Anda di halaman 1dari 45

FIELD OPERATION IN THE

IMMATURE AND MATURE PHASES

JOB TRAINING AGRONOMI


PALEMBANG
DESEMBER 1999

MWHE/11/99 1
GULMA DAN PENGENDALIANNYA

KATA PENGANTAR

Gulma dapat didefinisikan sebagai tumbuhan yang tumbuh ditempat dan waktu yang tidak dikehendaki
manusia dan juga dapat dikatakan tumbuhan ini kegunaannya hampir tidak ada atau belum diketahui
secara pasti.

Jadi dengan definisi tersebut, tumbuhan apa saja yang tumbuh dan termasuk tumbuhan secara umum
diusahakan manusia dapat dipandang sebagai gulma, apabila kehadirannya pada suatu lahan tidak
dikehendaki berdampingan dengan tanaman utama yang diusahakan.

Istilah gulma mempunyai pengertian yang sama dengan isitilah WEED dalam bahasa Inggris
Untuk pengertian yang sama telah dipakai istilah Tumbuhan pengganggu.

Dewasa ini istilah tumbuhan pengganggu tidak dipergunakan lagi dan telah diganti dengan istilah Gulma.
Dengan kemajuan teknologi masalah gulma dapat diatasi dengan baik tanpa mengganggu lingkungan.

KERUGIAN YANG DITIMBULKAN GULMA

Masalah gulma merupakan kendala didalam budidaya tanaman, karena adanya pengaruh persaingan
atau kompetisi antara lain :
1. Mengurangi ketersediaan unsur hara.
2. Menimbulkan efek alelopati.
3. Menurunkan potensi produksi.
4. Menyulitkan pemanen.
5. Menyulitkan pengawasan.
6. Mengganggu tata drainase.
7. Meningkatkan akan bahaya kebakaran.
8. Menurunkan nilai keindahan.

MANFAAT GULMA

Meskipun secara umum gulma merugikan, namun Gulma yang belum mencapai tingkatan kerapatan,
penutupan dan tinggi tertentu dapat memberikan manfaat pada tempat tumbuhnya. Beberapa manfaat
yang dihasilkan oleh gulma antara lain :
a. Melindungi permukaan tanah dari terik matahari.
b. Mengurangi bahaya erosi.
c. Menambah bahan organik kedalam tanah.
d. Memperbaiki infiltrasi air kedalam tanah.
e. Memperbaiki sifat biologi tanah.

INDENTIFIKASI GULMA

Indentifikasi gulma mengandung pengertian untuk mengetahui jenis-jenis gulma dan selalu
berhubungan dalam penentuan ini tidak lepas dengan naman latin. Hal ini diperlukan untuk

MWHE/11/99 2
penyeragaman secara Internasional sehingga tidak akan timbul kesalahan penafsiran,karena satu daerah
dengan daerah lain berbeda dalam pemberian nama pada jenis gulma.

Cara-cara Indentifikasi yang dapat ditempuh sebagai berikut:


1. Membandingkan gulma tersebut dengan material yang ada di Herbarium.
2. Konsultasi dengan para ahli gulma secara langsung.
3. Mencari sendiri melalui kunci Indentifikasi.

Umumnya bagi para praktisi pemahaman penentuan Indentifikasi diperlukan tidak terlalu detail, hanya
secara umum untuk lebih menyesuaikan pada penentuan metoda yang harus digunakan untuk
pengendalian terutama menggunakan Herbisida.

MWHE/11/99 3
PENGGOLONGAN GULMA
Secara umum gulma yang hidup didaerah perkebunan Kelapa Sawit dapat digolongkan sebagai berikut;
 Golongan I pada umumnya bermanfaat seperti kacangan penutup tanah antara lain; Pueraria
javanica, Calopogonium mucunoides, Calopogonium caeraleum, centrocema pubescens.
 Golongan II kurang merugikan tetapi keberadaannya diinginkan (A) atau dapat diterima (B) dari
pada tanah dibiarkan kosong seperti antara lain:
 Ageratum conyzoides : ( Wedusan ) : B
 Axonopus compressus : (Rumput karpet) : B (A)
 Borreria latifolia : (Kentangan ) : B
 Erechthites valenrianifolia : (Sintrong) : B (A)
 Commolina nudiflora : (Brambangan) : B
 Nephrolepis biserrata : ( Pakis halus) : B (A)
 Paspalum conjugatum : (Paitan) : B

 Golongan III Merugikan sehingga perlu untuk dikendalikan atau diberantas seperti antara lain :
 Asystasia intrusa : (Asystasia)
 Brachiaria mutica : (Kalanjana)
 Clidemia hirta : (Klidemia/Harendong)
 Dicranopteris liniearis : (Pakis kawat)
 Euapatorium odoratum : (Putihan)
 Eleusina indica : (Lulangan)
 Imperata cylindrica : (Lalang)
 Lantana camara : (Kuningan/Tembelekan)
 Mimosa Sp : (Kucingan)
 Melastoma malabathricum : (Senduduk/Senggani)
 Mekania Sp : (Mekania)
 Ottochloa nodusa : ( Sarang buaya)
 Passiflora foetida : (Ceplukan)
 Pennisetum Purpureum : (Ekor kucing)
 Stenochlaena palustris : (Pakis krasak)
 Scleria sumatrensis : (Kerisan)

Perkembangan dan pertumbuhan gulma tergantung kepada keadaan tanah, iklim, perlakuan yang
dilaksanakan sebelumnya.

PENGENDALIAN GULMA
Dalam usaha perkebunan, pengendalian gulma bertujuan untuk menekan kerugian yang ditimbulkan
oleh gulma sekecil mungkin, agar pertumbuhan dan produksi serta kegiatan lainnya tidak terganggu.

Oleh karena itu dalam usaha pertanian/perkebunan pengendalian gulma mutlak dilaksanakan dan
merupakan kegiatan rutin yang dikerjakan. Untuk usaha tersebut kita mengenal beberapa metode/cara
untuk mengendalikan gulma yaitu sebagai berikut :
1. PREVENTIF
Dilaksanakan dengan cara menggunakan biji-bijian tanaman utama yang bersih dan tidak tercampur
dengan gulma. Membatasi hewan peliharaan seperti Sapi, Kerbau, Kambing untuk tidak berkeliaran
dengan bebas dilapangan. Karena dari kotorannya dapat menjadi sumber gulma.

MWHE/11/99 4
2. MEKANIS
Pengendaliannya menggunakan alat-alat pertanian , baik dengan tenaga manusia, dan peralatan
seperti cangkul, parang babat, maupun dengan tractor . Prinsip dari metode ini adalah untuk
merusak sistem perakaran sehingga gulma merana atau mati.

3. KULTUR TEKNIS
Dilaksanakan dengan cara mengatur jarak tanam yang lebih rapat, merotasi jenis tanaman,
penanaman secara tumpang sari diantara barisan tanaman utama atau menanan kacangan penutup
tanah antara lain; Pueraria javanica, Calopogonium caeraleum, Centrocema pubescens,
Calopogonium mucunoides yang dapat menekan pertumbuhan gulma diareal Land clearing,
Replanting.

4. FISIS
Pengendalian ini dilakukan dengan membakar lahan yang biasanya dilakksanakan pada waktu
pembukaan lahan/penanaman ulang atau menggenangi lahan dengan air.

MWHE/11/99 5
5. BIOLOGIS
Menggunakan jasad hidup baik binatang maupun tumbuh-tumbuhan sebagai musuh alami untuk
mengendalikan gulma

6. KIMIA
Pengendalian ini banyak digunakan di perkebunan-perkebunan belakanagan ini, karena memberikan
hasil yang baik dan pembiayaan relatif lebih murah.Metode ini banyak menggunakan jenis-jenis
herbisida sehingga mutlak diperlukan pemahaman pengetahuan teknis cara-cara pengendalian
gulma secara kimia.

7. TERPADU
Pengendalian ini menggunakan gabungan dari metode – metode tesebut diatas secara tepat untuk
menekan populasi gulma dan mempertahankanya sampai pada tingkat yang tidak merugikan,
dengan memertimbangkan keseimbangan lingkungan dan ambang ekonomi.
Dalam metode terpadu ini hanya gulma yang sangat merugikan perlu diberantas (eradication) seperti
lalang, putihan, pakis kawat, klidemia, kucingan, kerisan.Sedangkan gulma lain cukup dikendalikan
sampai batas tercapainya keseimbangan ekosistem dan ambang ekonomi.
Ambang ekonomi ini berubah sewaktu-waktu tergantung dari pertumbuhan jenis gulma dan harga jual
dari produksi perkebunan. Pada umunya metode ini yang banyak dipakai diperkebunan mulai dari
pembukaan lahan sampai pada pemeliharaan rutin.

HERBISIDA SECARA UMUM


Herbisida adalah bahan kimia yang dapat mematikan tumbuhan atau menghambat pertumbuhan
normalnya, sebagai contoh yang paling sederhana adalah Garam Dapur juga merupakan bahan kimia
yang dapat mematikan tumbuhan.

MWHE/11/99 6
Keuntungan-keuntungan yang diperoleh apabila menngunakan Herbisida sebagai berikut :
1. Dapat mengurangi pemakaian tenaga kerja.
2. Herbisida mempunyai sifat selektivitas terhadap gulma yang hidup bersama tanaman budidaya
3. Herbisida mampu mengendalikan gulma sejak awal.
4. Dapat mengurangi terjadinya erosi.

Disamping keuntungan, herbisida juga mempunyai kelemahannya, yaitukarena termasuk teknologi tinggi
maka memerlukan kecakapan yang baik untuk pemakaiannya yang berhubungan dengan keselamatan,
Dosis dan unsur lingkungan.
Dalam penggunaan herbisida, kita selalu menemukan berbagai macam jenis herbisida yang ada untuk
memudahkan dalam penggunaanya diperlukan pemahaman terhadap berbagai jenis herbisida dengan
baik.
Herbisida dapat digolongkan dari berbagai sifat-sifat yang dimiliki dengan pengklasifikasian atas cara
kerja, cara pemakaian dan susunan kimia.

A. KLASIFIKASI BERDASARKAN CARA KERJA

1. Herbisida Kontak
Herbisida ini dikenal sebagai Caustic Herbisida, karena adanya efek bakar yang terlihat, terutama
pada kontak.
Herbisida mematikan bagian tanaman hidup yang terkena larutannya. Jadi bagian tanaman dibawah
tanah seperti akar tidak terpengaruh dan pada waktunya dapat tumbuh kembali.
Contoh : Paracol, Gramaxone dan Herbatop (Herbisida yang bahan aktifnya Paraquat. )

2. Herbisida systemik
Herbisida ini dalam reaksinya menempuh perjalanan dengan alur permukaan gerakan pada daun
sebagai berikut; herbisida masuk melalui kutikula daun ditranslokasikan melalui lapisan kutikula daun
melalui floem terus ke titik tumbuh atau kejaringan meristematik tempat sel muda sedang tumbuh.
Dalam pemakaian herbisida systemik, keberhasilannya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti,
Cahaya, suhu, kelembaban dan hujan sesudah penyemprotan.

Contoh : Herbisida yang bahan aktifnya Glyphosate (Round-up), Metsulfuron methyl (Ally),
Sulphosate (Touch-down).

A. KLASIFIKASI BERDASARKAN PEMAKAIANNYA

Herbisida ini diklasifikasikan berdasarkan waktu aplikasi dan dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Herbisida pra tanaman, Herbisida yang digunakan untuk mengendalikan gulma sebelum
pelaksanaan penanaman atau penyebaran biji tanaman utama, misalnya Triazin.

2. Herbisida pra tumbuh (Pre emergence), penggunaan herbisida ini sewaktu biji tanaman
utama telah ditanam atau disebar tetapi belum tumbuh / berkecambah misalnya Goal 2 E,
Lasso.

3. Herbisida pasca tumbuh (Post emergence), Herbisida yang digunakan pada gulma yang telah
tumbuh bersama-sama dengan tanaman budidaya, misalnya Round-up, Touch-down,
Gramoxone, Herbatop, Paracol, Ally, Starane, Assault, wallop.

MWHE/11/99 7
MWHE/11/99 8
PENGGUNAAN HERBISIDA

Untuk tanaman yang umurnya kurang dari 1 (satu) tahun, sebaiknya dihindari mempergunakan
herbisida, karena dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Sedangkan tanaman muda agar
diperhatikan penyemprotan secara hati-hati.

Herbisida dengan bahan aktif 2.4 D Amine, Dicamba, ricloropyr, Fluroxypyr, Glyphosate tidak
boleh dipergunakan dipembibitan. Herbisida-herbisida yang direkomendasikan untuk berbagai jenis
gulma umum dan pengenalan cara kerjanya dan efektivitasnya dapat dilihat tabel sebagai berikut:

Herbisida Umum dan Karakteristik

No. Merk dagang Bahan aktif Cara kerja Sasaran

1. Gramoxone Paraquat Kontak Broad spectrum


2. Herbatop Paraquat Kontak Broad spectrum
3. Paracol Paraquat + Diuron Kontak + semi translok Broad spectrum
4. Round - up Glyphosate Translokasi Grasses
5. Wallop Glyphosate + Dicamba Translokasi Broad spectrum
6. Scout Glyphosate + Picloram Translokasi Broad spectrum
7. Touch down Sulphosate Translokasi Grasses
8. 2.4 D Amine Dimethylamine salt Kontak + translokasi Broad leaf
9. Starane Fluroxypyr Translokasi Broad leaf
10. Ally Metsulfuron methyl Translokasi Broad leaf
11. Basta Glusinate amonium Kontak + semi translok Broad spectrum
12. Assault Imazethapyr Translokasi Grasses
13. Goal Oxyflourfen Translokasi Pra tumbuh
14. Lasso Alachlor Translokasi Pra tumbuh
15. Fusilade Fluazifop - buthyl Translokasi Selective Grasses

MWHE/11/99 9
PENGGUNAAN PESTISIDA

Pestisida merupakan terjemahan pesticide (Inggris) yang berasal dari bahasa latin pestis dan caedo
yang artinya racun untuk mengendalikan jasad pengganggu/hama/organisme tanaman.

FAO (1986) mendifinisikan pestisida sebagai bahan atau campuran bahan yang bertujuan untuk
mencegah, membasmi atau mengendalikan serangga termasuk vektor penyakit bagi manusia atau
species hewan/tanaman yang menggangu produksi, pengolahan, penyimpanan, transportasi atau
pemasaran dari makanan, komodite pertanian, kayu atau produk-produk kayu.

Penggunaan pestisida yang terus menerus secara berlebihan ternyata menimbulkan masalah baru.
Beragam serangga hama yang sebelumnya dapat dikendalikan ternyata setelah beberapa generasi
menjadi resisten terhadap insektisida tertentu. Tidak hanya hama, ternyata bakteri, fungi dan
gulmapun sudah banyak menunjukkan adanya resistensi. Akibatnya adalah bangkitnya populasi
resisten hama sehingga pada kondisi yang tertentu terjadi booming.

Perkebunan profesional yang berhasil selalu memberi perhatian penuh terhadap penggunaan pestisida
secara bijaksana. Pengendalian hama yang berhasil tidak hanya diukur dari menurunnya hama dalam
waktu tertentu, namun secara jangka panjang juga tidak menimbulkan pencemaran air,tanah,udara dan
yang lebih penting juga keselamatan manusia disekitar sentra produksi pertanian.

MWHE/11/99 10
JENIS-JENIS PESTISIDA

Dengan beragamnya jenis pestisida yang ada, tentunya para pekebun profesional dituntut untuk lebih
bijaksana dalam memilih dan menggunakannya.
Adapun jenis-jenis pestisida sebagai berikut :
1. Akarisida
2. Algisida
3. Avisida
4. Bakterisida
5. Fungisida
6. Herbisida
7. Insektisida
8. Larvasida
9. Molluksida
10. Nematisida
11. Ovisida
12. Termisida

Selain itu ada beberapa bahan kimia yang digolongkan pestisida walau tidak berakhiran sida : Atraktan,
kemosterilan, defoliant, desinfektan, zat pengatur tumbuh, sterilan tanah, pengawet kayu,
surfaktan.

MWHE/11/99 11
FORMULASI PESTISIDA
Pestisida biasanya tidak diaplikasikan dalam bentuk murni, pestisida harus dilarutkan dalam air, minyak
atau bahan keras non aktif sehingga aman bagi manusia dan lingkungan dan dapat disemprotkan
merata pada lahan yang luas.

Bentuk akhir produk pestisida dinamakan formulasi pestisida. Pestisida yang sehari-hari digunakan sudah
dalam bentuk formulasi atau dalam bahasa sederhana dalam ramuan khas yang terdiri dari : bahan aktif
pestisida, bahan pelarut/pembawa dan bahan tambahan lainnya.
Bentuk formulasi pestisida antara lain:
 Debu (Dust = D)
 Butiran (Granule = G)
 Tepung yang dapat disuspensikan dalam air (Wettable powder = WP)
 Tepung yang larut dalam air (Water-soluble powder = WSP)
 Suspensi (Flowable concentrate =F)
 Cairan pekat (Emulsifiable concentrate = EC
 Solution (S)
 Aerosol (A)
 Powder concentrate (PC)
 Pekatan yang dapat dilarutkan dalam air (Water Soluble Concentrate =WSC)
 Water Soluble granule (WSG)
 Seed Treatment (ST)
 Ready Mix Bait (RMB)

MWHE/11/99 12
ADJUVANT

Adalah merupakan bahan tambahan dalam formulasi hibrida untuk menanbah aktivitasnya seperti antara
lain:
 Pelarutan lebih baik
 Menambah stabilitas formulasi.
 Mempermudah cara mencampur
 Menambah kontak permukaan antara butir semprotan dengan permukaan daun.
 Menambah daya lekat herbisida terhadap permukaan daun
 Menambah kemampuan penetrasi herbisida
Adjuvant dapat berupa :

1. Surfactant atau Wetting agents, bahan ini dipakai untuk meratakan penyebaran herbisida
dalam air, sehingga butir semprotan menjadi lebih mudah membasahi permukaan daun dengan
rata.

2. Tickening/ sticking agent, bahan ini menambah daya lekat butir semprotan pada permukaan
daun.

3. Emulsifier, bahan ini dipakai untuk menstabilkan emulsi formulasi herbisida yang dilarutkan dalam
air.

MWHE/11/99 13
Toleransi Tanaman Kelapa sawit terhadap Herbisida

Toleransi
Herbisida
TBM T M 3 – 5 Thn T M > 6 Thn
Ally T T T
Assault NT NT T
Basta NT T T
Paracol NT T T
Gramoxone T T T
Herbatop T T T
2.4 D-Amine NT NT T
Starane T T T
Round-Up T* T T
Touch-Down T T T
Scout NT NT NT
Wallup NT T T

T = Toleran T* = Harus sangat hati-hati NT = Tidak Toleran

CARA TEPAT MENGGUNAKAN PESTISIDA


Untuk mendapat hasil baik kwalitas maupun kwantitas dalam penggunaan pestisida ada beberapa hal
yang harus perlu dilaksanakan dalam aplikasinya dilapangan :

 TEPAT SASARAN.
a. Serangga hama.
- Jenis/ Kelompok : Kepik, ngengat, kumbang.
- Niche makan : Daun, Batang, perakaran.
- Sifat makan : Pemakan daun, penggorok daun penggerek batang,
menusuk-mengisap.
- Tahap perkembangan : telur, larva, ulat, pupa, dewasa

b. Fungi.
- Jenis/kelompok : fungi ( Ascomycetes, Basidiomycetes dll)
- Cara hidup : Obligat, parasit.
- Cara penyebaran : Soilborn, airborn

MWHE/11/99 14
c. Gulma
- Daur hidup : semusim.dua musim, menahun.
- Sifat morfologi : berdaun pita, berdaun leba
- Kemudahan pengendalian : lunak, sedang, keras.
- Habitat : sawah, hutan, kebun, perairan
- Ekonomi : tidak merugikan, merugikan, sangat merugikan

 TEPAT WAKTU

1. Waktu perkembangan hama


- Hama serangga : telur, larva, pupa, dewasa.
- Gulma : pre emergence, post emergence
2. Waktu pertumbuhan
- Sebelum/sesudah persiapan lahan.
- Sebelum/sesudah tanam.
- Menjelang panen.
3. Lingkungan
- Musim : basah, kemarau.
- Waktu harian : pagi, siang, sore, malam

 TEPAT PESTISIDA
 Residual
 Kontak
 Sistemik

 TEPAT DOSIS
Dosis adalah jumlah pestisida dalam satu liter atau kilogram yang digunakan untuk mengendalikan
hama /gulma tiap satuan luas tertentu yang dilakukan satu kali aplikasi atau lebih.

Satuan dosis adalah liter per Ha atau kg per Ha.

 - Dosis bahan aktif


 - Dosis formulasi

Konsentrasi adalah banyaknya pestisida yang digunakan dalam satu liter atau dalam tangki alat
semprot. Satuan konsentrasi adalah persen.
 - Konsentrasi bahan aktif.
 - Konsentrasi formulasi.

MWHE/11/99 15
Hubungan Dosis dan Konsentrasi

Dosis adalah jumlah yang dibutuhkan agar hama/gulma yang ada disuatu luas tertentu dapat
dikendalikan. Agar dosis yang diaplikasikan merata diseluruh hama/gulma target, maka pestisida perlu
dicampur dengan air dengan konsentrasi tertentu tergantung volume semprotnya dan alat semprotnya.

Contoh : Roundup 480 AS dengan dosis 2 liter blanket per ha effektif mengendalikan gulma umum pada piringan
kelapa sawit menghasilkan (TM). Agar merata disemprotkan, maka 2 liter Roundup 480 AS
perlu dilarutkan dalam air dengan konsentrasi :

Alat semprot Volume air Konsentrasi larutan

Knapsack dengan nozel 500 liter/Ha 0,4%


polijetbiru

Knapsack dengan nozel VLV 200 100 liter/Ha 1%

Mikron Herbi 50 liter/Ha 4%

Mist blower 25 liter/Ha 8%

 TEPAT ALAT
Tujuan mengunakan alat penyemprot adalah untuk menyampaikan larutan pestisida merata pada
seluruh target hama /gulma.

Alat semprot pestisida bervariasi tergantung pada tujuan, kebutuhan dan kondisi hama/gulma yang
ada. Sebagian besar pestisida diaplikasikan dengan menggunakan air sebagai pelarutnya.
Berdasarkan jumlah pelarut air yang digunakan, alat semprot dapat dikelompokkan menjadi :
 High Volume : 500 - 1000 liter /Ha
 Low Volume : 300 - 400 liter/ Ha
 Very Low Volume : 100 - 300 liter / Ha
 Controlled Droplet Aplication (CDA) : kurang dari 100 ltr / Ha
Kecuali CDA, satu alat knapsack sprayer dapat menyemprotkan volume larutan (HV, LV, atau VLV)
dengan mengubah/mengganti nozel tip yang dipasang diujung tangki semprot.

Berikut beberapa data mengenai nozel yang biasa dipergunakan diperkebunan :

Nozel Swath(M) Flow rate (Ltr/mnt) Volume semprot lt/Ha Arah nozel

VLV – 50 1,20 0,25 100 lurus

VLV – 100 1,75 0,50 150 lurus

VLV – 200 2,00 0,90 200 lurus

Blue Polijet 1,50 1,25 800


lurus

MWHE/11/99 16
PESTISIDA DAN LINGKUNGAN

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman budidaya sangat dipengaruhi oleh lingkungannya.


Lingkungan merupakan kesatuan dari segala faktor-fator baik yang hidup (biotis) maupun yang mati
( abiotis). Faktor-faktor tersebut selalu berinteraksi satu sama lain membentuk keseimbangan
lingkungan.

Usaha manusia dalam budidaya tanaman merupakan usaha merubah keseimbangan lingkungan sehingga
menguntungkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penggunaan pestisida juga termasuk usaha
menekan organisme pengganggu tanaman sehingga tanaman utama tumbuh subur.

Pada prakteknya penggunaan pestisida seringkali tidak bijaksana sehingga timbul beragam masalah
antara lain :
 Residu pestisida mencemari tanah, air, dan hasil-hasil pertanian.
 Kerusakan /keracunan pada organisme non target
- Tanaman budidaya.
- Serangga bermanfaat (musuh alami, serangga penyerbuk).
- Hewan peliharaan, ikan.
- Manusia
 Resistensi hama.

MWHE/11/99 17
KALIBRASI ALAT

Kalibrasi adalah suatu cara untuk mengetahui kebutuhan volume air penyemprotan / Ha, dengan adanya
kalibrasi terlebih dahulu sebelum melakukan penyemprotan diharapkan keberhasilan penyemprotan
diperoleh hasil yang memuaskan.

 Dasar Teoritis

Flow rate =
swath x speed x (volume/ha water)
10.000
Flow rate = liter/menit = banyaknya cairan semprot keluar dari nozel
dalam satuan waktu.
Swath = meter = lebar semprotan
Speed = meter/menit = kecepatan jalan
Volume/Ha water = liter/ha = banyaknya volume semprot/ha

 Cara Praktis

 Isi tangki tangki semprot dengan air sejumlah tertentu (misal 3 liter).
 Semprotkan ke permukaan tanah sampai air ditangki tersebut habis.
 Ukur luas permukaan yang tersemprot.
 Ukur volume per ha larutan semprot dengan rumus;

VOLUME LTR/HA = liter x 10.000


Jarak tempuh(m)x swath (M)

MWHE/11/99 18
CONTOH KALIBRASI HIGH VOLUME

 SWATH = 1,5 meter, panjang yang telah disemprot = 50 meter.


 Air yang disemprotkan = 3 liter.
 Maka volume semprot = 3 x 10.000 : ( 1,5 x 50 ) = 400 liter
 Bila dibutuhkan Roundup 4 liter/ha maka setiap liter air dibutuhkan ( 4 x 1000 ) ml : 400 liter/ha =
10 ml Roundup.
 Satu tangki isi 15 liter dibutuhkan 1 ml x 15 = 150 ml.
 Konsentrasi Roundup = 4 liter Roundup : 400 liter air x 100% = 1%
 1 Ha dibutuhkan 400 : 15 = 26,6 tangki.

MWHE/11/99 19
PEMELIHARAAN GAWANGAN

1. Secara manual

Cara ini umumnya mempergunakan peralatan tradisional seperti cangkul, yang pelaksanaannya dengan
cara mencabut/ mendongkel gulma terutama yang berkayu sampai ke akar akarnya dan akar tersebut
dibalik keatas supaya terjemur dan bila perlu dijapit dianjang anjang. Penyiangan ini bersifat selektif,
rumput rumput yang tidak membahayakan dan dapat diterima keberadaannya dibiarkan hidup.

Pada tanaman TBM tahun pertama, penyiangan harus bersifat total. Penyiangan ini harus tepat waktu
jangan sampai menunggu gulma mendominasi kacangan ( LCC ) yang ditanam. Rotasi atau jadwal
pelaksanaan penyiangan gulma digawangan harus sesuai umur tanaman utama umumnya sebagai
berikut :
 TBM tahun pertama : 6 s/d 8 kali setahun
 TBM tahun kedua : 5 s/d 6 kali setahun
 TBM tahun ketiga : 4 s/d 5 kali setahun
 TM tahun 1 s/d3 : 3 s/d 4 kali setahun
 TM selanjutnya : 2 s/d3 kali setahun

Pengawasan kerja ini sangat penting untuk mencapai efisiensi dan efektifitasnya. Umumnya
perbandingan antara pengawas dengan karyawannya berkisar antara 1 : 20 s/d 25 orang.

2. Secara Mekanis.
Cara ini umumnya dikerjakan pada saat pembukaan lahan yang areal asalnya sheet alang alang atawa
rumput dengan menggunakan bajak (2 kali Ploughing dan 2 kali herrowing) seperti yang telah
dijelaskan pada sesi land praparetion.

3. Secara Kimia.
Pada areal yang telah ditanamami dan terdapat gulma tertentu, maka harus dilakukan pengendalian
dengan cara mekanis dan selektif. Karena secara manual tentunya biaya mahal dan menyerap tenaga
yang cukup banyak. Penggunaan herbisida ini harus hati hati karena dapat membahayakan tanaman
utama apabila tidak tepat penggunaannya. Selain itu pemilihan jenis herbisida harus tepat sesuai yang
telah dijelaskan didepan.

PEMELIHARAAN PIRINGAN DAN PASAR RINTIS.

1. Secara manual

membuka piringan ditujukan untuk membersihkan area disekitar pokok tanaman sawit dari semua jenis
rumput yang tumbu diareal piringan , dan biasanya berbentuk lingkaran dengan pusat pokok sawit.
Ukuran piringan dengan jari jari 0,75 s/d 2,5 meter.
Pasar pikul dibuat secara bertahap dengan asumsi sebagai berikut

 TBM I 1 : 8 artinya setiap 8 gawang dibuat 1 jalur pasar rintis


 TBM II 1 : 4 artinya setiap 4 gawang dibuat 1 jalur pasar rintis
 TBM II 1 : 2 artinya setiap 2 gawang dibuat 1 jalur pasar rintis

MWHE/11/99 20
Disamping pasar rintis terebut juga dibuat pasar kontrol ditengan blok yang sejajar dengan collection
road. Kegunaan piringan dan pasar rintis ini adalh memudahkan melaksanakan panen, ecer pupuk
pengawasan dan segala jenis pekerjaan.Sedangkan piringan sebagai tempat penaburan pupuk dan
jatuhnya brondolan sehingga brondolan tidak kotor sewaktu dikutip.

2. Secara kimia
Cara ini adalah alternatif untuk memelihara piringan dan pasar rintis yang lebih praktis dan cepat, bila
dibandingkan dengan cara manual. Pelaksanaan penyemprotan yang paling baik pada hari yang cerah
dan umumya rotasi adalah 3 s/d 4 kali setahun.

Rotasi pemeliharaan piringan.

Umur tanaman Radius piringan Cara manual Cara kimia


TBM I 1,2 meter 6 1
TBM II 1,5 meter 2 4
TBM III 1,8 meter 1 4
TM 1 s/d 2 1,8 meter 1 3
TM 3 2 meter 1 3
TM > 4 2,2 meter 1 3

ORGANISASI DAN PENGATURAN KERJA.

1. Perencanaan.
Dalam tahap ini pengendalian gulma perlu dikaitkan dengan aktivitas lainya seperti pemupukan,
panen,,penanaman, drainase ketersediaan herbisida , tenaga dan sarana lainnya.
2. Persiapan
a. Survey lapangan, mengetahui jenis gulma, kepadatan pertumbuhannya, luas lokasi, ketersediaan
air, topografi dan lainnya.
b. Blok mana yang harus disemprot lebih dulu dan aktifitas man yang bersamaan dengan
penyemprotan.
c. Persiapan logistik , termasuk penyediaan peralatan, air, herbisida drum dan lainnya.
d. Pembinaan tenaga pengawas dan pelaksana, ini penting karena manusia yang sangat
menentukan keberhasilannya.

3. Pelaksanaan.

Berdasarkan hasil survey lapangan dapat diketahui dengan jelas jenis/ dominasi gulma, intensitas
penyebaran, topografi dalam suatu blok. Misalnya diantara gulma yang ada lalang atau putihan atau
pakis kawat merupakan gulma yang erpentiing, maka lalang atau putian atau pakis kawat yng harus
menjadi menjadi titk sentaral pelaksanaannya. Apabila ada dua atau tiga jenis gulma penting dalam
suatu blok, dapat dilakukan pengendalian terlebih dahulu pada gulma berdaun lebar, berkayu atau
pakis pakisan.

4. Pengawasan

MWHE/11/99 21
Pengawasan yang intensif merupakan faktor kunci bagi suksesnya pengendalian gulma. Disamping
pengawasan fisik dilapangan, sangat diperlukan alat alat bantu berupa laporan administrasi yang
jelas, mudah dikerrjakan dan dimengerti. Untuk meningkatkan mutu pengawasan tersebut diperlukan
antara lain jadwal pelaksanaan pelkerjaan ,laporan hasil kerja harian/bulanan dan peta kerja.

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA.

Sesuai peraturan Menteri Tenaga Kerja nomor 03/MEN/1982 perusahaan berkewajiban memberikan
pelayanan kesehatan dan keselamatan kerja kepada karyawan semprot.
Adapun tindakan yang harus dilaksanakan oleh perusahaan antara lain :
1. Keselamatan dalam pemakaian herbisida.
Sebelum memakai bahan kimia termasuk herbisida, harap dapat di baca dan dimengerti semua
instruksi yang ada didalam pembungkus botolnya atau kemasannya.
1.1. Penyimpanan
Gudang harus dibuat tersendiri,kuat dan permanen supaya terjamin dan aman. Tempat ini
harus terlindung dari matahari langsung tetapi ventilasi ruangan pada kondisi baik. Tempat ini
terhindar/jauh dari sumber api dan tidak dibenarkan merokok dalam ruangan, dan tersedia
racun api untuk pengamanan kebakaran.
1.2. Pemakaian.
a. Baca dan hayati seluruh instruksi pemakaian, terutama cara penggunan dan anjuran pemakaian
dosis atau konsentrasi.
b. Jangan menyemprot dalam angin kencang untuk menghindari semburan liar ( drift ).
c. Pergunakan nozel yang sesuai dengan butir dan jenis herbisida.
d. Pakai tekanan serendah mungkin.
e. Jangan makan minum dan merokok sewaktu menyemprot
f. Mandi setelah selesai menyemprot
g. Buang jauh kemasan Ex herbisida dalam lobang khusus dan tanam
h. Setelah selesai menyemprot alat alat harus dicuci bersih.

2. Pemberian alat pelindung diri


 Baju lengan panjang tanpa krah dan saku tidak boleh masuk dalam celana
 Celana panjang dipakai disebelah luar sepatu.
 sepatu karet setnggi 30 Cm harus dipakai sebelah dalam celana
 Masker
 Kacamata plastik
 Helm plastik.

3. Pemberian makanan tambahan


Harus diberikan secara rutin kepada karyawan semprot dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Menu harus berganti ganti setiap hari agar tidak bosan.
b. Minuman tambahan seperti susu ataupun telor bubur kacang hijau atau pemberian vitamin.

4. Pemeriksaan Keshatan.
Semua karyawan semprot harus diperiksa kesehatan secara rutin setiap 6 bulan oleh dokter
bersertifikat Hiperkes. Pemeriksaan ini penting apakah karyawan masih layak kerja sebagai
penyemprot atau tidak. Penyakit yang biasanya banyak diserita adalah gangguan pernapasan dan
kulit.

MWHE/11/99 22
MANAGEMENT AIR DIAREAL TANAH GAMBUT

TANAH GAMBUT

Tanah gambut (Peat soil) termasuk kedalam golongan tanah histosol. Tanah seperti ini
mengandung bahan organik yang lebih tebal sampai melebihi 0,5 meter dan kurang dari 35
% bahan mineral.

Gambut ini terjadi apabila endapan bahan organik tumbuh-tumbuhan terjadi pelapukan yang
berlebih. Pelapukan itu telah terganggu akibat genangan air pada areal itu sehingga menambah
endapan. Tanah ini bisa juga terbentuk pada daerah pasang.

Tersedianya bahan gizi makro dan mikro ditanah Histosol sangat rendah. Ada juga kadang-kadang tanah
histosol mengandung sebagian bahan asam sulfat (Acid sulphate).

Permukaan air tanah ditanah gambut berhubungan dengan konsolidasi tanah, pengeringan yang tidak
dapat diperbaiki lagi dan adanya penurunan/penyusutan tanah gambut.

KONSOLIDASI TANAH GAMBUT

Konsolidasi tanah gambut bisa mendukung pertumbuhan tanaman dan produksinya sambil
berguna bagi manusia dan alat kendaraan yang melalui tanah tersebut.

Kepadatan tanah gambut adalah rendah, karena sifat keronggaan (Porus) tinggi. Apabila permukaan
air tanah diturunkan maka pelapukan bahan organik (serat dan kayu-kayuan terbenam) bertambah
dan tanah gambut menjadi lebih padat sambil menahan tekanan pada permukaan tanah.

MWHE/11/99 23
PENURUNAN/ PENYUSUTAN TANAH GAMBUT

Keadaan ini dapat terjadi akibat dari tiga cara yaitu:


1. Pengeringan yang mengakibatkan tanah menyusut dan menurun.
2. Pemborosan bahan gambut karena oxidasi dan mineralisasi bahan organik.
3. Kepadatan terjadi karena adanya tekanan.

Pengamatan menunjukkan bahwa setelah kering, maka volume tanah gambut bisa menjadi berkurang
40%. Dilapangan dengan pendalaman drainase, tanah gambut menyusut dan menurun karena
pengeringan. Pohon kelapa sawit lebih mudah condong atau tumbang.

Sebagai contoh, observasi yang dilakukan pada tanah gambut dengan melebihi kedalaman 6 meter,
penurunan yang dicapai 15 cm per tahun dalam periode 10 tahun, setelah permukaan air tanah
diturunkan 1 - 2 meter.

Didalam waktu 50 tahun penurunan sebanyak 0,65 meter akan berlaku setiap 50 cm turun permukaan
air tanah. Hal tersebut diatas menunjukkan kepentingan perencanaan sistem drainase yang sesuai
dengan kondisi lapangan.

KETERSEDIAAN AIR DITANAH GAMBUT SETELAH ADANYA DRAINASE

Selesai pembuatan drainase dan permukaan air tanah diturunkan, ketersediaan air ditanah gambut
penting sekali karena berhubungan dengan struktur dan sifat dari gambut.

Dengan kelebihan penurunan permukaan air seperti kedalaman saluran air, maka ketersediaan air
dipermukaan air tanah menjadi berkurang. Hal ini tergantung kepada kedalaman akar tanaman yang
ditanam. Apabila musim kemarau ketersediaan air tidak mencukupi maka tanaman akan kekurangan
air.Pada musim kemarau juga akan mengakibatkan pengeringan tanah gambut yang tidak dapat
diperbaiki, termasuk juga kondisi penyusutan tanah gambut. Untuk mengatasi masalah ini maka
sistem saluran/aliran dan management air sangatlah penting diperhatikan.

DRAINASE DAN MANAGEMENT AIR

Dalam merencanakan sistem drainase, langkah pertama yang diperlukan adalah melakukan
survey sebelum melakukan pembukaan lahan untuk menentukan pembuatan out letnya dan
saluran-saluran air yang akan dibuat. Dan ini jika diikuti dengan menetapkan dan mengatur
distribusi jenis-jenis saluran air atau parit.

Jenis-jenis saluran air atau parit adalah sebagai berikut :

1. Parit pengeluaran ( out let )


Adalah parit yang mengalirkan air dari parit–parit utama ke sungai yang berada didalam atau diluar
perbatasan kebun.

2. Parit utama ( Main drains )


Adalah saluran yang mengalirkan air dari beberapa saluran pengumul dan mengalirkan langsung
ke saluran pembuangan utama (parit pengeluaran).

3. Parit pengumpul ( Collection drains )


Adalah saluran yang mengumpulkan air dari saluran pembantu.

MWHE/11/99 24
4. Parit Pembantu (Field drains)
Adalah parit-parit kecil yang sejajar dengan jalur tanaman pokok kelapa sawit dan
jumlahnya ditentukan oleh banyaknya air yang harus dikeluarkan.

UKURAN SALURAN PEMBUANGAN AIR (PARIT)

Jenis saluran/parit Lebar atas ( mtr ) Lebarbawah (mtr) Kedalaman (mtr)


Pengeluaran 5.0 - 8.0 2.0 - 2.5 2.2 - 4.0
Utama 3.0 - 6.0 1.2 - 1.8 1.8 - 2.7
Pengumpul 1.8 - 2.7 0.9 - 1.0 1.2 - 1.8
Pembantu 1.0 - 1.2 0.3 - 0.6 0.8 - 1.0

Saluran pembantu yang sejajar dengan jalur tanaman kelapa sawit akan mengalir dengan sudut 90
derajat ke saluran pengumpul. Beberapa saluruan pengumpul mengalir dengan sudut 90
derajat ke saluran pengeluaran.

INTENSITAS DRAINASE

Intensitas dan sistem saluran berdasarkan kepada tujuan untuk menurunkan dan menjaga
permukaan air tanah diareal tanah gambut dan mengarah kepada kedalaman yang dikehendaki untuk
pertumbuhan pokok yang sempurna. Kedalaman permukaan air tanah yang dikehendaki
adalah antara 50 - 75 cm dari permukaan tanah.

Selain berfungsi sebagai saluran, juga untuk cadangan air dilingkungan tanaman sewaktu musim
kemarau. Pemasangan pintu pengatur air pada setiap ujung saluran-saluran pengumpul sebelum
mengalir ke saluran utama, guna dapat menjaga ketinggian permukaan air, terutama pada
musim air.

Hal-hal yang diperlukan untuk pertimbangan tata air sistem parit adalah sebagai
berikut :

1. Pada waktu melakukan penggalian saluran utama yang dan pengumpul lokasi sejajar
dengan rencana jalan yaitu jalan utama dan jalan pengumpul. Saluran digali dipilih
pada sebelah kiri atau kanan pada jalan dan tanah bekas galian dimanfaatkan untuk
pembuatan jalan. Tanah galian diratakan diatas bentuk jalan.

2. Jarak diantara satu parit utama dengan parit yang lain berkemampuan mengalirkan air dari areal
tanaman seluas 120 - 150 hektar, melalui parit pengumpul dan parit pembantu. Dengan
blok tanaman seluas 30 Ha berukuran 1000 meter x 300 meter, jarak untuk parit utama adalah
4000 m sampai 5000 m.

MWHE/11/99 25
3. Parit pengumpul disebelah jalan pengumpul menerima air yang mengalir dari parit-parit pembantu
yang ada diblok-blok tanaman. Jarak parit pengumpul anatar satu dengan yang lain adalah
300 meter.

4. Parit pembantu (Parit lapangan) sejajar dengan jalur tanaman pokok, perawatan dan
intensitasnya ditentukan oleh banyaknya air yang harus dikeluarkan. Parit pembantu boleh
dibuat stiap 4 jalur atau 8 jalur pokok sawit atau menurut kondisi genangan air. Jika dibuat
lebih banyak parit maka akan dikhawatirkan akan terjadi kekeringan diareal tanaman.
Sebaiknya parit pembantu dibuat menjadi satu saluran untuk tiap 8 jalur dan kemudian dapat
ditambah apabila diperlukan setiap 4 jalur.

Pada waktu menggali parit, tanah galian harus ditempatkan jauh dari parit dan tanah
diratakan tetapi bebas dari jalur pokok.

PENCUCIAN PARIT

Agar supaya pengaliran air secara sempurna perlu dilakukan pencucian parit setiap 12 -
18 bulan. Tanah bekas galian sebaiknya ditempatkan jauh dari parit yang digali.

MANAGEMENT AIR

Tanaman kelapa sawit memerlukan banyak air dan sebagian besar diperoleh dari tanah. Tetapi
hanya 1 % yang terkandung didalam jaringan tumbuh-tumbuhan (Plant tissue) untuk
pertumbuhan dan perkembangan.

Moisture stress (kekurangan air) akan menimbulkan effek kepada tanaman seperti sebagai
berikut:
 Pelepah muda (tombak spire) tidak bisa membuka.
 Pelepah yang terbentuk akan berkurang.
 Pelepah akan kekeringan dan patah.
 Aborsi pada bunga-bunga yang terbentuk.
 Bunga yang terbentuk akan mengarah kepada bunga jantan dibandingkan bunga betina.
 Kekurangan produksi TBS dan oil bunch (minyka/tandan) ratio.

PERSIAPAN MENGHADAPI MUSIM KEMARAU

Pada musim kemarau sangatlah penting disediakan pintu air untuk mengatur air pada setiap
ujung parit-parit pengumpul. Hal ini bertujuan untuk menaikkan permukaan air menjadi 50 -
75 dari permukaan tanah.

Pintu pengatur air boleh dibuat dari beton atau kayu ulin. Untuk mengatur kedalaman air
diparit boleh ditambahkan dengan papan sampai batas dasar air yang diperlukan oleh parit.

Untuk pembilasan air asam pada musim hujan, papan-papan boleh diangkat keluar. Pembuatan
satu pintu air sesuai untuk areal seluas 120 - 150 hektar tanaman.

KESIMPULAN

MWHE/11/99 26
Tanah gambut bisa ditanami dengan pohon kelapa sawit. Untuk mengexploitasikan potensi tanah
tersebut, perlu diketahui sifat atau ciri khas dari tanah gambut supaya dapat direncanakan sistem
drainase dan mengadakan pengaturan management air untuk tanah gambut tersebut.

MWHE/11/99 27
PEMANGKASAN (PRUNNING) PENUNASAN/PEMANGKSAN

Yang dimaksud pemangkasan/prunning adalah pemangkasan pelepah-pelepah tua, mati dan pelepah-
pelepah yang tidak memiliki daun. Semepet mungkin dari pangkal batang kemudian potongan
pelepah tersebut disusun sedemikian rupa sesuai aturan perusahaan yang berlaku (digawangan
mati dan diberi jalan penghubung/field path antara jalan panen/pasar pikul).

Tenaga kerja :
Dapat dilakukan oleh tenaga-tenaga muda dan wanita dan pada periode 3-4 bulan perlahan dapat ditarik
langsung dengan tangan sedang bunga yang telah membesar dapat menggunakan dodos berukuran kecil
(lebar 5 – 7,5 cm) tiap tenaga pada periode awal perlakuan (3 – 4 bulan pertama) dapat mencapai 2 ha
atau lebih setiap harinya.

Keuntungan
 Membuang semua buah pertama yang biasanya kecil-kecil dan tidak ekonomis dan menyulitkan
prosesing serta mengurangi kandungan minyakyang rendah.
 Menghindari buah yang dapat tertinggal di pohon yang akan menjadi busuk dan berpotensi terhadap
hama maupun penyakit seperti tirathaba, hama tikus maupun marasmius.
 Menghindari pemanfaatan nutrisi hasil proses asimulasi oleh buah yang berhubungan kurang baik
dengan demikian dapat dimanfaatkan penyuburan tanaman secara umum dan pernah dilaporkan di
Afrika adanya perbaikan dari sistem perakaran.
 Menjadikan pertumbuhan yang lebih seragam semua periode kastrasi yang mengarah pada
mempercepat masa panen.
 Memperoleh buah yang lebih seragam dengan ukuran yang lebih besar dan lebih berat.
 Mempersingkat waktu untuk dapat diterima pabrik serta menjalin hubungan dalam perencanaan
kapasitas pabrik.
 Meningkatkan produksi maupun memperbaiki out put pemanen.
 Pertumbuhan vegetatif tumbuh lebih baik dan lebih cepat menutupi piringan kanopinya yang
berakibat mengurangi biaya weeding.

KASTRASI

Adalah membuang semua bunga jan tan dan betina yang ada pada pokok.

Dilakukan :

 Untuk tanah kelas I (satu)


Pada bulan ke 14 setelah penanaman sampai bulan ke 20 dengan jarak waktu 6 minggu sehingga
jumlah rotasinya sebanyak 4 rotasi. Bulan ke 26 panen.

 Untuk tanah kelas II dan III

MWHE/11/99 28
Dilakukan pada bulan ke 18 setelah penanaman sampai bulan ke 24 dengan jarak waktu 6 minggu
dan jumlah rotasi sebanyak 4 rotasi, bulan ke 29 – 30 panen.

Bunga-bunga hasil kastrasi di buang di luar piringan dan tidak ada daun yang di potong pada waktu
proses kastrasi. Alat yang digunakan ukuran kecil dan dengan tangan.

Cara pelaksanaan pembayaran kepada karyawan dapat diterapkan dengan ancak tetap/areal tetap (tetap
dirawat oleh pemanen/karyawan yang bersangkutan) dan diberi bayaran per ha nya tiap kwartal dengan
dievaluasi sebelumnya oleh supervisi asisten maupun askep. Bagi areal yang memenuhi syarat
pembayaran dapat dilakukan.

Perlu diingat bahwa meskipun pemangkasan memberikan bentuk yang lebih baru pada penampilan
pohon, namun hal ini tidak akan meningkatkan produksi.

MWHE/11/99 29
Alat kerja :
 Dodos ukuran kecil lebar 5 – 7,5 cm panjang 15 cm dengan gagang kayu keras sekitar 1,5 cm
panjangnya digunakan untuk tunas pasir pada TBM ataupun untuk kastrasi.
 Dodos ukuran sedang lebar 7,5 – 12,5 cm panjang 25 cm dan gagang terbuat dari kayu keras
dengan gagang 1,5 m digunakan untuk penunasan rotasi pertama.
 Dodos ukuran besar lebar 12,5 – 20 cm dengan panjang 15 – 25 cm dan gagang dodos sepanjang
1,5 – 2 m digunakan untuk panen dan prunning pada ketinggian pohon 1 – 3 m.
 Kapak dengan lebar 12 – 15 cm berat  1 kg digunakan untuk penunasan dan panen pada pohon
dengan ketinggian 1 – 3 m.
 Egrek dengan panjang sekitar 60 cm dengan gagang terbuat dari bambu fiberglass atau alumunium,
digunakan untuk panen maupun penunasan pada pohon dengan ketinggian lebih dari 2,5 m.

Pada areal datar dan sedikit bergelombang :

Harus di hindari penumpukan pelepah baru dipotong dalam satu timbunan melainkan disebar secara
sistematis dalam satu jalur antara untuk tujuan mengendalikan erosi tanah. Biarkan piringan sawit bebas
dari pelepah sehingga mempermudah pengutipan berondolan, hindarkan penghalang jalan untuk kereta
dorong/angkong dan lain-lain dengan mengusahakan pangkal pelepah jauh dari jalur panen dan dengan
membuat jalan penghubung jalur panen diantara beberapa pohon kelapa sawit. Pelepah yang ada
dibiarkan membusuk ditempat.

Jalur panen
Jalur panen

Jalur penghubung

MWHE/11/99 30
Jika tanaman sudah mencapai usia 12 tahun pemanen menjadi lebih sulit sehingga dipergunakan kriteria
pemangkasan satu lingkaran pelepah dibawah janjang terbawah.

Guna menghindari pembuangan pelepah yang masih baik dan juga menghindari penunasan pada musim
kemarau panjang interval antara rotasi penunasan perlu diatur secara fleksibel. Sebagai pedoman
disarankan sebagai berikut :
 Umur 3 – 4 tahun sekitar 9 bulan sekali
 Umur > 5 tahun sekitar 12 bulan sekali

PENGATURAN PELEPAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN KONVERSI TANAH.

Pada areal berbukit :

Pelepah harus ditumpuk menghadap kebawah (tengkurap) disepanjang kontrol dijalur antara sedemikian
rupa sehingga tercapai konservasi tanah yang maksimal tanpa menghalangi pekerjaan lainnya.

Bilamana tidak terdapat janjang yang masak atau pohon dalam tingkatan-tingkatan
sementara, maka pemangkasan harus dilakukan sedemikian rupa mempertahankan
jumlah pelepah sebagai berikut :
Umur Keterangan Jumlah pelepah

3 – 4 tahun Pertahankan 7 lingkaran pelepah 56


5 – 8 tahun Pertahankan 6 lingkaran pelepah 48 – 52
9 – 12 tahun Pertahankan 5 lingkaran pelepah 40 – 44
> 12 tahun Pertahankan 4 lingkaran pelepah 32 – 36
(Tidak kurang dari satu lingkaran di bawah janjang matang yang terbawah).

KRITERIA PEMANGKASAN

Untuk tanaman kelapa sawit yang baru di bawah 12 tahun dua lingkaran pelepah di bawah tandan
terbawah ditinggalkan. Dengan demikian jumlah daun minimal harus ditinggalkan sebanyak 40 – 48
pelepah pada setiap waktu. Dan selama musim kurang buah (trek) harus diperhatikan untuk tidak
melakukan pemangkasan berlebihan kareana biasanya janjang terbawah terletak jauh tinggi dan dekat
mahkota.

Pemangkasan ini harus benar-benar dimengerti dan dipahami karena akan membawa dampak yang besar
terhadap produksi. Pemangkasan yang berlebihan (over prunning) akan menyebabkan tanaman stress
sehingga berakibat turunnya produksi, sedang sebaliknya pelepah yang berlebihan dipohon akan
menyulitkan panen dan dapat meningkatkan kehilangan brondolan karena sangkutnya brondolan di
pelepah yang belum ditunas dan atau sangkut diantara pelepah yang telah ditunas namun tidak mepet
pada batang tanaman. Dengan demikian harus diperhatikan keseimbangan diantara keduanya.

Waktu pemangkasan tunas

MWHE/11/99 31
Pemangkasan pada saat kemarau panjang harus dihindarkan.

MWHE/11/99 32
PERSIAPAN AREAL DAN FISIK TANAMAN KELAPA SAWIT
DARI TBM MENJELANG PANEN

Pendahuluan

Pada masa peralihan dari Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) ke Tanaman Menghasilkan diperlukan
perencanaan yang baik dalam persiapan sarana-sarana pendukung yang ada kaitannya
dengan proses panen sehingga pelaksanaan panen pada suatu areal dapat dilakukan tepat
waktu.
Perencanaan untuk membangun sarana infrastruktur seperti jalan, jembatan,Box culvert, titi panen
permanen dan rumah harus dilakukan secara terprogram sejak pembangunan kebun sampai
dengan menjelang panen dalam suatu areal kebun. Sarana pendukung di atas secara
bersamaan dalam kondisi siap digunakan pada saat panen dimulai.
Selain dari sarana di atas, tidak kalah pentingnya persiapan fisik di dalam areal kebun ( circle/piringan,
pasar pikul, rawat gawangan) harus dikerjakan dengan baik dalam keadaan standart saat
mulai panen dan memudahkan dalam proses panen bagi pekerja.
Pekerjaan sanitasi pada tanaman yang diprogramkan untuk panen adalah tahapan awal yang harus
dikerjakan sehingga pada saat kita start panen kondisi TBS yang dihasilkan dalam keadaan baik.
Dengan persiapan yang baik menjelang panen memastikan :
 Waktu pelaksanaan panen dapat dilakukan sesuai umur tanaman.
 Tidak ada kehilangan produksi.
 Proses panen dari lapangan ke PKS dapat dilakukan dengan terorganisir sehingga qualitas TBS
baik/standart.
Proses perencanaan di atas tidak terlepas pada keputusan management, terutama dalam persiapan infrastruktur
untuk menentukan cash flow dari proses pekerjaan diatas.

PERSIAPAN INFRASTRUKTUR

1. KONDISI JALAN

Perencanaan saat pembuatan jalan sangat menentukan kecukupan jalan yang diperlukan setelah
panen sehingga arus transportasi dapat terlaksana dengan efisien. Pada areal berbukit pada
umunya jumlah atau panjang jalan yang melebihi dari pada areal yang datar.
Pada saat menjelang panen kondisi jalan pada areal kebun sering sekali menjadi kendala untuk
mendukung transportasi TBS dari lapangan ke PKS. Untuk menghindari hal ini maka
diperlukan program peningkatan kondisi atau pengerasan jalan Main Road dan Collection
Road secara terprogram mulai dari TBM 1 sampai dengan TBM 2 dengan urutan sebagai
berikut :
 Langkah pertama perlu dilakukan pemotongan bukit jika ada kondisi jalan yang sangat tinggi
slopenya.
 TBM O
Penimbunan areal rendahan yang kondisi jalannya diperlukan pengurukan / penimbunan tanah
merah.

MWHE/11/99 33
 Pada TBM 1
- Main road ( program pengerasan) 50% dilakukan.
- Collection road (program pengerasan) 40% dilakukan dengan prioritas jalan terpenting.
 Pada TBM 2
Program pengerasan Main road 50 % dan Collection road 30 %.
 Pada TM 1
Pengerasan Collection road 30 % (sisa), pada tahap TM 1 MR dan CR 100 % selesai
pengerasan.

Jalan Protokol
Jalan protokol adalah jalan Access road pada setiap kebun diperlukan sebagai :
 Sarana jalan pengangkutan TBS dari lapangan ke PKS.
 Sarana jalan pengangkutan minyak CPO dari PKS ke luar (tangki timbun).
 Sarana angkutan lainnya.

MWHE/11/99 34
Program kerja pembuatan jalan protokol / acces road dilakukan sebagai berikut :
 Satu tahun sebelum jalan dimanfaatkan harus sudah selesai dikerjakan dengan tujuan
pada saat dipakai kondisi jalan sudah stabil.
 Pembuatan jembatan atau Box Culvert harus didahulukan dari
 Program jembatan lainnya.

B. SISTEM PENGERASAN JALAN

Berdasarkan material yang digunakan untuk program pengerasan jalan dapat dibagi :
 Penggunaan material batu sirtu.
 Penggunaan material batu krokos.
 Penggunaan material batu gunung.

Volume pemakaian material dapat dihitung dengan rumus:

P x L x T = V

P : Panjang jalan.
L : Lebar jalan.
T : Tebal jalan yang dikeraskan.
V : Volume yang diperlukan.

Secara prhaktis biasanya kebun / region menetukan budget masing-masing pengerasan jalan 1 Km
jalan memerlukan batu 250 - 300 meter kubik dan juga tergantung kondisi jalan kebun.

Sehubungan pembuatan kontrak SPK dari pengerasan jalan diatur dari RC/VPA, maka pada awal
tahun untuk semua estate melaporkan panjang jalan yang akan dibatu, volume batu
yang dibutuhkan serta dilampiri dengan peta (sesuai budget ) ke RC/VPA.

Selain dari hal diatas yang sangat perlu menjadi perhatian dalam penerbitan kontrak supaya
realisasi pengerasan jalan tersebut diatur pada bulan kering sehingga penempatan batu sesuai
dengan sasaran yang dikehendaki.

MWHE/11/99 35
2. JEMBATAN DAN BOX CULVERT

Keberadaan jembatan dan Box Culvert dalam satu ruas jalan diperkebunan sesuatu yang tidak
dapat dielakkan. Mengingat investasi yang digunakan untuk membangun jembatan dan Box
Culvert cukup besar maka perlu diatur penjadwalan sebagai berikut:

%
No. Status tanaman Keterangan
MR CR

1. TBM ( O ) - - Kayu ulin

2. TBM ( +1 ) 50 40 Rp. 750.000,- /m

3. TBM ( +2) 50 40 Beton

4. TM ( 1 ) - 20 Rp. 3.500.000 /m

Keterangan : Harga diatas dihitung setiap 1 (satu) meter kedepan/ meter lari, harga setiap PSM
berbeda menurut kondisi wilayah masing-masing.

Ukuran jembatan dan Box Culvert yang dibuat tergantung dari debit air yang mengalir pada
parit yang akan dibuat jembatan.

3. PERUMAHAN

Pengadaan rumah dalam satu kebun sangat diperlukan perencanaan sejak awal pembangunan
kebun. Pada kebun yang menjelang panen seharusnya rumah sudah tersedia sehingga merekrut
tenaga dapat dilakukan.

Tenaga panen diperlukan pembinaan/pelatihan dalam melaksanakan ketentuan - ketentuan persyaratan


panen sebagai tenaga tetap.

Dasar perhitungan rumah dapat dilakukan dengann perkalian :


 Setiap rumah 1 Ha = 0,08 rumah.
 Atau 25 Ha = 1 kopel G2.
Ketentuan diatas sudah termasuk tenaga panen, perawatan dan pemupukan dengan sistem
pesawat terbang (Areal Manuring).

Pemakaian atau penempatan dari rumah-rumah yang sudah siap ditempati harus diutamakan
untuk tenaga kerja pemanen (80%).

MWHE/11/99 36
PERSIAPAN AREAL DAN TANAMAN

1. KONDISI PIRINGAN

Kondisi piringan tanaman harus terpelihara sepanjang tahun dengan pelaksanaan garuk piringan
dan semprot piringan dengan tujuan :
 Memudahkan pelaksanaan panen bagi pekerja.
 Pengutipan berondolan mudah sehingga memperkecil losses berondolan terutama diareal.
 Kontrol untuk pekerjaan lain seperti pemupukan, ecer racun tikus dan lain-lain lebih
gampang dan mudah terlihat hasil kerjanya.

Satu hal yang selalu terjadi bahwa kondisi piringan sebelah gawangan mati sering dijumpai
lebar piringan tidak cukup sehingga menyulitkan pengambilan buah pada saat panen.
Penyemprotan piringan bagi staf Assiten dan Mandor semprot piringan harus tanggap terhadap
jenis gulma yang diberantas pada setiap bloknya, sehingga dapat direncanakan jenis herbisida
yang dipakai pada besok hari saat penyemprotan.
Khusus pada areal-areal tertentu seperti rendahan perlakuan atau rotasi pemeliharaan
piringan dapat ditambahkan sehingga pada saat permulaan panen benar-benar kondisi
piringan dalam keadaan standart.

2. KONDISI PASAR PIKUL


Pelaksanaan pemeliharaan pasar pikul sebenarnya bersamaan dengan rawat piringan
tetapi karena pentingnya kondisi pasar pikul yang baik dalam proses panen maka dibahas
tersendiri.
Areal ex hutan sekunder pada umunya TBM – TM masih banyak kayu-kayu dijumpai
berada pada pasar pikul, sehingga diperlukan pekerjaan cincang guling.
Sebaiknya kalau areal tersebut sudah dapat kita pastikan rencana program angkutan dengan
sistem kerbau ataupun lokasi tabur janjangan kosong dengan
EBS (Empthy Bunch Spreder), pembersihan kayu-kayu pada pasar pikul dilakukan dengan
mekanisasi ( Dozer/Excavator).
Tujuan dari pemeliharaan pasar pikul dan hubungannya dengan proses panen teruma
adalah :
 Sebagai sarana jalan bagi pemanen dari tengah blok ke collection road.
 Memudahkan pengutipan brondolan yang terjatuh dilokasi pasar pikul.
 Kontrol terhadap qualitas standart panen dengan mudah dilakukan.
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan pasar pikul menjelang panen antara lain
 Ketersediaan pasar pikul 1 : 2 (satu pasar pikul panen untuk setiap dua jalur ).
 Lebar pasar pikul : 1,2 meter.
 Bebas dari hambatan-hambatan kayu.
 Pasar pikul harus lurus.
 Terawat setiap saat sepanjang tahun.

MWHE/11/99 37
 Pada saat penyemprotan herbisida yang dipakai harus ditentukan berdasarkan gulma pada
areal tersebut.

MWHE/11/99 38
3. PEMASANGAN TITI PANEN

Ketersediaan titi panen sangatlah penting secara keseluruhan telah terpasang pada saat
suatu areal kebun menjelang panen.

Permasalahan yang selalu kita hadapi pada saat panen telah berlangsung kelengkapan
titi panen belum terpenuhi secara keseluruhan sehingga menyulitkan bagi para pemanen
untuk mengeluarkan TBS terutama dari tengah-tengah blok.
Sehubungann besarnya biaya investasi yang harus dikeluarkan apabila titi panen beton
dikerjakan sekaligus maka perlu diatur penjadwalan sebagai berikut :

Perbandingan psr.rintis
TBM % (estimasi) titi panen Keterangan
dg.gawangan

0 1 : 8 - Semua pasar

+1 1 : 4 30 Pikul melintas

+2 1 : 2 30 Parit lengkap dg.

TM 1 1 : 2 40 Titi panen

Dasar realisasi pada program diatas adalah jumlah titi panen sesuai dengan ukurannya harus
dilakukan sensus blok per blok dalam satu kebun.

MWHE/11/99 39
4. KASTRASI

Pelaksanaan pekerjaan kastrasi adalah suatu program yang sudah dirancang kapan kita
harus mulai lakukan, kapan kita harus stop kastrasi dan jatuh tempo pelaksanaan rencana
panen.

Hal – hal yang harus dikerjakan pada saat melakukan kastrasi adalah sebagai berikut :
 Membuang bunga betina dan bunga jantan.
 Dalam keadaan normal umur 14 bulan mulai dilakukan kastrasi.
 Jumlah rotasi = 4 kali dengan interval 6 minggu.
 Tidak ada pemotongan pelepah segar pada waktu kastrasi.
 Bunga-bunga kastrasi dibuang pada gawangan mati.
 Dodos yang dipakai maksimum 8 cm.
Pada waktu umur tanaman 25 bulan ke atas tidak ada lagi pembuangan bunga
betina/jantan di pokok sebab bunga yang timbul diharapkan pada bulan ke 30 sudah dapat
dipanen, pada umunya buah yang dihasilkan lebih baik.

5. SANITASI
Sebelum dilakukan panen secara rutin terlebih dahulu kita lakukan sanitasi dengan perlakuan
:
 Membuang semua janjang yang busuk dipokok.
 Mumbuang janjang yang parthenocarpy.
 Membuang semua pelepah kering pada pangkal pokok.
 Tidak ada potong pelepah segar.
 Membersihkan sampah-sampah disekitar pokok sehingga pada saat panen telah dimulai
mudah melakukan kutib brondolan.
 Pada saat melakukan sanitasi, jika ada TBS yang masak dan tidak sakit dapat diantar
ke PKS.
 Pemotongan buah bagus harus dilakukan dengan sitem curi buah.

Pada saat melakukan sanitasi sangat diperlukan pengawasan yang ketat sehingga pelepah -
pelepah segar tidak perlu dipotong.

6. PEMBUATAN TPH

Pembuatan tempat pemungutan hasil (TPH) sebelum panen dimulai sudah harus siap dipakai
sehingga dengan mudah para pemanen meletakkan TBS hasil panen mereka.

Pembuatan TPH harus dapat diatur dengan ketentuan sebagai berikut :


 Tentukan ukuran yang dikehendaki : 3 x 4 meter.
 Pada panen awal lebih baik diaturkan setiap 1 (satu) TPH dapat menampung TBS dari 2
atau 3 pasar pikul sehingga pada saat memuat ke truk efektif.
 TPH harus bebas dari kayu-kayu, horizontal dan tidak berair/basah.
 Diberi dengan nomor TPH yang standart.
 Terawat sepanjang tahun.

Kebutuhan TPH dapat ditambah sesuai dengan keperluan dan kondisi buah (TBS) pada
setiap tahun sehingga para pemanen tidak merasa keberatan.

MWHE/11/99 40
7. PEMELIHARAAN GAWANGAN

Pemeliharaan gawangan dilakukan sesuai dengan program dan yang terpenting tidak
terganggu dalam proses panen. Khusus areal rendahan dapat dilakukan dengan lebih rotasi
dari lokasi lain atau areal darat.
Rendahan yang kondisinya masih dalam keadaan basah (berair) dapat diaturkan drainasenya
sehingga pasar pikul sebagai sarana jalan angkong yang digunakan permanen tidak becek.

MWHE/11/99 41
TENAGA KERJA DAN PERALATAN PANEN

1. MEREKRUT DAN MELATIH TENAGA KERJA

Merekrut tenaga kerja untuk pemanen pada saat satu kebun sudah mulai melakukan sanitasi
harus dapat diperhitungkan jumlah pemanen yang dibutuhkan, karena bagi para pekerja sanitasi
dapat diteruskan sebagai tenaga pemanen.
Ketentuan untuk tenaga pemanen pada permulaan TM dapat di estimasikan sebagai berikut:
Pemanen (Alat dodos) = 0,04 Hk/Ha
Pembrondol = 0,04 Hk/Ha
Total = 0,08 Hk/Ha

Pekerja pemanen harus terlebih dahulu dilakukan pembinaan dan pelatihan sehingga bagi
seorang pemanen mengerti persyaratan -persyaratan panen sesuai standarisasi yang sudah
ditentukan oleh perusahaan.

Sarana tempat tinggal dan fasilitas pendukung lainnya seperti : penerangan, air, sekolah, rumah
ibadah dan fasiltas pendukung kesehatan (Poliklinik) sangat tergantung terhadap tahan atau
tidaknya bagi para pekerja.

2. PERALATAN PANEN

Alat yang digunakan pada tanaman yang baru menghasilkan yang menjadi pertimbangan
adalah ukuran dodos yang dipakai. Ukuran yang terlalu lebar kurang tepat digunakan karenan
menyulitkan dalam pelaksanaan panen dan dapat merusak pelepah yang lain. Perlengkapan dodos,
angkong, gancu, kampak dan lain-lain disiapkan minimal 2 (dua) bulan sebelum pelaksanaan.

MWHE/11/99 42
3. TRANSPORTASI

Transportasi TBS dalam perkebunan kelapa sawit adalah merupakan kunci utama dan khusus bagi
kebun-kebun baru sarana-sarana pendukung lainnya yang belum siap maka dalam transportasi
TBS selalu menjadi masalah yang serius.

Akibat terkendalanya proses angkutan TBS dari lapangan ke PKS menyebabkan restan buah
tidak dapat dihindari sehingga Losses dilapangan bertambah dan qualitas dari CPO yang
dihasilkan juga menurun.

Dalam mengantisipasi problem diatas hal-hal yang perlu menjadi pertimbangan adalah sebagai
berkut :

 Jalan dan jembatan sebagai faktor pendukung.


 Jenis transport yang digunakan.
 Kecukupan unit transport yang dipakai pada setiap harinya.
 Organisasi atau sistem kerjanya.
 Insentive yang diberikan lebih dari basic harus menarik bagi pekerja.

Faktor – faktor diatas apabila dalam satu kebun angkutan TBS dari lapangan ke PKS ditangani
sendiri oleh kebun adalah suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.
Masalah diatas sudah menjadi pemikiran bagi kita semua dan sering sekali pada saat musim
puncak panen ( Peak crop ) datang, kondisi transport kita tidak dalam keadaan siap sehingga
banyak kerugian - kerugian yang ditimbulkan akibat hal diatas. Ketersediaan unit transport harus
dapat diantisipasi berdasarkan penyebaran produksi dalam satu kebun.

MWHE/11/99 43
KENDALA YANG SELALU TERJADI

Pada kebun yang baru menghasilkan, kendala-kendala yang selalu terjadi antara lain :
 Bangunan fisik perumahan belum tersedia sedangkan kondisi tanaman sudah menghasilkan
sehingga kesulitan dalam merekrut tenaga kerja.
 Pelaksanaan pengerasan jalan dan pembuatan jembatan dan Box culvert pada kondisi
tanaman sudah menghasilkan belum selesai dikerjakan.
 Pengadaan titi panen yang tidak lengkap dilapangan akibat:
- Kurang akuratnya data dari kebun dalam hal inventarisasi keperluan titi panen blok per
blok.
- Pengadaan titi panen secara permanen bagi TM adalah program yang harus terlaksana
sesuai dengan jadwal yang diprogramkan.
 Sarana angkutan TBS terutama pada peak crop selalu terjadi unit yang tidak mencukupi.
 Penyusunan budget kurang sempurna sehingga pada saat pelaksanaan dana yang ada tidak
mencukupi.
 Tidak tepat waktu pengadaan herbisida di kebun.
 Persiapan pada areal dan tanaman tidak terpenuhi untuk mendukung program prasarana
panen yang sudah ditentukan sehingga umur tanaman dalam status immature menjadi
bertambah. Hal ini sering berlaku belum siapnya pekerjaan piringan, pasar pikul, titi panen
dan sanitasi.

MWHE/11/99 44
Kesimpulan :

1. Persiapan dalam suatu baik sarana infrastruktur maupun kondisi areal di lapangan sangat
menentukan ketetapan waktu suatu tanaman dapat dipanen (umumnya umur 28 – 30 bulan sudah
dapat dipanen).

2. Dengan persiapan yang baik kita harapkan dapat mencapai produksi pada TM Imencapai 7 – 10
ton /Ha.

3. Untuk pasar pikul perlu dipersiapkan yang tepat waktu.

4. Keputusan management dalam melaksanakan cash flow infrastruktur sangat menentukan realisasi
di lapangan.

5. Management transport perlu mendapat prioritas yang harus diperhatikan.

PT. Smart Corporation

Perkebunan Sinar Mas 4

MWHE/11/99 45

Anda mungkin juga menyukai