Mikroorganisme
BAB I
PENDAHULUAN
Makhluk hidup yang ukurannya kecil sering disebut sebagai mikroorganisme atau
jasad renik. Jasad renik disebut sebagai mikroorganisme bukan hanya karena ukurannya yang
kecil, sehingga sukar dilihat dengan mata biasa, tetapi juga pengaturan kehidupannya yang
lebih sederhana dibandingkan dengan jasad tingkat tinggi. Mata biasa tidak dapat melihat
jasad yang ukurannya kurang dari 0,1 mm. Selmikroba umumnya hanya dapat dilihat dengan
alat pembesar atau mikroskop, walaupun demikian ada mikroba yang berukuran besar
sehingga dapat dilihat tanpa alat pembesar, misalnya fungi. Secara garis besar makhluk hidup
digolongkan menjadi dunia tumbuhan (plantae) dan dunia binatang (animalia). Makhluk
hidup yang ukurannya besar dengan mudah dapat digolongkan kedalam plantae atau
animalia, tetapi mikroorganisme yang ukurannya sangat kecil ini sulit untuk digolongkan ke
dalam kingdom plantae atau animalia. Selain karena ukurannya, sulitnya penggolongan juga
disebabkan adanya mikroba yang mempunyai sifat antara plantae dan animalia.
dasarnya sama dengan perkembangbiakan makhluk hidup yang lain, yakni membutuhkan
tempat dan kondisi lingkungan yang sesuai agar dapat bereproduksi secara optimal. Kondisi
yang sesuai ini dicapai dengan berbagai metode muilai dari yang sederhana sampai yang
sulit, ada yang harus diatur sedemikian rupa sehingga baru dapat tumbuh, ada pula yang
lingkungan membuat kita harus waspada ketika mikroorganisme yang tumbuh berpotensi
untuk merugikan atau membahayakan kehidupan manusia. Kita perlu mempelajari berbagai
siklus reproduksi pada berbagai jenis mikroorganisme (bakteri, cendawan, protozoa, algae
dan virus) ini dengan tujuan agar dapat memanfaatka nmikroorganisme terkait siklus
reproduksinya serta dapat mengurangi resiko yang ada terhadap jenis-jenis bakteri yang
merugikan.
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah:
reproduksi pada berbagai mikroorganisme seperti bakteri, cendawan, protozoa, algae dan
virus.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
A. Reproduksi Bakteri
Bakteri bereproduksi secara vegetatif dengan membelah diri secara biner. Pada
lingkungan yang baik bakteri dapat membelah diri tiap 20 menit. Pembuahan seksual tidak
dijumpaipada bakteri, tetapi terjadi pemindahan materi genetik dari satu bakteri ke bakteri
lain tanpa menghasilkan zigot. Peristiwa ini disebut proses paraseksual. Ada tiga proses
paraseksual yang telah diketahui, yaitu transformasi, konjugasi, dan transduksi. (Anonimous,
2011)
Menurut Pelczar (2008) Proses reproduksi paling umum di dalam daur pertumbuhan yang
biasa pada populasi bakteri ialah pembelahan biner melintang. Pembelahan biner melintang
adalah suatu proses reproduksi aseksual; setelah pembentukan dinding sel melintang maka
satu sel tunggal membelah menjadi dua sel, dan disebut sel anak.
Pembagian sel dengan cara membelah umum terjadi pada semua sel yang sedang
tumbuh aktif pada tumbuhan dan hewan. Namun, pada tumbuhan dan hewan multiselular,
pembagian sel secara aseksual hanya mengakibatkan pertumbuhan individu tumbuhan atau
hewan itu. Pada bakteri, proses tersebut mengakibatkan terbentuknya dua organisme baru;
masing- masing lalu dapat mengulangi lagi proses tersebut, sebagaimana tampak pada
gambar 6-4.
B. Reproduksi Fungi
Menurut Pelczar (2008) Spora aseksual, yang berfungsi untuk menyebarkan spesies dibentuk
dalam jumlah besar. Ada banyak macam spora aseksual:
1. Konidiospora atau konidium. Konidium yang kecil dan bersel satu disebut mikrokonidium.
Konidium yang besar lagi bersel banyak dinamakan makrokonidium. Konidium dibentuk
diujung atau disisi suatu hifa.
2. Sporangiospora. Spora bersel satu ini terbentuk di dalam kantung yang disebut sporangium di
ujung hifa khusus (sporangiosfor). Aplanospora ialah sporangiospora noonmotil. Zoospora
ialah sporangiospora yang motil, motilitasnya disebabkan oleh adanya flagelum.
3. Oidium atau artrospora. Spora bersel satu ini terbentuk karena terputusnya sel – sel hifa.
4. Klamidospora. Spora bersel satu yang berdinding tebal ini sangat resisten terhadap keadaan
yang buruk, terbentuk dari sel – sel hifa somatik.
5. Blastospora. Tunas atau kuncup pada sel 0 sel khamir disebut blastopora.
Spora seksual, yang dihasilkan dari peleburan dua nukleus, terbentuk sedikit lebih jarang,
lebih kemudian, dan dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan spora aseksual.
Juga, hanya terbentuk dalam keadaan tertentu.
Seksual :
1. Askospora. Spora bersel satu ini terbentuk didalam pundi atau kantung yang dinamakan
askus. Biasanya terdapat delapan askospora didalam setiap askus.
2. Basidiospora. Spora bersel satu ini terbentuk diatas struktur berbentuk gada yang dinamakan
basidium.
3. Zigospora. Zigospora adalah spora besar berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung –
ujung dua hifa yang secara seksual serasi, disebut juga gametangia, pada beberapa cendawan
melebur.
4. OOspora. Spora ini terbentuk didalam struktur betina khusus yang disebut ooginium.
Pembuahan telur, atau oosfer, oleh gamet jantan yang terbentuk didalam anteredium
mengjasilkan oospora. Dalam setiap oogonium dapat ada satu atau dua beberapa oosfer.
Meskipun suatu cendawan tunggal dapat membentuk spora aseksual dan seksual dengan
beberapa cara pada waktu yang berlainan dan dalam keadaan yang berbeda, struktur serta
metode pembentukan spora-spora itu cukup konstan untuk digunakan dalam identifikasi dan
klasifikasi.
C. Reproduksi Protozoa
Protozoa berkembang biak melalui berbagai proses aseksual dan seksual. Reproduksi
aseksual berlangsung dengan pembelahan sel atau pembagian sel. Anak – anak sel dapat
berukuran sama atau tak sama. Jika ada dua sel anak, maka proses pembagiannya ialah
pembelahan biner, jika terbentuk banyak sel maka berlangsung pembelahan bahurangkap
(multiple fission). Pembelahan dapat terjadi secara melintang atau secara membujur
sepanjang selnya. Bertunas (berkuncup, yaitu suatu bentuk reproduksi aseksual, juga umum.
Reproduksi seksual terjadi pada berbagai kelompok protozoa. Konjugasi, yang
merupakan penyatuan fisik sementara antara dua individu yang dibarengi dengan pertukaran
bahan nukleus, hanya dijumpai pada siliata.
Beberapa protozoa mempunya daur reproduksi yang rumit, sebagian dari padanya
harus berlangsung dalam inang vertebrata sedangkan sebagian lagi harus terjadi dalam inang
– inang lain. Sebagai contoh, banyak spesies tripanosoma menghabiskan sebagian daur
hidupnya dalam sistem peredaran inang – inang vertebrata dan sebagian lagi dalam
avertebrata pengisap darah, seperti misalnya serangga Pelczar (2008).
D. Reproduksi Algae
Alga bereproduksi melalui dua cara yaitu seksual dan aseksual. Reproduksi secara
aseksual terjadi melalui pembelahan sel, fragmentasi, dan pembentukan zoospora.
Reproduksi secara seksual terjadi melalui isogami dan oogami.
a. Reproduksi Aseksual
Reproduksi aseksual terjadi melalui pembelahan sel menghasilkan dua sel anak yang
masing-masing akan menjadi individu baru. Reproduksi dengan cara pembelahan sel
umumnya terjadi pada alga bersel tunggal. Alga berbentuk koloni tanpa filamen atau yang
berbentuk filamen umumnya bereproduksi melalui fragmentasi. Fragmentasi adalah terpecah-
pecahnya koloni menjadi beberapa bagian.
Selain melalui pembelahan sel dan fragmentasi, alga juga dapat bereproduksi melalui
pembentukan zoospora. Zoospora merupakan sel tunggal yang diselubungi oleh selaput dan
dapat bergerak atau berenang bebas dengan menggunakan satu atau lebih flagela. Setiap
zoospora merupakan calon individu baru.
b. Reproduksi Seksual
Reproduksi seksual melibatkan peleburan dua gamet untuk membentuk zigot dan
tumbuh menjadi individu baru. Terdapat dua tipe reproduksi seksual, yaitu isogami dan
oogami.
Pada tipe isogami, gamet jantan dan gamet betina berukuran sama besar dan
umumnya dapat bergerak. Jika zigot hasil peleburan gamet betina dengan jantan mengalami
dormansi, maka disebut zigospora.
Pada tipe oogami, ukuran gamet jantan berbeda dengan ukuran gamet betina. Gamet
betina atau telur berukuran besar dan tidak bergerak, sedangkan gamet jantan berukuran kecil
dan dapat bergerak. Jika zigot yang terbentuk tidak berkecambah tetapi mengalami dormansi,
maka disebut oospora (Raven et al. 2005; Solomon et al. 2005).
E. Reproduksi Virus
Untuk berkembang biak virus memerlukan tempat atau lingkungan yang
hidup. Oleh karena itu, virus menginfeksi sel bakteri, sel hewan, atau sel
tumbuhan untuk bereproduksi.
Ada dua macam cara virus menginfeksi bakteri, yaitu secara litik an secara
lisogeni. Pada infeksi secara litik, virus akan menghancurkan sel induk setelah
berhasil melakukan reproduksi, sedangkan pada infeksi secara lisogenik,virus
tidak menghancurkan sel bakteri tetapi virus berintregasi dengan DNA sel
bakteri, sehingga jika bakteri membelah atau berkembang biak virus pun ikut
membelah.
Pada prinsipnya cara perkembangbiakan virus pada hewan maupun pada
tumbuhan mirip dengan yang berlangsung pada bakteriofag, yaitu melalui fase
adsorpsi, sintesis, dan lisis. (Anonimous, 2011)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
REPRODUKSI DAN PERTUMBUHAN MIKROORGANISME
A. REPRODUKSI MIKROORGANISME
Perkembangbiakan mikroorganisme dapat terjadi secara seksual dan aseksual. Yang
paling banyak terjadi adalah perkembangbiakan aseksual. Pembelahan aseksual terjadi
dengan :
1. Fase pertama, sitoplasma terbelah oleh sekat yang tumbuh tegak lurus.
2. Fase kedua, tumbuhnya sekat akan diikuti oleh dinding melintang.
3. Fase ketiga, terpisahnya kedua sel anak yang identik.
Ada bakteri yang segera berpisah dan terlepas sama sekali. Sebaliknya, ada pula bakteri yang
tetap bergandengan setelah pembelahan, bakteri demikian merupakan bentuk koloni. Pada
keadaan normal bakteri dapat mengadakan pembelahan setiap 20 menit sekali. Jika
pembelahan berlangsung satu jam, maka akan dihasilkan delapan anakan sel.
b. Para Seksual
1. Transformasi
Merupakan pemindahan sebagian materi genetika dari satu bakteri ke bakteri lain.
Pada proses transformasi tersebut ADN bebas sel bakteri donor akan mengganti sebagian dari
sel bakteri penerima, tetapi tidak terjadi melalui kontak langsung. Cara transformasi ini hanya
terjadi pada beberapa spesies saja, . Contohnya : Streptococcus pnemoniaeu, Haemophillus,
Bacillus, Neisseria, dan Pseudomonas. Diguga transformasi ini merupakan cara bakteri
menularkan sifatnya ke bakteri lain. Misalnya pada bakteri Pneumococci yang menyebabkan
Pneumonia dan pada bakteri patogen yang semula tidak kebal antibiotik dapat berubah
menjadi kebal 5 antibiotik karena transformasi Proses ini pertama kali ditemukan oleh
Frederick Grifith tahun 1982.
2. Transduksi
Merupakan pemindahan sebagian materi genetik dari sel bakteri satu ke bakteri lain
dengan perantaraan virus. Selama transduksi, kepingan ganda ADN dipisahkan dari sel
bakteri donor ke sel bakteri penerima oleh bakteriofage (virus bakteri). Bila virus – virus
baru sudah terbentuk dan akhirnya menyebabkan lisis pada bakteri, bakteriofage yang
nonvirulen (menimbulakan respon lisogen) memindahkan ADN dan bersatu dengan ADN
inangnya, Virus dapat menyambungkan materi genetiknya ke DNA bakteri dan membentuk
profag. Ketika terbentuk virus baru, di dalam DNA virus sering terbawa sepenggal DNA
bakteri yang diinfeksinya. Virus yang terbentuk memiliki dua macam DNA yang dikenal
dengan partikel transduksi (transducing particle). Proses inilah yang dinamakan Transduksi.
Cara ini dikemukakan oleh Norton Zinder dan Jashua Lederberg pada tahun 1952.
c. Reproduksi Seksual/generatif
Konjugasi
Merupakan pemindahan sebagian materi genetika dari satu bakteri ke bakteri lain
melalui suatu kontak langsung. Artinya, terjadi transfer ADN dari sel bakteri donor ke sel
bakteri penerima melalui ujung pilus. Ujung pilus akan melekat pada sel penerima dan ADN
dipindahkan melalui pilus tersebut. Kemampuan sel donor memindahkan ADN dikontrol oleh
faktor pemindahan ( transfer faktor = faktor F )
Secara umum reproduksi seksual dapat dilakukan dengan peleburan nu.kleus dari kedua
induknya. Perkembangbiakan secara seksual dilakukan dengan isogamet atau heterogamet.
Isogamet (bila perbedaan morfologi jenis kelamin belum nampak) namun ada beberapa
spesies yang nampak perbedaan gamet besar dan kecil ( mikrogamet untuk sel jantan ) (
makrogamet untuk betina). Beberapa macam tipe spora seksual yaitu :
1. Askospora ( spora bersel satu terbentuk didalam kantung yang disebut askus. Biasanya
terdapat 8 askospora didalam setiap askus).
2. Basidiospora (spora bersel satu berbentuk gada yang dinamakan basidium).
3. Zigospora (spora besar dan berdinding tebal yang terbentuk apabila ujung-ujung dua hifa
secara seksual serasi dinamakan gametangia).
4. Oospora (spora terbentuk didalam struktur betina khusus yang disebut oogonium.
Pembuahan telur atau oosfer oleh gamet jantan di anteridium menghasilkan oospora.
Dalam setiap oogonium terdapat satu atau lebih oosfer).
http://grandmall10.files.wordpress.com/2010/02/gbrh21a.jpg
Reproduksi yang dibahas disini adalah Protista yang termasuk dalam subkingdom
protozoa. Protozoa berkembang biak secara seksual dan aseksual. Reproduksi aseksual
berlangsung dengan pembelahan sel. Anak-anak sel dapat berukuran sama atau tidak sama.
Jika ada dua sel anak maka proses pembelahannya adalah pembelahan biner; jika terbentuk
banyak anak sel maka berlangsung pembelahan ganda. Pembelahan dapat terjadi secara
melintang atau secara membujur sepanjang selnya. Bentuk reproduksi aseksual umum adalah
dengan cara bertunas atau berkuncup.Reproduksi seksual terjadi pada berbagai kelompok
protozoa. Konjugasi merupakan salah satu reproduksi seksual dengan cara penyatuan fisik
antara dua individu yang dibarengi dengan pertukaran bahan nukleus, ini hanya dijumpai
pada ciliata. Beberapa protozoa yang lain memiliki daur reproduksi yang rumit, sebagian
berlangsung didalam inang vertebrata dan sebagian pada inang-inang yang lain. Sebagai
contoh, banyak spesies Trypanosoma menghabiskan sebagian daur hidupnya dalam
peredaran darah inang-inang vertebrata dan sebagian lagi dalam avertebrata pengisap darah,
misalnya serangga.
b. Siklus Lisogenik
Pada siklus ini sel inangnya tidak hancur tetapi disisipi oleh asam nukleat dari virus.
Tahap penyisipan tersebut kemudian membentuk provirus. Siklus lisogenik meliputi tahapan:
1. Adsorbsi
2. Injeksi
3. Penggabungan
4. Pembelahan
5. Sintesis
BAB IV
4.1. Kesimpulan
Setelah membaca dari beberapa sumber yang kami dapatkan dari internet, Bakteri
bereproduksi secara vegetatif dengan membelah diri secara biner. Pada lingkungan yang baik
bakteri dapat membelah diri tiap 20 menit, dan pada Fungi Secara umum dikelompokkan
menjadi kapang dan khamir. Kapang merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai
miselium, sedangkan khamir merupakan fungi bersel tunggal dan tak berfilamen. Reproduksi
kapang dilakukan secara seksual dan aseksual. Pada reproduksi virus terjadi dengan cara
penggandaan materi genetik inang yang disebut replikasi. Virus membutuhkan bahan-bahan
dari sel makhluk lain untuk bereplikasi (bereproduksi). Replikasi virus secara umum terbagi
menjadi daur litik dan lisogenik. Selanjutnya pada reproduksi Protista yang termasuk dalam
subkingdom protozoa. Protozoa berkembang biak secara seksual dan aseksual. Reproduksi
aseksual berlangsung dengan pembelahan sel. Anak-anak sel dapat berukuran sama atau
tidak sama. Jika ada dua sel anak maka proses pembelahannya adalah pembelahan biner; jika
terbentuk banyak anak sel maka berlangsung pembelahan ganda. Dan yang terkahir adalah
Alga, Alga berkembang biak secara seksual dan aseksual. Beberapa spesies terbatas pada
salah satu proses tersebut, tetpai banyak yang mempunyai daur hidup yang rumit yang
mencakup kedua macam reproduksi.
4.2. Saran
Pada pengamatan reproduksi mikroorganisme harus memperhatikan cirri atau spesies
dari mikroorganisme tersebut, karena pada setiap mikroorganisme mempunyai cara dan lama
proses bereproduksi yang berbeda-beda. Dengan mengamati hal tersebut maka kita dapat
memehami lebih dalam tentang Bab Pembelajaran “Reproduksi Mikroorganisme” ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2011. ANATOMI DAN MORFOLOGI BAKTERI, JAMUR
& VIRUS.http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/14/anatomi-dan-morfologi-
bakteri-jamur-virus/