Anda di halaman 1dari 12

Laporan Konsistensi Tanah

Oleh :

YUNUS TIO BUNTORO


210301226
AET – 4

PRAKTIKUM DASAR ILMU TANAH PROGRAM

STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2022
Judul Pratikum : Konsistensi tanah
Tanggal Pratikum Dimulai: 12 Maret 2022
Tanggal Pratikum Selesai: 13 Maret 2022

1.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang : Pengolahan tanah yang tepat sangat membantu keberhasilan penanaman
yang diusahakan. Pengolahan tanah untuk media pertumbuhan dan
perkembangan tanaman sebaiknya dilakukan pada keadaan air yang tepat,
yaitu tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah. Hal ini dimaksudkan agar
tidak merusak struktur tanah.

Penetapan konsistensi tanah dilakukan 2 cara yaitu secara kualitatif dan


secara kuantitatif. Prinsip penetapan secara kualitatif adalah penentuan
ketahanan massa tanah terhadap remasan, tekanan atau pijitan tangan pada
berbagai kadar air tanah.

Penetapan konsistensi tanah secara kualitatif serimg diistilahkan sebagai


penentuan angka Atterbeg karena Atterbeg adalah pelopor penetapan batas-
batas konsistensi tanah yang dinyatakan dengan angka kandungan pada
batas cair dan batas plastis (lekat) suatu tanah.

Dalam keadaan lembab, tanah dibedakan ke dalam konsistensi gembur (


mudah diolah ) sampai teguh ( agak sulit dicangkul). Dalam keadaan kering
tanah dibedakan kedalam konsistensi lunak sampai keras. Dalam keadaan basa
dibedakan plastisitasnya yaitu dari plastis sampai tidak plastis atau
kelekatannya yaitu dari tidak lekat sampai lekat.

Dalam keadaan lembab atau kering konsistensi tanah ditentuka dengan


meremas segumpal tanah. Bila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah
dikatakan berkonsistensi gembur bila lembab atau lunak bila kering. Bila
gumpalan tanah sukar hancur dengan remasan tersebut tanah dikatakan
berkonsistensi teguh (lembab) atau keras (kering).

Dalam keadaan basah ditentukan mudah tidaknya melekat pada jari


(melekat atau tidak melekat) atau mudah tidaknya membentuk bulatan dan
kemampuannya memprtahankan bentuk tersebut (plastis atau tidak plastis).

Konsistensi merupakan bagian dari rheologi. Rheologi adalah ilmu yang


mempelajari perubahan–perubahan bentuk (deformasi) dan aliran (flow) suatu
benda (Baver, 1959). Sifat–sifat rheologi tanah di pelajari dengan menentukan
angka–angka Atterbarg yaitu angka–angka kadar air tanah pada beberapa
macam keadaan. Angka–angka ini penting dalam menentukan tindakan
pengolahan tanah, karena pengolahan tanah akan sulit dilakukan kalau tanah
terlalu kering ataupun terlalu basah. Sifat–sifat tanah yang berhubungan
dengan angka Atterberg tersebut adalah:

Batas mengalir (liquid limit). Batas mengalir adalah jumlah air terbanyak
yang dapat ditahan tanah. Kalau air lebuh banyak tanah bersama air akan
mengalir. Dalam hal ini tanah diaduk dulu dengan air sehingga tanah bukan
dalam keadaan alami. Hal ini berbeda dengan istilah kapasitas lapang (field
capacity) yang menunjukan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan dalam
keadaan alami atau undisturbed.

Batas melekat. Batas melekat adalah kadar air di mana tanah mulai tidak dapat
melekat pada benda lain. Bila kadar air lebih rendah dari batas melekat , maka
tanah tidak dapat melekat, tetapi bila kadar air lebih tinggi dari batas melekat,
maka tanah akan mudah melekat pada benda lain. Bila tanah yang telah
mencapai batas mengalir atau batas melekat tersebut dapat membentuk
gulungan atau pita yang tidak mudah patah bila digolek–golekkan maka
dikatakan bahwa tanah itu plastis. Bila tanah tidak dapat dibentukpita atau
gulungan (selalu patah–patah) maka disebut tidak palstis.

Batas menggolek. Batas menggolek adalahn kadar air dimana gulungan


tanah mulai tidak dapat digolek–golekkan lagi. Kalau digolek–golekkan tanah
akan pecah–pecah ke segala jurusan. Pada kadar air lebih kecil dari batas
menggolek tanah sukar diolah.

Indeks Plastisitas (plasticity index). Indeks plastisitas menunjukan


perbedaan kadar air pada batas mengalir dengan batas menggolek. Tanah–
tanah liat umumnya mempunyai indeks plastisitas yang tinggi sedang tanah–
tanah pasir mempunyai indeks plastisitas yang rendah.

Jangka Olah. Jangka olah menunjukan besarnya perbedaan kandungan air


pada batas menggolek dengan melekat. Tanah dengan jangka olah yang rendah
merupakan tanah yang lebih sukar diolah daripada tanah yang memilki jangka
olah yang tinggi. Bila jangka olahnya sama, tanah lebih sukar diolah bila
indeks plastisitasnya rendah.

1.3 Tujuan Pratikum :


Adapun tujuan pratikum adalah untukUntuk menentukan konsistensi suatu
Tanah.
2.TINJAUAN PUSTAKA
Tanah merupakan bagian paling atas dari kerak bumi yang menjadi
bagian dari kehidupan organisme ataupun mikroorganisme serta tersusun
atas berbagai mineral dan material organik dan anorganik lainnya (Sari,
2015)
Tanah adalah himpunan mineral, bahan organik dan endapan-
endapan yang relatif lepas (loose), yang terletak diatas batuan dasar
(bedrock). Ikatan antara butiran yang relative lemah dapat disebabkan oleh
karbonat, zat organic, atau oksida-oksida yang mengendap di antara
pertikel-partikel dapat berisi air, udara ataupun keduanya. Adapun
Perkerasan yang selalu tak lepas dari sifat tanah dasar. Tanah dasar yang
baik untuk konstruksi perkerasan jalan adalah tanah dasar yang telah
dipadatkan sampai tingkat kepadatan tertentu sehingga mempunyai daya
dukung yang baik serta berkemampuan mempertahankan perubahan volume
selama masa pelayanan walaupun terdapat perbedaan kondisi lingkungan
dan jenis tanah setempat. (Hardiyatmo,2010)
Konsistensi tanah didefinisikan sebagai kekuatan dan gaya kohesif
alami tanah serta resistansi tanah terhadap disintegrasi mekanik, deformasi
dan pemecahan (rupture) struktur tanah. Faktor utama yang mempengaruhi
konsistensi tanah adalah tekstur tanah terutma kandungan lempungnya dan
kondisi kelengasan tanah atau kadar air tanah (kering, lembab, basah).
Konsistensi tanah penting untuk menentukan cara dalam tanah dan juga
penting bagi penetrasi akar tanaman di lapisan bawah dan kemampuan tanah
menyimpan lengas (Hanafiah, 2005).
Konsistensi tanah basah dapat diamati saat tanah berada diatas
kapasitas lapangan .Pengamatan dilakukan dengan menentukan kekerutan
(kekerutan bahan tanah saat ditekan antara jari dan telunjuk) dan plastisitas
(bahan tanah diubah bentuknya seperti cacing). Konsistensi lembab dapat
diamati pada saat kondisi kandungan lengas kurang lebih antara kering
angin dan kapasitas lapangan. Penentuan konsistensi lembab dilakuakan
dengan cara memecahkan agregat (bongkah) dalam keadaan kering angin
menggunakan ibu jari dan telunjuk atau menggunakan tangan. Jenis tanah
tertentu mempunyai konsistensi yang tidak sulit atau sesuai dengan kriteria
sehingga pengamat harus mengamati konsistensi yang berbeda (Sutanto,
2005).
Konsistensi tanah merupakan sifat fisika yang menunjukkan daerah
adhesi dan kohesi partikel -partikel tanah pada berbagai tingkatan
kelengasan. Sifat-sifat yang ditunjukkan pada konsistensi berupa keliatan
(plasticity), keteguhan (friability), dan kelekatan (stickness). Penentuan nilai
konsistensi dikelompokkan menjadi dua, yaitu kualitatif dan kuantitatif
dengan pendekatan angka Atterberg yaitu batas cair (BC), batas lekat
(BL).batas gulung (BG), dan batas berubah warna (BBW). Angka-angka
atterberg mempunyai hubungan antara kadar lengas (%) dengan konsistensi
tanah, serta pendekatan tambahan yaitu indeks plstisitas (plasticity index)
danjangka olah (Soepraptohardjo, 2007)
Tanah memiliki daya konsistensi yang baik, pada umumnya mudah
diolah dan tidak melekat pada ala pengolah tanah. Penetapan konsistensi
tanah dapat dilakukan dalam 3 kondisi yaitu basah, lembab, dan
kering.Konsistensi tanah basah merupakan penetapan konsistensi tanah pada
kondisi kadar air diatas kapasitas lapang.Konsistensi pada kondisi lembab
merupakas penetapan konsistensi tanah pada kondisi air tanah sekitar
kapasitas lapang. Dan konsistensi tanah kering yang merupakan penetapan
konsistensi tanah pada kondisi kadar air keringangina (Hardjowigeno,
2014).
Konsistensi tanah dapat ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Secara kualitatif dilakukan dengan cara memijat dan memirit-mirit atau
membuat bulatan atau pun gulungan tanah. Sedangkan secara kuantitatif
dilakukandengan penentuan angka atterberg (Nurhidayati, 2006).
Terdapat beberapa batas konsistensi diantaranya BC yang
merupakan kandungan lengas tanah ada saat tanah yang dapat mengalir
tanpa adanya tekanan dibawag standar getaran, BL adalah kandungan lengas
pada saat tanah masih kering yang dibasahi secara perlahan dan mulai
mendekat pada logam. BG adalah kandungan lengas pada saat keliatan
tanah yang mudah terasa dan dapat dibentuk. BBW adalah kandungan
lengas tanah pada saat pasta mulai kering karena tanah masih ada air kapiler
(Sutanto, 2010).

Jumlah air tertinggi yang bermanfaat bagi tanaman dengan nilai


tertinggi BC dan yang terendah adalah BBW. Agar tanah dapat ditumbuhi
tanaman, harus mempunyai kadar air yang terletak diantara kedua nilai
batastersebut. Diantara BL dan BG merupakan kadar air dimana tanah
mudah diolah ( dicangkul dan dibajak) sehinggal dinamakan jangka olah
(JO). Antara BC dan BG merupakan kadar tanah dimana tanah
menunjukkan derajatketeguhan (DT) (Darmawijaya, 2014).
Dalam keadaan lembab, tanah dibedakan ke dalam konsistensi
gembur (mudah diolah) sampai teguh (agak sulit dicangkul). Dalam keadaan
kering tanah dibedakan kedalam konsistensi lunak sampai keras. Dalam
keadaan basa dibedakan plastisitasnya yaitu dari plastis sampai tidak plastis
atau kelekatannya yaitu dari tidak lekat sampai lekat. Dalam keadaan
lembab atau kering konsistensi tanah ditentukan dengan meremas segumpal
tanah. Bila gumpalan tersebut mudah hancur, maka tanah dikatakan
berkonsistensi gembur bila lembab atau lunak bila kering. Bila gumpalan
tanah sukar hancur dengan remasan tersebut tanah dikatakan berkonsistensi
tequh (lembab) atau keras (keringDalam keadaan basah ditentukan mudah
tidaknya melekat pada jari (melekat atau tidak melekat) atau mudah
tidaknya membentuk bulatan dan kemampuannya mempertahankan bentuk
tersebut (plastis atau tidak plastis). Konsistensi merupakan bagian dari
rheologi. Rheologi adalah ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan
bentuk (deformasi) dan aliran (flow) suatu benda (Baver, 1959) Sifat-sifat
rheologi tanah di pelajari dengan menentukan angka-angka Atterbarg yaitu
angkaangka kadar air tanah pada beberapa macam keadaan. Angka-angka
ini penting dalammenentukan tindakan pengolahan tanah, karena
pengolahan tanah akan sulit dilakukan kalau tanah terlalu kering ataupun
terlalu basah. Sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan angka Atterberg
tersebut adalah:Batas mengalir adalah jumlah air terbanyak yang dapat
ditahan tanah. Kalau air lebuh banyak tanah bersama air akan mengalir.
Dalam hal ini tanah diaduk dulu dengan air sehingga tanah bukan dalam
keadaan alami. Hal ini berbeda dengan istilah kapasitas lapang (field
capacity) yang menunjukan jumlah air terbanyak yang dapat ditahan dalam
keadaan alami atau undisturbedBatas melekat adalah kadar air di mana
tanah mulai tidak dapat melekat pada benda lain. Bila kadar air lebih rendah
dari batas melekat, maka tanah tidak dapat melekat, tetapi bila kadar air
lebih tinggi dari batas melekat, maka tanah akan mudah melekat pada benda
lain. Bila tanah yang telah mencapai batas mengalir atau batas melekat
tersebut dapat membentuk gulungan atau pita yang tidak mudah patah bila
digolek-golekkan maka dikatakan bahwa tanah itu plastis. Bila tanah tidak
dapat dibentukpita atau qulungan (selalu patah-patah) maka disebut tidak
pasti Batas menggolek. Batas menggolek adalahn kadar air dimana
qulungan tanah mulai tidak dapatdigolek-golekkan lagi. Kalau digolek-
golekkan tanah akan pecah-pecah ke segala jurusan. Pada kadar air lebih
kecil dari batas menggolek tanah sukar diolah. Indeks Plastisitas (plasticity
index).Indeks plastisitas menunjukan perbedaan kadar air pada batas
mengalir dengan batas menggolek Tanah-tanah liat umumnya mempunyai
indeks plastisitas yang tinggi sedang tanah-tanah pasir mempunyai indeks
plastisitas yang rendah. Jangka olah menunjukan besarnya perbedaan
kandungan air pada batas menggolek dengan melekat. Tanah dengan jangka
olah yang rendahmerupakan tanah yang lebih sukar diolah daripada tanah
yang memilki jangka olah yang tinggiBila jangka olahnya sama, tanah lebih
sukar diolah bila indeks plastisitasnya rendah (Hendro.2014).
3,METODE PRATIKUM
3.1 Bahan : -Tanah : sebagai Objek utama pratikum
-Air :sebagai objek pembantu dalam proses pratikum

3.2 Alat : -Buku dan Pena : untuk mencatat hasil pratikum


-Hp : untuk Dokumentasi bukti dan hasil pratikum

3.3 Prosedur kerja : Konsistensi tanah pada saat basah


a. Kelekatan tanah
1. Diambil sedikit tanah + 5 gram
2. Dibasahi tanah sampai keadaan hasah (kadar air> kapasitas lapang).
3. Ditckan tanah di antara dua jari.
4. Ditentukan derajat kelekatannya.

b.Plastisitas tanah
1. Diambil sedikit tanah 5 gram.
2. Dibasahi tanah sampai keadaan basah (kadar air> kapasitas lapang).
3. Dibentuk kawat dari tanah.
4. Ditenukan derajat plastisitasnya.

Konsistensi tanah pada saat lembab


1. Diambil sedikit tanah ±5 gram.
2. Dibasahi tanah sampai kcadaan lembab (antara titik layu permanen dan
kapasitas lapang).
3. Diremas ditekan massa tanah dengan tclapak tangan.
4.Ditentukan derajat konsistensinya.

Konsistensi lanah pada saat kering


1. Diambil sedikit tanah kering (kadar air < titik layu permanen) +5 gram
2. Diremas/ditckan massa tanah dengan telapak tangan.
3.Ditentukan derajat konsistensinya.
4.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil :

(Tanah Kering) (Tanah Lembab)

(Tanah Basah)

Nb: Ketiganya mendapat perlakuan yang sama yaitu dengan


menekan/meremas tanah menggunakan telapak tangan.

4.2 Pembahasan : 1.Pada Tanah Kering


Hasilnya ketika mendapat tekanan tanah dapat menyatu namun mudah
bercerai menjadi butir ketika mendapat sedikit tekanan antar jari.Sehingga
dapat disimpulkan Konsistensi tanah kering adalah Lembut(Lb)
2.Pada Tanah lembab
Hasilnya Ketika mendapat tekanan kondisi tanah dapat menyatu namun
dengan sedikit sentuhan tanah mudah bercerai,dan apabila digenggam tanah
dengan mudah mneggumpal.Sehingga dapat disimpulkan komsistensi tanah
lembab adalah sangat gembur(Sgb)
3.Tanah Basah
Untuk konsistensi tanah basah meliputi kelekatan dan plastisitas.
Kondisi tanah basah ketika mendapat tekanan adalah melekat dan tidak
mudah lepas dari jari dan memanjang,dan dapat membentuk kawat namun
harus dengan tenaga yang lebih.Maka dapat disimpulkan konsistensi
kelekatannya adalah Lekat(Lk) dan konsistensi plastisitasnya adalah plastis
(Pl)

Pentingnya konsistensi tanah ialah untuk menentukan cara penggarapan


tanah yang efisien dan penetrasi akar tanaman di lapisan tanah bawahan.
Tanah yang bertekstur pasir bersifat tidak lengket, tidak liat (non plastic) dan
lepas-lepas. Sebaliknya tanah bertekstur lempung-berat pada keadaan basah
berkonsistensi sangat lengket, sangat liat dan bila kering bersifat sangat teguh
(kuat) dan keras.
Sama halnya sebagaimana pengaruh tekstur dan struktur, konsistensi
tanah juga memengaruhi perakaran tanaman, infiltrasi, serta tingkat
pengolahan tanah. makin tinggi konsistensi suatu tanah, makin terhambat
perakaran suatu tanaman dan infiltrasi air, serta makin sulit pengolahan
pada tanah.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 1. Konsistensi tanah adalah suatu hal yang menunjukkan kekuatan daya
kohesi dan adhesi butir-butir tanah dengan benda lain.
2. Faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah meliputi tekstur, sifat
dan jumlah bahan organik, struktur, dan kadar air.
3. Konsistensi dapat ditetapkan dalam 3:
a)Konsistensi basah
b)Konsistensi lembab
c) Konsistensi kering

4.Sama halnya sebagaimana pengaruh tekstur dan struktur, konsistensi


tanah juga memengaruhi perakaran tanaman, infiltrasi, serta tingkat
pengolahan tanah. makin tinggi konsistensi suatu tanah, makin
terhambat perakaran suatu tanaman dan infiltrasi air, serta makin sulit
pengolahan pada tanah.

5.2 Saran :
Sebaiknya Pratikum Dilakukan dengan bimbingan langsung dari senior agar
lebih mudah untuk dimengerti.
6.DAFTAR PUSTAKA : Nurhidayati, 2006. Penuntun Praktikum Dasar – Dasar Ilmu Tanah. Fakultas
Pertanian – Unisma. Malang.
Nurdihayati,2006.Bahan ajar Dasar-Dasar Ilmu tanah..Fakultas Pertanian -
Unisma.Malang
Hardjowigeno,S.2003. Ilmu Tanah Jakarta.Akademika Pressindo.

Miswar,dan Yusrial. 2013. Jurnal Penelitian Penetapan Plastisitas


Tanah(hal21 : 251)

Sarief. 2001. Fisika –Mekanika Tanah ; Keteknikan dan Teknolog


Pertanian.Sumedang: FTIP. Unpad

Sutanto, Racman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan


Kenyataan.Yogyakarta:Kanisius.
Andalusia, B., Zainabun, dan Arabia, T. 2016. Karakteristik Tanah Ordo
Ultisol di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara
I (Persero) Cot Girek Kabupaten Aceh Utara. Jurnal Kawista.
1(1): 45-49
Hanafiah, B.,Zainabun, dan Arabia, T . 2016.Karakteristik Tanah Ordo
Ultisol di perkebunan kelapa sawit PT.Perkebunan Nusantara I
(Persero) cot Girek Kabupaten Aceh Utara.Jurnal
kawista.1(1):45-49
Nurdin. 2012.Morfologi,Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisols dari Bahan
Lakustrin Paguyaman-Gorontalo Kaitannya dengan
Pengelolaan Tanah.
Herry Gusmara.2019.Bahan Ajar Dasar ilmu tanah.Universitas
bengkulu.Fakultas pertanian.

Anda mungkin juga menyukai