Anda di halaman 1dari 14

BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA TANAMAN HIAS

ANTHURIUM ( Anthurium spp )

PAPER

OLEH :
HUMBANG RAY GERMANY SILABAN
210301024
AGRONOMI-1

TANAMAN HORTIKULTURA TANAMAN HIAS


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNVIVERSITAS SUMATERA UTARA
2023
Sejarah Tanaman Anthurium
Nama anthurium berasal dari bahasa Yunani yaitu ”anthos” (bunga) dan
“oura” (ekor). Sebutan bunga ekor itu tepat untuk anthurium sebab bunganya
menyerupai ekor tertutup seludang berbentuk jantung. Meskipun bukan tanaman
asli Indonesia, tetapi anthurium cukup populer di antara tanaman hias daun lain. Di
tahun 1984, Anthurium jenmanii cukup populer, bahkan pamornya sekelas dengan
philodendron. Anthurium “kuping gajah” juga disukai masyarakat karena bentuk
daun besar, seperti kuping gajah. Namun, trennya meredup tergeser oleh
aglaonema(Suwaldi, 2009).
Daerah asal Anthurium diduga dari Benua Amerika yang beriklim tropis,
khususnya di Peru, Kolombia dan negara Amerika Latin lainnya. Tanaman ini juga
ditemukan secara alami di daerah Amerika Tengah serta di kawasan Guyana. Walau
begitu, Anthurium saat ini telah tersebar hingga ke daerah yang beriklim sub tropis.
Di daerah yang beriklim sub tropis ini, Anthurium juga bisa tumbuh dengan baik
yang menyebabkan tanaman ini menjadi cukup populer di negara barat. Di negara
Indonesia, jenis Anthurium yang pertama kali dikenal luas adalah Anthurium
crystallinum atau yang lebih dikenal dengan nama tanaman kuping gajah. Tanaman
ini telah ada di pulau Jawa sejak masa kerajaan, dimana kuping gajah dikenal
sebagai salah satu penghias di istana para raja. Bentuk daunnya yang unik, seperti
telinga gajah yang berukuran besar menjadi daya tarik dari tanaman
ini (Gueadi ,2021).
Botani Tanaman Anthurium
Dalam sistematikanya (taksonomi) tumbuhan, tanaman Anthuriu hookeri
mempunyai klasifikasi sebagai berikut
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Arecales
Famili : Araceae
Genus : Anthurium
Species : Anthurium hookeri
Morfologi Anthurium
Menurut Martasari et al. (2009), karakteristik umum pada tanaman
Anthurium yaitu memiliki perawakan herba, batang tumbuh di atas tanah, memiliki
bukubuku, filotaksis daun terserak, berdaun tunggal, secara umum warna tangkai
daun hijau, terdapat sendi, warna permukaan helaian daun bagian bawah hijau
pucat, dan pertulangan daun memata jala. Anthurium memiliki perbungaan aksilar
yang tak terbatas, jenis bunga tongkol (spadix), susunan bunga spirositik, memiliki
braktea berupa seludang bunga (spathae), dan tidak memiliki brakteola.
Karakteristik bunga seperti dijelaskan oleh Mayo et al. (1997) dalam Chouteau et
al. (2006), yaitu bunga berbentuk segi empat, bunga duduk, memiliki 4 buah tepal,
4 buah tangkai sari (stamen), dan satu buah putik (pistillum) (Falah et al., 2014).
Tanaman Anthurium berakar serabut, berbentuk bulat kecil dan
panjang, mempunyai akar tunjang yang tumbuh dari pangkal batang serta
menembus tanah pada kedalaman 40 – 60 cm. Jumlah akar Anthurium sangatlah
banyak, berwarna putih atau krem sampai coklat dan menyebar ke segala arah.
AKarnya tumbuh atau melekat pada batang / bonggol yang akan membentuk bola
serabut. Di samping akar ini, Anthurium membentuk akar dari ketiak daun atau
disebut dengan akar udara (Cahya et al., 2023).
Batang tanaman Anthurium biasanya tidak terlihat secara langsung
karena sebagian besar berada terbenam atau tertutup di dalam media tanam. Batang
ini memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu bersifat lunak dan basah
(herbaceous) serta memiliki sejumlah bonggol kecil di mana tangkai daun melekat.
Ketika tanaman Anthurium mencapai tahap dewasa, batangnya akan mulai tumbuh
akar dan membesar. Batang yang telah membesar ini kemudian dikenal sebagai
bonggol. Terkadang, dari bonggol ini, akan muncul anakan atau tunas baru, yang
dapat digunakan sebagai cara untuk memperbanyak tanaman secara vegetatif,
dengan sifat yang mirip dengan tanaman induknya(Lestiana, 2015).
Daun pada tanaman Anthurium menampilkan beragam bentuk dan
ukuran yang khas, yang bervariasi antara spesies-spesiesnya. Beberapa di antaranya
berbentuk jantung (heart-shaped), bundar, lonjong, lancip, dan memanjang. Daun
ini terhubung dengan tangkai daun (petiole) yang lancip dan memanjang.
Permukaan daun bagian atas biasanya memiliki karakteristik licin dan mengkilap.
Ujung pangkal daun cenderung lancip dan runcing, sementara pangkal daun
seringkali memiliki ciri yang lebih tumpul atau melekuk ke bagian dalam daun.
Daun Anthurium umumnya tumbuh secara tunggal, dan memiliki karakteristik tebal
dan kaku. Mereka memiliki struktur berpelepah dan umumnya berwarna hijau.
Tekstur daunnya dapat sangat beragam, termasuk yang halus dan rata, keriput,
berkelok-kelok, hingga keriting. Ukuran daun Anthurium bervariasi, dengan
beberapa spesies yang memiliki daun berukuran besar, mencapai panjang sekitar 30
cm dan lebar sekitar 15 cm. Morfologi daun yang unik ini merupakan salah satu
daya tarik utama tanaman Anthurium dalam konteks hortikultura dan tamanan
hias (Hanik & Faoji, 2021)
Bunga pada tanaman Anthurium memiliki ciri unik dalam hal
reproduksi. Mereka bersifat berumah satu, artinya dalam satu bunga terdapat sel
kelamin betina dan sel kelamin jantan. Bunga Anthurium memiliki bentuk seperti
tongkol dengan warna yang cenderung kecoklatan. Struktur bunga Anthurium
terdiri dari tiga bagian utama, yaitu spathe, spadik, dan tangkai bunga (peduncle),
yang semuanya membentuk satu kesatuan dan memberikan bunga ini julukan
"bunga ekor."Salah satu aspek paling menarik dari Anthurium adalah spathe, yang
sebenarnya merupakan modifikasi dari daun. Spathe ini memiliki variasi yang kaya
dalam hal warna, ukuran, bentuk, dan pola urat. Warna-warna bunga Anthurium
bervariasi, termasuk merah, orange, merah muda, merah kekuningan, putih, serta
berbagai warna lain dengan corak dan intensitas yang berbeda. Spadik juga
memiliki variasi dalam bentuk dan panjangnya, dengan beberapa yang
menggulung, semi menggulung, atau tumbuh lurus tergantung pada sudut yang
terbentuk pada dasar spathe. Ujung spadik bisa tumpul atau meruncing, dan saat
spathe mekar, warna spadik dapat berubah, mencakup warna pink kemerahan, ungu,
dan kekuningan. Setelah pembuahan terjadi pada bunga Anthurium, warna spadik
akan berubah menjadi hijau.Putik dan tepung sari bunga Anthurium terletak pada
tongkol. Mereka memiliki waktu masak yang tidak bersamaan (dichogamous),
dengan putik biasanya matang lebih awal daripada tepung sari. Oleh karena itu,
pembuahan jarang terjadi jika hanya ada satu tanaman Anthurium yang tumbuh
dalam satu lokasi ( Henri dan Chen, 2016).
Syarat Tumbuh Anthurium
Ketinggian tempat dan suhu lingkungan.Tanaman Anthurium dapat
tumbuh baik pada ketinggian 300-1400 m dpl, sedangkan suhu yang ideal berkisar
antara 18-31° C. Terutama di tempat dengan perbedaan suhu antara malam dan
siang hari tidak terlalu tajam (siang hari 24-28° C dan malam hari 18-21° C),
mampu merangsang peningkatan produksi klorofil sehingga warna daun senantiasa
tampak lebih hijau, Tanaman Anthurium membutuhkan pH 5,5-7, pertumbuhan
optimal dapat dicapai terutama pada pH 7. Hal ini berpengaruh nyata pada
peningkatan peranan akar dalam menyerap nutrisi (unsur hara) yang
tersedia(Muayyana et al., 2016)
Sangat cocok hidup di tempat semi naungan, artinya masih tetap
mendapatkan sinar matahari meskipun tidak langsung (berkisar 30- 50%). Untuk
tempat di dataran rendah dapat menggunakan paranet/shading net berukuran 65%,
sedangkan bagi dataran sedang dapat menggunakan yang berukuran 30-50%.
Lingkungan yang optimal adalah dengan kelembaban berkisar 60-80%. Jika terlalu
kering, akan menyebabkan kelayuan pada daun, sedangkan bila terlalu lembab
maka mudah sekali tumbuh jamur terutama pada media tanamnya. Sebaiknya
gunakan alat untuk mengukur kelembaban (Julhendri et al., 2013).
Media tanam yang cocok untuk tanaman Anthurium adalah media
tanam yang memiliki struktur porous sehingga dapat membuang kelebihan air
secara cepat dan mampu mensuplai unsur hara. Memiliki derajat keasaman (pH)
tanah antara 5,6 - 6,5. Media yang porous membuat sirkulasi udara dan aliran air
lancar. Sementara media yang kurang porous menyebabkan tanaman menjadi
rentan cendawan. Selain penggunaan media tanam yang tepat, pemberian pupuk
yang tepat juga dapat memperbaiki pertumbuhan anthurium, namun pengaplikasian
pupuk pada tanaman harus dilakukan secara tepat. Menurut Yuliarti (2007),
pemupukan pada anthurium yang terlalu sedikit mengakibatkan gangguan
pertumbuhan baik pada daun, akar, maupun bunga. Anthurium akan keracunan jika
pemupukannya berlebihan, karena daun akan menguning, dan mengecil sehingga
keindahannya berkurang (Muayyana et al., 2016).
Buidaya Tanaman Anthurium
Perbanyakan Tanaman
Perbanyakakn anthurium dapat di lakukan baik secara generatif
maupun vegetatif. Perbanyakan generatif adalah pengembangan tanaman melalui
perkwinan atau penyerbukan. Sedangkan perbanyakan secara vegetatif adalah
pengembangan tanaman di luar perkawinan penyerbukan, misalnya dengan cara
stek, cangkok atau pemisahan anakan.
1. Perbanyakan secara generatif
Perbanyakan secara generatif atau penyerbukan pada dasarnya adalah
mempertemukan serbuk sari yang merupakan organ kelamin jantan dengan putik
yang merupakan organ kelamin betina pada tanaman. Penyerbukan akan berhasil
jika kedua organ kelamin tanaman yang di pertemukan dalam keadaan sama-sama
matang. Jika salah satu organ kelamin belum matang, penyerbukan tidakakan
berhasil. Perbanyakan anthurium secara generatif lebih disukai para hobiis
maupun pemilik nurseri karena dengan cara ini dihasilkan ratusan tanaman muda.
Besarnya jumlah tanaman muda yang dihasilkan karena dalam sebuah tongkol
atau spadiks hasil penyerbukan bisa berisi 500-1000 biji. Dengan tingkat
kegagalan perkecambahan hanya 15% dari 1000 biji akan dihasilkan 850 tanaman
muda. Namun, cara ini juga mengandung kelemahan, yaitu pertumbuhan tanaman
lambat karena secara alamiah perkembangan tanaman asal biji memang bersifat
lambat.
2. Perbanyakan Secara vegetatif
Perbanyakan secara vegetatif adalah semua tekhnik perbanyakan
tanaman di luar penyerbukan. Keuntungan perbanyakan secara vegetatif adalah
tanaman baru tumbuh lebih cepat karena pada dasarnya tanaman tersebut
memang telah dewasa. Pada anthurium tanaman muda hasil perbanyakan secara
vegetatif, menghasilkan tanaman yang sama dengan induknya. Kelemahannya,
tanaman muda yang dihasilkan jumlahnya hanya sedikit maksimum hanya empat
buah dalam sekali perbanyakan. Meski banyak teknik perbanyakan vegetatif yang
telah di kembangkan, tetapi untuk anthurium hanya ada dua teknik yang bisa di
terapkan, yaitu pemisahan anakan dan stek.
Penyemaian Biji
Kematangan buah sangat mempengaruhi kecepatan perkecambahan.
Ketika buah sudah benar-benar matang, bijinya sudah bisa berkecambah mencapai
85-90% dan berkecambah dalam waktu dua minggu bibit Pada saat yang sama,
buah-buahan mentah, selain tingkat perkecambahan Benih yang dangkal baru dapat
berkecambah 3-4 minggu setelah tanam. Karena Gunakan buah yang matang
dengan benar. Buah yang matang dapat diidentifikasi warna Buah anthurium yang
sudah matang kemudian diperas untuk diambil bijinya dipisahkan dari ampasnya
dan setelah dicuci sampai lendirnya hilang, bijinya dapat disemai pada media tanam
yang telah disiapkan. Beberapa jenis Cara yang digunakan untuk menabur
anthurium adalah sebagai berikut: pakis cincang, arang, kelapa, pasir halus, humus
bambu, humus eceng gondok atau lumut spagbnum. Jika menggunakan pakis
cincang, Ukuran pakisnya panjang 1-2 cm dari pangkalnya dan pakisnya licin
Panjang bagian atas 0,5 cm. Jika menggunakan pakis cincang, komposisi cangkang
kerang dan cocopeat 3:1:1, sphagnum moss Ia juga dikenal cukup baik untuk
penyemaian anthurium (Witjaksono, 2014).
Pengolahan lahan dan Penanaman
Pengolahan tanah anthurium bunga potong dilakukan satu kali, yaitu
pada waktu awal penanaman. Tanah yang dicangkul dicampur dengan pupuk
kandang 1.250 kg/500m2. Tanah dibentuk bedengan- bendengan dengan tinggi ? 50
cm, dan sekelilingnya merupakan selokan untuk mengalirkan air. Kemudian
bedengan tadi tanahnya di tutup dengan campuran sekam mentah dan daun pinus
kering dengan perbandingan 1 : 1. Media tanam tersebut cukup untuk digunakan
sebagai pupuk dasar tanaman anthurium. Anthurium adalah tanaman yang mudah
pemeliharaannya. Dalam penanamannya anthurium langsung dapat di tanam di
lahan apabila lahan sudah siap. Dalam penanaman yang penting adalah akar harus
tertutup media tanam. Pada awal penanaman tidak perlu tambahan pupuk anorganik
cukup dengan pemberian pupuk dasar yaitu kompos atau pupuk kandang. Karena
perakaran anthurium sangat besar dan panjang, maka jarak tanam harus,
diperhatikan yakni 15 cm x 15 cm. Kebun penanaman harus dalam kondisi yang
bersih, karena lingkungan yang kotor dapat menjadi inang hama/penyakit, dan
dapat menjadi pesaing tanaman utama dalam penyerapan unsur hara. Daun-daun
anthurium yang Gambar 22. Pemisahan anakan antherium sudah tua, kuning-kunig
atau terserang penyakit dan membuang lumut hijau yang tumbuh diatas media
tanam. Untuk tanaman anthurium pot, penempatan pot-potnya diletakan tidak
terlalu berdekatan, karena jika letaknya berdekatan daun-daunnya akan saling
menutupi dan menjadi lingkungan terlalu lembab. 3). Penggantian Media
Penggantian dilakukan 6 bulan - 1 tah (Muayyana et al., 2016).
Perawatan Tanaman
Penyiraman
Seperti halnya pada tanaman lain, air merupakan unsur penting untuk
pembentukan akar, cabang, daun dan bunga. Namun dalam soal air, bagi Anthurium
bisa dibilang, “malu-malu tapi mau”. Tepatnya, dia membutuhkan media tanam
yang lembab namun tidak memiliki kandungan air yang berlebih. Penyiraman
hanya dilakukan bila media telah kering. Media yang becek tergenang air, tidak
bersahabat bagi tanaman ini. Kebanyakan air siraman, bisa membuat anthurium
celaka, karena akar anthurium membusuk (Zein et al., 2022).
Pemupukan
Pemupukan pada setiap tanaman adalah bagian yang sangat penting.
Media tanam yang akan digunakan untuk penanaman anthurium adalah media yang
remah, sehingga pemupukan sebaiknya dilakukan lewat saluran irigasi atau di
siramkan dengan dosis yang rendah dengan aplikasi penyiraman 1 minggu satu kali
dengan konsentrasi 0.1-0.2% (1-2 g per liter air) dengan pupuk NPK lengkap dan
di tambah pupuk mikro 1-3 gram per liter dengan cara disemprotkan melalui daun
dengan aplikasi penyemprotan 1 minggu satu kali atau bisa diberikan pupuk secara
langsung dengan cara disebar, ditugal 1-5 gram/tanaman dengan pupuk NPK (15-
15-15) dan disesuaikan dengan umur tanaman (Wirayuda & Koesriharti, 2020).
Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama
Aphid adalah serangga kecil berbentuk seperti buah pir dengan variasi
warna mulai dari hijau muda hingga cokelat gelap. Serangga yang menghisap cairan
daun ini mengakibatkan pertumbuhan daun terhambat dan cenderung mengeriting.
Aphid juga menghasilkan cairan manis seperti madu yang akhirnya berubah
menjadi jelaga diatas permukaan daun. Jelaga tersebut selain mengurangi
keindahan daun juga mengganggu metabolisme jaringan tanaman. Secara umum
serangan aphid mengakibatkan anthurium tumbuh kerdil. Aphid dapat dikendalikan
dengan menggunakan insektisida yang bersifat Contact killing dan nervous
disturbing. (Hanik & Faoji, 2021).
Kutu kapas menyebabkan munculnya bintik-bintik putih pada batang
dan daun, yang merupakan tanda serangan hama yang juga disebut Mealybugs.
Penanganannya dapat dilakukan secara mekanis atau dengan penggunaan bahan
kimia. Spider Mite, di sisi lain, mengakibatkan daun mengubah warnanya menjadi
kuning dan munculnya bercak-bercak akibat serangan tungau. Untuk
mengendalikannya, digunakan Akarisida.Thrips adalah hama yang membuat daun-
daun muda gagal berkembang dan menjadi kering. Pengendaliannya melibatkan
penggunaan insektisida. Ulat dapat mengakibatkan daun-daun anthurium
berlubang, mengurangi keindahannya. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan
metode manual, seperti mengambil ulat dengan jepitan dan memusnahkannya.
Namun, jika serangan ulat parah dan meluas, bisa diperlukan penggunaan
insektisida (Hanik & Faoji, 2021).
Penyakit
Bacterial Stemp Rot disebabkan bakteri Erwina carotopora adalah biang
keladi penyakit ini dengan gejala serangan daun dan tangkai mengalami kerusakan,
yaitu berlendir dan berwarna coklat lama-lama daun dan tangkai tersebut akan
hancur seperti bubur dan mengeluarkan aroma tidak sedap. Cara pengendalian
disemprot dengan bakterisida. Antraknosa Penyakit ini disebabkan oleh jamur
Colletotrichum gloesporioides yang mula-mula menyerang seludang bunga dengan
gejala munculnya bercak coklat. Pada lingkungan dengan kelembaban tinggi,
bercak tersebut semakin meluas. Cara pengendaliannya bisa di semprot dengan
fungisida Aliette atau Benlate (Khulillah et al., 2020).
Bercak Daun dan Busuk Akar bercak daun dengan busuk akar dijadikan
satu karena penyebabnya sama, yaitu jamur Phytophtora parasitica. Gejala
munculnya penyakit tersebut adalah tanaman terlihat mengalami gangguan
pertumbuhan, seperti pada seludang bunga muncul luka-luka berair Pengendalian
penyakit ini dilakukan dengan cara membuang bagian yang
terserang (Saputra et al., 2021).
Bercak kuning (hawar bakteri).Penyakit bercak kuning (hawar bakteri)
.momok menakutkan bagi para petani tanaman anthurium. Penyakit ini disebabkan
oleh bakteri Xanthomonas axonopodis . Gejalanya dimulai dari timbulnya noktah
kecil berwarna kuning pada daun yang semakin lama semakin lebar dan menutup
permukaan daun, dan akhirnya tanaman tersebut mati. Penularannya melalui bibit
sakit, kontak akar dan air siraman. Pencegahan dengan memisahkan tanaman yang
sakit dari yang sehat, polibag/pot tanaman tidak bersinggungan akarnya.
Pengendalinya bisa dicoba dengan menyemprotkan bakterisida (David, 2015).

Panen Dan Pasca Panen


Produk utama tanaman anthurium adalah bunga potongnya atau bunga
pot. Dalam 1 tahun produksi tanaman anthurium dapat menghasilkan 8-12 tangkai
bunga / tanaman, bunga dipanen setelah bunga mekar penuh dengan ciri-ciri
spadiknya berubah warna 45%-55% dan dipanen pada pagi hari atau sore hari
dengan cara memotong dengan alat gunting stek atau pisau cutter yang bersih,
kemudian di seleksi atau dikelas-kelaskan sesuai ukuran panjang tangkai dan di
kelompokan warnanya kemudian dikemas dan siap dikirim atau di pasarkan sesuai
dengan permintaan pasar
Produk utama tanaman anthurium bunga adalah “bunga potong”. Ciri-
ciri bunga anthurium siap dipanen sebagai bunga potong adalah berumur 55 – 110
hari setelah keluar tunas bunga, dan seludang bunga telah mekar penuh. Meskipun
demikian umur panen bunga athurium disesuaikan dengan kebutuhan atau
permintaan pasar. Bunga yang masih melekat pada tanaman dapat dipertahankan
kesegarannya selama 15 – 25 hari, sedangkan setelah dipetik sebagai bunga potong
dapat bertahan segar 10 – 15 hari. Cara panen bunga anthurium adalah dengan
memotong atau memangkas pangkal tangkai bunga terpilih. Alat bantu pemanen
berupa gunting atau pisau tajam yang bersih (steril). Bidang potong pangkal tangkai
bunga dibuat miring atau rata. Panjang tangkai minimum bunga potong anthurium
adalah 50 cm. Waktu panen yang paling baik adalah pagi dan sore hari, yakni pada
saat suhu udara tidak terlalu panas dan sinar matahari tidak terlalu terik. Anthurium
yang ditanam melalui top setek akan lebih cepat
berbunga, yaitu setahun setelah ditanam, tergantung pada besar kecilnya setek yang
ditanam. Bunga anthurium dipotong setelah seludangnya tampak terbuka penuh dan
dapat bertahan selama 10 hari (Henny et al., 2019).
Pasca panen anthurium, perawatan yang baik sangat penting untuk
mempertahankan kualitas bunga dan memastikan daya tahan serta keindahannya.
Langkah awal yang penting adalah membersihkan bunga secara hati-hati untuk
menghilangkan debu dan kotoran yang mungkin menempel. Setelah itu, anthurium
dapat ditempatkan dalam vas air bersih dengan sedikit pupuk untuk mendukung
kelangsungan hidupnya. Selain itu, menjaga suhu dan kelembaban udara yang
sesuai juga penting untuk menjaga keindahan bunga ini pasca panen. Selama
penyimpanan dan pengangkutan, perlu dilakukan dengan hati-hati untuk
menghindari kerusakan fisik pada bunga. Semua tindakan perawatan ini membantu
memastikan bahwa anthurium tetap segar dan menawan setelah
panen (Witjaksono, 2014).
KESIMPULAN
1. Anthurium merupakan tanaman hias yang dibudidayakan sebagai tanaman
pot maupun bunga potong
2. Perbanyakan tanaman hias anthurium dapat dilakukan segara generatif dan
vegetatif, generatif dengan biji dan vegetatif dengan tunas, kultur jaringan
dan anakan.
3. Anthurium memiliki perakaran serabut, batang herbaceous dan bonggol
pada bagian bawah, daun dan bunga beragam berdasarkan spesies
4. Budidaya tanaman Anthurium mencakup pembibitan, pengolahan laha dan
penanaman, penyiraman, penyiangan dan pemupukan seta panen dan
pascapanen.
DAFTAR PUSTAKA
Cahya, C. A., Dinanti, D., & Supriyatna, A. (2023). Inventarisasi Tanaman Dengan
Famili Araceae Di Villa Oemah Kajoe. Jurnal Ilmu Pertanian Dan
Perkebunan, 5(2), 62–71.

David. (2015). Diagnosa Penyakit Dan Identifikasi Jenis Tanaman Daun Anthurium
Menggunakan Sistem Pakar. Seminar Nasional Informatika, 1(1), 55–60.

Falah, M., Widodo, P., & Hidayah, H. A. (2014). ANALISIS TAKSOMETRI


Anthurium S CHOTT ( ARACEAE ). Scripta Biologica, 1(1), 102–112.

Gueadi. (2021). Tanaman Anthurium. Jenis.Net. https://jenis.net/tanaman-


anthurium/

Hanik, N. R., & Faoji, R. (2021). Identification of Pests and Diseases on Anthurium
Plants (Anthurium andraeanum) in Sewu Kembang Tourism Village,
Karanganyar. Jurnal Biologi Tropis, 21(3), 993–1002.
https://doi.org/10.29303/jbt.v21i3.2973

Henny, R. J., Chen, J., & Mellich, T. A. (2019). Tropical Foliage Plant
Development: Breeding Techniques for Aglaonema and Dieffenbachia.
IFAS Extension, 09(5). https://doi.org/10.32473/edis-ep382-2009

Julhendri, Hercules, & Fathurrahman. (2013). Aklimatisasi Tanaman Anthurium


(Anthurium sp) Dengan Berbagai Media Tumbuh dan Pupuk Daun
Growquick. Jurnal Dinamika Pertanian, 28(1), 103–112.

Khulillah, I. N., Sastrahidayat, I. R., & Sektiono, A. W. (2020). ISOLASI DAN UJI
ANTAGONIS JAMUR FILOPLEN TERHADAP ANTRAKNOSA (
Colletotrichum sp.) PADA TANAMAN ANTHURIUM BUNGA (
Anthurium andraeanum ). Jurnal HPT, 8(1), 16–21.

Lestiana, A. (2015). Pertumbuhan Biji Anthurium Secara In Vitro Pada Media


alternatif Pupuk Daun Dan Lama Pencahayaan Yang Berbeda. In Naskah
Publikasi (Vol. 15, Issue 1). Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Muayyana, S., Suhadi, I., & Marhani. (2016). Pengaruh Media Tanam Terhadap
Pertumbuhan Bunga. Jurnal Pertanian Ter, 1(2), 1–23.

Saputra, A. C., Parhusip, J., & Hidayat, Y. (2021). Rancang Bangun Sistem
Pendeteksian Penyakit Tanaman Anthurium Dengan Metode Variable-
Centered Intellegent Rule System (VCIRS). Journal of Information
Technology and Computer Science, 1(1), 39–46.
https://doi.org/10.47111/jointecoms.v1i1.2542

Suwaldi, I. (2009). Budidaya Tanaman Hias Anthurium hookeri. UNS-F. Pertanian


Jur. Agribisnis Hortikultura Dan Arsitektur Pertamanan, 66.
Wirayuda, B., & Koesriharti. (2020). PENGARUH PEMBERIAN PUPUK
ANORGANIK DAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN
HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS ( Zea mays Saccharata Sturt ). Jurnal
Produksi Tanaman, 8(2), 202.

Witjaksono. (2014). Perbanyakan Massal Anthurium daun (Anthurium sp) asal biji
dengan Teknologi In Vitro. Jurnal Biologi Indonesia, 8(2), 367–379.

Zein, D. R., Hamami, F., & Mulyana, T. (2022). Pengembangan Sistem Penyiraman
Otomatis Tanaman Anthurium Berbasis IoT. Journal of Information System
Research (JOSH), 4(1), 103–110. https://doi.org/10.47065/josh.v4i1.2301

Anda mungkin juga menyukai