Anda di halaman 1dari 17

BUDIDAYA TANAMAN HIAS (Anthurium Sp)

PAPER

OLEH :
SALEH SAAF TANJUNG
210301017
AGRONOMI-1

Dosen Pengampu :

Dr. MeirianiSembiring, M.P


NIP : 196505181992032001

TANAMANHORTIKULTURA II (TANAMAN HIAS)


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTASPERTANIAN
UNIVERSITASSUMATERA UTARA
2023
PENDAHULUAN
LatarBelakang
Prospek pengembangan tanaman hias dan bunga cukup cerah. Hal ini
terbukti dengan permintaan tanaman hias dan bunga (florikultura) di pasar dunia
yang cenderung meningkat setiap tahunnya. Peningkatan juga terjadi di Indonesia,
dan jenis bunga potong non anggrek yang berpotensi untuk diekspor antara lain
anthurium. (Rukmana 1997).
Pada tahun 2017, sebagian besar produksi tanaman bunga potong
mengalami peningkatan. Peningkatan tertinggi dialami oleh tanaman krisan
dengan pertambahan 47,58 juta batang (10,99%) disusul gerbera, mawar, bunga
anthurium, gladiol, pisang, dan anggrek. Produksi bunga potong anthurium
sebanyak 896.953 batang (BadanPusatStatistik, 2017).
Anthurium dikenal sebagai tanaman hias komersial di Indonesia. Tanaman
ini disukai konsumen karena keindahan warna dan bentuk bunganya yang
beragam, serta bentuk daunnya yang beragam. Secara umum Anthurium dapat
digolongkan sebagai Anthurium yang bunganya indah (spathae) dan daunnya
indah. Anthurium yang berbunga indah memiliki daun yang kurang menarik dan
biasa digunakan sebagai bunga potong, sedangkan Anthurium yang berdaun indah
memiliki bunga yang kurang menarik dan digunakan sebagai tanaman hias dalam
pot. (Budhiprawira dan Saraswati, 2016).
Secara ekonomi, Anthurium menjadi favorit sekitar tahun 2006–2007.
Harga Anthurium berdaun indah khususnya A. plowmanii Croat (Gelombang
Cinta) dan A. hookeri Kunth bisa mencapai puluhan juta rupiah dari harga aslinya
hanya ratusan ribu rupiah. Begitu pula dengan harga bibit dan anakan yang juga
meningkat karena tingginya permintaan pasar, sehingga pada saat itu banyak
pedagang dan petani tanaman hias yang menambah pendapatannya. (Suryanto,
2019).
Kendala yang paling sering dihadapi oleh petani tanaman hias khususnya
pemula adalah kendala teknik perbanyakan dan perawatan, kondisi fisiologis,
serta serangan hama dan penyakit. Perbanyakan anthurium dapat dilakukan secara
generatif (biji) atau secara vegetatif (mematahkan tunas atau stek). Penyerbukan
sendiri jarang terjadi, sehingga penyerbukan silang buatan harus dilakukan.
Semasa hidupnya, Anthurium tidak tahan terhadap penyiraman yang berlebihan
karena dapat menyebabkan pembusukan akar dan mendukung pertumbuhan
jamur. Selain penyakit jamur, ada juga penyakit bakterial yaitu penyakit hawar
dan layu bakteri. Pemupukan yang berlebihan juga bisa membuat daun menjadi
coklat akibat penumpukan garam. Segala upaya yang dapat mencegah atau
meminimalkan masalah Anthurium perlu dilakukan sebelum menjadi serius
(Purba etal., 2020).
Ciri-ciri umum tanaman Anthurium adalah berpenampilan herba, batang
tumbuh di atas permukaan tanah, berbuku-buku, phyllotaxy daun tersebar, daun
tunggal, umumnya warna tangkai daun hijau, terdapat ruas, warna permukaan
helaian daun bagian bawah berwarna hijau pucat, dan duri daun mempunyai mata.
Anthurium mempunyai bunga ketiak daun yang tidak terbatas, bunga berjenis
spadix, rangkaian bunga spirositik, mempunyai bract berupa kelopak bunga
(spathae), dan tidak mempunyai bracteoles. (Martasari etal., 2019).

TujuanPenulisan
Adapu tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk mengetahui budidaya
tanaman hias kuping gajah (Anthurium Sp).

KegunaanPenulian
Adapun tujuan dari penulisan Paper ini adalah untuk memenuhi komponen
penilaian pada matakuliah Tanaman Hortikultura II (TanamanHias) Program Studi
Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan sebagai sumber
informasi bagi pihak yang membutuhkan..
PEMBAHASAN
Morfologi Dan TaksonomiAnthurium Sp
Menurut(Maretniet al., 2017), Famili ini mempunyai sebaran luas
sebanyak 572 spesies di Indonesia. Pulau Kalimantan sebanyak 297 jenis, Pulau
Sumatera sebanyak 159 jenis, Sulawesi sebanyak 49 jenis, dan Pulau Jawa
sebanyak 67 jenis. Dalam sistem taksonomi tumbuhan, tumbuhan anthurium
digolongkansebagaiberikut:Kingdom:PlantaeplantsDivisi:Spermathophytaseedpla
ntsSubdivisi:AngiospermaeclosedseedsKelas:MonocotyldonaeseedsonepieceOrdo
: ArecalesFamili: Areceae Genus: Anthurium Spesies: A. crystallianum Lindl
Andre, A. andreanum Linden, A. or natum Kait .f. dan lain-lain.
Gambar 1. Tanaman Kuping Gajah

Tanaman anthurium mempunyai akar serabut, berbentuk bulat kecil dan


panjang, mempunyai akar penyangga yang tumbuh dari pangkal batang dan
menembus tanah pada kedalaman 40 – 60 cm. Jumlah akar Anthurium sangat
banyak, berwarna putih atau krem sampai coklat dan menyebar ke segala arah.
Akarnya tumbuh atau menempel pada batang/umbinya yang akan membentuk
bola-bola ijuk. Selain akar tersebut, Anthurium membentuk akar dari ketiak daun
atau disebut akar udara.

Gambar 2. Akar Kuping Gajah


Batang tanaman ini tidak terlihat karena terendam atau tertutup media tanam.
Tumbuhan ini mempunyai batang yang lunak, basah (herba) dan mempunyai ruas
tempat menempelnya tangkai daun. Setelah tanaman menjadi dewasa, batang akan
tumbuh akar dan tumbuh. Batang yang membesar inilah yang kemudian disebut punuk.
Kadang-kadang dari umbi ini akan muncul anakan atau tunas baru. Umbi ini juga dapat
digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara vegetatif yang mempunyai sifat
sama dengan induknya

Gambar 3. Batang Kuping Gajah

Daun Anthurium mempunyai bentuk dan ukuran myabg berbeda untuk


setiap spesiesnya, seperti berbentuk jantung (heart shae), bundar, lonjong, lancip
dan memanjang. Permukaan daun bagian atas pada umumnya licin dan
mengkilap. Ujung pangkal daun lancip dan runcing. Sedangkan pangkal daun
umumnya tumpul atau melekuk kebagian dalam daun. Daun tanaman anthurium,
tumbuh tunggal, tebal dan kaku. Daun berpelepah dan berwarna hijau. Tekstur
daunnya beragam, halus atau rata, keriput atau berkelok sampai keriting. Ukuran
daun dapat mencapai 30 cm dengan lebar sekitar 15 cm.

Gambar 4. Daun Kuping Gajah

Bunga Anthurium berumah satu, artinya dalamsatu bunga terkandung sel


kelamin betina dan sel kelamin jantan. Bunga berbentuk tongkol dengan warna
kecoklatan. Struktur bunga Anthurium terdiri atas spathe, spadik dan tangkai
bunga (peduncle). Semua bagian bunga tersebut menjadi satu kesatuan dan
berbentuk seperti ekor, sehingga anthurium dikenal dengan nama si bunga
ekor.Bunga Anthurium sebenarnya merupakan bagian yang keluar dari satu spike,
spadik atau struktur seperti lilin tersembul dari dasar spathe.

Bagian paling atraktif dari anthurium adalah spathe yang secara aktual
merupakan bentuk modifikasi daun. Spathe ini mempunyai beragam variasi
ditinjau dalam warna, ukuran, bentuk dan keutamaan uratnya. Warna bunga yang
ada diantaranya merah, orange, merah muda, merah kekuningan, putih dan
berbagai warna lainnya yang berbeda dalam corak dan intensitas.

Spadik juga bervariasi dalam bentuk dan panjangnya, ada spandik yang
menggulung, semi menggulung dan tumbuh lurus tergantung pada sudut yang
dibentuk pada dasar spithe. Ujung spadik bisa tumpul maupun meruncing. Bila
spathenya mekar, warna spandik berkisar antara pink kemerahan, ungu dan
kekuningan. Bila telah terjadi pembuahan pada bunga anthurium, maka warna
spandik akan berubah menjadi hijau.

Putik dan tepung sari Anthurium letaknya menempel pada tongkol.


Keduanya memiliki waktu masak yang tidak bersamaan (dichogamous). Biasanya
putik akan masak lebih awal dibandingkan dengan tepung sari, sehingga jarang
terjadi pembuahan apabila hanya ada 1 Anthurium yang ditanam dalam satu
tempat.

Gambar 5. Bunga Kuping Gajah

Buah tanaman Anthurium berbentuk bulat dan menempel pada bagian


tongkolnya. Buah yang masih muda berwarna hijau, akan tetapi setelah masak
akan berubah menjadi merah. Biji yang telah masak akan terlepas dari bagian
tongkolnya. Biji tanaman ini berwarna putih dan berbentuk bulat atau lonjong.
Biji yang baik dapat digunakan sebagai bahan perbanyakan generatif. Bibit yang
dihasilkan dari biji pada umumnya mempunyai sifat yang berbeda dibandingkan
induknya.

Gambar 6. Biji Bunga Kuping Gajah

Syarat Tumbuh
Iklim
Daun anthurium tumbuh ideal di dataran beriklim sedang dengan suhu 24-
28º C pada siang hari dan 18-21º C pada malam hari. Sebab suhu tersebut
merangsang produksi klorofil (zat hijau pada daun) lebih banyak, sehingga warna
daun menjadi lebih hijau. Namun tanaman yang mudah perawatannya ini juga
dapat beradaptasi dengan baik di daerah dataran rendah dengan suhu 28-31º C
pada siang hari dan 21-25º C pada malam hari. Anthurium dapat hidup pada
kelembaban yang cukup tinggi yaitu 60-80%. Jika kelembapan kurang dari 60%,
tanaman akan cepat layu. Sedangkan jika kelembapan lebih dari 80% akan
memicu tumbuhnya jamur pada media sehingga mengancam kesehatan tanaman.
(Warnitaetal., 2017)

Tanah
Lingkungan tumbuh yang cocok adalah tanah dengan tekstur dan drainase
yang baik, gembur, bahan organik cukup dan tidak terlalu asam (pH 6-7).
Ketinggian 560-800 m dpl, suhu udara minimum 16-18 derajat C dan maksimum
28-30 derajat C. Ketinggian 1100 m dpl, suhu udara minimum 14-16 derajat C
maksimum 24-27 derajat C. Di daerah tropis seperti Indonesia, tanaman mawar
dapat tumbuh dan berbunga produktif di dataran rendah hingga tinggi
(pegunungan) rata-rata 1500 m (Warnitaetal., 2017).

Anthurium tidak tahan terhadap sinar matahari langsung. Tanaman


anthurium yang mendapat sinar matahari langsung atau berlebihan akan
mengalami dehidrasi (daun mengering atau terbakar). Sebaliknya jika kekurangan
cahaya juga dapat mengakibatkan pertumbuhan tanaman terganggu. Misalnya
daun menjadi pucat atau lemas. Anthurium memerlukan tempat semi teduh (semi
shade). Kira-kira lingkungan yang menerima sinar matahari dengan intensitas
cahaya sekitar 30-60% (Warnita etal., 2017)

PerbanyakanSecaraVegetatif
Perbanyakan tanaman anthurium secara vegetatif dapat dilakukan dengan
cara memotong umbi, memisahkan pucuk. Teknik perbanyakan secara vegetatif
mempunyai kelebihan yaitu ciri-ciri keturunan yang diperoleh dapat sama dengan
tanaman induknya. Umbi anthurium ditemukan dengan mata tunas yang terlihat
jelas. Tunas ini merupakan anakan potensial yang akan dijadikan bibit.
Pemotongan umbi anthurium yang berisi tunas dilakukan pada saat tanaman sudah
cukup besar dan tua. Saat memotong, hindari memotong umbi anthurium yang
sedang berbunga dan bertunas. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi kegagalan
pembentukan daun dan bunga serta menghindari kondisi stres pada tanaman. Jika
ukuran umbi besar dan panjang, pemotongan dapat dilakukan menjadi tiga bagian
yaitu umbi atas, tengah, dan bawah. Menurut Wagimin, satu tanaman induk
anthurium yang dipotong bisa menghasilkan 4-5 keturunan. Yang tumbuh lebih
cepat dari perbanyakan benih (Wijayani, 2013).
Pemisahan anakan anthurium umum dilakukan dalam rangka perbanyakan
tanaman. Anakan anthurium tersebut muncul di sekitar tanaman induk. Selain
bertujuan untuk memperbanyak, pemisahan anakan juga perlu dilakukan agar
perakaran tanaman induk tidak terlalu banyak dan berdesakan. Anakan yang sudah
bisa dipisah dari induknya apabila sudah memiliki minimal tiga daun dan akar
baru (Wijayani, 2013).
PerbanyakanSecaraGeneratif
Anthurium termasuk dalam famili Araceae, untuk perbanyakan anthurium
secara generatif menggunakan biji. Persilangan dilakukan untuk memperoleh
hibrida yang mempunyai sifat unggul. Anthurium mempunyai bunga jantan dan
betina yang terletak pada satu tongkol, bunga ini mempunyai masa masak yang
berbeda-beda. Bunga betina akan matang terlebih dahulu. Bunga betina yang
sudah matang ditandai dengan adanya lendir dan menandakan siap untuk dibuahi.
Sedangkan bunga jantan pada anthurium dewasa ditandai dengan adanya serbuk
sari berwarna kekuningan. Persilangan umumnya dapat dilakukan secara alami
dan buatan. Persilangan alami dibantu oleh serangga sedangkan persilangan
buatan dibantu oleh manusia (Chouteau etal., 2016).
Salah satu cara persilangan buatan adalah dengan menggunakan kuas
maupun tissue basah. Tissue basah diusapkan pada tongkol tanaman induk jantan
terpilih yang berkualitas bagus. Pollen yang diambil kemudian ditempelkan
padatongkol tanaman induk betina. Untuk megantisipasi kegagalan setelah
persilangan, anthurium ditutup menggunakan plastik atau kertas. Salah satu tolak
ukur tanaman induk yang berkualitas seperti memiliki warna yang indah, bentuk
daun sempurna, serta tidak terserang penyakit. Berhasilnya persilangan ditunjukan
melalui membesarnya tongkol menandakan terbentuk buah. Setelah kurang lebih
6 bulan, buah akan matang dengan ditandai perubahan warna menjadi merah
hingga hitam (Lie Dan Andoko., 2017).
Persilangan buatan akan berhasil bila diperhatikan faktor-faktor berikut
ini: (1) induk silangan yang akan digunakan; (2) metode dan; (3) waktu
penyilangan. Dengan melakukan seleksi tetua yang unggul sebagai induk silangan
akan diperoleh bibit yang baik dengan ke unggulan yang diturunkan dari
induknya.
Perbanyakan menggunakan biji (semai) memiliki kelemahan yakni
membutuhkan waktu cukup lama serta resiko kegagalan yang tinggi. Sebelum
menyemai hal yang harus diperhatikanadalah pemilihan buah untuk perbanyakan.
Buah yang dipilih adalah buah yang sudah tua serta hindari pemilihan buah yang
masih muda. Biji harus dipisahkan terlebih dahulu dari buah kemudian cuci dan
rendam kurang lebih selama 7 jam. Perendaman biji dilakukan dengan
menggunakan campuran pupuk organik cair dan air hangat. Hal tersebut perlu
dilakukan dengan pertimbangan keberhasilan semai biji sekitar 50% (Nurcholis
etal., 2014).

Pengendalian Hama Dan Penyakit


Anthurium memiliki toleransi yang rendah terhadap hama tanaman (OPT)
seperti hama dan penyakit. Jika ada bagian tanaman yang terserang hama maka
nilai jual anthurium akan menurun. Salah satu hama yang sering menyerang
tanaman anthurium adalah jamur Colletotrichumsp yang dapat menyebabkan
penyakit antraknosa pada daun anthurium. (Anthura, 2017).
Hama tanaman yang pertama adalah ulat, yang merupakan penyebab daun
menjadi berlubang dan bergerigi pada pinggirannya. Pengendalian hama ulat
dapat dilakukan dengan menggunakaninsektisida Thuricide yang merupakan
insektisida hayati bekerja sebagai parasit larva ulat, dengan menggunakan
Thuricide ini dirasa cukup efektif mengendalikan ulat, dosis yang digunakan yaitu
3 gram/ 14liter air (Hamidy, 2010).
Hama tanaman yang kedua adalah bekicot/siput. Hama ini juga
menyebabkan daun menjadi berlubang. Hama ini dapat dikendalikan dengan cara
manual, menurut pemilik tanaman hal ini lebih baik daripada penggunaan
pestisida.hama ini memakan daun, terutama daun yang masih muda. Siput
menyerang tanaman pada malam hari. Pengendalian dapat dilakukan dengan
mengambilnya dan membuangnya. Jika serangan cukup banyak, pengendaliannya
dilakukan dengan menyebar umpan beracun di tempat yang diperkirakan dilalui
siput(Tim Pengembang Budidaya Mutiara Air Laut, 2010).
Hama tanaman yang ketiga adalah jamur, ada berbagai jamur yang dapat
menyebabkan penyakit pada anthurium antara lain hawar daun, bercak daun,
antraknosa, daun keriting dan berbagai macam penyakit lainnya. Adanya jamur
yang tumbuh pada anthurium dikarenakan kelembapan lebih dari 80%. Untuk
mengatasinya dapat digunakan fungisida Anvil dengan dosis 3 cc /
10literair(Astuti, 2014).
Hama tanaman yang keempat adalah thrips. Hama ini menyebabkan
bercak keperakan pada batang, daun, bunga. Thrips / Dichromothrips smiti, Gejala
serangan: Timbulnya bercak-bercak berwarna abu-abu keperakan pada daun,
dapat juga menyerang pada bunga yang dapat mengakibatkan bunga tidak mekar
dengan sempurna, akhirnya gugur (Boga, 2015).
Penyakit penting pada tanaman anthurium, antara lain adalah bercak daun
dan bercak antraknosa. Bercak daun disebabkan oleh cendawan Cercospora
anthurii (Mycosphaerella anthurii Miles). Gejala serangan penyakit ini adalah
terjadinya bercak - bercak berwarna coklat dan dipusat bercak terbentuk konidium
cendawan berbentuk gada memanjang atau benang yang lentur. Penyakit bercak
antraknosa disebabkan oleh cendawan Collettotricum anthurii Del. Penyakit ini
menyerang daun, tangkai daun dan bunga. Gejala serangannya adalah muncul
bercak- bercak coklat, berlakuk, dan tidak teratur (Saputra etal., 2021).

Perawatan Tanaman AnthuriumSp


Bunga anthurium dapat tumbuh maksimal apabila dirawat dengan baik dan
benar. Perawatan tanaman bunga anthurium yang dilakukan petani di desa
Nglurah Tawangmangu terdiri dari penyiraman, pemupukan, penyiangan,
penempatan dan repotting. Penyiraman bunga Anthurium dilakukan secara rutin.
Hal ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan air tanaman anthurium yang sangat
bergantung pada cuaca. Pada musim kemarau penyiraman dilakukan 1-2 kali
sehari, sedangkan pada musim hujan penyiraman dilakukan pada saat media
tanam dalam keadaan kering. (Zein etal., 2022).

Pemupukan dilakukan dengan tujuan untuk menambah zat hara dan nutrisi
pada tanaman, agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Tanaman anthurium
tergolong tanaman yang tidak banyak membutuhkan pupuk.Pemupukan biasanya
dilakukan tiap 3 bulan sekali. Pupuk yang digunakan harus disesuaikan dengan
fase pertumbuhan tanaman. Tanaman yang masih muda atau kecil banyak
membutuhkan unsur N yang tinggi, sedangkan tanaman dewasa atau yang sudah
berbunga banyak membutuhkan unsur P dan K. Cara pemberiannya disebar
merata disekeliling tajuk tanaman sedalam 15 cm.Pupuk hijau dari kaliandra
dipercaya sangat bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman anthurium bunga.Hal ini
di dukung oleh penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh (Thana et al.,
2021) bahwasanya daun kaliandra mempunyai banyak kegunaan diantaranya
memperbaiki tanah, pupuk hijau, serta mengandung unsur nitrogen yang baik
guna pertumbuhan tanaman.

Penyiangan dilakukan jika terdapat gulma pada media tanam, hal ini
dilakukan agar semua nutrisi yang terkandung pada media tanam dapat diserap
oleh anthurium. Adanya gulma dapat menghambat pertumbuhananthurium dan
merusak estetika.
Tanaman Anthurium ditempatkan pada tempat yang semi-teduh seperti di
teras rumah, atau bisa juga dengan cara memasang paranet. Sinar matahari yang
cukup sangat diperlukan untuk pertumbuhan anthurium, khususnya anthurium
bunga, namun sinar matahari secara langsung dan terlalu banyak dapat
menghanguskan tanaman tersebut.

Repotting atau pemindahan tanaman adalah salah satu usaha yang


dilakuakan agar pertumbuhan tanaman anthurium optimal dan subur. Repotting
dilakukan jika ukuran pot sudah terlalu kecil atau tidak seimbang dengan ukuran
tanaman. Repotting dilakukan dengan cara memindahkan tanaman dan mengganti
media tumbuh. Repotting harus dilakukan dengan hati- hati agar akar pada
tanaman tidak rusak(Suwaldi, 2014) .

Panen Dan Pasca Panen


Panen
Bunga yang akan dipanen adalah bunga yang sudah mekar sempurna.
Bunga dipotong di pangkal tangkai bunga, yakni dipangkal tanaman dengan
menggunakan gunting. Waktu panen yang paling baik adalah pada pagi hari,
pukul 06.00-08.00 waktu setempat. Panen bunga juga bisa dilakukan pada sore
hari.bunga yang telah dipotong sebaiknya diperlakukan secara khusus, yaitu
pangkal tangkai bunga harus direndam di dalam air yang dicampur dengan suatu
bahan nutrisi tanaman, misalnya gula (glukosa), agar bunga tidak cepat layu.
Pasca Panen
Bunga yang telah dipotong segera dikumpulkan dalam wadah (tempat
bunga) yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing jenis bunga. Bunga
sebaiknya disimpan di tempat yang teduh dan aman, terlindung dari cipratan air
atau kotoran lainnya, sehingga bunga terhindar dari kerusakan yang dapat
menurunkan mutu bunga. Setelah dikumpulkan, bunga diangkut ke tempat
penyortiran untuk dilakukan penyortiran dan seleksi. Pada tempat penyortiran,
jika waktu penyortiran bunga masih lama, sebaiknya batang bunga direndam
terlebih dahulu dalam bak berisi air bersih agar bunga tidak cepat layu. Bunga
yang sudah dipanen diletakkan di atas meja, dipisahkan menurut jenis dan warna
bunga. Bunganya diperiksa/diperiksa satu per satu untuk melihat kondisi
bunganya,
Tingkat kemekaran bunga, keadaantangkaibunga yang meliputipanjang-
pendeknya, lurus-bengkoknya, besar-kecilnya, dan tegar-lemasnya (vigor),
sertakebersihandaunnya.Penyimpanan sementara dilakukan untuk penyimpanan
bunga dalam jangka waktu pendek (kurang dari 1 hari) bunga bisa disimpan pada
suhu ruang dengan merendam pangkal tangkainya di dalam bak berisi air bersih.
Penyimpanan untuk persediaan (stok) dilakukan untuk jangka waktu yang agak
lama bunga harus disimpan di dalam ruang penyimpanan berpendingin (cold
storage) dengan temperatur sekitar 50C dan kelembaban udara yang tinggi, sekitar
90%.
KESIMPULAN
Anthurium merupakan tanaman dari keluarga Araceae. Tanaman ini
merupakan tanaman yang selalu hijau atau tidak mempunyai masa dormansi. Di
alam, tumbuhan ini biasanya hidup secara epifit dengan menempel pada batang
pohon. Bisa juga hidup terestrial di lantai hutan. Daya tarik utama dari anthurium
adalah bentuk daunnya yang indah, unik dan bervariasi. Daun umumnya berwarna
hijau tua dengan urat dan urat yang besar dan menonjol. Hal ini membuat sosok
tanaman ini terlihat kekar namun tetap memancarkan keanggunan saat dewasa.
Tak heran jika tanaman ini mempunyai kesan mewah dan eksklusif. Secara umum
anthurium dibedakan menjadi dua yaitu jenis anthurium daun dan jenis anthurium
bunga. Daun anthurium memiliki daya tarik tersendiri, terutama dari bentuk
daunnya yang khusus. Sedangkan bunga anthurium lebih menunjukkan
keanekaragaman bunga, baik hibrida maupun spesies. Biasanya bunga anthurium
jenis ini digunakan untuk bunga potong.
DAFTAR PUSTAKA
Anthura (2017). Pot Anthurium Cultivation Guidelines. Bureau IMAC Bleiswijk
B.V. Netherlands. 10h.
Astuti (2014). Kaya dari bisnis tanaman hias. AgroMedia Pustaka. Jakarta.
BadanPusatStatistik. (2017). Produksi Tanaman Florikultura (Hias) Krisan
(Tangkai). https://www.bps.go.id. Diakses tanggal 5 Mei 2017.
BadanPusatStatistik (2022). ProduksiTanamanFlorikultura (Hias)
(2022).Indonesia. URL: https://www.bps.go.id/indicator/55/64/1/p
roduksi-tanaman-florikultura-hias-.html.
Boga, A. K. (2015). Potensi pengembangan Agribisnis bunga Anggrek di Kota
Batu Jawa Timur. 2, 19–30.
Budhiprawira S, Saraswati D. (2016). Anthurium. Jakarta: PenebarSwadaya.
Chouteau, M., Barabé, D., & Gibernau, M. (2016). A Comparative Study of
Inflorescence Characters And Pollen- Ovule Ratios Among The
Genera Philodendron And Anthurium (Araceae). International Journal
of Plant Sciences, 167(4), 817-829. URL:
https://www.journals.uchicago.edu/doi/ab s/10.1086/504925.
Hamidy, I. (2010). Budidaya Anthurium Bunga Potong Sp. Skripsi. Universitas
Sebelas Maret. URL: https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/15 431 .
Lie, D. S., & Andoko, A. (2017). Kunci Sukses Memperbanyak Anthurium Daun.
AgroMedia.
Maretni, Suci. Dkk. 2017 Jenis-Jenis Tumbuhan Talas (Araceae) di Kecamatan
Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya. Pontianak. Program Studi Biologi,
Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura. (KubuRaya:
UniversitasTanjungpura).
Martasari, C., Sugiyatno, A., Yusuf, H. M., & Rahayu, D. L. (2019). Pendekatan
Fenetik Taksonomi dalam Identifikasi Kekerabatan Spesies
Anthurium. Jurnal Hortikultura. 19: 155-163.
Nurcholis, Hariyadi& A. Kurniawati. (2014). Pertumbuhan Bibit Panili Pada
Beberapa Komposisi Media Tanam dan Frekuensi Aplikasi Pupuk
Daun. Bul. Littro, Vol. 25 (1): 11-20.
Purba, D. W., et.al . (2020). Pengantar Ilmu Pertanian. YayasanKitaMenulis.
Saputra, A.C., Parhusip, J., & Yusuf, H. (2021). Rancang Bangun Sistem
Pendeteksian Penyakit Tanaman Anthurium Dengan Metode Variable-
Centered Intellegent Rule System (VCIRS). Journal of Information
Technology and Computer Science, 1(1): 39-46. DOI:
10.47111/jointecoms.v1i1.2542.
Suwaldi, I. (2014). Budidaya Tanaman Hias Anthurium Hookeri. Skripsi.
Universitas Sebelas Maret. URL:
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/99 02.
Thana, D. P., Haryati, B., & Lina, T. T. (2021). Pengaruh Pemberian Bokashi
Daun Kaliandra dan Dosis Dolomit Terhadap Tanaman Terong Ungu
(Solanum melongena L. ) Varietas Laguna F1. Jurnal IlmiahAgrosaint,
12(2013), 1–13.
Tim PengembangBudidaya Mutiara Air Laut. (2010). Budidaya Anthurium Daun
di Lahan. Sumber Belajar. URL:
https://sumberbelajar.belajar.kemdikbud.go.id/sumberbelajar/tampil/B
udidaya-Anthurium-Daun-di-Lahan--2010/ (Accessed on September
18, 2021).
Warnita, N., & Akhir, Vina (2017). Growth Response of Two Varieties
Chrysanthemum (Chrysanthemum sp.) on Some Media Composition.
International Journal on Advanced Science, Engineering and
Information Technology, 7(3), 928-935. DOI:
10.18517/ijaseit.7.3.1775.
Wijayani, A. (2017). Anthurium Tanaman Daun Eksotik. Kanisius.
URL:https://onesearch.id/Record/IOS4680.JATIM000000000040865.
Zein, D. R., Hamami, F., &Mulyana, T. (2022).
PengembanganSistemPenyiramanOtomatisTanaman Anthurium
Berbasis IoT. Journal of Information System Research (JOSH), 4(1),
103-110.

Anda mungkin juga menyukai