoleh bibit dalam jumlah besar,

seragam, bebas virus dan dalam periode waktu yang singkat, sehingga dapat

memenuhi permintaan pasar (Prasetijo, 2001).

Teknik kultur in vitro menggunakan bahan tanam (eksplan) berupa

jaringan meristem atau jaringan muda yang masih aktif membelah. Jaringan

meristem tersebut merupakan bagian dari tanaman yang bebas dari penyakit dan

virus, tunas merupakan salah satu jenis jaringan meristem tanaman paling sering

dipakai pada kultur in vitro (tunas aksilar, tunas apical atau pucuk dan tunas umbi)

(Roosel et al., 2001).

Kultur in vitro merupakan salah satu teknik perbanyakan alternatif pada

tanaman, tetapi pada saat ini perkembangan kultur in vitro di Indonesia terutama

di Sumatera selatan masih lambat, dibandingkan dengan negara-negara lain. Salah

1
http://www.litbang.deptan.go.id/teknologi/one/6/

2
satu penyebab teknologi ini sangat lambat perkembangannya adalah karena

persepsi bahwa kultur in vitro merupakan teknik perbanyakan tanaman yang

mahal seperti untuk membangun laboratorium kultur, alat-alat dan bahan kimia

untuk media tanam sehingga teknologi ini hanya cocok untuk perusahaan besar.

Salah satu cara untuk meminimalisir mahalnya biaya teknik perbanyakan

ini adalah dengan mencari alternatif penggunaan bahan kimia pada media tanam

eksplan. Media yang paling umum digunakan pada kultur in vitro adalah media

Murashige dan Skoog (MS) yang mengandung hara makro, mikro dan vitamin

lengkap, akan tetapi media MS memiliki harga di pasaran yang relatif tinggi.

Damayanti (2006), dalam penelitiannya menggunakan media padat MS yang

mengandung pupuk daun sebagai media alternatif untuk mendukung

pertumbuhan dan perkembangan tanaman secara kultur in vitro.

Pupuk daun adalah pupuk buatan yang cara pemberiannya kepada

tanaman dilakukan melalui penyemprotan ke daun. Pada umumnya pupuk daun

mengandung unsur-unsur hara makro N, P, K, Ca, dan Mg serta unsur hara mikro

sebagai tambahan seperti Fe, Cu, Mo, Mn, dan Zn. Growmore adalah pupuk yang

mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap dengan kandungan nitrogen

yang tinggi. Hasil penelitian Sarwoko (2011), mengungkapkan kentang yang

diperbanyak secara kultur in vitro dengan penambahan growmore 2 g/l

memberikan pengaruh yang signifikan pada pada pertumbuhan tunas.

Pupuk daun selain Growmore yang dapat dicoba efektivitasnya sebagai

bahan media dasar adalah Hyponex. Berdasarkan penelitian Sriwahyuni, E

(2014), Pupuk daun Hyponex 1,5 g/l merupakan media perkecambahan yang

optimal pada tanaman anggrek Dendrobium secara in vitro. Pemberian Hyponex

3
1,5 g/l yang dikombinasikan dengan air kelapa 30% menunjukan hasil terbaik

pada perbanyakan kultur in vitro kentang, peningkatan konsentrasi pemberian air

kelapa diperkirakan akan semakin meningkatkan hasil pertumbuhan (Nadapdap,

2000).

Menurut George dan Sherrington (1984), penambahan air kelapa sebagai

zat pengatur tumbuh organik alami di media kultur jaringan akan membantu

menginduksi morfogenesis. Air kelapa berisi zat pengatur tumbuh dari golongan

sitokin dan berbagai jenis vitamin. Sehingga, dengan pemberian bahan-bahan

tersebut dapat menjadi alternatif media MS.

Penelitian yang menggunakan pupuk daun dan air kelapa sebagai media

pengganti MS pada tanaman hias terutama aster belum banyak dilakukan,

sehingga perlu dilakukan penelitian ini. Penelitian ini perlu dilakukan untuk

mencari jenis pupuk daun dan konsentrasi air kelapa yang tepat, sehingga dapat

digunakan sebagai pengganti media MS pada perbanyakan bunga aster cina secara

kultur in vitro.

Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut

adalah untuk mengetahui jenis pupuk daun yang dapat digunakan pengganti MS

pada media perbanyakan tanaman aster secara kultur in vitro, serta dapat

mengetahui kombinasi konsentrasi pupuk daun dan air kelapa yang tepat,

sehingga dapat digunakan pada budidaya aster secara in vitro.

4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tanaman Aster

Aster merupakan salah satu jenis tanamanhias dengan bunga yang indah,

tanaman ini tergolong dalam Family Asteraceae atau Compositae. Aster dapat

hidup pada iklim subtropis. Menurut Lestari (2004), taksonomi aster dapat

digolongkan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Dikotiledone

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Callitephus

Spesies : Callistephus chinensis (L.) Nees

Aster berasal dari bahasa Yunani yang berarti bintang, dan bunganya yang

menyerupai bintang. Penampilan sosok bunganya yang hampir menyerupai

bintang, mulai dari bulat sampai mirip cakram, helaian bunganya yang tersusun

membentuk lingkaran. Sementara tangkai bunganya ada yang pendek, ada yang

panjang. Ukuran bunga bervariasi berkisar diameter 4 sampai 7 cm. Sepintas,

kadang kita sulit membedakan aster dengan krisan, tampilan visualnya hampir

sama. Namun, jika ditelusuri lebih cermat kita akan tahu, daun aster berwarna

hijau, berbentuk lanset, tidak lebar, dan tepi daun agak bergigi.

5
Bunga aster cina memiliki tinggi rata-rata 30 sampai 70 cm. Bunganya

memiliki banyak kelopak dan bukan merupakan bunga tunggal, melainkan bunga

majemuk. Bunga aster ini memiliki banyak warna (kuning, merah, ungu, biru,

putih dll) (Lestari. 2014).

Daerah yang ideal untuk budidaya aster adalah daerah pegunungan.

Namun tidak tertutup kemungkinan, di daratan rendah pun aster bisa tumbuh.

Aster sendiri menyukai tempat yang terbuka atau terkena sinar matahari langsung.

Itu berarti, aster yang biasanya dijadikan bunga potong (cut flower) dapat juga

tampil cantik sebagai penghias halaman rumah. Pemangkasan pucuk (pinching)

dapat kita lakukan pada perbanyakan aster. hal Ini dimaksudkan untuk

merangsang pertumbuhan tunas tanaman. Tunas-tunas tersebut akan tumbuh dan

berkembang menjadi cabang-cabang samping. Cara pemangkasan pucuk,

pangkaslah tunas apical dan lateral pada tanaman yang tingginya sudah mencapai

lebih dari 15 cm atau berumur 3 bulan sejak tanam, dengan kondisi memiliki

minimal 3 sampai 4 pasang daun. Biarkan bekas pangkasan beberapa saat hingga

tumbuh tunas-tunas baru. Kemudian teruskan dengan pemangkasan berikutnya

hingga tunas-tunas baru telah tumbuh sekitar 15 sampai 20 cm, demikian

seterusnya dan pemangkasan dihentikan bila tanaman aster mulai membentuk

bakal bunga (Prasetijo, B. 2011).

B. Kultur in vitro

Pertumbuhan suatu tanaman meliputi tumbuh dan berkembang

(diferensiasi) dari sel-sel atau jaringan. Proses tumbuh dan diferensiasi ini

berjalan bersamaan selama pertumbuhan, melalui teknik kultur in vitro dapat

diamati proses pertumbuhan tersebut, sel atau jaringan yang mengalami regenerasi
6
akan terbentuk tunas dan akar, yang akhirnya terbentuk tanaman lengkap serta

menghasilkan tanaman dalam jumlah yang besar dalam waktu yang singkat dan

bebas penyakit serta virus (Winata, 1992).

Murashige dan Skoog mengelompokkan langkah-langkah propagasi secara

kultur jaringan menjadi tiga tahap, yaitu tahap I, yang disebut tahap persiapan

eksplan. Hasil pertumbuhan yang diperoleh pada tahap I dipakai untuk inisiasi

tahap II, yaitu tahap penggandaan. Tujuan tahap ini adalah untuk melipatgandakan

hasil pertumbuhan yang disebut propagul. Tahap III adalah tahap pendewasaan

lebih lanjut dari “calon” tanaman dengan merangsang pembentukan akar dan

pertumbuhan agar menjadi tanaman yang lebih kuat (Winata, 1992).

Eksplan Disterilisasi dengan alkohol/kloroks

Propagul Kalus Inkubasi 2 (dua) Minggu

Multiplikasi Pucuk Perubahan genetic/colchisin

Kultur Akar

Media Perakaran Aklimatisasi

Gambar 1. Diagram Alur dari Penelitian Kultur Jaringan

7
Metode perbanyakan kultur in vitro terdiri dari dua macam yaitu langsung

dan tidak langsung. Perbanyakan kultur jaringan secara langsung eksplan yang

meristematik akan langsung beregenerasi membentuk tunas. Perbanyakan tidak

langsung, eksplan akan tumbuh menjadi kalus yang meristematik dulu sebelum

membentuk tunas (Mattjik, 2005). Eksplan merupakan sel, organ maupun

jaringan tanaman yang ditumbuhkan pada media aseptik. Bagian yang

digunakan sebagai eksplan adalah tunas ujung, ujung daun, tunas samping dan biji

dapat ditumbuhkan secara kultur jaringan menjadi tanaman baru yang sempurna

(Hartmann et al., 1997). Tanaman yang digunakan sebagai eksplan hendaknya

merupakan tanaman yang sehat, vigornya tinggi dan sedang aktif tumbuh. Ukuran

eksplan yang terlampau kecil akan kurang daya tahannya bila dikulturkan,

sedangkan bila terlampau besar akan sulit mendapatkan eksplan yang steril

Eksplan yang berasal dari jaringan muda masih aktif melakukan pembelahan,

memiliki daya morfogenesis yang tinggi (Soeryowinoto, 1996).

C. Pupuk Daun

Pupuk organik adalah pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam,

dengan jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami. Contoh pupuk

organik yaitu : kompos, pupuk kandang. Sedangkan, pupuk anorganik merupakan

pupuk buatan pabrik dengan jenis dan kadar unsur hara yang ditambahkan atau

diatur dalam jumlah tertentu. Pupuk anorganik sering digunakan pada daun

dengan cara disemprot. Pemupukan melalui daun lebih efisien karena

penyerapannya lebih cepat. Selain itu, keuntungan lainnya adalah apabila pupuk

daun tersebut jatuh ke tanah, masih dapat dimanfaatkan oleh tanaman (Musnamar,

8
2005). Contoh pupuk daun anorganik yang sering digunakan adalah Hyponex,

Growmore, Gandasil, Vitabloom dll.

Kelebihan pupuk anorganik dibandingkan pupuk organik yaitu kandungan

hara dalam pupuk anorganik dibuat secara tepat dan pemberiannya dapat

disesuaikan dengan kebutuhan tanaman serta mudah diserap, untuk mendapatkan

hasil yang optimal dari penggunaan pupuk daun, maka faktor yang sangat penting

diperhatikan adalah konsentrasi dan interval pemberiannya. Faktor yang

mempengaruhi keberhasilan pemupukan melalui daun adalah konsentrasi larutan,

jenis tanaman dan waktu pemberian (Musnamar, 2005).

Hyponex dan growmore merupakan pupuk daun majemuk dengan

kandungan hara makro-mikro lengkap. Pupuk tersebut mengandung N, P, K, S,

Mg, Fe, Zn, Ca, Co, Mn, Mo, B dan Cu yang hampir sama dengan komponen hara

makro-mikro media MS. Growmore 2 g/l + Pepton 2 g/l yang ditambahkan pada

media dapat memberikan hasil yang baik pada perkecambahan biji anggrek (Sari

et al., 2009). Berdasarkan penelitian Waluyo (2005) media pupuk Hyponex 3

mg/l dan Vitabloom 6 mg/l menghasilkan pertumbuhan stek mikro kentang

(Solanum tuberosum L ) yang lebih baik dengan menunjukan rata-rata jumlah

tunas dan jumlah daun yang lebih besar dari kombinasi perlakuan lainnya.

Penentuan jenis pupuk daun yang tepat sebagai media pengganti MS perlu

dilakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal bagi pertumbuhan eksplan

tanaman secara kultur in vitro, terutama pada tanaman hias aster.

D. Air Kelapa

Media kultur in vitro juga sering ditambahkan persenyawaan kompleks

yang komposisinya. Persenyawaan organik kompleks yang dimaksud adalah air

9
kelapa, ekstrak ragi, ekstrak tomat, ekstrak kentang, ekstrak pisang dll. Air

kelapa (coconut milk) telah lama diketahui sebagai sumber yang kaya akan zat-zat

aktif yang diperlukan untuk perkembangan embrio. Pada air kelapa ini dapat

dilihat suatu interaksi antara sitokinin dengan fitohormon lainnya di dalam proses

perkembangan embrio.

Air kelapa selain sebagai sumber zat tumbuh juga mengandung energi

seperti protein, lemak, mineral, vitamin dan karbohidrat. Zat-zat tersebut terlibat

dalam aktivitas metabolisme sel, sehingga mempengaruhi pertumbuhan jaringan

tanaman (tabel 1) (George dan Sherrington, 1994). Penambahan air kelapa pada

media kultur in vitro yang dimodifikasi telah banyak dilakukan dan berhasil pada

beberapa jenis tanaman. (Widiastoety dan Sariti (1994) menyatakan bahwa

penggunaan air kelapa sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan plbs

(Protocorm like bodies) anggrek dan pemberian 15% air kelapa menghasilkan

jaringan mata tunas yang membentuk plbs dengan waktu tercepat (71 hari).

10
Tabel 1. Komponen bahan kimia dalam air kelapa

No Bahan Kimia Komponen Bahan Kimia

1. Asam amino Vitamin-vitamin


Aspartat, Glutamat
2. Serin, I-aminobutirat Asam nikotinat
3. Aspargin, Glycin Asam pantotenat
4. ß-alanin, Treonin Biotin riboflavin
5. Histidin, Glutamin Asam folat
6. Arginin, Lisin Tiamin**
7. Valin, Metionin *** Piridoksin**
8. Tirosin, Prolin Asam askorbat
9. Homoserin
10. Fenilalanin Pengatur tumbuh
11. Hidroksiprolin Auksin, Giberellin
12. Senyawa nitrogen lain 1,3-difenil urea
13. Shikimat, Quinat* Lain-lainnya
14. Pirolidin karboksilat RNA-polimerase
15. Sukinat, malat DNA-P, RNA-P
16. Sitrat Urasil, Adenin, Leukoantosianin
17. Gula Filokosin
18. Sukrosa, Glukosa Asam fosfatase
19. Fruktosa Diastasase
20. Manitol Dehidrogenase peroksida
21. Gula alkohol Katalase
22. M-inositol Gula
23. Sikloinositol Gula alkohol, vitamin
24. Kandungan nitrogen Substansi pertumbuhan
Asam-asam organik
Sumber George dan Sherrington, 1984
Keterangan : *Hilang akibat autoklaf
** Hanya ada dalam jumlah kecil
*** Hanya ada dalam kelapa tua

E. Hipotesis

Diduga dengan pemberian pupuk daun Growmore 1,5 g/l + air kelapa

30% pada media tanam dapat memberikan pertumbuhan yang terbaik pada bibit

aster secara kultur in vitro.

11
BAB 3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

B. Tujuan Penelitian

Mendapatkan konsentrasi pupuk daun dan air kelapa yang tepat pada media

tanam, sehingga dapat menggantikan media tanam MS, dengan tidak mengurangi

kualitas dari bibit aster yang dihasilkan melalui teknik kultur in vitro .

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :

1. Bagi peneliti, mendapatkan formulasi media tanam pengganti MS yang

tepat untuk pembibitan tanaman aster melalui teknik kultur in vitro.

2. Bagi pemerintah dan instansi yang terkait diharapkan dapat memberikan

informasi yang tepat dalam penyedian bibit tanaman hias aster secara

kultur in vitro di Sumatera Selatan

3. Bagi peneliti lain diharapkan menjadi bahan acuan untuk pengembangan

penelitian selanjutnya.

4. Bagi petani, khususnya petani tanaman hias dapat menambah pengetahuan

dan informasi yang tepat tentang pengadaan bibit aster di Sumatera

Selatan.

12
BAB 4. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian telah dilaksanakan di laboratorium Kultur Jaringan Program

Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tridinanti Palembang. Waktu

penelitian telah dilaksanakan dari bulan November 2015 sampai dengan bulan

April 2016.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah tunas pucuk aster cina (Callistephus

chinensis). Bahan yang digunakan adalah komposisi media media Murashige &

Skoog (MS), Hyponex, Growmore, Air kelapa, agar, gula putih, alkohol 70%,

alkohol 96%, larutan baycline (Sodium hypoklorit) 5.25%, formalin 50%,

betadine, spiritus, aquades steril, kertas label dan detergen.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari peralatan gelas

(botol kultur, petridish, erlenmeyer, gelas ukur, gelas piala, labu takar, pipet, dan

corong), autoklaf, Laminar Air Flow (LAF), aluminium foil, timbangan analitik,

oven listrik, kompor gas, peralatan diseksi (pemotong) seperti pinset dan scalpel,

hot plate dengan magnetic stirrer, gunting, bunsen, botol sprayer, pH meter,

kulkas.

13
C . Metode Penelitian

1. Rancangan percobaan

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode percobaan menggunakan

Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan lima perlakuan dan lima

ulangan/kelompok. Setiap unit percobaan terdiri dari lima unit sampel. Jadi

jumlah keseluruhan penelitian sebanyak 125 unit percobaan.

2. Rancangan Perlakuan

Perlakuan dalam penelitian ini dirancang sebagai berikut :

a. H0 = MS (Kontrol)

b. H1 = Growmore 1,5 g + Air kelapa 30%

c. H2 = Growmore 1,5 g + Air kelapa 40%

d. H3 = Hyponex 2 g + Air kelapa 30%

e. H4 = Hyponex 2 g + Air kelapa 40%

3. Rancangan Respon

Parameter pengamatan pada penelitian ini meliputi :

a. Waktu Terbentuk Tunas (HST)

Pengamatan dilakukan dengan mencatat waktu tunas pertama kali dihitung

mulai dari waktu penanaman.

b. Tinggi Tunas (cm)

Perhitungan dilakukan dengan mengukur tinggi tunas per eksplan pada

akhir penelitian.

14
c. Waktu Terbentuk Akar (HST)

Pengamatan dilakukan dengan mencatat waktu akar pertama kali

dihitung mulai dari waktu penanaman.

d. Jumlah Akar

Perhitungan dilakukan dengan menghitung jumlah akar yang terbentuk

pada saat akhir penelitian.

e. Panjang Akar (cm)

Pengamatan dilakukan dengan mengukur panjang akar per eksplan pada

akhir penelitian

4. Rancangan Analisis

Data hasil pengamatan yang diperoleh dianalisis secara statistika

menggunakan Analisis Keragaman Rancangan Acak Kelompok (RAK). Pengaruh

perlakuan yang diberikan pada penelitian ini dilihat dengan menggunakan uji F.

D. Cara Kerja
1. Persiapan Bahan Eksplan

Tanaman aster cina sebagai bahan eksplan dipersiapkan sebelum

dilakukan penanaman secara in vitro

2. Sterilisasi Alat

Semua alat yang digunakan direndam pada air yang telah diberi deterjen

selama 24 jam lalu dibersihkan dengan air bersih. Kemudian dibungkus

alumunium foil lalu disterilkan dalam autoklaf pada temperatur 121º C dan

tekanan 15 psi sampai 17,5 psi selama 30 menit.

15
3. Pembuatan Media

Media pertama yang digunakan adalah media MS (lampiran 1). Media MS

ditimbang 5,37 g dan dimasukkan ke dalam gelas ukur yang berisi aquadest 600

ml, gula pasir sebanyak 30 g dan aquadest hingga mencapai 1 l. Larutan diaduk

dengan stirrer, setelah diaduk pH larutan diukur dalam kisaran 5,6 sampai 6,0

dengan menggunakan pH meter, jika pH di bawah 5,6 maka ditambahkan KOH

(0,1 N) dan bila pH di atas 6,0 maka ditambahkan HCl (0,1 N).

Tahap selanjutnya agar-agar sebagai pemadat ditambahkan ke dalam

larutan sebanyak 7 g dan dimasak sampai mendidih. Kemudian buat media yang

menggunakan Hyponex, growmore dan air kelapa dengan memakai metode yang

sama seperti membuat media MS. Media yang telah mendidih dituangkan ke

dalam botol-botol kultur yang telah disterilkan, masing-masing sebanyak 20 ml.

Botol yang telah berisi media ditutup dengan aluminium foil kemudian disterilkan

di dalam autoklaf. Media yang telah disterilkan diinkubasi selama lima hari

sebelum digunakan, untuk menguji apakah sterilisasinya berhasil.

4. Sterilisasi Eksplan

Proses sterilisasi yang dilakukan di luar LAF adalah : eksplan direndam

dengan 5,25% NaOCl 20% selama 7 menit, dibilas air steril selama 5 menit, lalu

5,25% NaOCl 10% selama 10 menit, kemudian eksplan direndam aquadest

selama 5 menit, betadine 0,25% direndam selama 5 menit, eksplan dibilas

aquadest selama 5 menit. Sterilisasi didalan LAF adalah eksplan diberi betadine

secukupnya.

16
5. Sterilisasi Alat-alat Tanam

Botol-botol kultur yang berisi media dimasukkan kedalam LAF, berikut

lampu spritus, petridish, pinset, scalpel dan Erlenmeyer. Sterilisasi LAF

dilakukan dengan cara menyalakan lampu ultra violet (UV) selama 60 menit

kemudian bagian dalamnya disemprot dengan alkohol 70%. Blower dinyalakan

sebelum penanaman

6. Transfer Eksplan ke Botol Kultur

Penanaman eksplan dilakukan dengan mengambil tunas pucuk yang telah

disterilisasikan sebelumnya. Potongan eksplan tersebut panjangnya antara 1 cm

sampai 2 cm. Setiap potongan eksplan diambil dengan menggunakan pinset,

setiap kali menggunakan pinset dan scalpel harus dibakar terlebih dahulu dengan

bunsen kemudian potongan eksplan dimasukkan kedalam botoh-botol kultur

hingga terbenam dalam medium lebih kurang 0,1 cm, setiap botol terdiri dari 2

eksplan. Kemudian botol kultur ditutup dengan alumunium foil dan di beri kertas

label.

7. Inkubasi

Eksplan diinkubasi pada botol kultur dan disimpan di rak–rak di ruang

kultur, di bawah penyinaran lampu TL 40 watt dengan suhu 25ºC, kelembaban

sekitar 90% selama 60 hari. Pemeliharaan kebersihan ruang kultur dilakukan

dengan menyemprotkan alkohol 96 % dan Formalin 50%. Eksplan yang

terkontaminasi dikeluarkan dari ruang kultur.

17
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan hasil analisis keragaman pada tabel 2, menunjukkan bahwa

semua parameter pengamatan berpengaruh tidak nyata terhadap kelompok

perlakuan tertera pada tabel berikut ini :

Tabel 2. Daftar hasil analisis keragaman RAK

Waktu Tinggi Waktu Jumlah Panjang F Tabel


Tunas Akar
Perlakuan Terbentuk Terbentuk Akar (%)
(cm) (cm)
Tunas Akar
(HST) (HST)
Kelompok 0,33tn 0,33tn 0,4tn 0,7tn 0,4tn 0,05 3,01

Perlakuan 0,11tn 0,02tn 0,03tn 0,01tn 0,02tn 0,01 4,77

KK % 50,12 40,89 40,99 40,97 41,03

Keterangan :

tn : Tidak Nyata

HST : Hari Setelah Tanam

KK : Koefisien Keragaman

18
1. Waktu Terbentuk Tunas (HST)

Hasil analisis keragaman uji F-hit pada Tabel 2 menunjukkan bahwa

perlakuan memberikan pengaruh tidak nyata. Secara tabulasi terdapat perbedaan

dapat dilihat pada Gambar 2. Pengamtan dilakukan ketika dari eksplan sudah

mulai muncul bakal tunas yang kemudian diikuti dengan perpanjangan tunas,

batang dan pembentukan daun. Perlakuan H0 dan H1 membantu mempercepat

waktu terbentuknya tunas yaitu 8 hst sampai 9 hst, sedangkan perlakuan H3 dan

H4 menunjukkan waktu pembentukan tunas yang sedikit lebih lambat yaitu antara

10 hst sampai 12 hst, dibandingkan perlakuan H0,H1 dan H2 (Gambar 2).

Ket : H0 = MS (Kontrol)
H1 = Growmore 1,5 g + Air kelapa 30%
H2 = Growmore 1,5 g + Air kelapa 40%
H3 = Hyponex 2 g + Air kelapa 30%
H4 = Hyponex 2 g + Air kelapa 40%

Gambar 2. Waktu Terbentuknya tunas aster pada berbagai perlakuan

19
2. Tinggi Tunas (cm)

Hasil analisis keragaman tinggi tunas berpengaruh tidak nyata.

Pengamatan tinggi tunas dilakukan pada akhir penelitian. Parameter tinggi tunas

menunjukkan bahwa perlakuan H0 memberikan hasil terbaik dengan nilai rata-rata

8 cm sampai 10 cm, sedangkan perlakuan yang memberikan hasil terendah untuk

tinggi tunas adalah H2 (4 cm sampai 6 cm). Perlakuan H1, H3 dan H4

memperlihatkan hasil tinggi tunas yang relatif sama, yaitu 6 cm sampai 8 cm,

tetapi secara tabulasi berbeda nyata dapat dilihat pada gambar 3.

Ket : H0 = MS (Kontrol)
H1 = Growmore 1,5 g + Air kelapa 30%
H2 = Growmore 1,5 g + Air kelapa 40%
H3 = Hyponex 2 g + Air kelapa 30%
H4 = Hyponex 2 g + Air kelapa 40%

Gambar 3. Tinggi tunas aster pada berbagai perlakuan

20
3. Waktu Terbentuknya Akar (HST)

Hasil analisis keragaman waktu terbentuknya akar tidak berpengaruh

nyata. Akar terbentuk setelah eksplan membentuk tunas dan daun, akar yang

muncul berwarna putih kehijauan dan bentuknya seperti benang tipis. Parameter

ini menunjukkan bahwa perlakuan yang memberikan pengaruh terbaik pada waktu

terbentuknya akar adalah bahwa H0 (20 hst sampai 25 hst), sedangkan perlakuan

lain (H1, H2, H3, dan H4) membentuk akar dengan rata – rata 30 hst sampai 40 hst.

Hasil secara tabulasi dapat dilihat pada gambar 4.

Ket : H0 = MS (Kontrol)
H1 = Growmore 1,5 g + Air kelapa 30%
H2 = Growmore 1,5 g + Air kelapa 40%
H3 = Hyponex 2 g + Air kelapa 30%
H4 = Hyponex 2 g + Air kelapa 40%

Gambar 4. Waktu terbentuknya akar aster pada berbagai perlakuan

21
4. Jumlah Akar

Hasil analisis keragaman jumlah akar tidak berpengaruh nyata. Parameter

jumlah akar menunjukkan bahwa perlakuan H2 memberikan pengaruh terbaik

terhadap penambahan jumlah akar, perlakuan H0 juga menunjukkan respon yang

baik terhadap penambahan jumlah akar. Sedangkan, perlakuan H1, H3 dan H4

memperlihatkan respon penambahan akar yang relatif lebih rendah (Gambar 5).

Secara tabulasi dapat dilihat pada gambar 5 dibawah ini.

Ket : H0 = MS (Kontrol)
H1 = Growmore 1,5 g + Air kelapa 30%
H2 = Growmore 1,5 g + Air kelapa 40%
H3 = Hyponex 2 g + Air kelapa 30%
H4 = Hyponex 2 g + Air kelapa 40%

Gambar 5. Jumlah akar aster pada berbagai perlakuan

22
5. Panjang Akar

Hasil analisis keragaman panjang akar tidak berpengaruh nyata

Pengamatan terhadap panjang akar dilakukan pada akhir penelitian, hasil analisis

keragaman menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap

panjang akar (tabel 2). Perlakuan H0 dan H2 menunjukkan hasil terbaik dengan

nilai yang relatif sama terhadap panjang akar (7 cm sampai 8 cm). Sedangkan

perlakuan H3 memperlihatkan respon terendah untuk panjang akar yaitu 4 cm

sampai 5 cm (gambar 6).

Ket : H0 = MS (Kontrol)
H1 = Growmore 1,5 g + Air kelapa 30%
H2 = Growmore 1,5 g + Air kelapa 40%
H3 = Hyponex 2 g + Air kelapa 30%
H4 = Hyponex 2 g + Air kelapa 40%

Gambar 6. Panjang akar aster pada berbagai perlakuan

23
B. Pembahasan

Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk daun

hyponex, growmore dan ZPT alami yaitu air kelapa terhadap pembentukan tunas

aster secara kultur in vitro. Hasil annova dari penelitian ini menunjukkan bahwa

perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter pengamatan (Tabel

2). Berdasarkan tabulasi (gambar 2) dapat dilihat bahwa pada perlakuan H0

(kontrol) atau tanpa perlakuan memperlihatkan hasil terbaik untuk hampir semua

parameter pengamatan yaitu waktu tumbuh tunas (8,28 hst), tinggi tunas (9,46

cm), waktu tumbuh akar (23,74 hst) dan panjang akar (7,14 cm). Hal ini

dikarenakan, pada setiap tanaman mengandung hormon seperti auksin dan

sitokinin endogen walaupun dalam jumlah yang sedikit, maka tanpa perlakuan

apapun sudah mampu untuk membentuk tunas dan akar tanaman (Salisbury dan

Ross, 1992).

Eksplan yang digunakan merupakan adalah tunas pucuk merupakan

jaringan meristematik yang terdiri dari sel-sel yang masih aktif membelah,

pertumbuhan tanaman secara umum diatur oleh jaringan meristem, termasuk

mengenai adanya kandungan ZPT endogen pada tanaman terutama tunas. Hasil

penelitian Supriati (2002), pada tanaman iles-iles (Amorpophalus spp),

menunjukkan bahwa perlakuan kontrol memberikan hasil terbaik pada waktu

terbentuk akar dan panjang akar.

Perlakuan H2 (Growmore 1,5 g + Air kelapa 40%) memperlihatkan hasil

terbaik untuk Jumlah akar (7,10) dan panjang akar (7,00 cm), pemberian

growmore dengan peningkatan konsentrasi pemberian air kelapa dapat

meningkatkan jumlah akar dan panjang akar disebabkan karena adanya pengaruh

24
dari unsur hara makro, mikro, glukosa dan vitamin dari kedua zat tersebut. Unsur

hara makro sangat dibutuhkan dalam menyusun komposisi media yang akan

digunakan pada teknik kultur in vitro, unsur hara makro yang terdapat pada media

growmore dan air kelapa digunakan untuk meningkatkan jumlah dan panjang akar

(Bety, 2004).

Menurut Barlina (2004), menyatakan bahwa air kelapa mengandung ZPT

zeatin yang termasuk dalam kelompok sitokinin serta fitohormon lain yang berupa

auksin. Sitokinin dan auksin yang terdapat pada air kelapa memiliki kemampuan

untuk mendorong terjadinya pembelahan sel dan diferensiasi jaringan tertentu

dalam pembentukan tunas pucuk dan pertumbuhan akar apabila diberikan pada

konsentrasi yang tepat. Hasil penelitian terhadap pertumbuhan Saccharomyces

cerevisiae menunjukkan bahwa jumlah sel yang tumbuh pada media air kelapa

muda lebih tinggi dari pada yang tumbuh pada air kelapa tua. Pada air kelapa

muda 79,75 juta sel ml-1 dan pada air kelapa tua hanya 69,25 juta sel ml-1.

Perlakuan H3 (Hyponex 2 g + Air kelapa 30%) dan H4 (Hyponex 2 g + Air

kelapa 30%), menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap pertumbuhan

tunas tanaman aster di hampir semua parameter pengamatan ( waktu tumbuh

tunas, waktu tumbuh akar, dan panjang akar) dibandingkan dengan perlakuan

pupuk daun lain (growmore). Hal ini diduga karena, kurang adanya kemampuan

dari hyponex untuk bersinergi dengan air kelapa dalam memberikan respon yang

baik bagi pertumbuhan aster, akibat lebihnya konsentrasi pemberian hyponex dan

air kelapa. Menurut Bey et al., (2006), menyatakan bahwa penggunaan ZPT

dalam kultur in vitro pada batas-batas tertentu mampu merangsang pertumbuhan,

namun dapat bersifat sebagai penghambat apabila digunakan melebihi konsentrasi

25
optimum. Selain itu, kemampuan sel-sel muda pada eksplan untuk menyerap hara

lebih rendah, konsentrasi hara yang lebih tinggi pada media dapat menghambat

penyerapan hara, sehingga mengurangi kemampuan eksplan untuk tumbuh.

Menurut Imelda et al., (2008), keberhasilan morfogenesis kultur in vitro

penambahan unsur hara makro, mikro dan ZPT tergantung pada berbagai faktor,

meliputi status fisiologis dari tanaman induk, macam dan umur eksplan,

komposisi media serta jenis, konsentrasi dan interaksi serta keseimbangan ZPT

yang ditambahkan dari luar (eksogen) dan hormon tumbuh yang dihasilkan oleh

tanaman itu sendiri (endogen).

26
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diperoleh hasil sebagai

berikut :

1. Perlakuan pemberian pupuk daun (growmore dan hyponex) dan air kelapa

berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter perlakuan.

2. Berdasarkan hasil tabulasi perlakuan H0 (kontrol) menunjukkan pengaruh

terbaik terhadap waktu tumbuh tunas (8,28 hst), tinggi tunas (9,46 cm),

waktu tumbuh akar (23,74 hst) dan panjang akar (7,14 cm).

3. Berdasarkan hasil tabulasi perlakuan H2 (growmore + air kelapa 40%)

menunjukkan pengaruh terbaik terhadap jumlah akar (7,10).

4. Berdasarkan hasil tabulasi perlakuan H4 memperlihatkan hasil terendah

pada waktu tumbuh tunas (10,64 hst) dan waktu tumbuh akar (34,48 hst).

B. Saran

Dikarenakan belum mendapatkan hasil yang optimal terhadap pertumbuhan

tunas aster secara kultur in vitro dengan perlakuan media pengganti MS (pupuk

daun dan air kelap), maka untuk penelitian lanjutan maka dapat dilakukan dengan

memperbaiki konsentrasi dari pupuk daun serta air kelapa.

27
Lampiran I. Tabel Komposisi Media Murashige & Skoog (MS).

Nama Senyawa dalam Konsentrasi Konsentrasi Volume


Stok Larutan Stok dalam Media dalam Larutan Stok
MS (mg/l) Larutan yang
Stok Dibutuhkan
per Liter
Media (ml)
Makro NH4NO3 1.650 16.500
KNO3 1.900 19.000
MgSO4.7H2O 370 3.700 100
KH2PO4 170 1.700
CaCl2.2H2O 440 4.400

Mikro H3BO3 6,2 620


MnSO4.H2O 16,9 1.690
ZnSO4.7H2O 8,9 860
KI 0,83 8,3 10
Na2.MoO4.7H2O 0,25 2,5
CuSO4.5H2O 0,025 0,25
CoCl2.6H2O 0,025 0,25

FeEDTA FeSO4.7H2O 27,8 2.780 10


Na2EDTA 37,3 3.730

Vitamin Tiamin-HCl 0,1 100


Piridoksin-HCl 0,5 500
Asam nikotinat 0,5 500 1
Glisin 2,0 2.000

Mio- Mio-inositol 100 5.000 20


inositol
30.000
Sukrosa
7.000
Agar-agar
Sumber : Yusnita (2003)

28
Lampiran 2. Kandungan Hara dalam Growmore

Kandungan Komposisi

Nitrogen 32% N total


Fosfor 10% P2O5
Kalium 10% K2O
Kalsium 0,5% Ca
Magnesium 1% Mg
Sulfur 0,20% S
Unsur Mikro Mangan (Mn), Boron (B), Tembaga
(Cu), Besi (Fe), Molibdenum (Mo),
Zinc (Zn)

Sumber : Marsono (2004)

29
Lampiran 3. Hasil Pengamatan analisis keragaman Perlakuan Terhadap
Waktu Terbentuk Tunas (hst)

Ulangan Jumlah Rerata

Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7

 H0 8,3 7,7 7,7 11,0 6,7 8,1 7,9 34,7 8,68

 H1 8,7 7,6 10 10,7 6,7 10,5 7,8 37,0 9,25

 H2 9,7 7,0 9,1 10,3 10,0 11,2 9,3 36,1 9,03

 H3 8,0 12,7 9,7 10,7 11,1 9,9 12,2 41,1 10,28

 H4 10,3 10,3 14,3 10,0 8,3 8,5 9,7 44,9 11,23

193,8 9,48

SK DB JK KT F-hit F-tabel
Kelompok 4 751,034 187,759 0,33 3,01 4,77
Perlakuan 4 13,966 3,492 0,01 3,01 4.77
Galat 16 8999,522 562,470
Total 24 9764,522
KK= 50,12 persen

30
Lampiran 4. Hasil Pengamatan analisis keragaman Perlakuan Terhadap tinggi
Tunas (cm)

Ulangan Jumlah Rerata

Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7

 H0 6,0 11,3 13,0 7,3 9,7 9,5 7,8 37,6 9,40

 H1 5,7 6,8 7,7 8,9 8,0 10,2 6,0 29,1 7,28

 H2 7,3 6,0 7,3 4,7 3,5 6,9 7,1 25,3 6,33

 H3 9,9 8,0 6,5 8,0 3,7 5,4 5,5 32,4 8,10

 H4 7,8 7,6 6,7 5,8 8,3 7,1 6,2 27,9 6,93

152,3 7,35

SK DB JK KT F-hit F-tabel
Kelompok 6 457,54 76,26 0,33 3,01 4,77
Perlakuan 4 17,95 4,49 0,02 3,01 4,77
Galat 24 5523,45 230,14
Total 34 5998,94
KK= 40,89 persen

31
Lampiran 5. Hasil Pengamatan analisis keragaman Perlakuan Terhadap waktu
terbentuk akar (hst)

Ulangan Jumlah Rerata

Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7

 H0 27,3 26,7 25,3 16,7 22,7 19,8 25,6 96,0 24,0

 H1 31,0 26,3 34,7 27,0 37,7 25,8 31,5 119,0 29,7

 H2 41,0 28,3 28,3 28,0 31,3 27,6 27,8 125,6 31,4

 H3 37,3 41,3 33,3 30,0 42,3 21,8 30,9 141,9 35,4

 H4 52,0 41,7 39,7 29,0 30,0 49,5 32,1 162,4 40,6

644,9 31,47

SK DB JK KT F-hit F-tabel
Kelompok 6 9876,3 1646,0 0,4 3,01 4,77
Perlakuan 4 496,5 124,1 0,03 3,01 4,77
Galat 24 105552,0 4398,0
Total 34 115924,8
KK= 40,99 persen

32
Lampiran 6. Hasil Pengamatan analisis keragaman Perlakuan Terhadap jumlah
akar

Ulangan Jumlah Rerata

Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7

 H0 5,0 6,3 6,7 6,0 7,7 5,5 5,9 24,0 6,0

 H1 4,0 5,7 5,0 6,3 4,3 6,7 5,8 21,0 5,2

 H2 5,5 7,7 8,1 7,3 6,9 4,7 6,1 28,6 7,1

 H3 6,2 5,3 5,7 6,3 4,9 5,5 7,3 23,5 5,8

 H4 3,3 6,3 5,7 5,7 5,1 4,7 6,7 21,0 5,2

118,1 5,8

SK DB JK KT F-hit F-tabel
Kelompok 6 314,7 52,4 0,4 3,01 4,77
Perlakuan 4 7,7 1,9 0,01 3,01 4,77
Galat 24 3482,6 145,1
Total 34 3805,0
KK= 40,97 persen

33
Lampiran 7. Hasil Pengamatan analisis keragaman Perlakuan Terhadap panjang
akar (cm)

Ulangan Jumlah Rerata

Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7

 H0 6,8 7,3 9,0 6,3 6,3 5,9 7,1 29,4 7,3

 H1 4,7 5,3 6,2 7,3 7,7 7,0 5,5 23,5 5,8

 H2 5,7 6,7 10,3 6,3 6,7 7,0 6,9 29,0 7,2

 H3 4,0 3,9 6,3 6,7 6,4 5,8 8,0 20,9 5,2

 H4 5,3 7,0 5,7 6,3 6,0 6,0 5,8 24,3 6,1

127,1 6,4

SK DB JK KT F-hit F-tabel
Kelompok 6 393,5 65,6 0,4 3,01 4,77
Perlakuan 4 10,8 2,7 0,02 3,01 4,77
Galat 24 4148,0 172,8
Total 34 4552,4
KK= 41,03 persen

34
Lampiran 8. Foto – foto Penelitian

Pencucian botol kultur Sterilisasi alat menggunakan autoklaf

Pembuatan media

Persiapan eksplan

35
Plantlet aster

36
Lampiran 9. Dosen Peneliti

1. Ketua

a. Identitas Diri

Nama lengkap : Miranty Trinawaty Sp, MSi

Tempat/tanggal lahir : Palembang / 12 Agustus 1985

Bidang Keahlian : Pertanian (Agroteknologi)

Alamat Rumah : Komp Puri Mas Garden B. 15 004/002


Sukamaju Sako Kenten Palembang

Telp/E-mail : 081958684960 / Mira_quu@yahoo.co.id

b. Riwayat Pendidikan

UNIVERSITAS/ INSTITUT TAHUN


GELAR BIDANG STUDI
DAN LOKASI SELESAI

Univeritas Sriwijaya Palembang SP 2008 Agronomi

PPS Universitas Sriwijaya Palembang MSi. 2013 Ilmu Tanaman

Palembang, Mei 2016

Miranty Trinawaty Sp, MSi

37
2. Anggota

a. Identitas Diri

Nama lengkap : Ir. Rostian Nafery, MP

Tempat/tanggal lahir : Pangkalan balai/ 5 September 1959

Bidang Keahlian : Pertanian (Agroteknologi)

Alamat Rumah : Jl. Ariodillah Lr. Perburuhan No. 2001 RT 31 Rw

011

Telp/E-mail : 0711361393/ naferyrostian@yahoo.com

b. Riwayat Pendidikan

UNIVERSITAS/ INSTITUT TAHUN


GELAR BIDANG STUDI
DAN LOKASI SELESAI

Univeritas Sriwijaya Palembang Ir. 1985 Hama dan Penyakit Tumb

PPS UNPAD MP 1996 Ilmu Tanaman

c. Pengalaman Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Tahun Sumber Dana Judul Penelitian Peran

Pertumbuhan Tanaman tebu terhadap Posisi


2005 Sendiri Ketua
Mata Tunas pada Batang

Respon Pertumbuhan Jarak Pagar terhadap


2006 Sendiri Ketua
Pemberian PPC

2006 Sendiri Respon Pertumbuhan dan Hasil sawi Caisin Ketua

38
terhadap pemberian pupuk kandang

Dosen Muda Uji Adaptasi Beberapa Galur dan Varietas Padi


2007 Sawah di Lahan Pasang Surut Muara Telang Ketua
(DIKTI) Kabupaten Banyuasin.

Respon Pertumbuhan Tanaman kelapa Sawit


2007 Sendiri terhadap Pemberian Takaran Inokulasi Ketua
Cendawan Mikoriza

Uji Adaptasi Beberapa Galur dan Varietas Padi


2008 Sendiri pada Lahan Pasang Surut dan Lebak terhadap Ketua
Pertumbuhan dan Hasil Padi

Palembang, Mei 2016

Ir. Rostian Nafery, MP

39
Lampiran 10. Mahasiswa

1. Identitas Diri

Nama lengkap : Umi Kalsum

Tempat/tanggal lahir : Palembang / 16 September 1994

Jurusan : Pertanian (Agroteknologi)

Alamat Rumah : Jln. Demang Lebar Daun Rt.06 Rw 01 No 3

Bukit Besar Palembang

Telp/E-mail : 08994411180

2. Riwayat Pendidikan

- SD Negeri 4 Palembang (2001 - 2006)


- SMP Negeri 18 Palembang (2006 - 2009)
- SMA Srijaya Negara Palembang (2009 - 2012)

Palembang, Mei 2016

Umi Kalsum

40
LAMPIRAN 11. PEMBIAYAAN

Dana yang diterima : Rp. 6.000.000,-

Pengeluaran:

1. Bahan habis pakai dan peralatan

No Uraian Biaya (Rp) No. Nota

1. Pembelian media MS + Vitamin 1.908.000,- 1

2. Kelapa muda 7 buah @ 8.000 64.000,- 2

3. Pembelian Pupuk Daun hyponex 35.000,- 3

4. Pembelian Pupuk Daun Growmore 38.000,- 3

5. Agar-agar 10 bks 35.000,- 4

6. Bayclin 1 bks besar 16.900,- 4

7. Gula pasir 1 kg 14.000,- 4

8. Larutan KOH 500 cc 30.000,- 5

9. Larutan HCl 500 cc 30.000,- 5

10. Aluminium foil 2 bks @ Rp 22.500,- 45.000,- 4

11. Bunga Aster 30 polybag @ Rp 12.000,- 360.000,- 6

12. Alcohol 70% 3 ltr @ 65.000,- 260.000,- 7

13. Alcohol 96% 3 ltr @ 85.000,- 340.000,- 7

14. Detergen 1,2 kg 24.000,- 4

15. Air mineral 1,5 ltr 20 btl 70.000,- 4,8

16. Gas botol besar 140.000,- 9

41
17. Porstek 17.000,- 4

Total 3.416.900

2. Pelaporan dan Penerbitan di Jurnal


No Uraian Biaya (Rp) No. Nota

1. Pembelian ATK + Flashdish 8 gb 275.000,- 10,11

2. Pembelian cartridge 435.000,- 12

3. Biaya Penjilidan Laporan 5 eksemplar 106.000,- 13

4. Transport Peneliti 5 bulan 1.500.000,- 14

5. Penerbitan di Jurnal 250.000,- 15

Total 2 2.566.000,-

3. Rekapitulasi
No Uraian Biaya (Rp)

1. Biaya habis pakai dan peralatan 3.438.900,-

2. Pelaporan dan Penerbitan di Jurnal 2.566.000,-

Total 6.004.900,-

(Terbilang:(enam juta empat ribu sembilan ratus rupiah)

42

Anda mungkin juga menyukai