Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH

(PENETAPAN KONSISTENSI TANAH)

Dosen pengampu:
Prof (Riset). Dr. Ir. Suyamto, MP.

Disusun oleh:
NAMA : BERLIANTI MUSTIKA P.
NPM : 21801032064
KELAS : AGRIBISNIS 3E
KELOMPOK : 4 CAMPURAN

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengolahan tanah yang tepat sangat membantu keberhasilan penanaman
yang diusahakan. Pengolahan tanah untuk media pertumbuhan dan perkembangan
tanaman sebaiknya dilakukan pada keadaan air yang tepat, yaitu tidak terlalu
kering dan tidak terlalu basah. Hal ini dimaksudkan agar tidak merusak struktur
tanah.
Konsistensi adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan
ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang
menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik antar partikel) dan adhesi
(tarik menarik antara partikel dan air) dengan berbagai kelembaban tanah.
Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan
tidak melekat pada alat pengolah tanah. Penetapan konsistensi tanah dapat
dilakukan dalam tiga kondisi, yaitu: basah, lembab, dan kering. Konsistensi basah
merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah di atas
kapasitas lapang (field cappacity). Konsistensi lembab merupakan penetapan
konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang.
Konsistensi kering merupakan penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air
tanah kering udara.
Penetapan konsistensi tanah dilakukan 2 cara yaitu secara kualitatif dan
secara kuantitatif. Prinsip penetapan secara kualitatif adalah penentuan ketahanan
massa tanah terhadap remasan, tekanan atau pijitan tangan pada berbagai kadar air
tanah. Penetapan konsistensi tanah secara kualitatif serimg diistilahkan sebagai
penentuan angka Atterbeg, karena Atterbeg adalah pelopor penetapan batas-batas
konsistensi tanah yang dinyatakan dengan angka kandungan pada batas cair dan
batas plastis (lekat) suatu tanah.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi konsistensi tanah.
2. Untuk mengetahui macam–macam konsistensi tanah.
3. Untuk mengetahui metode pengukuran konsistensi tanah.
4. Untuk megetahui faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Konsistensi tanah menunjukkan derajat kohesi dan adhesi antara partikel-


partikel tanah. Hal ini ditunjukkan oleh ketahanan massa tanah terhadap
perubahan bentuk yang diakibatkan oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang
mempengaruhi bentuk tanah. Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi yang baik
umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh karena
itu tanah dapat ditemukan dalam keadaan basah, lembab dan kering maka
penetapan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut.
Konsistensi tanah dapat ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara
kualitatif dilakukan dengan cara memijat dan memirit atau membuat bulatan atau
gulungan. Sedangkan secara kuantitatif dilakukan dengan cara penentuan angka
Atterberg (Nurhidayati, 2006).
Konsistensi tanah didefinisikan sebagai kekuatan dan gaya kohesif alami
tanah serta resistansi tanah terhadap disintegrasi mekanik, deformasi dan
pemecahan (rupture) struktur tanah. Faktor utama yang mempengaruhi
konsistensi tanah adalah tekstur tanah terutama kandungan lempungnya dan
kondisi kelengasan tanah atau kadar air tanah (kering, lembab, basah). Konsistensi
tanah penting untuk menentukan cara dalam tanah dan juga penting bagi penetrasi
akar tanaman di lapisan bawah dan kemampuan tanah menyimpan lengas
(Mawardi, 2011).
Dalam penentuan konsistensi tanah terdapat dua cara yaitu di lapangan dan
laboratorium dengan pendekatan angka-anga Atterberg. Konsistensi basah dapat
diamati saat tanah berada diatas kapasitas lapangan atau dalam keadaan basah.
Pengamatan dilakukan dengan menentukan kelekatan (kelekatan bahan tanah saat
ditekan antara jari dan telunjuk) dan plastisitas (bahan tanah diubah bentuknya
seperti sosis atau cacing). Konsistensi lembab dapat diamati pada saat kondisi
kandungan lengas kurang lebih antara kering angin dan kapasitas lapangan.
Penentuan konsistensi lembab dilakuakn dengan cara memecahkan agregat
(bongkah) dalam keadaan kering angin menggunakan ibu jari dan telunjuk atau
menggunakan tangan. Jenis tanah tertentu mempunyai konsistensi yang tidak sulit
atau sesua dengan kriteria sehingga pengamat harus mengamati konsistensi
berbeda (Sutanto, 2005).
Konsistensi tanah di laboratorium dapat diukur berdasarkan angka-anga
Atterberg. Angka – angka Atterberg adalah persentase berat kandungan air (lengas
tanah) saat terjadinya perubahan konsistensi tanah secara nyata. Batas konsistensi
tanah dari kondisi kering ke kondisi basah yaitu: Batas Cair (BC), batas gulung
(BG), batas lekat (BL), dan batas berubah warna (BBW). Dari angka-angka
Atterberg tersebut dapat ditentukan Jangka Olah (JO), indeks plastisitas (IP),
Persediaan air masimum (PAM), dan surplus.
BC merupakan kadar lengas pada saat tanah mulai mengalir bebas tanpa
tekanan atau jumlah air terbanyak yang dapat ditahan oleh tanah. BL adalah
kadar lengas pada saat tanah basah tidak mengalir pada alat logam atau kadar air
dimana tanah mulai tidak dapat melekat lagi pada benda lain. BG merupakan
kadar lengas tanah pada saat tanah mulai dapat dibentuk atau kadar air dimana
gulungannya tidak dapat lagi digolek-golekkan. BBW merupakan kadar lengas
pada saat tanah mulai mengering dan tidak dapat menyediakan lengas untuk
tanaman (Handayani, Suci. 2008 dan Agus, Cahyono. 2008).
Beberapa faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah:
 Tekstur tanah
Tekstur tanah yang kasar daya plastisnya akan rendah karena pada tanah
yang teksturnya kasar sedikit mengandung liat sehingga menyebabkan daya
plastisitasnya rendah, begitu pula sebaliknya.
 Kadar air tanah
Bila kadar air tanah tinggi, campuran tanah dan air akan menjadikan tanah
lembek seperti cairan sehingga mempengaruhi batas cair dan batas plastisnya.
 Jenis liat
Ada banyak jenis liat, perbedaan kandungan jenis liat akan berpengaruh
pada daya lekat tanah tersebut dalam keadaan kering, lembab maupun basah.
 Kandungan bahan organik
Kandungan bahan organik mempengaruhi daya serap tanah akan air, apabila
kandungan bahan organiknya sedikit maka kemampuan tanah untuk menyimpan
air juga menjadi rendah begitu juga sebaliknya sehingga hal ini juga berpengaruh
pada konsistensi tanah karena sebagaimana dijelaskan diatas, bahwa kandungan
air tanah juga mempengaruhi konsistensi tanah.
Macam-macam konsistensi tanah:
A. Konsistensi Basah
1. Tingkat Kelekatan, yaitu menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi antara
butir-butir tanah dengan benda lain, ini dibagi 4 kategori:
(1) Tidak Lekat (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak melekat pada jari tangan atau
benda lain.
(2) Agak Lekat (Nilai 1): yaitu dicirikan sedikit melekat pada jari tangan atau
benda lain.
(3) Lekat (Nilai 2): yaitu dicirikan melekat pada jari tangan atau benda lain.
(4) Sangat Lekat (Nilai 3): yaitu dicirikan sangat melekat pada jari tangan atau
benda lain.
2. Tingkat Plastisitas, yaitu menunjukkan kemampuan tanah membentuk
gulungan, ini dibagi 4 kategori berikut:
(1) Tidak Plastis (Nilai 0): yaitu dicirikan tidak dapat membentuk gulungan
tanah.
(2) Agak Plastis (Nilai 1): yaitu dicirikan hanya dapat dibentuk gulungan tanah
kurang dari 1 cm.
(3) Plastis (Nilai 2): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari
1 cm dan diperlukan sedikit tekanan untuk merusak gulungan tersebut.
(4) Sangat Plastis (Nilai 3): yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah
lebih dari 1 cm dan diperlukan tekanan besar untuk merusak gulungan tersebut.
B. Konsistensi Lembab
Pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi dibagi 6
kategori sebagai berikut:
(1)   Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan tanah tidak melekat satu sama lain atau
antar butir tanah mudah terpisah (contoh: tanah bertekstur pasir).
(2)   Sangat Gembur (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah sekali
hancur bila diremas.
(3)   Gembur (Nilai 2): yaitu dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat
meremas dapat menghancurkan gumpalan tanah.
(4)   Teguh / Kokoh (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan agak
kuat saat meremas tanah tersebut agar dapat menghancurkan gumpalan tanah.
(5) Sangat Teguh / Sangat Kokoh (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan
diperlukannya tekanan berkali-kali saat meremas tanah agar dapat
menghancurkan gumpalan tanah tersebut
(6) Sangat Teguh Sekali / Luar Biasa Kokoh (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan
tidak hancurnya gumpalan tanah meskipun sudah ditekan berkali-kali saat
meremas tanah dan bahkan diperlukan alat bantu agar dapat menghancurkan
gumpalan tanah tersebut
C. Konsistensi Kering
Penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara ini
dibagi 6 kategori sebagai berikut:
(1) Lepas (Nilai 0): yaitu dicirikan butir-butir tanah mudah dipisah-pisah atau
tanah tidak melekat satu sama lain (misalnya tanah bertekstur pasir).
(2) Lunak (Nilai 1): yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah hancur bila diremas
atau tanah berkohesi lemah dan rapuh, sehingga jika ditekan sedikit saja akan
mudah hancur.
(3) Agak Keras (Nilai 2): yaitu dicirikan gumpalan tanah baru akan hancur jika
diberi tekanan pada remasan atau jika hanya mendapat tekanan jari-jari tangan
saja belum mampu menghancurkan gumpalan tanah.
(4) Keras (Nilai 3): yaitu dicirikan dengan makin susah untuk menekan
gumpalan tanah dan makin sulitnya gumpalan untuk hancur atau makin
diperlukannya tekanan yang lebih kuat untuk dapat menghancurkan gumpalan
tanah.
(5) Sangat Keras (Nilai 4): yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan yang
lebih kuat lagi untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan
tanah makin sangat sulit ditekan dan sangat sulit untuk hancur.
(6) Sangat Keras Sekali / Luar Biasa Keras (Nilai 5): yaitu dicirikan dengan
diperlukannya tekanan yang sangat besar sekali agar dapat menghancurkan
gumpalan tanah atau gumpalan tanah baru bisa hancur dengan menggunakan
alat bantu (pemukul).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksana
Praktikum ini dilakukan pada pukul 16:00 WIB pada hari Selasa tanggal 29
Oktober 2019. Yang bertempat di Laboratorium Terapan Fakultas Pertanian
Universitas Islam Malang.

3.2 Alat dan Bahan


Alat: Bahan:
1. Atterberg 1. Contoh tanah biasa
2. Plat lempeng kaca 2. Air
3. Timbangan elektrik
4. Oven
5. Kaleng oven
6. Mortal dan alu
7. Sendok
8. Tissue
9. Label
10. Baskom
11. Piring kecil
12. Saringan

3.3 Cara Kerja


A. Menentukan batas cair
1. Melakukan uji kuantitatif (penetapan batas cair), pengujian menggunakan
alat Atterberg. Pertama-tama mencampur tanah dan air sampai
memebentuk seperti lumpur dan bisa dibentuk.
2. Menempelkan tanah pada lempeng alat Atterberg dan meratakannya.
3. Membuat alur pada tengah-tengah alat. Setelah itu mulai mengetuk-
ngetuknya sampai tanah yang ada dipinggir-pinggir jatuh pada alur yang
dibuat.
4. Melakukan hal tersebut sampai tiga ulangan/kondisi yaitu basah, lembab,
kering. Dengan mengubah-ubah banyaknya air yang dicampurkan dan
banyaknya tanah yang dicampurkan.
5. Mengambil sempel tanah di lempeng alat dan memasukkannya pada
kaleng. Lalu menimbang dan mengovennya selama 24 jam.
6. Mengeluarkan semua sampel tanah yang telah dioven selama 24 jam, lalu
menimbang beratnya.
7. Membuat grafik antara jumlah ketukan (sumbu X) dan kadar air (sumbu
Y), kemudian mencari kadar air tanah pada ketukan sebanyak 25 kali.
Kadar air pada ketukan 25 kali menunjukkan batas cair dari sampel tanah.
8. Mengambil data hasil pengukuran tersebut.

B. Menentukan indeks plastis


1. Menimbang kaleng sebanyak 6 buah.
2. Menghaluskan tanah agar didapat partikel tanah yang halus.
3. Melakukan uji konsistensi tanah secara kuantitatif (batas plastis), dengan
mencampur tanah dan air pada piring kecil. Pengujian dilakukan pada tiga
kondisi yaitu basah, lembab, dan kering, kemudian memijat dan
membentuk tanah yang sudah bercampur dengan air.
4. Membentuk tanah, dengan bentuk bulat dan lonjong. Setelah itu,
meletakkan pada kaleng yang tersedia.
5. Menimbang beratnya kemudian mengoven tanah tersebut selama 24 jam.
Setelah 24 jam mengeluarkan sampel dan menimbang beratnya.
6. Mengambil data hasil penimbangan tersebut.
7. Menghitung Indeks Plastisitas dengan rumus:
IPIP
= BC – BP
= BC - BP

 BC = A + BX

B =
∑ x2 (
∑ xy ∑ x . ∑ y

n )
2 (∑ x )2
∑x −
n

A = ( ∑ny )−( B ( ∑n x ) )
ΣKA % Massa
 BP =
n

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1 (Hasil Pengamatan Penetapan Batas Cair)
No. ∑ ∑ Ketukan Berat BTso + BTko +
BTso BTko KA%
Kaleng Ketukan Sebenarnya Kaleng kaleng kaleng massa
1 6 3,66 gr 25,66 gr 17,82 gr 22 gr 14,16 gr 55,37 %
1-10
2 8 3,72 gr 18,05 gr 12,92 gr 14,33 gr 9,2 gr 55,76 %
3 13 3,50 gr 17,76 gr 12,77 gr 14,26 gr 9,27 gr 53,83 %
11-20
4 15 3,77 gr 21,88 gr 15,67 gr 18,11 gr 11,9 gr 52,18 %
5 21 3,45 gr 18,17 gr 13,28 gr 14,72 gr 9,83 gr 49,75 %
21-30
6 28 2,33 gr 17,11 gr 12,33 gr 14,78 gr 10 gr 47,80 %
7 33 2,80 gr 24,70 gr 17,56 gr 21,9 gr 14,76 gr 48,37 %
31-40
8 40 2,87 gr 22,57 gr 16,32 gr 19,7 gr 13,45 gr 46,47 %
9 48 2,86 gr 20,88 gr 20,10 gr 18,02 gr 17,24 gr 49,77 %
41-50
10 50 3,56 gr 28,68 gr 15,48 gr 25,12 gr 11,92 gr 45,30 %

Perhitungan:
 Menghitung BTso
Rumus: BTso = (BTso + BK) – BK
1. BTso = (25,66) - 3,66 = 22,00 gr 6. BTso = (17,11) – 2,33 = 14,78 gr
2. BTso = (18,05) - 3,72 = 14,33 gr 7. BTso = (24,70) – 2,80 = 21,90 gr
3. BTso = (17,76) - 3,50 = 14,26 gr 8. BTso = (22,57) – 2,87 = 19,70 gr
4. BTso = (21,88) - 3,77 = 18,11 gr 9. BTso = (28,68) – 2,86 = 25,82 gr
5. BTso = (18,17) - 3,45 = 14,72 gr 10. BTso = (20,88) – 3,56 = 17,32 gr
 Menghitung BTko
Rumus: BTko = (BTko + BK) – BK
1. BTko = (17,82) – 3,66 = 14,16 gr 6. BTko = (12,33) – 2,33 = 10 gr
2. BTko = (12,92) – 3,72 = 9,20 gr 7. BTko = (17,56) – 2,80 = 14,76 gr
3. BTko = (14,26) – 3,50 = 9,27 gr 8. BTko = (16,32) – 2,87 = 13,45 gr
4. BTko = (18,11) – 3,77 = 11,90 gr 9. BTko = (20,10) – 2,86 = 17,24 gr
5. BTko = (13,28) – 3,45 = 9,83 g 10. BTko = (17,32) – 3,56 = 11,92 g

 Menghitung KA% Massa


BTso−BTko
Rumus KA% Massa: x 100%
BTko
22−14,16 7,84
1. KA% Massa = x 100% = x 100%
14,16 14,16
= 55,37 %
14,33−9,20 5,13
2. KA% Massa = x 100% = x 100% = 55,76 %
9,20 9,20
14,26−9,27 4,99
3. KA% Massa = x 100% = x 100%
9,27 9,27
= 53,83 %
18,11−11,90 6,21
4. KA% Massa = x 100% = x 100%
11,90 11,90
= 52,18 %
14,72−9,83 4,89
5. KA% Massa = x 100% = x 100%
9,83 9,83
= 49,75 %
14,78−10 4,78
6. KA% Massa = x 100% = x 100% = 47,80 %
10 10
21,90−14,76 7,14
7. KA% Massa = x 100% = x 100%
14,76 14,76
= 48,37 %
19,70−13,45 6,25
8. KA% Massa = x 100% = x 100%
13,45 13,45
= 46,47 %
25,82−17,24 8,58
9. KA% Massa = x 100% = x 100%
17,24 17,24
= 49,77 %
17,31−11,92 5,40
10. KA% Massa = x 100% = x 100% = 45,30 %
11,92 11,92
Jumlah KA% Massa = 504,6 %

Tabel 2 (Hasil Pengamatan)


No. ∑ Ketukan
KA% massa (Y) XY X2 Y2
kaleng Sebenarnya (X)
1 6 55,37 % 332,22 36 3065,84 %
2 8 55,76 % 446,08 64 3109,18 %
3 13 53,83 % 699,79 169 2897,67 %
4 15 52,18 % 782,7 225 2722,75 %
5 21 49,75 % 1044,75 441 2475,06 %
6 28 47,80 % 1338,4 784 2284,84 %
7 33 48,37 % 1596,21 1089 2339,66 %
8 40 46,47 % 1858,8 1600 2159,46 %
9 48 49,77 % 2388,96 2304 2477,05 %
10 50 45,30 % 2265 2500 2052,09 %
∑ 262 504,6 % 12752,91 9212 25583,6%

Perhitungan:
 Menghitung KA% Massa
BTso−BTko
Rumus KA% Massa: x 100%
BTko
22−14,16 7,84
1. KA% Massa = x 100% = x 100%
14,16 14,16
= 55,37 %
14,33−9,20 5,13
2. KA% Massa = x 100% = x 100%
9,20 9,20
= 55,76 %
14,26−9,27 4,99
3. KA% Massa = x 100% = x 100%
9,27 9,27
= 53,83 %
18,11−11,90 6,21
4. KA% Massa = x 100% = x 100%
11,90 11,90
= 52,18 %
14,72−9,83 4,89
5. KA% Massa = x 100% = x 100%
9,83 9,83
= 49,75 %
14,78−10 4,78
6. KA% Massa = x 100% = x 100% = 47,80 %
10 10
21,90−14,76 7,14
7. KA% Massa = x 100% = x 100%
14,76 14,76
= 48,37 %
19,70−13,45 6,25
8. KA% Massa = x 100% = x 100%
13,45 13,45
= 46,47 %
25,82−17,24 8,58
9. KA% Massa = x 100% = x 100%
17,24 17,24
= 49,77 %
17,31−11,92 5,40
10. KA% Massa = x 100% = x 100% = 45,30 %
11,92 11,92
Jumlah KA% Massa = 504,6 %
 Menghitung X.Y
Rumus = ∑ Ketukan Sebenarnya (X) x KA% Massa (Y)
Nomor Kaleng 1 : 6 x 55,37 = 332,22
Nomor Kaleng 2 : 8 x 55,76 = 446,08
Nomor Kaleng 3 : 13 x 53,83 = 699,79
Nomor Kaleng 4 : 15 x 52,18 = 782,7
Nomor Kaleng 5 : 21 x 49,75 = 1044,75
Nomor Kaleng 6 : 28 x 47,80 = 1338,4
Nomor Kaleng 7 : 33 x 48,37 = 1596,21
Nomor Kaleng 8 : 40 x 46,47 = 1858,8
Nomor Kaleng 9 : 48 x 49,77 = 2388,96
Nomor Kaleng 10 : 50 x 45,30 = 2265
Jumlah X.Y = 12752,91

 X2
X2 = (Ketukan Sebenarnya)2
Nomor Kaleng 1 : 62 = 36
Nomor Kaleng 2 : 82 = 64
Nomor Kaleng 3 : 132 = 169
Nomor Kaleng 4 : 152 = 225
Nomor Kaleng 5 : 212 = 441
Nomor Kaleng 6 : 282 = 784
Nomor Kaleng 7 : 332 = 1089
Nomor Kaleng 8 : 402 = 1600
Nomor Kaleng 9 : 482 = 2304
Nomor Kaleng 10 : 502 = 2500
Jumlah X2 = 9212
 Y2
Y2 = (KA% Massa)2
Nomor Kaleng 1 : (55,37)2 = 3065,84 %
Nomor Kaleng 2 : (55,76)2 = 3109,18 %
Nomor Kaleng 3 : (53,82)2 = 2896,60 %
Nomor Kaleng 4 : (52,18)2 = 2722,75 %
Nomor Kaleng 5 : (80,26)2 = 6441,67 %
Nomor Kaleng 6 : (47,80)2 = 2284,84 %
Nomor Kaleng 7 : (48,37)2 = 2339,66 %
Nomor Kaleng 8 : (46,47)2 = 2159,46 %
Nomor Kaleng 9 : (49,77)2 = 2477,05 %
Nomor Kaleng 10 : (45,30)2 = 2052,09 %
Jumlah Y2 = 25583,6 %

 B =
∑ xy ∑ x . ∑ y
∑ x2

n ( )
2 (∑ x ) 2
∑x −
n

=
9212

10(
12752,91 262 x 504,6
)
2
( 262 )
9212−( )
10
1,38−13220,52
=
9212−6864,4
−13219,14
=
2347,6
= - 5,63

 A = ( ∑ny )−( B ( ∑n x ) )
( 504,6 ) −( )
−5,63 ( 262 )
=
10 10
= 50,46 – (-147,51)
= 197,97
 BC = A + BX
= 197,97+( (-5,63) x 25)
= 197,97 – 140,75
= 57,22 %

Hubungan antara Jumlah Ketukan dengan Kadar Air Tanah


57.00%
55.76%

55.00%
55.37%
53.83%
53.00%
52.18%
Kadar Air (Y)

51.00%
49.75% 49.77%
49.00%
48.37%

47.00% 47.80%
46.47%
45.30%
45.00%
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55
Jumlah ketukan (X)
Tabel 3 (Hasil Pengamatan Penetapan Batas Plastis)

No. Berat BTso + BTko + KA%


Kondisi BTso BTko
Kaleng Kaleng kaleng kaleng Massa
B1 Basah 3,37 gr 18 gr 12,84 gr 14,63 gr 9,57 gr 52,87 %
B2 Basah 3,56 gr 17,29 gr 12,65 gr 13,73 gr 9,09 gr 51,05 %
L3 Lembab 3,20 gr 20,03 gr 14,03 gr 16,83 gr 10,83 gr 55,40 %
L4 Lembab 3,48 gr 17,09 gr 12,60 gr 13,61 gr 9,14 gr  48,91 %
K5 Kering 3,52 gr 17,95 gr 15,97 gr 14,43 gr 12,45 gr  15,90 %
K6 Kering 2,30 gr 16,83 gr 12,37 gr 14,53 gr 10,07 gr 44,23 %
Σ 268,36 %

Perhitungan :
 Menghitung BTso
Rumus: BTso = (BTso + BK) – BK
B1 = (18) - 3,37 = 14,63 gr
B2 = (17,29) - 3,56 = 13,73 gr
L3 = (20,03) - 3,20 = 16,83 gr
L4 = (17,09) - 3,48 = 13,61 gr
K5 = (17,95) - 3,52 = 14,43 gr
K6 = (16,83) - 2,30 = 14,53 gr
 Menghitung BTko
Rumus: BTso = (BTko + BK) – BK
B1 = (12,94) - 3,37 = 9,57 gr
B2 = (12,65) - 3,56 = 9,09 gr
L3 = (14,03) - 3,20 = 10,83 gr
L4 = (12,62) - 3,48 = 9,14 gr
K5 = (15,97) - 3,52 = 12,45 gr
K6 = (12,37) - 2,30 = 10,07 gr
 Perhitungan KA% Massa
BTso−BTko
Rumus KA% Massa: x 100%
BTko
14,63−9,57 5,06
B1 = x 100% = x 100% = 52,87 %
9,57 9,57
13,73−9,09 4,64
B2 = x 100% = x 100% = 51,05 %
9,09 9,09
16,83−10,83 6
L3 = x 100% = x 100% = 55,40 %
10,83 10,83
13,61−9,14 4,47
L4 = x 100% = x 100% = 48,91 %
9,14 9,14
14,43−12,45 1,98
K5 = x 100% = x 100% = 15,90 %
12,45 12,45
14,53−10,07 4,46
K6 = x 100% = x 100% = 44,23 %
10,07 10,07
Jumlah KA% Massa = 268,36 %
 Menentukan BP Rata-rata KA % Massa
ΣKA % Massa
BP =
n
52,87+51,05+55,40+48,91+15,90+ 44,23
=
6
268,36
=
6
=44,73 %
 Menentukan IP (Indeks Plastisitas)
IP = BC – BP
= 57,22 – 44,73
= 12,49 %
4.2 Pembahasan
Konsistensi tanah menunjukan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-
butir tanah (agregat tanah) dengan daya adhesi tanah dengan benda lain (Rawls
dan Pachepsky, 2002).
Pada praktikum penetapan konsistensi tanah ini, diperoleh nilai untuk Batas
Cair (BC) sebesar 57,22 %, Batas Plastis (BP) 44,73 % dan nilai IP sebesar 12,49
%. Angka yang didapat dari hasil perhitungan konsistensi tanah dengan
mengevaluasi angka-angka Atterbeg dapat diintrepretasikan dengan menggunakan
tabel parameter sebagai berikut :
Indeks
Kriteria Batas Cair
Plastisitas
Sangat rendah <20 0-5
Rendah 20-30 6-10
Sedang 31-45 11-17
Tinggi 46-70 18-30
Sangat tinggi 71-100 31-43
Ekstrim tinggi >100 >43
Sampel tanah yang digunakan dalam praktikum memiliki batas cair sebesar
57,22 % yang dapat diintrepretasikan masuk dalam kriteria tinggi, dan untuk
indeks plastisitasnya sebesar 12,49 % masuk dalam kriteria sedang. Semakin
besar nilai indeks plastis dan batas cair maka semakin baik pula tanah untuk
perkembangan tanaman. Karena jika indeks plastis semakin besar maka akar
semakin mudah untuk masuk kedalam tanah untuk mengambil bahan organik
yang dibutuhkan oleh tanaman tersebut.
Konsistensi tanah merupakan ketahanan tanah terhadap perubahan bentuk
atau perpecahan. Keadaan ini ditentukan oleh sifat adhesi dan kohesi. Meskipun
struktur menentukan bentuk, ukuran dan agregasi alami tanah tertentu, konsistensi
tetap menentukan kekuatan dan keadaan alami gaya-gaya diantara partikel.
Konsistensi itu penting untuk dipertimbangkan dalam pengolahan tanah. Tanah
liat dapat menjadi begitu lekat bila basah seperti membuat tajak atau sangat sukar
dibajak. Konsistensi sangatlah penting dalam menentukan daya guna tanah secara
praktis. Konsistensi dipakai untuk menggambarkan sifat tanah yang sangat
penting yaitu hubungannya dengan pengolahan tanah dan pemadatan mesin
pertanian. Dengan mengetahui konsistensi tanah, akan mempermudah pengolahan
tanah karena tiap tanah mempunyai konsistensi yang berbeda-beda. Perilaku
tersebut diharapkan mampu membuat konsistensi tanah sesuai dengan jenis
tanaman yang ditanam sehingga mampu meningkatkan produksi pertanian.
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatlah rata-rata kadar air tiap kelas
ketukan sebagai berikut :
 1-10 ketukan = 55,57 %
 11-20 ketukan = 53 %
 21-30 ketukan = 48,77 %
 31-40 ketukan = 47,42 %
 41-50 ketukan = 47,53 %
Hubungan antara kadar air dan jumlah ketukan bahwa jumlah ketukan dan
kadar air memiliki hubungan yang berkebalikan, dimana semakin besar kadar
airnya maka jumlah ketukan akan semakin sedikit. Pada kadar air yang tinggi,
tanah akan berada pada kondisi yang basah atau bisa dikatakan konsistensinya
basah. Konsistensi yang besar yaitu pada keadaan paling kering yang disebabkan
oleh adanya gaya kohesi. Konsistensi sedang pada waktu keadaan lembab karena
adanya gaya adhesi. Konsistensi rendah/sangat rendah apabila keadaan basah,
sangat basah atau jenuh air.
Beberapa faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah adalah :
 Tekstur tanah
Tekstur tanah yang kasar daya plastisnya akan rendah karena pada tanah
yang teksturnya kasar sedikit mengandung liat sehingga menyebabkan daya
plastisitasnya rendah, begitu pula sebaliknya.
 Kadar air tanah
Bila kadar air tanah tinggi, campuran tanah dan air akan menjadikan tanah
lembek seperti cairan sehingga mempengaruhi batas cair dan batas plastisnya.
 Jenis liat
Ada banyak jenis liat, perbedaan kandungan jenis liat akan berpengaruh
pada daya lekat tanah tersebut dalam keadaan kering, lembab maupun basah.
 Kandungan bahan organik
Kandungan bahan organik mempengaruhi daya serap tanah akan air, apabila
kandungan bahan organiknya sedikit maka kemampuan tanah untuk menyimpan
air juga menjadi rendah begitu juga sebaliknya sehingga hal ini juga berpengaruh
pada konsistensi tanah karena sebagaimana dijelaskan diatas, bahwa kandungan
air tanah juga mempengaruhi konsistensi tanah.
Konsistensi tanah yang cocok untuk tanaman/ konsistensi tanah yang baik
adalah tanah yang memiliki konsistensi sedang dengan nilai indeks plastisitas
yang sedang. Karena apabila tanah terlalu plastis atau konsistensinya tinggi maka
pengolahan terhadap tanah tersebut akan semakin susah dan sulit untuk ditumbuhi
tanaman karena pada umumnya memiliki struktur tanah lempeng yang lebih
dominan. Begitu juga apabila konsistensinya rendah atau indeks plastisitasnya
rendah maka tanah tersebut memiliki struktur tanah yang lebih dominan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dan pembahasan dari praktikum yang telah
dilaksanakan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
 Konsistensi tanah merupakan ketahanan tanah terhadap perubahan bentuk
atau perpecahan. Keadaan ini ditentukan oleh sifat adhesi dan kohesi.
 Dari praktikum didapatkan hasil Batas Cair (BC) sebesar 57,22 %, Batas
Plastis (BP) 44,73 % dan nilai IP sebesar 12,49 %. Untuk Batas Cair (BC)
masuk dalam kriteria tinggi dan untuk Indeks Plastisitas (IP) masuk pada
kriteria sedang.
 Beberapa faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah yaitu: Tekstur
tanah, kadar air tanah, jenis liat, dan kandungan bahan organik.
 Konsistensi tanah yang cocok untuk tanaman/ konsistensi tanah yang baik
adalah konsistensi sedang dengan nilai indeks plastisitas yang sedang.
5.2 Saran
Dalam penetapan lahan pertanian sebaiknya lebih dulu mengetahui
konsistensi tanah tersebut, agar dapat memperoleh atau mempermudah dalam
pengolahan tanah yang dimana tanah ditempat yang berbeda memiliki konsistensi
berbeda-beda. Dengan mengetahui hal tersebut dapat membuat konsistensi tanah
yang sesuai tanaman yang ditanam sehingga dapat membantu meningkatkan
produksi pertanian. Dan juga dapat mengurangi dampak erosi yang terjadi di
lahan pertanian. Konsistensi tanah yang cocok untuk tanaman/ konsistensi tanah
yang baik adalah konsistensi sedang dengan nilai indeks plastisitas yang sedang.
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Cahyono. 2008 .Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah Hutan. Fakultas
Kehutanan UGM .Yogyakarta
Handayani, Suci. 2008. Bahan Asistensi Praktikum Ilmu Tanah. Fakultas
Pertanian UGM .Yogyakarta .
Mawardi, M. 2011. Tanah – air – tanaman : asa irigasi dan konservasi air. Bursa
ilmu.Yogyakarta.
Nurhidayati, 2006. Penuntun Praktikum Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Fakultas
Pertanian – Unisma. Malang.
Rawls, W. J Dan Y.A Pachepsky. 2002. Konsistensi Tanah dan struktur sebagai
prediktor retensi air. Ilmu Tanah Journal 66: 115-118.
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-dasar ilmu tanah konsep dan kenyataan.
Kanisisus. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai