Oleh :
1. Aisyah Puspitasari (H0219002)
2. Ana Rohmatus Sa’dyah (H0219008)
3. Dianita Puspaningrum (H0219025)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis panjatkan yang atas berkat
limpahan karunia dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah
Edapologi mengenai Hubungan Konsistensi Tanah dengan Air yang merupakan tugas
untuk melengkapi mata kuliah Edapologi di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa, atas segala Rahman dan Rahim-Nya kepada kita
semua.
2. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
3. Dosen Pengampu mata kuliah Edapologi.
4. Ibu dan Bapak kami yang tercinta yang tak pernah henti berdoa dan memberi
dukungan.
5. Teman-teman yang telah bekerja sama dengan baik dalam melakukan
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kesalahan yang terdapat dalam makalah ini,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis
dan umumnya bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 3
A. Pengertian Konsistensi Tanah ................................................................................ 3
B. Hubungan dan Pengaruh Konsistensi Tanah dengan Kadar Air (Kelembaban) .... 4
C. Macam – Macam Konsistensi Tanah ..................................................................... 5
D. Cara Penentuan Konsistensi Tanah di Lapangan ................................................... 5
E. Penggolongan Konsistensi Tanah Menurut Atterberg ........................................... 6
1. Batas cair ( Liquid Limit, LL ) ........................................................................... 7
2. Batas Plastis ( Plastic Limit, PL ) ....................................................................... 8
3. Batas Susut ( Shrinkage Limit, SL ) ................................................................... 9
4. Indeks plastisitas ( Plasticity Index, PI ) ............................................................ 9
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 10
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 10
B. Saran .................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Batas – Batas Atterberg ..................................................................... 7
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsistensi tanah menunjukkan derajat kohesi dan adhesi diantara
partikel-partikel tanah. Hal ini ditunjukkan oleh ketahanan massa tanah terhadap
perubahan bentuk yang diakibatkan oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang
mempengaruhi bentuk tanah. Menurut Imam et al (2017), kedudukan fisik tanah
berbutir halus pada kadar air tertentu disebut konsistensi. Tanah-tanah yang
mempunyai konsistensi yang baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat
pada alat pengolah tanah. Tanah dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basah,
atau kering maka penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan
keadaaan tanah tersebut.
Konsistensi tanah dapat ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Secara kualitatif dilakukan dengan cara memijat dan memirit atau membuat
bulatan atau gulungan. Prinsip dari metode secara kualitatif adalah penentuan
ketahanan masa tanah terhadap tekanan diantara ujung telunjuk dengan ibu jari
atau ujung ibu jari dengan pangkal telapak tangan. Penetapan secara kualitatif ini
dengan melihat tingkat kekerasan pada kondisi kering dan tingkat kelekatan dan
keliatan pada kondisi basah. Sedangkan secara kuantitatif dilakukan dengan cara
penentuan angka Atterberg.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi konsistensi tanah?
2. Bagaimanan hubungan dan pengaruh konsistensi tanah dengan kadar air?
3. Apa saja macam konsistensi tanah pada berbagai kelembaban?
4. Bagaimana cara penentuan konsistensi tanah di lapangan?
5. Bagaimana penggolongan konsistensi tanah menurut Atterberg?
1
2
C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu konsistensi tanah.
2. Mengetahui hubungan konsistensi tanah dan kadar air (lengas).
3. Mengetahui macam konsistensi tanah.
4. Mengetahui cara penentuan konsistensi tanah di lapangan.
5. Mengetahui penggolongan konsistensi tanah menurut Atterberg.
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
Konsistensi suatu tanah itu sangat penting karena apabila lahan pertanian
diketahui konsistensi tanahnya akan mudah diolah dan perlakuan terhadap tanah
pertanian bisa sesuai dan mendapatkan hasil pertanian bisa sesuai dan
mendapatkan hasil pertanian yang maksimal. Pada kondisi kering, konsistensi
tanah diukur berdasarkan tingkat kekerasannya, yakni tanah yang lepas, lunak,
agak keras, keras, sangat keras atau keras sekali.
Kekerasan ini berkaitan erat dengan kandungan liat tanah. Pada tanah
lembab, konsistensi tanah diukur berdasarkan tingkat kepadatannya, yakni tanah
6
yang lepas, sangat remah, remah, padat, sangat padat atau padat sekali.
Penentuan konsistensi tanah di lapangan dapat diamati dalam 3 keadaan yaitu :
a. Konsistensi tanah basah dilakukan dengan cara memijit antara ibu jari dan
telunjuk.
b. Konsistensi tanah lembab dilakukan dengan menggenggam segumpal tanah
lembab lalu diberikan tekanan antara ibu jari dengan telapak tangan
c. Konsistensi tanah kering dilakukan dengan mengambil contoh tanah kering
kemudian dipatahkan dengan tangan.
E. Penggolongan Konsistensi Tanah Menurut Atterberg
mengikat air, dan dapat dengan mudah meloloskan air, sehingga pasir dapat
digunakan sebagai pengendali sifat plastis tanah tersebut.
Cara menentukan batas cair merupakan dengan mengunakan alat batas
cair. Tanah yang telah dicampur dengan air ditaruh dalam cawan dan
didalamnya dibuat alur dengan memekai alat spatula (grooving tool). Bentuk
alur ini sebelumnya dan sesudag percobaan. Engkol alat diputar sehingga cawan
dinaikkan dan dijatukan pada dasar, dan banyaknya pukulan dihitung sampai
kedua tepi alur tersebut berimpit. Batas cair merupakan kadar air tanah dimana
diperlukan 25 pukulan untuk maksud ini. Biasanya percobaan dilakukan
terhadap beberapa contoh dengan kadar air yang berbeda, dan banyaknya
pukulan dihitung untuk masing-masing kadar air. Dengan demikian dapat dibuat
suatu grafik kadar airr terhadap banyaknya pukulan. Dari grafik ini dapat dibaca
kadar air pada 25 pukulan. Detail pengujian dapat mengacu pada
SNI 03-1967-9190; metode pengajuan batas cair dengan alat Cassagrade.
2. Batas Plastis ( Plastic Limit, PL )
Batas Plastis merupakan keadaan dimana keadaan air pada kedudukan
antara daerah plastis dan semi plastis , yaitu presentase kadar air pada saat tanah
mulai retak. Menurut Rama et al. (2018), Batas Plastis (PL) adalah kadar air
dimana suatu tanah berubah dari keadaan plastis ke keadaan semi solid. Batas
plastis disebut juga sebagai batas gulung. Batas plastis atau batas gulung
merupakan kadar lengas yang memungkinkan tanah digulung – gulungkan
menjadi batangan hingga memiliki kadar air yang rendah di mana tanah tidak
dapat digulung lagi. Batas gulung dipengaruhi oleh tekstur tanah, dimana
semakin halus suatu tekstur tanah seperti yang dikemukakan oleh Sinaga et al.
(2014), tekstur tanah merupakan perbandingan relatif dari tiga fraksi tanah, yaitu
pasir, debu dan liat yang dinyatakan dalam persen. Tanah bertekstur liat akan
mudah digulung menjadi benang/ulir tipis pada kadar air tertentu tanpa menjadi
hancur. Contoh tanah dengan diameter 3 mm mulai retak-retak ketika digulung.
Pada keadaan ini tanah lempung berubah warnanya.
9
10
11
B. Saran