Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Uraian Tanaman

Bunga Aster merupakan salah satu jenis tanaman hias yang memiliki

beragam jenis dan warna yang menawan. Bunga ini mencerminkan keriangan,

kegembiraan dan kesederhanaan. Nama aster sendiri berasal dari bahasa

Yunani yang berarti bintang, dan bunganya yang menyerupai bintang ini dapat

ditemukan dalam beragam spektrum warna yang cantik-cantik, seperti putih,

merah, pink, ungu, lavender dan biru, dan ciri khas dari bunga aster ini ditengah-

tengahnya berwarna kuning yang dianggap sebagai bunga pengenal kelahiran di

bulan September dan sebagai bunga untuk perayaan usia pernikahan 20 tahun.

Bentuk dan ukuran bunga ini hampir mirip dengan bunga matahari. Bunga Aster

berbentuk melingkar, atau seperti bintang dengan kelopak dan mahkota bunga

yang banyak dan terpisah. Mahkota bunga pada bunga ini ada yang panjang dan

ada yang kecil, bermekaran mengelilingi bunga-bunga kecil yang ada

ditengahnya. Seperti pada bunga Aster yang mahkota bunganya berwarna putih,

dengan bunga-bunga kecil ditengahnya yang berwarna kuning. Bunga ini juga

harum sekali. Saat ini di pasaran bunga aster tersedia dengan enam jenis varietas.

Satu varietas memiliki 3 macam warna bunga. Jadi jika dirata-ratakan,

keseluruhan warna bunga untuk tanaman aster ini bisa mencapai puluhan jenis

motif yang berbeda. Misalnya varietas aster Chinensis tipe princes, warna bunga

yang dimiliki tersedia dengan merah muda, biru muda, biru tua, kuning muda dan

putih. Varietas lainnya jenis aster Chinensis tipe liliput, bunga tersedia dengan

warna putih, merah muda, merah tua dan biru. Tanaman aster (Callistepus

4
chinensis) yang banyak ditanam dan dipasarkan di Indonesia adalah aster Cina.

Cina memang disebut-sebut sebagai negara nenek moyang tanaman aster. Tapi,

konon nama aster berasal dari kata a star, yang artinya bintang. Hal ini barangkali

karena penampilan sosok bunganya yang hampir menyerupai bintang, mulai dari

bulat sampai mirip cakram. Juga helaian bunganya yang tersusun membentuk

lingkaran. Sementara tangkai bunganya ada yang pendek, ada yang panjang.

Ukuran bunga bervariasi berkisar diameter 4-7 cm. Sepintas, kadang kita rancu

membedakan aster dengan krisan. Tampilan visualnya hampir sama. Namun, jika

ditelusuri lebih cermat, kita akan tahu. Daun aster berwarna hijau, berbentuk

lanset, tidak lebar, dan tepi daun agak bergigi. Tinggi tanaman juga bervariasi,

tergantung varietasnya, yakni sekitar 20 cm (Aster tipe Liliput) hingga 75 cm

(Aster Amerika). Tanaman ini tumbuh merumpun dan bercabang. Daerah yang

ideal untuk bertanam aster adalah daerah pegunungan. Namun tidak tertutup

kemungkinan, di daratan rendah pun aster bisa tumbuh. Aster sendiri menyukai

tempat yang terbuka atau terkena sinar matahari langsung. Itu berarti, aster yang

biasanya dijadikan bunga potong (cut flower) dapat juga tampil cantik sebagai

penghias halaman rumah. Salah satu bunga yang sering digunakan untuk berbagai

acara itu adalah bunga aster. Bunga satu ini punya keunggulan, karena bisa hadir

hampir disetiap kegiatan atau acara. Mungkin itu karena bunga satu ini

mempunyai warna bermacam warna, bergantung jenisnya. Ragam warna bunga

aster itu juga didukung oleh usaha mengintroduksi berbagai varietas dari Eropa

dan Amerika.

5
2.1.1. Morfologi Tanaman

Batang : Tegak, bulat, sedikit bercabang, permukaan kasar, hijau. Daun Tunggal,

berseling, menyirip dengan tepi bergerigi, ujung runcing, pangkal membulat, tepi

bertoreh, panjang 7-13 cm, lebar 3-6 cm pertulangan menyirip, tebal, permukaan

kasar, hijau. Bunga Majemuk, bentuk cawan, di ketiak daun atau di ujung batang,

garis tengah 3-5 cm, kelopak bentuk cawan, ujung runcing, merah, benang sari

dan putik halus, berkumpul di tengah bunga, mahkota lonjong, lepas, panjang 3-8

mm, kuning. Akar : Serabut, cokelat

2.1.2. Klasifikasi Tanaman

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Asteridae

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Callistephus

Spesies : Callistephus chinensis (L.) Nees

2.1.3. Nama Daerah

Nama ilmiah : Callistephus chinensis (L.) Nees

Indonesia : aster cina

English : China daisy

6
2.1.4. Jenis-jenis Bunga Aster

Saat ini di pasaran bunga aster tersedia dengan enam jenis varietas. Satu

varietas memiliki 3 macam warna bunga. Jadi jika dirata-ratakan, keseluruhan

warna bunga untuk tanaman aster ini bisa mencapai puluhan jenis motif yang

berbeda. Misalnya varietas aster Chinensis tipe princes, warna bunga yang

dimiliki tersedia dengan merah muda, biru muda, biru tua, kuning muda dan putih.

Varietas lainnya jenis aster Chinensis tipe liliput, bunga tersedia dengan warna

putih, merah muda, merah tua dan biru.

Berikut adalah beberapa jenis aster dengan warna bunganya:

- Aster chinensis tipe Princes, warna bunga merah muda, biru muda, biru tua,

kuning muda, dan putih.

- Aster chinensis tipe Amerika, warna bunga biru, merah lembayung, merah

muda, merah, dan putih.

- Aster chinensis tipe Liliput, warna bunga putih, merah muda, merah tua, dan

biru.

- Aster chinensis tipe Giant Cornet, warna bunga merah muda, merah tua, dn

putih

- Aster novae-angliae, warna bunga violet muda.

- Aster incisus, warna bunga violet dan kebiruan.

2.1.5. Manfaat Bunga Aster

Bunga aster berkhasiat sebagai obat sakit bengkak pada mata dan untuk obat

luka. Untuk obat bengkak mata dipakai 10 gram bunga aster, dicuci dan direbus

dengan 3 gelas air sampai mendidih lalu dinginkan sampai hangat-hangat kuku.

Air hasil rebusan digunakan untuk merendam atau mengkompres mata yang sakit.

7
2.1.6. Budi Daya Tanaman

Bibit bunga aster banyak terdapat di toko atau kios pertanian, dalam bentuk

biji-biji aster, yang sudah berada dalam kemasan. Sebelum biji-biji tersebut

ditabur, sediakan bak persemaian yang telah diisi media tanam. Media tanamnya

berupa campuran tanah halus, pasir dan kompos (1 : 1 : 1). Siram air hingga

lembap. Buatkan larikan dalam bak persemaian, lalu sebar biji-biji tersebut.

Tutup dengan tanah. Tak lama, biji-biji pun akan berkecambah, dan akhirnya kita

akan mendapatkan bibit aster. Jika bibit aster memiliki daun 4 - 5 helai dan

tingginya 10 - 15 cm, itu berarti aster siap ditanam di halaman.

Tanah halaman pun perlu diolah. Cangkul dan biarkan selama sekitar 2

minggu, lalu cangkul lagi. Buatkan bedengan dengan ukuran lebar 100 - 200 cm,

lalu taburkan pupuk kandang di atas bedengan sebanyak 2 kg per meter persegi.

Kini, saatnya bibit ditanam. Caranya, buat lubang tanam, lalu bibit ditanam secara

tegak pada lubang tersebut. Padatkan tanah di sekitar lubang tersebut, dan pasang

penyangga bambu. Waktu tanam biasanya sore hari pada musim penghujan.

Langkah berikutnya adalah perawatan. Pemupukan dilakukan sebulan sekali.

Gunakan pupuk NPK (15 : 15 : 15) sebanyak 1 sendok makan (10 gr) per rumpun.

Cara pemupukan, masukkan dalam larikan, dengan jarak 10 - 15 cm dari batang

tanaman, lalu bumbun lagi. Jangan lupa melakukan pemangkasan pucuk

(pinching). Ini dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan kuncup-kuncup.

Dari kuncup-kuncup tersebut akan tumbuh dan berkembang menjadi cabang-

cabang samping. Cara pemangkasan pucuk, pangkaslah kuncup terminal pada

tanaman yang tingginya sudah mencapai lebih dari 15 cm atau berumur 3 bulan

sejak tanam, dengan kondisi memiliki minimal 3 - 4 pasang daun.

8
Biarkan bekas pangkasan beberapa saat hingga tumbuh tunas-tunas baru.

Kemudian teruskan dengan pemangkasan berikutnya, ketika tunas-tunas baru

telah tumbuh sekitar 15 - 20 cm. Demikian seterusnya, dan pemangkasan

dihentikan bila tanaman aster mulai membentuk bakal bunga.

2.2. Zat Warna

Zat pewarna merupakan suatu bahan kimia baik alami maupun sintetik

yang dapat memberikan warna. Zat warna makanan dapat dibagi menjadi tiga

golongan yaitu pewarna alami, zat warna identik dan zat warna sintetik.

Zat pewarna alami merupakan bahan pewarna yang diperoleh dari sumber

yang dapat dimakan atau bahan pewarna alami yang ada di alam. Zat pewarna

alami disebut juga uncertified color. Penggunaan zat warna alami bebas dari

proses sertifikasi. Contoh zat pewarna alami antara lain curcumin, riboflavin,

antosianin, klorofil dan brazilein.

Zat pewarna identik alami merupakan zat pewarna yang disintetis secara

kimia sehingga menghasilkan struktur kimia yang sama dengan pewarna alami.

Yang termasuk golongan ini adalah karetonoid murni antara lain canthaxanthin

(merah), alfa-karoten (merah-oranye), beta-karoten (oranye-kuning). Semua

pewarna-pewarna ini memiliki batas-batas konsentrasi maksimum penggunaan,

terkecuali beta-karoten yang boleh digunakan dalam jumlah tidak terbatas.

Zat pewarna sintetik dibuat dari bahan-bahan kimia. Pewarna

sintetis/buatan adalah pewarna yang biasanya di buat di pabrik-pabrik dan berasal

dari suatu zat kimia. Pewarna ini di golongkan kepada zat berbahaya apabila

dicampurkan kedalam makanan. Pewarna simtetis/buatan dapat menyebabkan

gangguan kesehatan terutama pada fungsi hati dalam tubuh kita. Contoh-contoh

9
zat pewarna sintetik yang digunakan antara lain indigoten, allura red, fast green,

tartrazine, rhodamin B dan titanin yellow.

Setiap tanaman dapat dijadikan sebagai sumber warna alami karena

mengandung pigmen alam. Potensi ini ditentukan oleh intensitas warna yang

dihasilkan dan sangat tergantung pada jenis coloring matter yang ada. Colloring

matter adalah substansi yang menentukan arah warna dari zat warna alam dan

merupakan senyawa organik yang terkandung dalam sumber zat warna alam. Satu

jenis tumbuhan dapat mengandung lebih dari satu coloring matter. Warna alam

terdistribusi hampir dalam semua jaringan tumbuhan, mulai dari akar, kulit, buah,

dan bunga.

2.2.1. Zat Pewarna Alami

Beberapa contoh zat pewarna alami yang biasa digunakan untuk mewarnai

makanan yaitu :

1. Karoten

Menghasilkan warna jingga sampai merah. Biasanya digunakan

untuk mewarnai produk-produk minyak dan lemak seperti minyak goreng dan

margarin. Dapat diperoleh dari wortel, pepaya dan sebagainya.

Alfa karoten

10
2. Biksin

Memberikan warna kuning seperti mentega. Biksin diperoleh dari

biji pohon Bixa orellana yang terdapat didaerah tropis dan sering digunakan

untuk mewarnai mentega, margarine, minyak jagung dan salad dressing.

3. Caramel

Berwarna coklat gelap dan merupakan hasil dari hidrolisis

(pemecahan) karbohidrat, gula pasir, laktosa dan sirup malt. Caramel terdiri

dari 3 jenis, yaitu caramel tahan asam yang sering digunakan untuk minuman

berkarbonat, caramel cair untuk roti dan biskuit, serta caramel kering.

4. Klorofil

Menghasilkan warna hijau, diperoleh dari daun. Banyak digunakan

untuk makanan. Saat ini bahkan mulai digunakan pada berbagai produk

kesehatan. Pigmen klorofil banyak terdapat pada dedaunan (misalnya daun

suji, pandan, katuk dan sebagainya). Daun suji, daun pandan dan daun katuk

sebagai penghasil warna hijau untuk berbagai jenis kue jajanan pasar. Selain

menghasilkan warna hijau yang cantik, juga memiliki harum yang khas.

5. Antosianin

Penyebab warna merah, oranye, ungu dan biru banyak terdapat pada

bunga dan buah-buahan seperti bunga mawar, pacar air, kembang sepatu,

bunga tasbih/kana, krisan, pelargonium, aster cina, buah apel, chery, anggur,

strawberi dan juga terdapat pada buah manggis dan umbi ubi jalar. Bunga

11
telang menghasilkan warna biru keunguan. Bunga belimbing sayur

menghasilkan warna merah. Penggunaan zat pewarna alami, misalnya pigmen

antosianin masih terbatas pada beberapa produk makanan, seperti produk

minuman (sari buah, juice dan susu).

Rumus Struktur Antosianin

6. Kurkumin

Berasal dari kunyit sebagai salah satu bumbu dapur sekaligus

pemberi warna kuning pada masakan yang kita buat.

(http://id.wikipedia.org/wiki/pewarna alami)

2.2.2. Zat Warna Sintetik

Karena kekurangan yang dimiliki oleh zat pewarna alami, beberapa

produsen memilih untuk menggunakan pewarna sintesis. Zat pewarna sintesis

merupakan zat warna yang berasal dari zat kimia, yang sebagian besar tidak dapat

digunakan sebagai pewarna makanan karena dapat menyebabkan gangguan

kesehatan terutama fungsi hati di dalam tubuh kita.

Proses pembuatan zat warna sintesis biasanya melalui penambahan asam

sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat

lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik sebelum mencapai

produk akhir, harus melalui suatu senyawa antara dulu yang kadang-kadang

12
berbahaya dan sering kali tertinggal dalam hasil akhir, atau berbentuk senyawa-

senyawa baru yang berbahaya. Untuk zat pewarna yang dianggap aman,

ditetapkan bahwa kandungan arsen tidak boleh lebih dari 0,00014 persen dan

timbal tidak boleh lebih dari 0,001 persen, sedangkan logam berat lainnnya tidak

boleh ada. Minimnya pengetahuan produsen mengenai zat pewarna untuk bahan

pangan, menimbulkan penyalahgunaan dalam penggunaan zat pewarna sintetik

yang seharusnya untuk bahan non pangan digunakan pada bahan pangan. Hal ini

diperparah lagi dengan banyaknya keuntungan yang diperoleh oleh produsen yang

menggunakan zat pewarna sintetik (harga pewarna sintetik lebih murah

dibandingkan dengan pewarna alami ). Ini sungguh membahayakan kesehatan

konsumen, terutama anak-anak yang sangat menyukai bahan pangan yang

berwarna-warni.

Jenis-jenis pewarna alami :

a. Tartrazine (E102 atau Yellow 5)

Pewarna kuning yang banyak digunakan dalam makanan dan obat-obatan.

Selain berpotensi meningkatkan hiperaktivitas anak, pada sekitar 1-10 dari 10.000

orang, Tartrazine menimbulkan efek samping langsung seperti urtikaria (ruam

kulit). Rhinitis (hidung meler), asma, purpura (kulit lebam). Intoleransi ini lebih

umum pada penderita asma atau orang yang sensitive terhadap aspirin.

b. Sunset Yellow (E110, Orange Yellow/Yellow 6)

Pewarna yang dapat ditemukan dalam makanan seperti jus jeruk, es krim,

ikan kalengan, keju, jeli, minuman soda dan banyak obat-obatan. Untuk

sekelompok kecil individu, konsumsi pewarna adiktif ini dapat menimbulkan

urtikaria, rinitis, alergi, hiperaktivitas, sakit perut, mual dan muntah.

13
c. Ponceau 4R (E124 atau SX Purple)

Pewarna merah hati yang digunakan dalam berbagai produk, termasuk

selai, kue, agar-agar dan minuman ringan. Selain berpotensi memicu

hiperaktivitas pada anak, pewarna ini dianggap karsinogenik (penyebab kanker) di

beberapa Negara.

d. Allura Red (E129)

Pewarna sintetis merah jingga yang banyak digunakan pada permen dan

minuman. Pewarna ini sudah banyak dilarang dibanyak Negara.

e. Quinoline Yellow (E104)

Pewarna makanan kuning ini digunakan dalam produk seperti es krim dan

minuman energy. Zat ini sudah dilarang dibanyak Negara karena dianggap

maningkatkan resiko hiperaktivitas dan serangan asma.

f. Metanil Yellow

Pewarna makanan ini juga merupakan salah satu zat pewarna yang tidak

diizinkan untuk ditambahkan ke dalam bahan makanan. Metanil Yellow

digunakan sebagai pewarna untuk produk-produk tekstil (pakaian), cat kayu, dan

cat lukis.

Kelebihan pewarna buatan dibanding pewarna alami adalah dapat

menghasilkan warna yang lebih kuat dan stabil meski jumlah pewarna yang

digunakan hanya sedikit. Warna yang dihasilkan dari pewarna buatan akan tetap

cerah meskipun sudah mengalami proses pengolahan dan pemanasan, sedangkan

pewarna alami mudah mengalami degradasi atau pemudaran pada saat diolah dan

disimpan. Misalnya kerupuk yang menggunakan pewarna alami, maka warna

tersebut akan segera pudar ketika mengalami proses penggorengan.

14
2.3. Antosianin

Antosianin merupakan kelompok flavonoid yang berperan sebagai pigmen

yang memberikan warna ungu, merah, biru pada beberapa buah-buahan, bunga

dan sayuran. Flavonoid adalah sekelompok besar senyawa polifenol tanaman yang

tersebar luas dalam berbagai bahan makanan dengan berbagai konsentrasi.

Antosianin merupakan glikosida dari Antosianidin yang terdiri dari 2-phenyl

benzopyrilium (Flavium) tersubstitusi, memiliki sejumlah gugus hidroksil bebas

dan gugus hidroksil termetilasi yang berada pada posisi atom karbon yang

berbeda. Seluruh senyawa antosianin merupakan senyawa turunan dari kation

flavilium, dua puluh jenis senyawa telah ditemukan. Tetapi hanya enam yang

memegang peranan penting dalam bahan pangan yaitu pelargonidin, sianidin,

delfinidin, peonidin, petunidin, dan malvidin. Secara kimia semua antosianin

merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya

terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus

hidroksil, metilasi dan glikosilasi. Antosianin juga salah satu zat pewarna alami

berwarna kemerah-merahan yang larut dalam air dan tersebar luas di dunia

tumbuh-tumbuhan. Zat warna ini banyak diisolasi untuk digunakan dalam

beberapa bahan olahan, makanan maupun minuman. Pada kondisi basa atau

netral. Antosianin dipengaruhi beberapa faktor antara lain pH, temperatur,

oksigen, dan ion logam. Antosianin juga tergolong senyawa flavonioid yang

memiliki fungsi sebagai antioksidan alami.

2.3.1. Sumber Antosianin

Antosianin mudah ditemukan pada sayuran dan buah-buahan berwarna

merah keunguan. Contoh pangan kaya antosianin adalah blackberry, blueberry,

15
cranberry, black raspberry, strawberry, murbei, anggur, kismis, kubis, kubis

merah, lobak merah, bawang merah, terong dan lain-lain. Antosianin dalam

jumlah sedikit juga ditemukan pada buah pisang, asparagus, kacang polong, buah

pir dan kentang.

2.3.2. Stabilitas Antosianin

Antosianin secara umum mempunyai stabilitas yang rendah. Pada

pemanasan yang tinggi, kestabilan dan ketahanan zat warna antosianin akan

berubah dan mengakibatkan kerusakan. Selain mempengaruhi warna antosianin,

pH juga mempengaruhi stabilitasnya, dimana dalam suasana asam akan berwarna

merah dan suasana basa berwarna biru. Antosianin lebih stabil dalam suasana

asam (pH 3,5) dari pada dalam suasana alkalis ataupun netral. Zat warna ini juga

tidak stabil dengan adanya oksigen dan asam askorbat. Asam askorbat kadang

melindungi antosianin tetapi ketika antosianin menyerap oksigen, asam askorbat

akan menghalangi terjadinya oksidasi. Pada kasus lain, jika enzim menyerang

asam askorbat yang akan menghasilkan hydrogen peroksida yang mengoksidasi

sehingga antosianin mengalami perubahan warna. Warna pigmen antosianin

adalah merah, biru, violet, dan biasanya dijumpai pada bunga, buah-buahan dan

sayur-sayuran. Dalam tanaman terdapat dalam bentuk glikosida yaitu membentuk

ester dengan monosakarida (glukosa, galaktosa, ramnosa dan kadang-kadang

pentosa). Sewaktu pemanasan dalam asam mineral pekat, antosianin pecah

menjadi antosianidin dan gula. Pada pH rendah (asam) pigmen ini berwarna

merah dan pada pH tinggi berubah menjadi violet dan kemudian menjadi biru.

Pada umumnya, zat-zat warna distabilkan dengan penambahan larutan buffer yang

sesuai. Jika zat warna tersebut memiliki pH sekitar 4 maka perlu ditambahkan

16
larutan buffer asetat, demikian pula zat warna yang memiliki pH yang berbeda

maka harus dilakukan penyesuaian larutan buffer.

2.3.3. Manfaat Antosianin

Antosianin diketahui dapat mengobati berbagai penyakit

berbahaya, seperti kangker, diabetes, dan serangan jantung. Selain itu, juga punya

efek antiradang, antibakteri dan mencegah penyakit diabetes mellitus. Antosianin

diyakini punya efek antioksidan sangat baik, karena dapat mengahambat berbagai

radikal bebas.

Antosianin sangat efektif dalam menyembuhkan penyakit diabetes dan

komplikasinya. Salah satu bahaya komplikasi diabetes adalah timbulnya kebutaan.

Dalam kasus inflamasi ( peradangan ), konsumsi antosianin dalam jumlah cukup

dapat memproteksi terjadinya inflamasi dengan berbagai mekanisme.

Kemampunan antosianin dalam mencegah reaksi oksidasi membuatnya

sangat baik untuk mencegah ateroskelorosis (penyempitan pembuluh darah).

Kehadiran antosianin dapat mencegah sumber utama terjadinya aterosklerosis,

yaitu oksidasi LDL (kolesterol jahat).

Sebagian besar antosianin dalam bentuk glikosida, biasanya mengikat satu

atau dua unit gula seperti glukosa, galaktosa, ramnosa, dan silosa. Jika

monoglikosida, maka bagian gula hanya terikat pada posisi 3, dan pada posisi 3

dan 5 bila merupakan diglikosida dan bagian aglikonnya disebut antosianidin.

Sebagian besar antosianin berwarna kemerahan dalam larutan asam, tetapi

menjadi ungu dan biru dengan meningkatkan pH yang akhirnya rusak dalam

larutan alkali kuat.

17
2.3.4. Angka Rf dan Golongan-golongan Antosianin

Tabel 1. Angka Rf dan golongan-golongan antosianin

Rf (100) dalam
Antosianin
BAA BuHCl 1% HCl
Monoglikosida
Pelargonidin 3-glukosida 44 38 14
Sianidin 3-glukosida 38 25 07
Malvidin 3-glikosida 38 15 06
Diglikosida
Pelargonidin 3,5-diglikosida 31 14 23
Sianidin 3-ramnosilglukosida 37 25 19
Peonodin 3,5-diglikosida 31 10 08
Delfinidin 3,5-diglikosida 15 03 08
Triglikosida
Sianidin 3-ramnosilglukosida 25 08 36
5-glukosida
Sianidin 3-(2G-glukosil- 26 11 61
ramnosilglukosida)
Diglukosida tetrasilasi
Pelargonidin 3- (p 40 46 19
kumarilglukosida) 5-glukosida
Sumber : Harborne, 1967

Keterangan pengembang :

- BAA = n-BuOH HOAc H2O (4 : 1 : 5)

- BuHCl = n-BuOH HCl 2M (1 : 1, lapisan atas )

- HCl 1 % = HCl pekat (3 : 97 )

Antosianin dikromatografi kertas satu arah memakai pengembang BAA,

BuHCl dan HCl 1% serta dibandingkan dengan satu larutan pembanding atau

lebih. Warna, Rf dan sumber beberapa antosianin yang umum dapat dilihat pada

tabel diatas. Selain satu faktor utama yang menentukan Rf ialah jumlah gula yang

terikat pada antosianin, peningkatan glikosilasi mengurangi Rf dalam pengembang

BAA dan BuHCl tetapi menambah Rf dalam HCl 1% (bandingankan Rf mono-,

di-, dan triglikosida sianidin dalam tabel). Glikosida antosianin yang berbeda-

beda itu dapat dikenal berdasarkan warnanya pada kromatogram sebab glikosida

18
pelargonidin berwarna jingga, glikosida sianidin dan peonidin merah lembayung

dan glikosida delfinidin merah senduduk.

2.4. Kromatografi

Kromatografi berasal dari bahasa Yunani kromatos yang berarti warna

dan graphos yang berarti menulis. Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan

molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam

untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan.

Molekul yang terlarut dalam fase gerak, akan melewati kolom yang merupakan

fase diam. Kromatografi mencakup berbagai proses yang berdasarkan pada

perbedaan distribusi dari penyusunan cuplikan antara dua fase, salah satu

diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan di

dalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya

perbedaan dalam absorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau

kerapatan muatan ion dinamakan kromatografi sehingga mesing-masing zat dapat

diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode analitik (anonym, 1995).

Pada dasarnya, teknik kromatografi ini membutuhkan zat terlarut

terdistribusi di antara dua fase, satu diantaranya diam ( fase diam) yang lainnya

bergerak (fase gerak). Fase gerak membawa zat terlarut melalui media, hingga

terpisah dari zat terlarut lainnya yang tereluasi lebih awal atau lebih akhir.

Umumnya zat terlarut dibawa melewati media pemisah oleh cairan atau gas yang

disebut eluen. Fase diam dapat bertindak sebagai zat penyerap atau dapat

bertindak melarutkan zat terlarut sehingga terjadi partisi antara fase diam dan fase

gerak (anonym, 1995).

19
2.4.1. Jenis-jenis Kromatografi

1. Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ialah metode pemisahan fisikokimia

lapisan yang memisahkan, yang terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam),

ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam atau lapisan yang cocok.

Campuran yang akan dipisah, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita

(awal). Setelah pelat atau lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang

berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama

perambatan kapiler (pengembangan). Selanjutnya senyawa yang tidak berwarna

harus dideteksi (Egon Stahl 1985).

2. Kromatografi Kolom

Adalah kromatografi yang menggunakan kolom sebagai alat untuk

memisahkan komponen-komponen dalam campuran. Prinsip kerjanya adalah

didasarkan pada perbedaan afinitas absorbs komponen-komponen campuran

terhadap permukaan fase diam. Sampel yang memiliki afinitas besar terhadap

absorben akan secara selektif tertahan dan yang afinitasnya paling kecil akan

mengikuti aliran pelarut.

3. Kromatografi Cair

Merupakan teknik yang tepat untuk memisahkan ion atau molekul yang

terlarut dalam suatu larutan. Jika sampel berinteraksi denga fase stasioner, maka

molekul-molekul berinteraksi dengan fase stasioner, namun interaksinya berbeda

dikarenakan perbedaan daya serap (adsorbtion), pertukaran ion (ion exchange),

partisi (partitioning), atau ukuran. Perbedaan ini membuat komponen terpisah

20
satu dengan yang lain dan dapat dilihat perbedaannya dari lamanya waktu transit

komponen tersebut melewati kolom.

4. Kromatografi Pertukaran Ion

Adalah salah satu tekhnik pemurnian senyawa spesifik di dalam larutan

campuran. Prisip utama dalam metoda ini didasarkan pada interaksi muatan

positif dan negatif antara molekul spesifik dengan metriks yang berada di dalam

kolom kromatografi.

5. Kromatografi Penyaringan Gel

Merupakan proses pemisahan dengan gel yang terdiri dari modifikasi

dekstran-molekul polisakarida linear yang mempunyai ikatan silang. Molekul

dengan berat antara 100 sampai beberapa juta dapat dipekatkan dan dipisahkan.

Kromatografi pemisahan gel merupakan teknik serupa yang menggunakan

polistirena yang berguna untuk pemisahan polimer.

6. Kromatografi Kertas

Adalah kromatogafi yang penyerapannya menggunakan kertas dengan

susunan serabut yang tebal dan cocok, contohnya seperti kertas whatmann. Dalam

percobaan ini dipakai kromatografi kertas karena mudah, murah, dan cepat.

7. Kromatografi Gas

Kromatografi ini dimana fase dapat dianggap sebagai suatu bentuk

kromatografi kolom dimana fase gerak adalah gas pembawa.

8. Kromatografi Elekroforesis

Merupakan kromatografi yang diberi medan listrik disisinya dan tegak

lurus aliran fasa gerak. Senyawa bermuatan positif akan menuju ke katoda dan

21
anion menuju ke anoda. Sedangkan kecepatan gerak tergantung pada besarnya

muatan.

9. HPLC ( High Performance Liquid Chromatography )

Teknik pemisahan HPLC memiliki banyak keunggulan dibanding dengan

kromatografi lainnya, diantaranya adalah cepat dalam proses analisa, resolusi

yang lebih tinggi, sensitivitas detector yang lebih tinggi, kolom yang dipakai

dapat digunakan kembali, ideal dan cocok untuk zat bermolekul besar dan

berionik dan mudah untuk rekoveri sampel. HPLC boleh dibilang sebagai teknik

tercanggih dalam metode kromatografi. HPLC juga menggunakan system

instrument seperti pada kromatografi gas. Di dalam teknik ini juga digunakan

tekanan dan kecepatan yang cukup tinggi sehingga mampu di hasilkan resolusi

yang lebih baik.

2.4.2. Teknik-teknik Pemisahan

1. Analisa Elusi

Cara ini merupakan metoda yang paling penting dan digunakan secara

ektensif dalam kromatografi partisi. Dalam aliran dari fase bergerak ( Eluting

Agent) adalah terus menerus hingga campuran terpisah sempurna menjadi

komponen-komponennya. Harus diperhatikan bahwa fase gerak yang dipilih tidak

mempunyai efek terhadap fase tetap atau hanya lemah deserap olehnya.

2. Analisa Frontal

Dalam analisa frontal, larutan campuran ditambah terus menerus hingga

kolom jenuh. Larutan yang keluar dari kolom sebelah bawah diukur terus

menerus.

22
3. Analisa Perbandingan Gerak

Analisa pindahan gerak mungkin dapat dipandang sebagai hibrida dari

analisa elusi dan frontal. Seperti dalam metoda elusi, sejumlah kecil dari

campuran diletakkan di atas kolom, kemudian larutan senyawa yang lebih kuat

diserap daripada setiap komponen dari campuran ditambahkan terus menerus dari

atas kolom. Senyawa ini dikenal sebagai pengganti (displacer).

2.4.3. Keuntungan Kromatografi

Dapat diperhatikan keuntungan-keuntungan dalam kromatografi. Pertama-

tama metode ini merupakan metode pemisahan yang cepat dan mudah dengan

menggunakan peralatan yang murah dan sederhana (kecuali untuk kromatografi

gas). Keuntungan lebih lanjut ialah hanya membutuhkan campuran cuplikan yang

sangat sedikit sekali, bahkan justru tidak mungkin menggunakan jumlah yang

besar dalam kromatografi. Disamping ini pekerjaan dapat diulang.

2.5. Kromatografi Kertas

Kromatografi kertas adalah suatu bentuk pemisahan molekul berdasarkan

perbedaan pergerakan fase diam dan fase gerak. Dimana fase diamnya adalah

kertas whatmann yang dibuat dari selulosa dan fase geraknya adalah pelarut yang

bergerak naik sepanjang permukaan kertas. Pada kromatografi ini sebagai

penyerap digunakan sehelai kertas dengan susunan serabut yang tebal dan cocok

(MMI jilid VI, 1995).

Prinsip dasar kromatografi kertas adalah partisi multiplikatif suatu

senyawa antara dua cairan yang saling tidak tercampur. Jadi partisi suatu senyawa

terjadi antara kompleks selulosa-air dan fase mobil yang melewatinya berupa

pelarut organik yang sudah dijenuhkan dengan air atau campuran pelarut.

23
Cara melakukan cuplikan yang mengandung campuran yang akan

dipisahkan deteteskan/diletakkan pada daerah yang diberi tanda di atas sepotong

kertas saring dimana akan meluas membentuk noda yang bulat. Bila noda telah

kering, kertas dimasukkan dalam bejana tertutup yang sesuai dengan satu ujung,

dimana tetesan cuplikan ditempatkan, tercelup dalam pelarut yang dipilih sebagai

fase gerak (jangan sampai noda tercelup karena berarti senyawa yang akan

dipisahkan akan terlarut dari kertas).

2.5.1. Garis Besar Secara Umum dari Cara Kerja

Setetes dari larutan cuplikan yang mengandung campuran yang akan

dipisahkan diteteskan/diletakkan pada daerah yang diberi tanda di atas sepotong

kertas saring dimana ia akan meluas membentuk noda yang bulat. Bila noda telah

kering, kertas dimasukkan ke dalam bejana tertutup yang sesuai dengan satu

ujung, dimana tetesan cuplikan ditempatkan, tercelup dalam pelarut yang dipilih

sebagai fase gerak (jangan sampai noda tercelup karena senyawa yang akan

dipisahkan akan terlarut dari kertas).

Pelarut bergerak melalui serat-serat dari kertas oleh gaya kapiler dan

menggerakkan komponen-komponen dari campuran cuplikan pada perbedaan

jarak dalam arah aliran pelarut. Perlu diperhatikan bahwa permukaan dari kertas

jangan sampai terlalu basah dengan pelarut, karena hal ini tidak akan memisahkan

sama sekali atau daerah-daerah noda menjadi kabur. Bila permukaan pelarut telah

bergerak sampai jarak yang cukup jauhnya atau setelah waktu yang telah

ditentukan, maka kertas diambil dari bejana dan kedudukan dari permukaan

pelarut diberi tanda dan lembaran kertas dibiarkan kering. Jika senyawa-senyawa

berwarna maka mereka akan terlihat sebagai pita-pita atau noda-noda yang

24
terpisah. Jika senyawa-senyawa tidak berwarna maka mereka harus dideteksi

dengan cara fisika dan kimia. Cara biasa adalah menggunakan suatu pereaksi atau

pereaksi yang memberikan sebuah warna terhadap beberapa atau semua dari

senyawa-senyawa, sering juga menggunakan cara deteksi dengan sinar ultra ungu

atau teknik radio kimia. Bila daerah-daerah dari noda yang terpisah telah dideteksi

perlu untuk mengidentifikasi tiap-tiap individu dari senyawa. Dalam keadaan

yang ideal maka tiap-tiap komponen memberikan warna yang karakteristik bila

deberi suatu pereaksi, seperti sering terjadi pada senyawa anorganik, tetapi hal ini

sangat jarang terjadi untuk senyawa organik. Penambahan dengan pereaksi kedua

akan menyebabkan perubahan warna yang karakteristik terhadap beberapa noda

dan lenyapnya yang lain. Hal-hal yang perluu diperhatikan dalam pemisahan

dengan kromatografi kertas :

1. Metode (penaikan, penurunan atau mendatar

2. Macam kertas

3. Pemilihan dan pembuatan pelarut (fase gerak)

4. Kesetimbangan dalam bejana yang dipilih

5. Pembuatan cuplikan

6. Waktu pengembangan

7. Metode deteksi dan identifikasi

Factor-faktor utama yang mempengaruhi pemisahan :

1. Suhu

2. Besarnya bejana

3. Waktu pengembangan

4. Arah dari alilran pelarut

25
2.5.2. Kertas

Dalam kromatografi kertas dilakukan dengan menggunakan kertas saring

whatmann No.1. Meskipun demikian jenis kertas whatmann dengan berbagai

nomor banyak juga digunakan, dimana semuanya dibuat dengan kemurnian yang

tinggi dan tebal yang merata. Kertas dalam pemisahan terutama mempunyai

pengaruh pada kecepatan aliran pelarut, sedangkan fungsi dari kertas sendiri

sangat kompleks. Efek-efek serapan disebabkan oleh sifat polar dari gugus-gugus

hidroksil, kemungkinan ini sangat penting dan sejumlah kecil dari gugus keboksil

dalam selulosa dapat menaikkan terhadap efek-efek pertukaran ion.

Kecepatan aliran naik dengan penurunan kekentalan dari pelarut (dengan

kenaikkan dalam suhu), tetapi aliran pelarut pada suhu yang tertentu ditentukan

oleh kerapatan dan ketebalan kertas. Penurunan kerapatan atau kenaikan tebal

memberikan kecepatan aliran yang lebih tinggi. Kertas whatmann No.4

mempunyai karakteristik yang mirip seperti No.1, tetapi memberikan efek dua

kali lebih cepat. Kertas-kertas yang lebih tebal (whatmann No.3 atau 3 MM)

biasanya digunakan untuk pemisahan pada jumlah yang lebih besar, karena dapat

menampung lebih banyak cuplikan tanpa manaikkan area dari noda mula-mula.

Tabel 2. Karakteristik dari kertas-kertas kromatografi whatmann.

Kecepatan Aliran
Cepat Sedang Lambat
Kertas-kertas Tipis No.4 No.7 No.2
No.54 No.1 No.20
No.540
Kertas-kertas Tebal No.31 No.3
No.17 No.3 MM

26
Kertas disediakan dalam bermacam-macam standart lembaran, bulatan,

gulungan dan dalam bentuk tertentu. Ia harus disimpan ditempat jauh dari setiap

sumber dari uap-uap (terutama ammonia, yang mempunyai afinitas tinggi

terhadap selulosa) dan jangan ditempatkan pada tempat-tempat yang mempunyai

perubahan kelembaban yang tinggi.

2.5.3. Pelarut-pelarut

fase gerak biasanya merupakan campuran yang terdiri atas satu komponen

organik yang utama, air dan berbagai tambahan seperti asam, basa atau pereaksi-

pereaksi kompleks, untuk memperbesar kelarutan dari beberapa senyawa atau

untuk mengurangi yang lainnya. Antioksidan sering digunakan juga, yang dapat

diperoleh dalam keadaan yang kemurniannya tinggi. Pelarut harus mudah

menguap, kerena terlampau mengadakan kesetimbangan, pada keadaan lain

volatilitas yang tinggi mengakibatkan lebih cepat hilang meninggalkan lembaran

kertas setelah bergerak. Kecepatan bergeraknya harus tidak cepat dipengaruhi oleh

perubahan-perubahan suhu.

Contoh penggunaan dari pelarut yang dipilih untuk senyawa-senyawa

organik polar akan lebih mudah larut dalam air daripada dalam zat cair organik,

akan terjadi gerakan yang lambat jika digunakan fase gerak anhidrida.

Penambahan air terhadap pelarut akan menyebabkan senyawa-senyawa tersebut

untuk bergerak. Jadi n-Butanol bukan merupakan suatu pelarut untuk asam-asam

amino jika tidak dijenuhkan dengan air. Penambahan asam cuka desetai dengan

pemberian lebih banyak air akan menjadi lebih baik, yaitu akan menaikkan

kelarutan dari asam-asam amino terutama yang bersifat basa, campuran ketiga

komponen ini adalah sangat baik untuk pemisahan asam-asam amino. Banyak

27
senyawa-senyawa polar lainnya yang mempunyai karakteristik kalarutan yang

mirip dengan asam-asam amino, seperti indol-indol, guanidine dan fenol-fenol

dapat dipisahkan dengan menggunakan campuran-campuran ini.

Untuk mendapatkan hasil campuran pelarut yang tidak dapat diulang lagi

maka harus dibuat hati-hati meskipun hanya dengan gelas ukur. Pelarut jangan

dipakai setelah selang beberapa lama. Untuk pengembangan selama satu malam

pelarut hanya digunakan satu kali pakai.

Tabel 3. Pelarut-pelarut untuk Kromatografki Kertas

Pemisahan Pelarut Perbandingan


Fenol/air Larutan jenuh
n-butanol/as. Cuka/air 4:1:5
Asam-asam Amino
n-butanol/as.cuka/air 12 : 3 : 5
n-butanol/piridin/air 1:1:1
Etil asetat/piridin/air 2:1:2
Karbohidrat (gula) Etil asetat/n-PrOH/air 6:1:3
Etil asetat/as.cuka/air 3:1:3
Asam-asam lemak n-butanol/1,5 M NH3 Larutan jenuh
Fe, Cl, Br, I
Piridin/air 90 : 10
(garam-garam Na)
Hg, Pb, Cd, Bi
n-butanol/3 M HCl Larutan jenuh
(klorida-klorida)

2.5.4. Cara Penempatan Cupliakan pada Kertas

Larutan campuran yang akan dipisahkan ditempatkan pada kertas yang

berupa noda. Itu biasanya dibiarkan untuk berkembang membentuk suatu bulatan.

Bagian dari kertas yang ditetesi dibiarkan dalam keadaan mendatar, sehingga

larutan tetap dalam keadaan kompak dalam bentuk bulatan. Kertas jangan sampai

tersentuh oleh zat-zat yang tidak dikehendaki. Dalam penempatan cuplikan dalam

kertas yang penting bukan jumlah volume, tetapi banyaknya campuran yang

tertinggal bila pelarut telah teruapkan. Jika larutan terlalu encer untuk ditempatkan

sekali, maka larutan dapat dipekatkan diatas dengan cara meneteskan berkali-kali

28
pada tempat yang sama, dengan jarak waktu setelah tetes yang pertama kering

baru tetes kedua dan seterusnya. Noda sebaiknya dibiarkan kering dalam udara,

tetapi bila mungkin dapat dikeringkan dengan menggunakan kipas angin. Dalam

pengeringan jangan menggunakan udara panas, terutama jika larutan bersifat asam

karena ia dapat menyebabkan kertas menjadi hitam.

Harus dicegah penempatan larutan terlalu banyak, karena kelebihan setiap

komponen akan menyebabkan tidak akan tercapainya kesetimbangan partisi

selama bergerak, hingga akan mengakibatkan terjadinya kedudukan atau lokasi

yang kabur. Ada beberapa cara pembuatan noda, salah satu caranya adalah dengan

menggunakan pipa kapiler dengan diameter yang sama, dimana cara ini yang

sering digunakan, sedangkan cara lain dapat menggunakan alat penyuntik.

2.5.5. Deteksi Daerah-daerah Noda

Kebersihan dari pemisahan kromatografi tergantung juga pada proses

deteksi. Senyawa-senyawa yang berwarna tentu saja terlihat sebagai noda-noda

yang berwarna yang terpisah pada akhir pengembangan. Untuk senyawa-senyawa

yang tidak berwarna memerlukan deteksi secara fisika dan kimia. Dalam metode

fisika dapat dipakai terhadap senyawa-senyawa radio aktif, yaitu berdasarkan

autoradiografi dan pencacahan, sedangkan metode kimia pereaksi-pereaksi yang

digunakan biasanya dinyatakan sebagai pereaksi-pereaksi lokasi. Pereaksi lokasi

menggunakan pelarut yang baik, yang diikuti dengan penguapan. Cara yang

digunakan untuk mendeteksi noda yaitu dengan penyemprotan.

Penyemprotan dilakukan perlahan-lahan dari samping ke samping dan dari

atas ke bawah. Pelarut yang digunakan untuk penyemprotan harus tidak menguap.

Pelarut-pelarut yang digunakan adalah etanol, propanol, n-Butanol, kloroform

29
atau campuran lainnya. Campuran berair dapat digunakan, tetapi terlalu banyak air

harus dicegah karena dapat memberikan efek melemahkan kertas. Penyemprotan

kertas harus dilakukan dalam lemari asam, selesai penyemprotan alat harus

dibersihkan untuk mencegah lubang penyemprotan menjadi buntu.

2.5.6. Identifikasi dari Senyawa-senyawa

Dalam mengidentifikasi noda-noda dalam kertas sangat lazim

menggunakan harga Rf (retordation Factor ) yang dapat didefenisikan sebagai

berikut :

jarak yang digerakkan oleh senyawa dati titik asal


R =
jarak yang digerakkan oleh pelarut dari titik asal

Ada beberapa factor yang menentukan harga Rf yaitu :

1. Pelarut, disebabkan pentingnya koefisien partisi, maka perubahan-perubahan

yang sangat kecil dalam komposisi pelarut dapat menyebabkan perubahan-

perubahan harga Rf.

2. Suhu, perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan juga kecepatan

aliran.

3. Ukuran dari bejana, volume dari bejana mempengaruhi homogenitas dari

atmosfer yaitu mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponen-

komponen pelarut dari kertas. Jika bejana besar digunakan ada tendensi

perambatan lebih lama, seperti perubahan-perubahan komposisi pelarut

sepanjang kertas, meka koefisien partisi akan berubah juga. Dua factor yaitu

penguapan dan komposisi yang mempengaruhi harga Rf.

30
4. Kertas, pengaruh kertas pada harga-harga Rf timbul dari perubahan-

perubahan ion dan serapan yang berbeda untuk macam-macam kertas. Kertas-

kertas mempengaruhi kecepatan aliran, ia akan juga mempengaruhi pada

kesetimbangan.

5. Sifat dari campuran, berbagai senyawa mengalami partisi diantara volume-

volume yang sama dari fase diam dan fase gerak.

Cara lain untuk mengidentifikasi senyawa-senyawa yaitu dengan reaksi-

reaksi warna yang karakteristik. Reaksi kebanyakan sangat berguna dalam

pemisahan senyawa-senyawa anorganik, tetapi untuk senyawa organik sangat

kecil kejadiannya, karena kebanyakan konstituen dari campuran mempunyai

sufat-sifat kimia mirip.

2.5.7. Pemakaian dari Kromatografi Kertas

Seperti diketahui bahwa kromatografi kertas digunakan sebagai alat dalam

penelitian. Beberapa lapangan yang selalu menggunakan sebagai pekerjaan rutin

dan penelitian adalah :

1. Klinik dan Biokimia

Pemisahan asam-asam amino dan peptida-peptida dalam usaha untuk

menentukan struktur-struktur protein. Pengujian rutin tentang urin dan cairan-

cairan lainnya yang mengandung asam-asam amino dan gula (sangat penting

karena dapat digunakan untuk diagnose suatu penyakit).

2. Bidang Analitik Umum

Analisa dari polimer-polimer, deteksi dan pengiraan adanya logam-logam

dalam tanah. Penemuan senyawa-senyawa penolat dalam ekstrak tanaman.

31
Pemisahan alkaloida dan pemisahan senyawa-senyawa yang mengandung

radioisotope.

Meskipun demikian ada beberapa senyawa yang tidak dapat dipisahkan

atau dideteksi dengan menggunakan kromatografi kertas tetapi dengan cara

kromatografi lain dapat, misalnya dengan kromatografi gas, pemisahan senyawa-

senyawa yang mudah menguap tidak reaktif seperti hidrokarbon. Yang lain adalah

pemisahan asam-asam lemak yang mudah menguap.

32

Anda mungkin juga menyukai