PENDAHULUAN
e. Uji Kompaksi
Tempat : Laboratorium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah
Sukabumi
Waktu : 4 Januari 2022
f. Uji Saringan
Tempat : Laboratorium Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah
Sukabumi
Waktu : 4 Januari 2022
BAB II
DASAR TEORI
2.1 TANAH
1. Pasir dan kerikil, yaitu agregat tak berkohesi yang tersusun dari
regmin-regmin sub anguler atau granular. Partikel berukuran
sampai 1/8 inchi dinamakan pasir sedangkan partikel yang
berukuran 1/8 inchi sampai 6/8 inchi disebut kerikil. Fragmen
bergaris tengah lebih besar dari 8 inchi disebut boulders (bongkah).
2. Hardpan, merupakan tanah yang tahanan terhadap penetrasi alat
pemboran besar sekali. Cirinya sebagian besar dijumpai dalam
keadaan bergradasi baik, luar biasa padat, dan merupakan agregat
partikel mineral yang kohesif.
3. Lanau anorganik (inorganic silt), merupakan tanah berbutir halus
dengan plastisitas kecil atau sama sekali tidak ada. Jenis yang
plastisitasnya paling kecil biasanya mengandung butiran kuarsa se
dimensi, yang kadang-kadang disebut tepung 6 batuan (rockflour),
sedangkan yang sangat plastis mengandung partikel berwujud
serpihan dan dikenal sebagai lanau plastis.
4. Lanau organik (organic silt), merupakan tanah agak plastis, berbutir
halus dengan campuran partikel-partikel bahan organik terpisah
secara halus. Warna tanah bervariasi dari abu-abu terang ke abu-abu
sangat gelap, di samping itu mungkin mengandung H2S, CO2, serta
berbagai gas lain hasil peluruhan tumbuhan yang akan memberikan
bau khas kepada tanah. Permeabilitas lanau organik sangat rendah
sedangkan kompresibilitas sangat tinggi.
5. Lempung Tanah, merupakan agregat partikel-partikel berukuran
mikroskopik dan submikroskopik yang berasal dari pembusukan
kimiawi unsur-unsur penyusun batuan, dan bersifat plastis dalam
selang kadar air sedang sampai luas. Dalam keadaan kering sangat
keras, dan tak mudah terkelupas hanya dengan jari tangan.
Permeabilitas lempung sangat rendah.
6. Lempung organik Tanah, merupakan lempung yang sebagian sifat-
sifat fisis pentingnya dipengaruhi adanya bahan organik yang
terpisah dalam keadaan jenuh lempung organik cenderung bersifat
sangat kopresibel tapi pada keadaan kering kekuatannya sangat
tinggi. Warnanya abu-abu tua atau hitam, dan berbau.
7. Gambut (peat), merupakan agregat agak berserat yang berasal dari
serpihan makroskopik dan mikroskopik tumbuh-tumbuhan.
Warnanya coklat terang dan hitam bersifat kompresibel, sehingga
tidak mungkin menopang pondasi.
Kadar air tanah adalah konsentrasi air dalam tanah yang biasanya
dinyatakan dengan berat kering. Kadar air pada kapasitas lapang adalah
jumlah air yang ada dalam tanah sesudah kelebihan air gravitasi mengalir
keluar dan dengan nyata, biasanya dinyatakan dengan persentase berat.
Kadar air dinyatakan dalam % volume, yaitu persentase volume
tanah. Cara ini memberikan keuntungan karena dapat memberikan
gambaran terhadap ketersediaan air bagi tumbuhan pada volume tertentu.
Cara penentuan kadar air dapat digolongkan dalam cara Gravimetrik,
tegangan dan isapan, tumbuhan, listrik serta pembaruan neutron. Cara
Gravimetrik merupakan cara yang paling umum dipakai di mana dengan
cara ini tanah basah dikeringkan dalam oven pada suhu 100ºC-150ºC untuk
waktu tertentu. Air yang hilang karena proses pengeringan tersebut
merupakan sejumlah air yang terdapat dalam tanah basah. (Hakim, dkk,
1986).
Kadar air dapat dihitung dengan rumus berikut :
𝑊𝑤
𝑤= × 100%
𝑊𝑠
Dengan :
w = Kadar air (%)
𝑊𝑤 = Berat air (gr)
𝑊𝑠 = Berat tanah kering (gr)
𝐺𝑠 = Berat jenis
𝑊1 = Berat piknometer
𝑊2 = Berat piknometer + bahan kering
𝑊3 = Berat piknometer + bahan kering + air
𝑊4 = Berat piknometer + air
2.2.3 Batas Konsistensi Atterberg
Batas - batas konsistensi (Atterberg Limit) memiliki tujuan untuk
mengklasifikasikan tanah berbutir halus serta memastikan karakter indeks
properti tanah. Batas Atterberg mencakup batas cair, batas plastis dan batas
susut. Tanah yang berbutir halus umumnya mempunyai karakter plastis.
Karakter plastis itu adalah kekuatan tanah yang disesuaikan dengan
pergantian bentuk tanah sesudah bercampur dengan air pada volume yang
tetap. Tanah dapat berupa cair, plastis, semi padat atau padat bergantung
jumlah air yang bercampur pada tanah tersebut. Batas Atterberg
memperlihatkan terjadinya bentuk tanah dari benda padat sampai jadi cairan
kental sesuai dengan kadar airnya. Dari tes batas Atterberg akan diperoleh
parameter batas cair, batas plastis, batas susut serta batas kohesi yang
disebut kondisi ketekunan tanah. Batas-batas Atterberg dapat dilihat pada
Gambar 2.1
3. Batas Susut
Batas susut (Shrinkage Limit, SL) adalah keadaan kadar air pada
kedudukan antara daerah semi padat dan padat, yaitu persentase
kadar air di mana pengurangan kadar air selanjutnya tidak
mengakibatkan perubahan volume tanah. Batas susut dinyatakan:
𝑉0 1
𝑆𝐿 = ( − ) × 100%
𝑊0 𝐺𝑠
Dengan :
SL = Batas susut tanah
𝑉0 = Volume benda uji kering
𝑊0 = Berat benda uji kering
𝐺𝑠 = Berat jenis tanah
2.2.5 Kompaksi
Kompaksi adalah mengompakkan lagi butiran-butiran sedimen
sehingga kemas yang terbentuk menjadi lebih dekat dan baik serta porositas
yang terdapat dalam proses lithifikasinya menjadi berkurang. Proses di
mana partikel-partikel sedimen menjadi bersatu oleh karena adanya material
sekunder yang mengisinya.
Pengujian ini berguna untuk menentukan hubungan antar kadar air
dengan kepadatan tanah sehingga dapat diketahui kepadatan optimum dari
tanah dan kadar air maksimum.
2.2.6 Analisa Saringan
Pengujian analisa saringan bertujuan untuk menentukan gradasi atau
pembagian butir agregat kasar dan agregat halus dengan menggunakan
saringan. Gradasi agregat adalah distribusi ukuran butiran dari agregat. Bila
butir-butir agregat mempunyai ukuran yang sama (seragam), maka volume
pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butir-butirnya bervariasi akan
terjadi volume pori yang kecil. Hal ini karena butiran yang kecil, akan
mengisi pori di antara butiran yang lebih besar, sehingga pori-porinya
menjadi sedikit, dengan kata lain kemampatannya tinggi. Hasil dari
pengujian ini berupa penentuan persentase berat butiran pada suatu unit
saringan, dengan ukuran diameter lubang tertentu. Adapun susunan suatu
unit saringan beserta ukuran diameter lubangnya dapat dilihat pada tabel 3.2
2. Prosedur Uji
1. Silinder ring dibersihkan, kemudian dengan stickmaat diukur
diameternya (D), tinggi (T), dan berat ditimbang.
2. Silinder ring ditekan masuk ke dalam tanah dan kemudian dengan alat
dongkrak silinder dikeluarkan, potong dengan pisau, kemudian tanah di
sekitar ring dibersihkan dan permukaan tanah diratakan.
3. Ring = contoh tanah ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam oven
selama 24 jam dengan suhu 105°C.
4. Sesudah itu, contoh tanah yang sudah kering dimasukkan ke dalam
desikator ± 1 jam.
5. Contoh tanah yang sudah dingin ditimbang, didapat berat kering.
3.2