Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL

EFEK GULMA PADA KACANG KEDELAI HITAM DAN CARA


PENGENDALIANNYA

(Proposal Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Penelitian Mata


Kuliah Metode Ilmiah)

Disusun Oleh:

NAMA : ARINA YUNIARNI

NPM : 18 301 0002

SEM : V (B)

PRODI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SIMALUNGUN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kedelai hitam adalah jenis tanaman biji-bijian dengan nama latin (glycine
soya) ini adalah komoditas pertanian unggul, biasanya dijadikan bahan olahan
untuk membuat kecap, lethok, rempeyek, tepung kedelai hitam, tauco, tempe,
tahu, susu dan lain-lain. Kandungan protein kedelai hitam sangat tinggi yakni
sekitar 38 %, ini berarti lebih tinggi dari protein daging. Kedelai hitam juga
mengandung senyawa lecithin yang bermanfaat untuk menghancurkan timbunan
lemak dalam tubuh. Kedelai hitam mempunyai rasa yang lebih gurih karena asam
glutamate pada kedelai hitam lebih tinggi daripada kedelai kuning. Disamping itu,
kedelai hitam mempunyai daya tahan yang lebih tinggi terhadap kekeringan
dibandingkan dengan kedelai kuning (Purwanti 2004). Kedelai hitam memiliki
kandungan yakni antosianin dan isoflavon. Kandungan total polifenol, flavonoid
dan antosianin yang lebih tinggi daripada kedelai kuning, yakni masing-masing
6,13 mg/g ; 2,19 mg/g ; 0,65 mg/g. Isoflavon merupakan antioksidan golongan
flavonoid yang biasa terdapat pada kedelai dan memiliki efek bermanfaat pada
penderita Diabetes Melitus dengan meningkatkan serum insulin dan komponen
insulin pankreas (Mueller, 2012). Kedelai memiliki kandungan isoflavon
(golongan flavonoid) begitu juga kedelai hitam. Isoflavon merupakan suatu zat
dalam kedelai yang mempunyai kemampuan sebagai antioksidan serta mencegah
terjadinya kerusakan akibat radikal bebas. Kedelai hitam memiliki kandungan
antioksidan lebih tinggi dibandingkan kedelai kuning (Dajanta, 2013).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu gulma ?


2. Ada berapa karakteristik gulma ?
3. Apa saja kerugian gulma ?
4. Apa saja daya saing gulma ?

1.3 Tujuan Penelitian

Mengetahui efek gulma dan tehnik pengendaliannya pada tanaman kacang


kedelai hitam.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kedelai Hitam

Tanaman kedelai merupakan tanaman polong-polongan yang memiliki


beberapa nama botani yaitu Glycine max (kedelai kuning) dan Glycine soja
(kedelai hitam). berdasarkan taksonominya, tanaman kedelai dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Famili : Leguminosae


Divisi : Spermatophyta Genus : Glycine
Klas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales

2.2 Pengertian Gulma

Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada lahan


pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman produksi.
Gulma menyaingi tanaman terutama dalam memperoleh air, hara, dan cahaya.
Gulma merupakan pesaing bagi tanaman dalam memperoleh hara. Gulma dapat
menyerap nitrogen dan fosfor hingga dua kali, dan kalium hingga tiga kali daya
serap tanaman.

2.3 Karakteristik Gulma

Berdasarkan karakteristik yang dimiliki, gulma dibedskan menjadi 3


kelompok yaitu :

2.3.1 Gulma Teki-tekian

Kelompok ini umumnya termasuk famili Cyperacea, mempunyai daya tahan


luar biasa terhadap pengendalian mekanik karena memiliki umbi batang (stolon)
di dalam tanah yang mampu bertahan hidup pada cekaman lingkungan yang berat.
Gulma ini menjalankan jalur fotosintesis C-4 yang sangat efisien sehingga
pertumbuhannya cepat. Contoh: Teki ladang (Cyperus rotundus) (Gambar 2a).
Gulma Rumput-rumputan 116 A. Harsono Kelompok ini umumnya termasuk
famili Gramineae. Umumnya berdaun sempit, mempunyai akar rimpang
(Rhizoma) yang membentuk jaringan rumit di dalam tanah dan sulit diatasi secara
mekanik.
2.3.1 Gulma berdaun sempit

seperti teki tetapi menghasilkan stolon. Stolon ini di dalam tanah berbentuk
jaringan rumit yang sulit diatasi secara mekanik. Contohnya adalah alang – alang
(Imperata cylindrica).

2.3.2 Gulma daun lebar

Berbagai macam gulma dari ordo Dicotyledoneae termasuk dalam kelompok


ini. Gulma ini biasanya tumbuh pada akhir masa budi daya. Kompetisi terhadap
tanaman utama berupa kompetisi cahaya. Contoh dari gulma berdaun lebar ini
adalah daun sendok.

2.4 Jenis-Jenis Gulma

2.4.1 Gulma setahun/semusim

Gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya dalam waktu kurang dari satu
tahun atau paling lama satu tahun (mulai dari berkecambah sampai memproduksi
biji dan kemudian mati). Karena kebanyakan umurnya hanya seumur tanaman
semusim, maka gulma tersebut sering disebut sebagai gulma semusim. Walaupun
sebenarnya mudah dikendalikan, tetapi kenyataannya kita sering mengalami
kesulitan, karena gulma tersebut mempunyai beberapa kelebihan yaitu umurnya
pendek, menghasilkan biji dalam jumlah yang banyak dan masa dormansi biji
yang panjang sehingga dapat lebih bertahan hidupnya. Di Indonesia banyak
dijumpai jenis-jenis gulma setahun, contohnya Echinochloa crusgalli,
Echinochloa colonum, Monochoria vaginalis, Limnocharis flava, Fimbristylis
littoralis dan lain sebagainya.

2.4.2 Gulma dua tahun

Gulma yang menyelesaikan siklus hidupnya lebih dari satu tahun, tetapi tidak
lebih dari dua tahun. Pada tahun pertama digunakan untuk pertumbuhan vegetatif
menghasilkan bentuk roset dan pada tahun kedua berbunga, menghasilkan biji dan
kemudian mati. Pada periode roset gulma tersebut sensitif terhadap herbisida.
Yang termasuk gulma dua tahun yaitu Dipsacus sylvestris, Echium vulgare,
Circium vulgare, Circium altissimum dan Artemisia biennis.
2.4.3 Gulma Tahunan

Gulma yang dapat hidup lebih dari dua tahun atau mungkin hampir tidak
terbatas (bertahun-tahun). Kebanyakan berkembang biak dengan biji dan banyak
diantaranya yang berkembang biak secara vegetatif. Pada keadaan kekurangan air
(di musim kemarau) gulma tersebut seolah-olah mati karena bagian yang berada
di atas tanah mengering, akan tetapi begitu ada air yang cukup untuk
pertumbuhannya akan bersemi kembali.

2.5 Kerugian Akibat Gulma

1. Bersaing dalam mendapatkan air, hara, ruang tumbuh, CO2, dan cahaya.
2. Mengeluarkan racun (alelopati) yang menghambat pertumbuhan tanaman.
3. Sebagai inang hama dan penyakit
4. Bersifat parasit, contoh striga yang merugikan sorgum.

2.5.1 Ciri-ciri gulma yang berpotensi menyebabkan kerugian cukup besar


adalah:

1. Pertumbuhan vegetatif cepat.


2. Daya adaptasi tinggi meskipun pada lingkungan yang kurang mendukung.
3. Perbanyakan vegetatif cepat dan produksi biji melimpah.
4. Masa dormansi biji, umbi, dan rimpang cukup lama dan sulit dikendalikan.
5. Memiliki daya saing tinggi meskipun pada populasi rendah. 6. Kanopi
mempunyai kelindungan yang luas.

2.6 Daya Saing Gulma

Tingkat persaingan gulma dengan kedelai tergantung pada jenis, populasi,


kelindungan, daya jelajah akar, dan saat terjadinya persaingan. Tingkat persaingan
semakin tinggi bila ketersediaan air, hara, dan cahaya dalam jumlah terbatas dan
dibutuhkan dalam waktu yang bersamaan. Kemampuan gulma dalam menurunkan
hasil tanaman erat kaitannya dengan kemampuan gulma dalam
memanfaatkan/menyerap hara, air, dan cahaya. Daya Saing Gulma dalam
Menyerap Hara Pengenalan dan Pengelolaan Gulma 117 Daya saing gulma
terhadap tanaman budi daya dalam menyerap unsur hara dapat dilihat dari
perbandingan besarnya kandungan hara pada gulma dan tanaman. Makin tinggi
kandungan hara suatu gulma, berarti daya serapnya makin besar, yang berarti daya
saingnya terhadap tanaman dalam menyerap hara juga makin besar. Daya Saing
Gulma dalam Menyerap Air Kemampuan gulma dalam menyerap air dapat dilihat
dari koefisien transpirasinya. Makin besar koefisien transpirasi suatu gulma , daya
saingnya terhadap tanaman dalam menyerap air makin besar. Daya Saing Gulma
dalam Memanfaatkan Cahaya Kemampuan gulma dalam memanfaatkan cahaya
erat kaitannya dengan kanopi gulma. Gulma yang tumbuh lebih tinggi dan subur
dari kedelai merupakan pesaing yang kuat bagi kedelai untuk mendapatkan
cahaya. 1 1.5 2 2.5 3 3.5 0 20 40 60 80 Umur tanaman (hari.)

2.7 Pengenalan dan Pengelolaan Gulma

2.8.1 Pengendalian Secara Mekanis

Pengendalian secara mekanis lebih banyak dilakukan dibanding cara lain,


yaitu dengan cara merusak gulma secara mekanik, sehingga gulma tersebut
pertumbuhannya terhambat atau mati. Pengendalian cara ini dapat dilakukan
dengan pengolahan tanah, mencabut gulma, membakar gulma, atau menggunakan
alat mekanik. Pengendalian Secara Biologi Populasi gulma dikendalikan
menggunakan musuh alami berupa hama, penyakit atau jamur yang dapat
menekan atau mematikan gulma, tetapi tidak berdampak pada tanaman budi daya.
Cara ini belum banyak dilakukan di Indonesia, karena terbatasnya musuh alami
yang telah ditemukan dan dianggap mudah serta aman untuk digunakan.

2.7.2 Pengendalian Secara Kimiawi

Pengendalian secara kimiawi dapat menghambat atau mematikan gulma


disebut herbisida. Keuntungan penggunaan herbisida:

1. Menghemat waktu dan tenaga.


2. Dapat membunuh gulma yang sulit dikendalikan secara manual.
3. Dapat mengendalikan gulma sejak awal (sebelum tumbuh).
4. Dapat mengurangi kerusakan akar akibat penyiangan.
5. Dapat memilih saat pengendalian gulma yang sesuai dengan waktu
yang tersedia.
6. Mengurangi kerusakan tanah
2.7.3 Pengendalian Gulma Terpadu

Cara-cara pengendalian gulma seperti diuraikan sebelumnya masing-masing


mempunyai keuntungan dan kerugian. Pengendalian gulma secara manual
(dengan tangan) dapat memberantas gulma dengan baik tetapi memerlukan tenaga
banyak, sedangkan pengendalian gulma dengan herbisida umumnya hanya
mempunyai daya berantas terhadap jenis gulma tertentu dan kurang kuat untuk
memberantas jenis gulma yang lain. Agar pengendalian gulma dapat memberikan
hasil yang memuaskan dengan biaya yang ekonomis, perlu dikembangkan metode
pengendalian gulma secara terpadu, yaitu dengan memadukan beberapa cara
pengendalian menjadi satu kesatuan cara pengendalian.

hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian gulma secara terpadu

Tjitrosoedirdjo et al. (1984) :

1. Perpaduan antar faktor-faktor yang dipadukan dapat mencirikan masalah


gulma yang dihadapi secara tepat dan menyeluruh. 124 A. Harsono

2. Pemilihan cara-cara pengendalian harus tepat.

3. Pemilihan bahan, peralatan yang digunakan, dan pelaksanaan harus tepat

4. Pelaksanaan pengendalian dalam jangka panjang dapat memberikan hasil


lebih baik, dan secara ekonomi maupun ekologi dapat dipertanggung
jawabkan.

Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:

1. Pengendalian gulma secara preventif dilakukan dengan cara mencegah


perkembangbiakan dan penyebaran gulma, baik melalui biji maupun organ
vegetatif.
2. Pengendalian gulma secara eradikatif dilakukan dengan cara
memusnahkan gulma sebelum berbunga dan berbiji sehingga gulma tidak
tumbuh lagi. Cara ini efektif untuk area sempit dan datar, tetapi sangat
mahal untuk area luas serta, dan kurang baik untuk tanah yang miring.
3. Pengendalian gulma secara langsung, dilakukan dengan cara kultur teknis,
mekanis, biologi, dan kimiawi. Pengendalian Secara Kultur Teknis
Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan dengan memperbaiki
teknik budidaya tanaman, antara lain :
A. Penyiapan lahan yang baik.
B. Menggunakan benih bebas dari biji gulma.
C. Mengatur jarak tanam, sehingga memacu pertumbuhan tanaman agar
dapat menekan pertumbuhan gulma.
D. Menggunakan mulsa untuk menghambat pertumbuhan/mematikan
gulma.
E. Rotasi tanaman, karena dominasi gulma pada setiap jenis tanaman
berbeda.
F. Penggenangan untuk gulma darat.
BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian


Universitas Simalungun pada bulan September 2020.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan :

1. Cangkul
2. Alat tulis
3. Meteran
4. Kamera

Bahan :

1. Bibit kacang kedelai hitam


2. Tanah subur
3. Pupuk

3.3 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini terdiri atas beberapa kegiatan, yaitu:

3.3.1 Persiapan Media Tanam

Lahan yang digunakan untuk tempat penelitian dibersihkan terlebih dahulu


dengan mencabut semua rumput, lalu lahan yang telah bersih tersebut dibuat
bedengan. luas lahan 3x4 m dan memiliki jarak tanam 20 cm x 20 cm serta
memiliki jarak tepi 10 cm. lalu setelah diberi jarak tanam tanah tersebut dilubangi
sesuai jarak yang telah ditentukan.

3.3.2 Kebutuhan bibit dan pupuk

Kebutuhan bibit sebanyak 360 benih dalam 1 lubang terdapat 2 benih


3.3.3 Penanaman

Lahan yang sudah dilubangi tersebut diisi benih sebanyak 2 benih per lubang
tanam. Yang artinya 180 lubang tanam diisi 2 benih perlubang menjadi 360 benih.
Dan setelah benih dimasukkan ditutup kembali dengan tanah.

3.4 Perawatan

3.4.1 Penyiraman
 Jika media tanam cenderung kering, siram 2 kali sehari, pagi dan sore.
 Jika media tanam cenderung lembab, siram 1 kali sehari, pagi atau sore.
 Pemupukan yang telah dilakukan adalah setelah seminggu benih ditanam
dengan menggunakan pupuk NPK.

3.6 Pengamatan

Hasil pengamatan kami lakukan dari setelah tanam sampai saat tulisan ini
dibuat, dan berikut beberapa laporan yang sudah kami susun :

 Pada minggu pertama kecambah muncul pada tanggal 11 september 2020 yaitu
pada hari ke-3. Pada tahap ini gulma disekitar tanaman sudah mulai banyak
tumbuh dan harus segera dibersihkan.
 Pada minggu pertama tanggal 15 september 2020 rata” tinggi tanaman adalah
9,8 cm dari 10 sampel yang di ambil dan benih yang berhasil tumbuh sebanyak
206 dari 360 benih. Jadi presentase tanaman yang tumbuh adalah 57,2%
 Pada minggu kedua tanggal 22 september 2020 rata-rata tinggi tanaman adalah
16,6 cm dari 10 sampel yang diambil.
 Pada minggu ketiga tanggal 29 september 2020 rata-rata tinggi tanaman adalah
19,5 cm dari 10 sampel yang diambil Pada minggu keempat 6 oktober 2020
rata” tinggi tanaman adalah 22,2 cm dari 10 sampel yang di ambil
 Pada minggu ke lima tanggal 13 oktober 2020 rata” tinggi tanaman adalah 29,7
cm dari 10 sampel yang di ambil serta diameter daunnya adalah dari 2 cm – 5
cm.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Keberadaan gulma diantara tanaman kedelai sulit dihindarkan, dan pada


populasi tertentu dapat merugikan karena mengakibatkan penurunan hasil.
Besarnya penurunan hasil akibat gangguan gulma pada tanaman kedelai
bergantung pada jenis, populasi, dan saat terjadinya gangguan gulma. Berbagai
jenis gulma penting, periode kritis, dan teknik pengendalian gulma pada tanaman
kedelai telah disampaikan, dengan harapan gulma dapat dikendalikan dengan
baik, dan Pengenalan dan Pengelolaan gulma kedelai mampu memberikan hasil
tinggi dan keuntungan yang memadai.
DAFTAR PUSTAKA

Gupta, O.P. 1984. Scientific weed management. Today and tomorrow’s. Printers
and Pub.. New Delhi. p. 15-65.

Harsono, A. 1997. Pengendalian gulma pada tanaman pangan. Balai Penelitian


Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 20 hlm.

Harsono, A., S. Muzaiyanah dan Subandi 2014. Pengendalian gulma secara


terpadu pada tanaman kedelai. Lap. Hasil Pen. Balitkabi 2013. 28 Hlm.

Moenandir, J. dan E. Kusaeni. 1990. Periode kritis kedelai (Glycine max) varietas
biji hitam karena adanya persaingan gulma pada tanah grumosol. Agrivita
13(4):6-12.

Pulsford, J.S. 1978. Fertilizer and other soil amandements for peanut. Peanut
Industry Workshop. March 1978.

Kingaroy. Queensland. P. 3-1 to 3-29. Radjit, B.S. dan R.D. Purwaningrahayu.


2007. Pengendalian gulma pada kedelai. Hlm. 281–295. Dalam

Sumarno, dkk (Peny.). Kedelai, Teknik Produksi dan Pengembangan. Puslitbang


Tan. Pangan, Bogor.

Syam’un, E. 2001. Pengaruh sistem olah tanah dan periode bebas gulma terhadap
hasil kedelai (Glycine max (L) Merr.). Hlm. 263-268. Dalam

Didiek et al. (Eds.) Pros. konferensi Nas. XV Himp. Ilmu Gulma Indonesia.
Surakarta 17-19 Juli 2001.

Anda mungkin juga menyukai