Anda di halaman 1dari 14

PENETAPAN KONSISTENSI TANAH

Oleh:

Amin Haris Sihombing

210301031

AET-1

PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH


PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
Judul Praktikum Penetapan Konsistensi Tanah
Tanggal Praktikum Dimulai 11 Maret 2022
Tanggal Praktikum Selesai 12 Maret 2022
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pengolahan tanah yang tepat sangat membantu keberhasilan
penanaman yang diusahakan. Pengolahan tanah untuk media
pertumbuhan dan perkembangan tanaman sebaiknya dilakukan
pada keadaan air yang tepat, yaitu tidak terlalu kering dan tidak
terlalu basah. Hal ini dimaksudkan agar tidak merusak struktur
tanah.
Konsistensi mempengaruhi kemampuan tanaman
memanjangkan akarnya, serta mempengaruhi jumlah oksigen dan
air dalam tanah yang merupakan kebutuhan esensial
pertumbuhan tanaman. Melihat begitu eratnya hubungan antara
konsistensi tanah dengan keberhasilan penanaman yang
diusahakan, maka sangat diperlukan untuk mengetahui
bagaimana konsistensi tanah pada lahan yang akan diolah.
Konsistensi tanah menunjukkan daya kohesi butir-butir tanah
atau gaya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Konsistensi
tanah merupakan salah satu sifat fisika tanah yang
menggambarkan ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya
atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya
kohesi dan adhesi dengan berbagai kelembaban tanah. Tanah
yang mempunyai konsistensi baik pada umumnya mudah diolah
atau tidak melekat pada pengolahan tanah.
Penetapan konsistensi tanah dilakukan 2 cara yaitu secara
kualitatif dan secara kuantitatif. Prinsip penetapan secara
kualitatif adalah penentuan ketahanan massa tanah terhadap
remasan, tekanan atau pijitan tangan pada berbagai kadar air
tanah. Penetapan konsistensi tanah secara kualitatif sering di
istilahkan sebagai penentuan angka Atterbeg karena Atterbeg
adalah pelopor penetapan batas-batas konsistensi tanah yang
dinyatakan dengan angka kandungan pada batas cair dan batas
plastis (lekat) suatu tanah.
Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga
kondisi, yaitu: basah, lembab, dan kering. Konsistensi basah
merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air
tanah di atas kapasitas lapang (field cappacity). Konsistensi
lembab merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi
kadar air tanah sekitar kapasitas lapang. Konsistensi kering
merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air
tanah kering udara.

1.2 Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan
konsistensi suatu tanah.
2. TINJAUAN PUSTAKA Tanah yang memiliki konsistensi yang baik umumnya mudah
di olah dan tidak melekat terhadap alat pengelola tanah. Oleh
karena itu tanah dapat di temukan dalam keadaan lembab, basah,
atau kering maka penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan
dengan keadaan tanah tersebut. (Buckman, Harry, 2015).
Konsistensi tanah juga mempunyai hubungan dengan tekstur
tanah. Tanah pasir biasanya tak lekat, tak liat dan lepas.
Sebaliknya tanah lempung berat berkonsistensi sangat liat, sangat
teguh, dan keras. Tanah geluh di antara kedua sifat konsistensi
yang ekstrim itu (Darmawijaya, 1997).
Sifat konsistensi tanah pada kandungan air yang berbeda-
beda adalah konsistensi basah (kelekatan dan keliatan),
konsistensi lembap, dan konsistensi kering. Kelekatan (stickness)
artinya tanah dapat melekat atau menempel pada benda-benda
yang mengenainya. Beberapa macam kelekatan yaitu tidak
melekat, sedikit melekat, lekat, dan sangat lekat. Liat (plasticity)
artinya tanah mudah diubah-ubah bentuknya. Beberapa macam
keliatan yaitu non-plastic, slighly plastic, plastic, very plastic.
Konsistensi lembap merupakan tanah yang gembur. Beberapa
macam konsistensi lembap yaitu lepas, sangat gembur, gembur,
teguh, sangat teguh, dan ektrem teguh. Konsistensi kering
merupakan tanah yang keras. Beberapa macam konsistensi kering
yaitu lepas, lunak, sedikit keras, keras, sangat keras, dan ekstrem
keras (Hakim et al., 1996).
Konsistensi tanah penting untuk menentukan cara pengolahan
tanah yangbaik, juga penting untuk menentukan penetrasi akar
tanaman di dalam tanah dankemampuan tanah menyimpan
lengas. Dalam keadaan lembab tanah dibedakankedalam
konsistensi gembur (mudah diolah) sampai yang teguh (Agak
sulit dicangkul) (Hardjowiegeno, 2006).
Tanah memiliki daya konsistensi yang baik, pada umumnya
mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah.
Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam 3 kondisi
yaitu basah, lembab, dan kering. Konsistensi tanah basah
merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air
diatas kapasitas lapang. Konsistensi pada kondisi lembab
merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi air tanah
sekitar kapasitas lapang. Dan konsistensi tanah kering yang
merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air
kering angina (Hardjowigeno, 2014).
Menurut Nurhidayati, 2006. Malang hal:56 Tanah pada
kondisi basah, konsistensi tanah dibedakan berdasarkan tingkat
plastisitas dan tingkat kelekatan. Tingkatan plastisitas ditetapkan
dari tingkatan sangat plastis, plastis, agak plastis, dan tidak plastis
(kaku). Tingkatan kelekatan ditetapkan dari tidak lekat, agak
lekat, lekat, dan sangat lekat. Pada kondisi lembab, konsistensi
tanah dibedakan ke dalam tingkat kegemburan sampai dengan
tingkat keteguhannya. Konsistensi lembab dinilai mulai dari:
lepas, sangat gembur, gembur, teguh, sangat teguh, dan ekstrim
teguh. Konsistensi tanah gembur berarti tanah tersebut mudah
diolah, sedangkan konsistensi tanah teguh berarti tanah tersebut
agak sulit dicangkul. Pada kondisi kering, konsistensi tanah
dibedakan berdasarkan tingkat kekerasan tanah. Konsistensi
kering dinilai dalam rentang lunak sampai keras, yaitu meliputi:
lepas, lunak, agak keras, keras, sangat keras, dan ekstrim keras.
Konsistensi tanah dapat ditentukan secara kualitatif dan
kuantitatif. Secara kualitatif dilakukan dengan cara memijat dan
memirit-mirit atau membuat bulatan atau pun gulungan tanah.
Sedangkan secara kuantitatif dilakukan dengan penentuan angka
atterberg (Nurhidayati, 2006).
Konsistensi tanah adalah suatu sifat tanah yang menunjukkan
derajat kohesi dan adhesi diantara partikel – parkikel tanah dan
ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk yang
disebabkan oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang
mempengarui bentuk tanah (Anonymous, 2010).
Konsistensi tanah menunjukan integrasi antara kekuatan daya
kohesi butir-butir tanah (agregat tanah) dengan daya adhesi tanah
dengan benda lain ( Rawls dan Pachepsky, 2002).
Menurut Hardjowigeno (1987) hal:31 bahwa tanah-tanah
yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan
tidak melekat pada alat pengolah tanah. Penetapan konsistensi
tanah dapat dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu: basah, lembab,
dan kering.
Konsistensi yang besar yaitu pada keadaan paling kering yang
disebabkan oleh adanya gaya kohesi. Konsistensi sedang pada
waktu keadaan lembab karena adanya gaya adhesi. Konsistensi
rendah/sangat rendah apabila keadaan basah, sangat basah atau
jenuh air (Syarief, S. 1994).
Pada kondisi basah, konsistensi tanah dibedakan berdasarkan
tingkat plastisitas dan tingkat kelekatan. Tingkatan plastisitas
ditetapkan dari tingkatan sangat plastis, plastis, agak plastis, dan
tidak plastis (kaku). Tingkatan kelekatan ditetapkan dari tidak
lekat, agak lekat, lekat, dan sangat lekat(Rayes,2000).
Cara penetapan konsistensi untuk kondisi lembab dan kering
ditentukan dengan meremas segumpal tanah. Apabila gumpalan
tersebut mudah hancur, maka tanah dinyatakan berkonsistensi
gembur untuk kondisi lembab atau lunak untuk kondisi kering.
Apabila gumpalan tanah sukar hancur dengan cara remasan
tersebut maka tanah dinyatakan berkonsistensi teguh untuk
kondisi lembab atau keras untuk kondisi kering (Tan,1991)
3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Bahan Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanah
sebagai objek dan air sebagai bahan kedua untuk membantu
praktikum ini

3.2 Alat Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah parang
atau cangkul yang berguna untuk mengambil sampel tanah,
kemudian buku dan pulpen untuk mencatat data dari hasil
praktikum ini.

3.3 Prosedur Kerja Penetapan konsistensi dilakukan berdasarkan kandungan air


tanahnya yaitu dalam keadaan basah, lembab, atau kering.
a. Konsistensi dalam keadaan basah (kadar air > kapasitas
lapang), meiputi sifat kelekatan dan plastisitas.
• Kelekatan (stickness)

Derajat Ciri-ciri
Tidak lekat Tidak ada tanah tertinggal di jari
Agak
(Tlk) lekat Tanah melekat pada kedua jari sewaktu
(Alk) ditekan, tetapi jari-jari agak bersih sewaktu
dilepas
Lekat (Lk) Tanah melekat pada kedua jaridan lebih
mudah memanjang dari pada lepas dari jari
sewaktu dilepas
Sangat lekat Sukar lepas dari kedua belah jari
(Slk) lepas dari jari
• Plastisitas
Tidak plastis Tak dapat membentuk kawat, massa tanah
mudah berubah bentuk
Plastis (Pl) Dapat berbentuk kawat, dibutuhkan sedikit
tenaga untuk merusaknya
Sangat plastis Dapat membentuk kawat dan dibutuhkan
(Spl) banyak tenaga untuk mengubah bentuk ini

bentuk ini
b. Konsistensi dalam keadaan lembab (antara titik layu
permanen dan kapasitas lapang). Ditentukan dengan cara
meremas tanah dengan telapak tangan.

Derajat Ciri- ciri


Lepas (Lp) Butir-butir tanah terlepas satu dengan
yang lainnya tidak terikat, melekat bila
ditahan

Sangat Dengan sedikit tekanan mudah bercerai,


gembut (Sgb) bila digenggam mudah bergumpal, melekat
bila ditekan

Gembur (Gb) Bila ditekan dapat bercerai, digenggam


massa tanah bergumpal, melekat bila
ditekan

Teguh (Tg) Massa tanah tahan terhadap remasan, hancur


dengan tekanan besar
Sangat teguh Massa tanah tahan terhadap remasan, tidak
(Stg) mudah berubah bentuk

c. Konsistensi dalam keadaan kering (kadar air < titik layu


permanen). Ditentukan dengan meremas / menekan massa
tanah dengan telapak tangan.

Derajat Ciri-ciri
Lepas (Lp) Butir-butir terlepas satu dengan lainnya
Lembut(Lb) Dengan sedikit tekanan antara jari,
tanah mudah bercerai menjadi butir,
kohesi kecil
Agak keras (Akr) Agak tahan terhadap tekanan, massa
tanah rapuh
Keras (Kr) Tahan terhadap tekanan, massa tanah
dapat dipatahkan dengan tangan (bukan
dengan jari)
Sangat keras Tahan terhadap tekanan, massa tanah
(Skr) sukar dipatahkan dengan tangan
4. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil 1. Hasil konsistensi tanah keadaan basah
⚫ Kelekatan (stickness)
Perlakuan Hasil Nilai Konsistensi

Tidak lekat (Tlk)

Ditekan dengan
jari

⚫ Plastisitas
Perlakuan Hasil Nilai Konsistensi

Plastis (Pl)

Digulung dengan
telapak tangan
2. Hasil konsistensi tanah keadaan lembab
Perlakuan Hasil Nilai Konsistensi

Gembur (Gb)

Diremas dengan
telapak tangan

3. Hasil konsistensi tanah dalam keadaan kering


Perlakuan Hasil Nilai Konsistensi

Agak keras (Akr)

Diremas dengan
telapak tangan

4.2 Pembahasan Pada praktikum kali ini, penentuan konsistensi tanah terdapat
dua metode yaitu metode secara kuantitatif dan secara kualitatif.
Pada praktikum konsistensi tanah ini penentuan konsistensi tanah
memakai metode secara kualitatif. Penentuan konsistensi tanah
secara kualitatif dipakai pada praktikum ini lantaran cara
penentuan yang sederhana dan tidak susah, tidak tergantung
terhadap alat dan alat yang dipakai sangat sederhana.
Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga
kondisi, yaitu: basah, lembab, dan kering. Konsistensi basah
merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air
tanah di atas kapasitas lapang (field cappacity). Konsistensi
lembab merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi
kadar air tanah sekitar kapasitas lapang. Konsistensi kering
merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air
tanah kering udara.
Pada sampel tanah dalam keadaan basah tingkat Kelekatan
(stickness) mempunyai derajat Tidak lekat (Tlk) dan memiliki
ciri-ciri tidak ada tanah tertinggal di jari. Pada tingkat plastisitas
tanah dalam keadaan basah mempunyai derajat Plastis (Pl)
dengan ciri-ciri dapat membentuk kawat, massa tanah mudah
berubah bentuk.
Pada sampel tanah dalam keadaan lembab, sampel
mempunyai derajat Gembur (Gb) dengan ciri-ciri bila ditekan
dapat bercerai, digenggam massa tanah menggumpal dan melekat
bila ditekan. Pada sampel ini memerlukan air untuk membasahi
sedikit agar dapat dibedakan dengan sampel tanah kering.
Pada sampel tanah dalam keadaan kering tanah yang diambil
harus diupayakan sekering mungkin agar berbeda dengan tanah
lembab. Pada praktikum ini tanah kering yang digunakan adalah
tanah kering yang telah dijemur dibawah sinar matahari. Sampel
tanah dalam keadaan kering mempunyai derajat Agak keras (Akr)
dengan ciri-ciri agak tahan terhadap tekanan dan bila ditekan
massa tanah akan rapuh.
5. KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1 Kesimpulan 1. Kesimpulan dari hasil percobaan praktikum konsistensi tanah
adalah bahwa penentuan konsistensi tanah terdapat dua metode
yaitu metode secara kuantitatif dan secara kualitatif.
2. Pada praktikum ini metode yang digunakan adalah metode
kualitatif karena metode ini sangat sederhana dan tidak susah,
tidak tergantung terhadap alat dan alat yang dipakai sangat
sederhana.
3. Penetapan konsistensi tanah dapat dilakukan dalam tiga
kondisi, yaitu: basah, lembab, dan kering.
4. Pada sampel tanah dalam keadaan basah tingkat Kelekatan
(stickness) mempunyai derajat Tidak lekat (Tlk) dan memiliki
ciri-ciri tidak ada tanah tertinggal di jari.
5. Pada sampel tanah dalam keadaan lembab, sampel mempunyai
derajat Gembur (Gb) dengan ciri-ciri bila ditekan dapat bercerai,
digenggam massa tanah menggumpal dan melekat bila ditekan.
6. Sampel tanah dalam keadaan kering mempunyai derajat Agak
keras (Akr) dengan ciri-ciri agak tahan terhadap tekanan dan bila
ditekan massa tanah akan rapuh.

5.2 Saran Adapun saran dalam praktikum konsistensi tanah ini adalah
agar praktikan lebih bersungguh-sungguh dalam mengikuti
praktikum serta asisten dosen lebih mendetail dalam menjelaskan
praktikum kepada praktikan.
6. DAFTAR PUSTAKA Agus, Cahyono. 2015. Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah Hutan.
Fakultas Kehutanan. Yogyakarta
Anonim. 20013. Penuntun Praktikum DDIT. Bengkulu : Fakultas
Pertanian Universitas Bengkulu.
Hakim, Nurhayati, M. Yusuf Nyakpa, A. M. Lubis, Sutopo Ghani
Nugroho, M. Amin Diha, Go Ban Hong, H. H. Bailey.
1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung,
Bandar Lampung.
Hasibuan, B. A. 2006. Ilmu Tanah. Universitas Sumatra Utara,
Fakultas Pertanian. Medan.
Kurnia, undang, Fahmuddin Agus, Abdurachman Adimihardja,
Ai Dariah. 2006. Sifat Fisik Tanah dan Metode
Analisisnya. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian.
Notohadiprawiro, T. 1999. Tanah dan Lingkungan. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Nurhidayati, 2006. Penuntun Praktikum Dasar – Dasar Ilmu
Tanah. Fakultas Pertanian – Unisma. Malang.
Rahayu, A., Sri R., dan Mochtar L. 2014. Karakteristik Dan
Klasifikasi Tanah Pada Lahan Kering Dan Lahan Yang
Disawahkan Di Kecamatan Perak Kabupaten Jombang .
Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan 1(2): 81.
Sumihar, Hutapea. 2018. Penuntun Praktikum Dasar-dasar Ilmu
tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Medan Area.
Syekhfani. 2010. Hubungan Hara Tanah Air dan Tanaman.
Dasar-Dasar Pengelolaan Tanah Subur Berkelanjutan.
PMN its Press, Malang
Tolaka, Wiliam, Wardah Rahmawati. 2013. Sifat Fisik Tanah
Pada Hutan Primer, Agroforestri dan Kebun Kakao di
Subdas Wera Saluopa Desa Leboni Kecamatan Pamona
Puselemba Kabupaten Poso. Jurnal Warta Rimba. Vol. 1.

Anda mungkin juga menyukai