Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH MEKANIKA TANAH

DI SUSUN OLEH

AGNES SUSANA DU’A WELU

NIM : 022200010

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS NUSA NIPA

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan atas segala limpahan rahmat yang diberikan
kepada kita semua sehingga penuisan makalah ini dapat saya susun sesuai dengan kemampuan
dan dapat saya selesaikan sesuai waktu yang diberikan.
Makalah ini memuat beberapa hasil pemikiran dan penyajian atas beberapa permasalahan
dalam kerangka ilmu tentang mekanika tanah yang akan dijelaskan sebagai salah satu kelompok
ilmu yang pada intinya membahas dan mempelajari hasil-hasil pemikiran manusia berdasarkan
budayanya.
Inilah sekilas tentang gambaran makalah ini. Semoga semua yang terhimpun disini dapat
memperoleh tanggapan untuk penyempurnaanya, dan semoga berguna untuk mengisi
kebutuhan akan beragam bagi mahasiswa yang terkait dengan pengembangan berbagai mata
kuliah yang ada.

Maumere,17 februari 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………...iii
1.1  Latar Belakang……………………………………………………………………………3
1.2  Rumusan Masalah……………………...…………………………………………………3
1.3  Tujuan Penulisan………………………………………………………………………….3
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………iv
2.1.Pengertian mekanika tanah……………………………………………………………….4
2.2. parameter tanah…………………………………………………………………………..5
2.3. pemadatan………………………………………………………………………………..16
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………..v
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………………..17
3.2 Saran………………………………………………………………………………………17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanah merupakan materi dasar yang menerima sepenuhya penyaluran beban yang
ditimbulkan akibat dari bangunan konstruksi diatasnya. Kebutuhan lahan untuk
pembangunan terus bertambah, oleh karena itu pembangunan terpaksa dilakukan di atas
tanah yang kurang memenuhi ketentuan. Salah satunya adalah tanah lempung, tanah yang
mempunyai sifat kembang susut yang tinggi yang sering menyulitkan dalam membangun
bangunan diatasnya. Tanah lempung dalam keadaan basah memiliki daya dukung yang
rendah. Tanah lempung sering di dapat pada lokasi proyek. Tanah lempung sendiri
memiliki ukuran butir halus dan nilai plastisitas tinggi. Tanah lempung dalam keadaan
basah memerlukan waktu yang sangat lama untuk terkonsolidasi. Hal ini disebabkan karena
tanah lempung memiliki permeabilitas yang rendah. Telah dilakukan banyak penelitian
untuk memperbaiki masalah ini, yaitu dengan memasang vertical drain, corduroy (membuat
bantalan pemisah tanah asli dan tanah timbunan) dan juga dengan merubah komposisi tanah
lempung lunak dengan cara menambah bahan kimia seperti kapur, semen, clean set cement,
geosta, fly ash dan aspal
1.2.Rumusan Masalah
A. Apa yang di maksud dengan mekanika tanah?
B. Apa yang di maksud dengan parameter tanah dan hal-hal yang mencakupinya?
C. Apa yang di maksud dengan pemadatan?
1.3.Tujuan
A. Untuk mengetahui pengertian mekanika tanah
B. Untuk mengetahui pengertian parameter tanah dan hal-hal yang mencakupinya
C. Untuk mengetahui pengertian pemadatan
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 PENGERTIAN MEKANIKA TANAH

Mekanika Tanah adalah bagian dari Geoteknik yang merupakan salah satu cabang dari ilmu
Teknik Sipil, dalam Bahasa Inggris mekanika tanah berarti soil mechanics atau soil engineering
dan Bodenmechanik dalam Bahasa Jerman. Istilah mekanika tanah diberikan oleh Karl von
Terzaghi pada tahun 1925 melalui bukunya “Erdbaumechanik auf bodenphysikalicher
Grundlage” (Mekanika Tanah berdasar pada Sifat-Sifat Dasar Fisik Tanah), yang membahas
prinsip-prinsip dasar dari ilmu mekanika tanah modern, dan menjadi dasar studi-studi lanjutan
ilmu ini, sehingga Terzaghi disebut sebagai “Bapak Mekanika Tanah”.
Definisi Tanah
Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari:
1. Agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak terikat secara kimia satu sama lain.
2. Zat Cair.
3. Gas yang mengisi ruang-ruang kosong diantara butiran mineral-mineral padat tersebut.

Sejarah terjadinya tanah, pada mulanya bumi berupa bola magma cair yang sangat
panas.Karena pendinginan, permukaannya membeku maka terjadi batuan beku. Karena proses
fisika (panas, ding in, membeku dan mencair) batuan tersebut hancur menjadi butiran-butiran
tanah (sifat-sifatnya tetap seperti batu aslinya : pasir, kerikil, dan lanau.) Oleh proses kimia
(hidrasi, oksidasi) batuan menjadi lapuk sehingga menjadi tanah dengan sifat berubah dari batu
aslinya.
Disini dikenal Transported Soil: adalah tanah yang lokasinya pindah dari tempat terjadinya
yang disebabkan oleh Miran air, angin, dan es dan Residual Soil adalah tanah yang tidak pindah
dari tempatterjadinya.

Oleh proses alam, proses perubahan dapat bermacam-macam dan berulang. Batu menjadi tanah
karena pelapukan dan penghancuran, dan tanah bisa menjadi batu karena proses pemadatan,
sementasi. Batu bisa menjadi batu jenis lain karena panas, tekanan, dan larutan.

Batuan dibedakan :
- Batuan beku (granit, basalt).
- Batuan sedimen (gamping, batu pasir).
- Batuan metamorf (marmer).

Tanah terdiri atas butir-butir diantaranya berupa ruang pori. Ruang pori dapat terisi udara atau air.
Tanah juga dapat mengandung bahan-bahan organik sisa pelapukan tumbuhan atau hewan. Tanah
semacam ini disebut tanah organik.

a. Perbedaan Batu dan Tanah


Batu merupakan kumpulan butir butirmineral alam yang saling terikat erat dan kuat. Sehingga sukar
untuk dilepaskan. Sedangkan tanah merupakan kumpulan butir butir min al alam yang tidak melekat
atau melekat tidak erat, sehingga sangat mudah untuk dipisahkan. Sedangkan Cadas adalah
merupakan peralihan antara batu dan tanah.

b. Jenis-Jenis Tanah Fraksi-fraksi tanah (Jenis tanah berdasarkan ukuran butir)


(1). kerikil (gravel) : > 2.00 mm
(2). pasir (sand) : 2.00 — 0.06 mm
(3). lanau (silt) : 0.06 — 0.002 mm
(4). lempung (clay) : < 0.002 mm

Pengelompokan jenis tanah dalam praktek berdasarkan campuran butir


(1). Tanah berbutir kasar adalah tanah yang sebagian besar butir-butir tanahnya berupa pasir dan
kerikil.
(2). Tanah berbutir halus adalah tanah yang sebagian besar butir-butir tanahnya berupa lempung dan
lanau.
(3). Tanah organik adalah tanah yang cukup banyak mengandung bahan-bahan organik.

Pengelompokan tanah berdasarkan sifat lekatannya


(1). Tanah Kohesif : adalah tanah yang mempunyai sifat lekatan antara butir-butirnya.
(tanah lempungan = mengandung lempung cukup banyak).
(2) Tanah Non Kohesif : adalah tanah yang tidak mempunyai atau sedikit sekali lekatan antara
butir-
butirnya. (hampir tidak mengandung lempung misal pasir).
(3). Tanah Organik : adalah tanah yang sifatnya sangat dipengaruhi oleh bahan-bahan organik.
(sifat tidak baik)

2.2.PARAMETER TANAH

Parameter Tanah Tanah adalah suatu benda padat berdimensi tiga terdiri dari panjang lebar
dalam yang merupakan bagian dari kulit bumi. Kata tanah seperti banyak kata umumnya
mempunyai beberapa pengertian. Pengertian tradisional, tanah adalah medium alami untuk
pertumbuhan tanaman dan merupakan daratan. Pengertian lain, tanah berguna sebagai
pendukung pondasi bangunan dan sebagai bahan bangunan itu sendiri, seperti batu bata, paving
blok. Faktor yang mempengaruhi daya dukung tanah antara lain : jenis tanah, tingkat kepadatan,
kadar air, dan lainlain. Tingkat kepadatan tanah dinyatakan dalam presentase berat volume (γd)
terhadap berat volume kering maksimum (γdmaks). (Afrenia, 2014).
Tanah terdiri dari tiga fase elemen, yaitu butiran padat (solid), air dan udara, seperti yang
ditunjukkan Gambar

Gambar memperlihatkan elemen tanah yang mempunyai volume (V) dan berat total (W).
Berikut hubungan volume-berat :
V = Vs + Vv = Vs + Vw + Va
Vv = Vw + Va
Keterangan :
Vs = Volume butiran padat
Vw = Volume air
Va = Volume udara
Vv = Volume pori

Apabila udara dianggap tidak mempunyai berat, maka total berat total dari contoh tanah dapat
dinyatakan dengan :
W = Ws + Ww Dengan :
Ws = berat butiran padat
Ww = Berat air
Adapun data parameter tanah didapatkan dari hasil pengujian laboratorium maupun dari hasil
interpolasi data-data tanah yang sudah ada. Hasil dari parameter tanah inilah yang menjadi
masukan untuk pengukuran dan anlisa selanjutnya.

A.BERAT JENIS
Berat jenis tanah merupakan nilai yang tidak bersatuan (Muntohar, 2009). Untuk menentukan
tipikal tanah, dapat dilihat dari Tabel
B.BATAS-BATAS ATERBERG
Batas-batas Konsistensi ( Atterberg Limits ) Atterberg, (1911), memberikan cara untuk
menggambarkan batas-batas konsistensi dari tanah berbutir halus dengan mempertimbangkan
kandungan air tanah. Batas-batas tersebut adalah batas cair (liquid limit), batas plastis (plastic
limit), dan batas susut (shrinkage limit) (Hardiyatmo, 2002). Pada dasarnya tanah mempunyai 4
kondisi, yaitu kondisi cair, kondisi plastis, kondisi semi padat dan kondisi padat. Batas antara
kondisi cair ke plastis disebut batas cair dan batas antara kondisi plastis ke semi padat disebut
batas plastis sedangkan batas antara semi padat ke padat disebut batas susut (shrinkage limit).
Gambaran mengenai kondisi tersebut dapat dilihat pada Gambar

Batasan mengenai Indeks Plastisitas, sifat, macam tanah, dan kohesi diberikan oleh Atterberg
dalam Tabel

C.ANALISIS UKURAN BUTIR TANAH


Ukuran Butir Tanah Untuk menentukan rentang ukuran partikel tanah ada dua metode, yaitu
analisis saringan dan analisis pengendapan atau analisis hidrometer. Biasanya analisis saringan
digunakan untuk butir kasar (lolos saringan no. 4 sampai no. 200), sedangkan analisis
hidrometer digunakan untuk butir yang lebih kecil. Tanah bergradasi baik memiliki rentang
distribusi ukuran partikel yang relatif lebih luas yang menghasilkan kurva distribusi yang lurus
dan panjang. Untuk tanah yang seragam, distribusi partikel-partikelnya memiliki ukuran yang
relatif sama, sedangkan tanah yang bergradasi buruk memiliki distribusi ukuran partikel yang
terputus yang mana tidak terdapat ukuran partikel antara butir kasar dan halus seperti yang
ditunjukkan pada Gambar
Terdapat dua definisi koefisien yang dapat memberikan petunjuk karakteristik tanah
berdasarkan distribusi partikelnya, yaitu : koefisien keseragaman (CU) dan koefisien
kelengkungan (CC).
CU = …………………………………………………………….. (3.1)
CC = ( )² × ………………………………………………………. (3.2)

dengan ,
CU = koefisien keseragaman ( Coefficient of uniformity ),
CC = koefisien kelengkungan ( Coefficient of curvature ),
D60 = 60% dari berat butiran total berdiameter lebih kecil dari ukuran butir tertentu,
D30 = 30% dari berat butiran total berdiameter lebih kecil dari ukuran butir tertentu,
D10 = 10% dari berat butiran total berdiameter lebih kecil dari ukuran butir tertentu.

Tanah bergradasi baik jika tanah mempunyai koefisien gradasi 1< Cc < 3 dengan Cu > 4 untuk
kerikil dan Cu > 6 untuk pasir, selanjutnya tanah disebut bergradasi sangat baik, bila Cu > 15
(Hardiyatmo, 2002).
D.SUSUNAN TANAH
Secara umum tanah (dengan bahan induk mineral) tersusun atas 50% bahan padatan (45%
bahan mineral dan 5% bahan organik), 25% air dan 25% udara. Sedangkan pada tanah organik
(misalnya gambut), bahan padatan tersebut terdiri atas 5 % bahan organik dan 45% bahan
mineral). Bahan organik dalam tanah terdiri atas mikroorganisme 10 %, akar 10% dan humat 80
%, meskipun jumlahnya sedikit namun memiliki fungsi sangat penting.

Komponen Mineral Tanah


Mineral tanah tersusun dari tiga komponen, yaitu: pasir (sand), debu (silt) dan lempung (clay).
Ketiga komponen tersebut dibedakan berdasarkan ukurannya yang berbeda. Partikel pasir
berukuran antara 200 mikrometer sampai dengan 2.000 mikrometer. Partikel debu berukuran
antara 2 mikrometer sampai dengan kurang dari 200 mikrometer. Partikel lempung berukuran
kurang dari 2 mikrometer. Makin halus ukuran partikel penyusun tanah tersebut akan memiliki
luas permukaan partikel per satuan bobot makin besar.
Partikel tanah yang memiliki permukaan yang lebih luas memberi kesempatan yang lebih
banyak terhadap terjadinya reaksi kimia. Partikel lempung persatuan bobot memiliki luas
permukaan yang lebih luas dibandingkan dengan kedua partikel penyusun tekstur tanah lain
(seperti: debu dan pasir). Reaksi-reaksi kimia yang terjadi pada permukaan patikel lempung
lebih banyak daripada yang terjadi pada permukaan partikel debu dan pasir persatuan bobot
yang sama. Dengan demikian, partikel lempung adalah komponen tanah yang paling aktif
terhadap reaksi kimia, sehingga sangat menentukan sifat kimia tanah dan mempengaruhi
kesuburan tanah.

E.MINERAL LAMPUNG
Lempung dan Mineral Penyusunnya

Das (1994), menerangkan bahwa tanah lempung merupakan tanah dengan ukuran
mikronis sampai dengan sub-mikronis yang dari pelapukan unrsur-unsur kimiawi
penyusun batuan. Tanah lempung sangat keras dalam keadaan kering dan bersifat
plastis pada kadar air sedang. Pada kadar airlebih tinggi lempung bersifat lengket
(kohesif) dan sangat lunak.
Sifat-sifat yang dimiliki tanah lempung menurut Hardiyatmo (1992) adalah
sebagai berikut:
 Ukuran butir halus, kurang dari 0,002mm

 Permeabilitas rendah

 Kenaikan air kapiler tinggi

 Bersifat sangat kohesif

 Kadar kembang susut yang tinggi

 Proses konsolidasi lambat

Susunan kebanyakan tanah lempung terdiri dari silikat tetrahedral dan aluminium
octahedral. Silica dan aluminium secara parsial dapat digantikan dengan elemen
lain dalam kesatuanya, hal ini dikenal dengan substitusi isomorf.

Struktur Mineral Penyusun Lempung

Dalam terminologi ilmiah, lempung adalah mineral asli yang mempunyai sifat
plastis saat basah, dengan ukuran butir yang sangat halus dan mempunyai
komposisi dalam jumlah besar berupa hydrous alluminium dan magnesium silicate.
Batas atas ukuran butir untuk lempung umumnya adalah kurang dari 2µm
(1µm=0,000001m), meskipun ada, klasifikasi yang menyatakan batas atas
lempung adalah 0,005m (ASTM).

Menurut Holtz and Kovacs (1981) satuan struktur dasar dari mineral lempung
terdiri dari silica tetrahedron dan alumina octahedron. Jenis-jenis mineral lempung
tergantung dari kombinasi susunan satuan struktur dasar atau tumpukan lembaran
serta macam ikatan antara masing-masing lembaran. Satuan-satuan dasar tersebut
bersatu membentuk struktur lembaran seperti yang digambarkan pada Gambar
2.1 sampai dengan Gambar 2.4.

Gambar 2.1. Single silica tetrahedral (Grim, 1959)


Gambar 2.2 Isometric silica sheet (Grim, 1959)

Gambar 2.3. Single aluminium octahedron (Grim, 1959)

Gambar 2.4. Isometric octahedral sheet (Grim, 1959)

Umumnya partikel-partikel lempung mempunyai muatan negatif pada permukaannya. Hal


ini disebabkan oleh adanya subtitusi isomorf dan oleh karena pecahnya kepingnya partikel
pelat tersebut pada tepi-tepinya. Muatan negatif yang lebih besar dijumpai pada partikel-
partikel yang mempunyai spesifik yang lebih besar.
Jika ditinjau dari mineraloginya, lempung terdiri dari berbagai mineral penyusun,
antara lain mineral lempung (kaolinite, montmorillonite dan illite group) dan
mineral-mineral lain yang mempunyai ukuran sesuai dengan batasan yang ada
(mika group, serpentinite group).
Kaolinite

Kaolinite disebut sebagai mineral lempung satu banding satu (1:1). Bagian dasar
struktur ini adalah lembaran tunggal silica tetrahedral yang digabung dengan satu
lembaran tunggal alumina oktahedran (gibbsite) membentuk satu unit dasar dengan
tebal kira-kira 7,2Å (1Å=10-10m) seperti yang terlihat pada Gambar 2.5. Hubungan
antar unit dasar ditentukan oleh ikatan hidrogen dan gaya bervalensi sekunder.
Mineral kaolinite berwujud seperti lempengan-lempengan tipis masing-masing
degan diameter 1000Å sampai 20000Å dan ketebalan dari 100Å sampai 1000Å
dengan luasan spesifik per unit massa ± 15m2/gram.

Gambar 2.5. Struktur kaolinite (Grim, 1959)

Montmorillonite

Disebut juga mineral dua banding satu (2:1) karena satuan susunan kristalnya
terbentuk dari susunan dua lempeng silika tetrahedral mengapit satu lempeng
alumina oktahedral ditengahnya. Tebal satu satuan. unit adalah 9,6Å (0,96µm),
seperti ditunjukkan pada Gambar 2.6 sebagaimana dikutip Das, Braja M. (1985).
Hubungan antara satuan. unit diikat oleh ikatan gaya Van der Walls diantara
ujung-ujung atas dari lembaran silika itu sangat lemah, maka lapisan air (n.H20)
dengan kation yang dapat bertukar dengan mudah menyusup dan memperlemah
ikatan antar satuan susunan kristal mengakibatkan antar lapisan terpisah. Ukuran
unit massa sangat besar, dapat menyerap air dengan sangat kuat, mudah
mengalami proses pengembangan
Gambar 2.6. Struktur Montmorillonite (Grim, 1959)
Illite
Memiliki formasi struktur satuan kristal yang hampir sama dengan
montmorillonite. Satu unit kristal illite memilik tebal dan komposisi yang hampir
sama dengan montmorillonite. Perbedaannnya ada pada:
 Pengikatan antar unit kristal terdapat pada kalium (K) yang
berfungsi sebagai penyeimbang muatan sekaligus pengikat.
 Terdapat ±20% pergantian silikon (Si) oleh alumunium (Al)
pada lempeng tetrahedral.
 Struktur mineralnya tidak mengembang
sebagaimana montmorillonite.
Gambar satuan unit illite seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7. Struktur illite (Grim, 1959)


Substitusi dari kation-kation yang berbeda pada lembaran octahedral akan
mengakibatkan mineral lempung yang berbeda pula. Apabila ion-ion yang
disubtitusikan mempunyai ukuran sama disebut ishomorphous. Bila sebuah anion
dari lembaran oktahedral adalah hydroxil dan dua per tiga posisi kation diisi oleh
aluminium maka mineral tersebut disebut gibbsite dan bila magnesium
disubtitusikan ke dalam lembaran aluminium dan mengisi seluruh posisi kation,
maka mineral tersebut disebut brucite.
Chen (1975) membedakan jenis mineral lempung berdasarkan pada tebal dan
diameter partikel, luas permukaan spesifik butiran dan kapasitas pertukaran kation
seperti yang terlihat pada Tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Kisaran kapasitas tukar kation (Chen, 1975)

Kaolinite Illite Montmorillonit


e
Particle thickness (0,5-2)µm (0,003-0,1)µm <9,5Å
Particle diameter (0,5-4)µm (0,5-10)µm (0,05-10)µm
Spesific surface (sq. m/gram) 10 - 20 65 - 180 50 – 480
cation exchange capacity
3 - 15 10 - 40 70 – 80
(millequivalents per 100 gram)
Keterangan: 1Å=10-
10
m=0,1µm

Sifat Umum Mineral Lempung

Air sangat mempengaruhi sifat tanah lempung, karena butiran dari tanah lempung
sangat halus, sehingga luas permukaan spesifikasinya menjadi lebih besar. Dalam
suatu partikel lempung yang ideal, muatan negatif dalam keadaan seimbang,
selanjutnya terjadi substitusi isomorf dan kontinuitas perpecahan susunannya,
sehingga tejadi muatan negatif pada permukaan partikel kristal lempung. Salah
satu untuk mengimbangi muatan negatif, partikel tanah lempung menarik muatan
positif (kation) dari garam yang ada dalam air porinya. Hal ini disebut pertukaran
ion-ion.
Pertemuan antara molekul air dan partikel lempung akan menimbulkan lekatan
yang sangat kuat, sebab air akan tertarik secara elektrik dan air akan berada
disekitar partikel lempung yang disebut air lapisan ganda, sedangkan air yang
berada pada lapisan dalam disebu

air resapan. Lapisan air inilah yang menimbulkan gaya tarik menarik antar partikel
lempung yang disebut unhindered moisture film.
Pada Gambar 2.8 Hadiyatmo (1992) menerangkan bahwa molekul air bersifat
dipolar, yang berarti memiliki muatan positif dan negatif pada ujung yang
berlawanan sehingga dapat tertarik oleh permukaan lempung secara elektrik dalam
3 kasus, yaitu:
1. Tarikan antar permukaan negatif dan partikel lempung
dengan ujung positif dipolar.
2. Tarikan antar kation-kation dalam lapisan ganda dengan
muatan negatif dari ujung dipolar. Kation-kation ini tertarik oleh permukaan
partikel lempung yang bermuatan negative.
3. Andil atom-atom hidrogen dalam molekul air, yaitu ikatan
hidrogen antara atom oksigen dalam molekul-molekul air.

Gambar 2.8. Molekul air dipolar dalam lapisan ganda (Hardiyatmo, 1992)

Jadi jelaslah bahwa semakin luas permukaan spesifik tanah lempung, air yang
tertarik secara elektrik disekitar partikel lempung yang disebut air lapisan ganda
jumlahnya akan semakin besar. Air lapisan ganda inilah yang mengakibatkan sifat
plastis tanah lempung.Konsentrasi air resapan dalam mineral lempung memberi
bentuk dasar dari susunan tanahnya, tiap partikelnya terikat satu sama lain lewat
lapisan air serapannya. Selain itu, jarak antar partikel juga akan mempengaruhi
hubungan tarik menarik atau tolak menolak antar partikel tanah lempung yang
diakibatkan oleh pengaruh ikatan hidrogen, gaya Van Der Walls serta semacam
ikatan kimia organiknya. Bertambahnya jarak akan mengurangi gaya antar
partikel.

Jadi jelaslah bahwa ikatan antara partikel tanah yang disusun oleh mineral
lempung akan sangat besar dipengaruhi oleh besarnya jaringan muatan negatif
pada mineral, tipe, konsentrasi dan distribusi kation-kation yang berfungsi untuk
mengimbangi muatannya.
Gaya elektrostatik (gaya tarik menarik antara partikel bermuatan) yang terjadi pada
permukaan lempung (bermuatan negatif) dengan kation-kation yang berada
diantaranya, berpengaruh terhadap penyusutan ketebalan lapisan ganda karena
jumlah air yang terhidrasi menjadi berkurang.
Hal ini berdasarkan rumusan gaya elektrostatis:
q .q
F 1 2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.1)
r2

Keterangan :

F : Gaya elektrostatis q1 : Muatan partikel


1 q2 : Muatan partikel 2
r : jari-jari antar partikel bermuatan

F.PARTIKEL TANAH

Tanah dapat didefinisikan"sebagai material yang terdiri atas butiran mineralmineral padat yang
relatif lepas dan bahan-bahan organik yang telah melapuk disertai zat cair dan gas sebagai
pengisi rongga d, antara partikel-partikel padat tersebut. Tanah dapat terbentuk dari hasil
pelapukan batuan dan dan hasil pelapukan bahan organis. Karakteristik tanah ditentukan oleh
ukuran butiran dan jen.s material penyusunnya. Dilihat dari ukuran butirannya, pada tanah
dapat digunakan istilah lempung, pasir, lanau, dan kerikil. Sedangkan dari segi mineral
penyusunnya, tanah dapat juga disebut sebagai tanah bukan lempung (non-clay soils) meskipun
dan segi ukuran partikel tersebut masih dapat digolongkan sebagai partikel lempung.

2.3.PEMADATAN
Pemadatan adalah proses yang memakai tenaga dinamik untuk menjadikan tanah lebih padat dan
sekaligus mengeluarkan udara. Kadar air tanah tidak berubah ketika tanah itu dipadatkan ( Wesley,
2012). Teori pemadatan pertama kalinya dikembangkan oleh R.R. Proctor. Metode yang orisinil
dilaporkan melalui serangkaian artikel dalam Engineering New Record. Oleh karena itu, prosedur
dinamik laboratorium yang standar biasanya disebut dengan uji proctor. (Bowles, 1989).

Tujuan dari pengujian proctor itu sendiri untuk mengetahui kadar air optimum (Woptimum ) dan berat
isi kering maksimum (γd). Hasil dari pengujian ini berupa grafik hubungan kadar air dan berat isi kering
tanah, sehingga diperoleh kadar air optimum dan berat isi kering maksimum.

Perhitungan pemadatan dilakukan dengan menentukan suatu nilai berat isi kering (γdmaks) dengan
kadar air tertentu (Woptimum). Nilai ini didapatkan dengan kurva uji pemadatan suatu sampel tanah
dengan variasi nilai kadar air (w) dengan rumus :

Berat isi basah :

γ = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑡𝑎𝑛𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑚𝑜𝑢𝑙𝑑

𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑚𝑜𝑢𝑙𝑑 ( gr/cm3 ) ……………………………..(2.8)


Contoh-contoh kadar air diperoleh dari tanah yang dipadatkan, dan berat isi kering di hitung sebagai :
Berat isi kering :

γd = 𝛾

100+𝑤 x 100 ………………………………………………......(2.9)

Dengan:

𝛾 = berat volume butir tanah dan

w = kadar air

Berat volume kering jenuh tanah dapat dituliskan ke dalam persamaan berikut :

𝛾𝑑 = 𝐺𝑠

1+w𝐺𝑠 γw ………………………………………;;……....(2.10)

Dengan Gs = berat spesifik butiran tanah padat dan γw = berat jenis air
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Mekanika Tanah adalah bagian dari Geoteknik yang merupakan salah satu cabang dari ilmu
Teknik Sipil. Tanah merupakan materi dasar yang menerima sepenuhya penyaluran beban yang
ditimbulkan akibat dari bangunan konstruksi diatasnya. Kebutuhan lahan untuk pembangunan
terus bertambah, oleh karena itu pembangunan terpaksa dilakukan di atas tanah yang kurang
memenuhi ketentuan.

3.2  Saran
Dalam penulisan makalah ini tentulah mempunyai banyak kekurangan-kekurangan yang perlu
dilengkapi oleh pembaca-pembacayang memiliki disiplin ilmu tentang pembahasan ini.oleh
masukanya yang bersifat membangun sangat diharapkan.semoga bermanfaat untuk mengisi
kebutuhanakan bacaan bagi mahasiswa yang terkait dengan pengembangan pola pikir yang
sejajar,selaras dan seimbang.
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.umm.ac.id/36917/3/jiptummpp-gdl-tatiksulis-51391-3-babii.pdf
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/4584/g.%20BAB%203.pdf?
sequence=7&isAllowed=y
https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1204105034-3-BAB%202.pdf

Anda mungkin juga menyukai