Anda di halaman 1dari 53

MATA KULIAH : DASAR – DASAR

MEKANIKA TANAH

SILABUS :
1. SIFAT-SIFAT ALAMIAH TANAH
2. ANALISA BUTIRAN TANAH DENGAN SARINGAN DAN
HIDROMETER
3. KONSISTENSI TANAH KOHESIF
4. KLASIFIKASI TANAH
5. HUBUNGAN UNSUR-UNSUR DALAM TANAH
6. PENGUJIAN PEMADATAN TANAH
7. KONTROL KEPADATAN TANAH DI LAPANGAN
8. TEGANGAN EFEKTIF TANAH
9. PENGARUH GAYA REMBESAN TERHADAP TEGANGAN
EFEKTIF
10. KUAT GESER TANAH
11. PENGUJIAN KUAT GESER TANAH
12.KUAT GESER TANAH PASIR
13. KUAT GESER TANAH LEMPUNG

1
REFERENSI
1. Bowles, J.E., 1991, “Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah”,
Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.

2. Craig, R.F., 1994 “Mekanika Tanah”, Terjemahan oleh


Budi S, Penerbit Erlangga, Jakarta.
3. Das, B.M, 1994, Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa
Geoteknis), Penerbit Erlangga, Jakarta.
4. Hardiyatmo, H.C, 2002, Mekanika Tanah I (edisi III), Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.

2
PENDAHULUAN
A.Penggunaan Ilmu Mekanika Tanah
Bidang Mekanika Tanah berkembang cepat. Pengetahuan Mekanika
Tanah sangat berguna untuk memecahkan masalah masalah sebagai
berikut :
1. Perencanaan Pondasi dan Konstruksi
Pondasi merupakan elemen penting pada segala struktur,
seperti terowongan, bangunan, jembatan, bendungan dll, sehingga
kita perlu mengetahui kuat dukung tanah, pola distribusi tegangan di
dalam tanah yang berada di bawah lokasi pembebanan, kemungkinan
penurunan pondasi, efek air tanah, efek getaran, dll. Jenis pondasi
seperti pondasi telapak, pondasi tiang, pondasi sumuran dll sangat
bergantung pada jenis lapisan tanah, besarnya beban dan kondisi air
tanah.
2. Perencanaan Permukaan Jalan (pavement design)
Permukaan jalan dapat berupa perkerasan fleksibel atau
perkerasan kaku dan itu tergantung pada lapisan tanah yang berada di
bawahnya. Tebal perkerasan juga tergantung karakteristik lapisan
tanah yang ada di bawahnya yang harus ditentukan sebelum
perencanaan.
3. Perencanaan Struktur Di Bawah Tanah Dan Dinding Penahan Tanah.
Perencanaan dan konstruksi bawah tanah seperti terowongan,
basement, jaringan pipa drainase, dinding tanah, sangat memerlukan
Mekanika Tanah sebagai dasar.
4. Perencanaan Embankment dan Penggalian.

3
Jika lapisan tanah tidak horizontal, maka berat tanah yang
Berada di lapisan atas akan bergerak ke bawah dan akan mengganggu
stabilitas lapisan tanah tersebut. Pengetahuan tentang gaya geser dan
sifat-sifat tanah sangat penting untuk perencanaan embankment atau
kedalaman galian.
5. Perencanaan Bendungan Tanah
Karena Tanah merupakan material utama untuk pengurukan
dari suatu bendungan tanah, maka sifat-sifat tanah yang perlu
diketahui adalah berat volume, plastisitas tanah, specific gravity,
distribusi butiran tanah dan gradasi tanah, permeabilitas tanah,
konsolidasi, kekuatan geser tanah dan penentuan kadar air optimum
yang merupakan faktor utama dalam perencanaan bendungan. Semua
itu akan dipelajari dalam Mekanika Tanah.

BAB I.SIFAT ALAMIAH TANAH


A. PROSES TERHADINYA TANAH
Tanah adalah himpunan material, bahan organik dan endapan-
endapan yang relatif lepas (loose) yang terletak di atas batuan
dasar(bedrock).

Tanah terbentuk dari proses penghancuran batuan yang sifat


alamiahnya dipengaruhi oleh proses terjadinya tanah tersebut. Proses
penghancuran batuan dapat terjadi :
1. Secara Fisis
2. Secara Kimiawi
1. Proses Fisis
a) Erosi akibat tiupan angin
b) Pengikisan oleh butir air dan gletsyer

4
c) Perpecahan batuan akibat pembekuan dan pencairan es dalam
batuan
d) Letusan gunung berapi
Sifat-sifat :
a) Komposisi mineral sama dengan batuan asal
b) Partikel berbentuk utuh (bulky)
c) Bentuk : bersudut, agak bersudut dan bulat
d) Ukuran : berangkal (boulder) sampai serbuk halus
e) Partikel berhubungan tanpa ikatan atau kohesi
f) Deskripsi : Butiran tunggal (single grain), tanah berbutir (granural
soil)
g) Kekuatan : Gesekan antar partikel (internal friction )

Gambar 1.1. Struktur butiran tunggal


2. Proses Kimiawi
Pelapukan akibat asam atau alkali, karbon dioksida dan lain-
lain bahan kimia yang terdapat dalam air yang menyebabkan
pelapukan batuan.
Sifat-sifat :

5
a) Komposisi mineral tidak sama dengan batuan asal
b) Partikel berbentuk kelompok Kristal.
c) Bentuk : Lempengan dengan permukaan relative luas
dibanding dengan tebalnya.
d) Ukuran : Koloid ( <0,002 mm)
e) Partikel : Saling melekat
f) Deskripsi : Mineral Lempung (clay mineral), tanah kohesif
(cohesive soil)
g) Kekuatan : Lekatan (kohesi) antar partikelnya
h) Tambah air mengembang

Gambar 1.2. Struktur lempung : (a) terdispersi, (b) terflokulasi, (c)


bookhouse (d) turbostratic, (e) lempung asli

(a) Terdispersi : Susunan berorientasi sisi ke sisi


(b) Treflokulasi : Susunan berorientasi ujung ke ujung
(c) Turbostratic : Himpunan dengan orientasi sisi ke sisi
(d) Bookhouse : Himpunan dengan orientasi ujung ke ujung
(e) Lempung asli : Bercampur dengan partikel tanah yang lebih besar
(lanau)

6
B. JENIS-JENIS TANAH
1. Tanah lempung

Lempung (clay) sebagian besar terdiri dari partikel mikroskopis dan


submikroskopis (tidak dapat dilihat dengan jelas bila hanya dengan
mikroskopis biasa) yang berbentuk lempengan-lempengan pipih dan
merupakan partikel-partikel dari mika, mineral-mineral lempung (clay
mineral), dan mineral-mineral yang sangat halus lain.
Lempung didefinisikan sebagai golongan partikel yang mempunyai
ukuran kurang dari 0,002 mm (= 2 mikron) (Das,1985). Namun demikian, di
beberapa kasus, partikel berukuran antara 0,002 mm sampai 0,005 mm juga
masih digolongkan sebagai partikel lempung (ASTM D-653). Pada kondisi ini
tanah diklasifikasikan sebagai lempung (hanya berdasarkan ukurannya saja).
Belum tentu tanah dengan ukuran partikel lempung tersebut juga
mengandung mineral- mineral lempung (clay mineral).
Ditinjau dari segi mineral (bukan ukurannya), yang disebut tanah
lempung ialah yang mempunyai partikel-partikel tertentu yang
menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air
(Grim,1953 dalam Das, 1985).
Jadi dari segi mineral tanah, tanah dapat juga disebut sebagai tanah
bukan lempung (non clay soil) meskipun terdiri dari partikel-partikel yang
sangat kecil (partikel-partikel quartz, feldspar, dan mika dapat berukuran
submikroskopis, tetapi umumnya mereka tidak dapat menyebabkan
terjadinya sifat plastis pada tanah). Dari segi ukuran partikel-partikel
tersebut memang dapat digolongkan sebagai pertikel lempung. Untuk itu,
akan lebih tepat bila partikel-partikel tanah yang berukuran < 2 mikron, atau
< 5 mikron menurut sistem klasifikasi yang lain, disebut saja sebagai partikel
berukuran lempung dari pada disebut sebagai lempung saja. Partikel-

7
partikel dari mineral lempung umumnya berukuran kaloid (< 1) dan ukuran
2 merupakan batas atas (paling besar) dari ukuran partikel lempung.
A. Mineral lempung.

Mineral-mineral lempung terutama terdiri dari silikat aluminium atau


besi dan magnesium. Beberapa diantaranya juga mengandung alkali atau
tanah alkalin sebagai komponen yang penting. Mineral-mineral ini terutama
terdiri dari kristalin dengan atom-atom yang membentuknya tersusun dalam
suatu pola geometris tertentu. Sebagian besar mineral lempung mempunyai
struktur berlapis. Beberapa diantaranya mempunyai bentuk silinder
memanjang atau struktur yang berserat (Bowles, 1991).
Umumnya, terdapat kira-kira 15 macam mineral yang diklasifikasikan
sebagai mineral lempung (Kerr,1959, dalam Hardiyatmo,1999). Antara lain
terdiri dari kelompok-kelompok : montmorillonite, illite, kaolinite, dan
polygorskite. Kelompok lain yang perlu diketahui adalah : chlorite,
vermiculite, dan halloysite.
Kaolinite, merupakan mineral dari kelompok kaolin, terdiri dari
susunan satu lembar silika tetrahedra dengan satu lembar alumina
oktahedra, dengan satuan susunan setebal 7,2 A0 (1 Angstrom = 10-10 m).
Kedua lembaran terikat bersama-sama, sedemikian rupa sehingga ujung dari
lembaran silika dan satu lapisan lembaran oktahedra membentuk sebuah
lapisan tunggal. Dalam kombinasi lembaran silika dan alumina, keduanya
terikat oleh ikatan hidrogen. Pada keadaan tertentu, partikel kaolinite
mungkin lebih dari 100 tumpukan yang sukar dipisahkan. Olehkarena itu,
mineral ini stabil dan air tidak dapat masuk diantara lempengan untuk
menghasilkan pengembangan atau penyusutan pada sel satuannya.

8
Halloysite, hampir sama dengan kaolinite, tetapi kesatuan yang
berurutan lebih acak ikatannya dan dapat dipisahkan oleh lapisan tunggal
molekul air. Jika lapisan tunggal air menghilang oleh karena proses
penguapan, mineral ini akan berkelakuan lain. Maka, sifat tanah berbutir
halus yang mengandung halloysite akan berubah secara tajam jika tanah
dipanasi sampai menghilangkan lapisan tunggal molekul airnya.
Montmorillonite, adalah mineral yang dibentuk oleh dua lembar silika
dan satu lembar alumina (gibbsite). Lembaran oktahedra terletak diantara
dua lembaran silika dengan ujung tetrahedra tercampur dengan hidroksil
dari lembaran oktahedra untuk membentuk satu lapisan aluminium oleh
magnesium. Karena adanya gaya ikatan Van der Waals yang lemah diantara
ujung lembaran silika dan terdapat kekurangan muatan negatif dalam
lembaran oktahedra, air dan ion-ion yang berpindah-pindah dapat masuk
dan memisahkan lapisan. Jadi kristal montmorillonite sangat kecil, tetapi
pada waktu tertentu mempunyai gaya tarik yang kuat terhadap air. Tanah-
tanah yang mengandung montmorillonite sangat mudah mengembang oleh
tambahan kadar air (tanah ekspansif).
Mekanisme perubahan volume akibat perubahan kadar air, dapat
ditentukan dengan mengetahui jenis air yang terkandung dalam suatu massa
tanah. Air yang terkandung di dalam suatu masa tanah terdiri dari dua
bagian, yaitu air yang bersifat higroskopis dan selaput air. Air higroskopis
mengisi rongga-rongga antar butir dan dapat keluar dengan proses
pemanasan atau konsolidasi. Sedangkan selaput air dapat menimbulkan gaya
tarik menarik antara butir, yang disebut andhered moisture film.
Illite, adalah bentuk mineral lempung yang terdiri dari mineral-mineral
kelompok illite. Bentuk susunan dasarnya terdiri dari sebuah lembaran
aluminium oktahedra yang terkait diantara dua lembaran silika tetrahedra.

9
Dalam lembaran oktahedra, terdapat substitusi parsial aluminium oleh
magnesium dan besi, dan dalam lembaran tetrahedra terdapat pula
substitusi silikon oleh aluminium. Lembaran-lembaran terikat bersama-sama
oleh ikatan lemah ion-ion kalium yang terdapat di antara lembaran-
lembarannya. Ikatan-ikatan dengan ion kalium (K+) lebih lemah daripada
ikatan hidrogen yang mengikat satuan kristal kaolinite, tapi sangat lebih kuat
daripada ikatan ionik yang membentuk kristal montmorillonite. Susunan illite
tidak mengembang oleh gerakan air diantara lembaran-lembarannya.
Struktur umum dari illite diturunkan dari muscovite (mika) dan biotite, atau
disebut dengan lempung mika.
Umumnya partikel-partikel tanah lempung mempunyai muatan negatif
pada permukaannya. Hal ini disebabkan oleh adanya substitusi isomorf.
Muatan negatif yang lebih besar dijumpai pada partikel-partikel yang
mempunyai luasan spesifik yang lebih besar. Mineral montmorillonite,
adalah jenis mineral yang mempunyai luas permukaan spesifik terbesar
dengan kapasitas pertukaran kation terbesar dari kelompok mineralnya,
disusul berturut-turut mineral illite
B .Aktivitas tanah lempung.
Analisis nilai aktivitas didasarkan pada indeks plastisitas (interval kadar
air dimana tanah masih bersifat plastis.Indeks plastisitas menunjukan sifat keplastisan

tanah) dengan persentasi berat fraksi lempung < 2 m. Menurut Skempton

(1953), dalam Das (1985), aktivitas adalah perbanding antara indeks


plastisitas dengan persen butiran yang lolos ayakan 2.
Aktivitas dapat digunakan untuk mengidentifikasi mineral lempung
dominan suatu tanah. Identifikasi dilakukan dengan menggunakan Tabel I.1.
Tabel I.1. Aktivitas mineral lempung (Mitchell,1976 dalam Das, 1985)

10
Mineral Aktivitas (A)
Smectites
(montmorillonite) 1-7  
Illite   0,5-1  
Kaolinite   0,5  
Halloysite (2H2 O)   0,5  
Halloysite (4H2 O)   0,1  
Attapulgite   0,5-1,2  
Allophan
e     0,5-1,2  

c. Potensi pengembangan (swelling potential).


Mineral lempung, ukuran butiran tanah, kadar air dan indeks
plastisitas sangat berpengaruh pada potensi pengembangan tanah lempung.
Peningkatan persentase ukuran butiran berdasarkan fraksi lempung (0,002
mm) dan indeks plastisitas pada berbagai mineral lempung akan
meningkatkan persentase potensial pengembangan (Chen, 1975). Hubungan
antara potensi pengembangan dengan indeks plastisitas dapat dilihat pada
Tabel I.2.

Tabel I.2. Hubungan antara potensi pengembangan dengan indeks


plastisitas (Chen,1975)

Potensi pengembangan Indeks plastisitas


Rendah   0-15
Sedang   10-35
Tinggi   20-55
Sangat tinggi   >35

11
II. ANALISA UKURAN BUTIRAN TANAH

2.1. Ukuran butiran tanah


Secara garis besar ukuran butiran tanah dibagi sebagai berikut :
Butir halus :

1. Lempung (clay) : kurang dari 0,002 mm


2. Lanau (silt) : 0,002-0,06 mm
Butir kasar :
1. Pasir (sand)
(a) Halus : 0,06 - 0,20 mm
(b) Sedang : 0,20 - 0,60 mm
(c) Kasar : 0,60 - 2,00 mm
2. Kerikil (gravel) : 2,00 - 60,0 mm
3. Kerakal (cobbles) : 60,0 - 200 mm
4. Berangkal (boulder) : lebih besar dari 200 mm

2.2. Analisa ukuran butiran tanah berbutir halus


Analisa ukuran butiran tanah adalah menentukan
persentase berat partikel dalam rentang ukuran yang
berbeda.. Analisa ukuran butiran tanah yang berbutir halus
dilakukan dengan cara pengendapan dengan
menggunakan alat yang disebut Hidrometer sehingga
sering disebut analisa Hidrometer.

12
1.) Sampel tanah dioven selama 24 jam dengan berat awal
50 – 60 gram,
2.) Mendinginkan sampel dan meletakkan dalam
mangkok dan diberi aquades sampai seluruhnya terendam, kemudian
mencampurkannya dengan sodium silikat 5 ml,
3.) Mengaduk campuran tanah, air dan sodium silikat 5
ml, dengan mixer selama 15 menit, agar larutan menjadi homogen,
4.) Memasukkan larutan kedalam gelas ukur 1000 ml dan
menambahkan aquades hingga volumenya 1000 ml,
5.) Setelah itu larutan didiamkan selama 24 jam dalam
gelas ukur ,
6.) Mengocok larutan sebanyak 30 kali (bolak balik)
hingga larutan benar-benar homogen, lalu memasukkan pelampung
hyrometer dan thermometer,
7.) Pada saat pelampung hyrometer posisi
diam,menghidupkan stop watch dan pengukuran dimulai,
8.) Lakukan pembacaan dan pencatatan penurunan
pelampung dan suhu selang waktu 0, 2, 5, 15, 30, 60, 240, 1440 menit.
Hukum Stokes
Menghitung diameter butiran tanah dengan rumus :
30L
d 
980(G  R )T

dengan :
d = diameter butir (mm)
ƞ = koefisien kekentalan (poise = dyne.det/cm2)
L = jarak pengendapan (cm)
T = waktu pengendapan (menit)

13
Gs = berat jenis tanah
R = berat jenis larutan (gr/cm3)
Menghitung persen (%) lebih kecil dari diameter terukur
Sebagai misal dalam 1 cm3 larutan tanah terdapat m gram butir tanah
m
Volume butir tanah = G
cm3
m
Volume air = (1- G ) cm3
m
Berat air = (1- G ) ɣw gram

m
Berat larutan = m + (1- G ) ɣw gram

m
m  (1  ) w
G
Berat jenis larutan = 1 = R (diukur dengan hidrometer )
R w
m = G  G
w

ɣw = berat jenis air = 1, sehingga dalam 1000 cm3 larutan


R 1
m= G 1
G x 1000

Jika berat contoh tanah yang dilarutkan = w gram


( R  1)G
% (persen) lebih kecil = (G  1) w x 1000 x 100 %

Contoh soal 2.1.


Berat contoh tanah = 50 gram
Tinggi pengendapan = 17,5 cm
Waktu pengendapan = 5 menit
Koefisien kekentalan = 0,01002 poise
Berat jenis tanah = 2,65
Berat jenis larutan = 1,01
(30)(0,01002)(17,5)
d= (980)(2,65  1,01)(5)
= 0,025 mm

14
(1,01  1)(2,65)
Persen lebih kecil dari 0,025 mm = p = ( 2,65  1)50 x 1000 x 100 = 32,12

2.2. Analisa ukuran butiran tanah berbutir kasar


Analisa ukuran butiran dilakukan dengan menggunakan alat
Saringan. Saringan berupa anyaman kawat. Jarak antar kawat merupakan
ukuran dari saringan tersebut. Ukuran-ukuran saringan sudah standar
dengan satuan inchi atau milimeter. Untuk ukuran saringan lebih kecil dari
4,75 mm dinyatakan dengan nomer saringan. Nomer saringan menyatakan
jumlah kawat dalam jarak 1 inchi. Misalnya saringan nomer 4 berarti dalam
jarak 1 inchi terdapat 4 kawat. Saringan nomer 4 ini sama dengan ukuran
saringan 4,75 mm. Untuk menganalisa ukuran butiran tanah saringan
disusun secara berurutan dari yang paling besar berada paling atas
selanjutnya dibawahnya saringan dengan ukuran yang lebih kecil. Bawah
sendiri adalah pan (tutup bawah)
Langkah-langkah uji analisa saringan :

1.) Mencuci sampel hyrometer, kemudian disaring


dengan saringan No. 200 sampai bersih dan dioven selama 24 jam,
2.) Sampel tanah kering yang telah dioven selama 24 jam
ditimbang bersama cawan,
3.) Memasukkan sampel dalam susunana saringan
kemudian digetarkan dengan alat penggetar,
4.) Menimbang tanah yang tertinggal pada tiap saringan.
Susunan saringan dapat dilihat pada Gambar sebagai berikut :

15
a gram
3 inch = 75 mm
b gram
2 inch = 50 mm
c gram
1 inch = 25 mm
d gram
No.4 = 4,75 mm
e gram
No.10 = 2 mm
f gram
No.40 = 0,425 mm
g gram
No.200 = 0,075 mm
h gram
Pan = tutup

Misal seluruh berat contoh tanah yang digunakan untuk uji analisis ukuran
butiran tanah adalah A gram dan berat yang tertahan pada masing-masing
saringan adalah a,b,c,d,e,f,g dan h gram seperti dalam gambar di atas. Berat
yang lebih besar dari masing masing saringan (yang tertahan) adalah sebagai
berikut :
No.200 (0,075 mm) = (a + b + c + d + e + f + g ) gram
No.40 (0,425 mm) = (a + b + c + d + e + f ) gram
No.10 (2 mm) = (a + b + c + d + e ) gram
No.4 (4,75 mm) = (a + b + c + d ) gram
1 inchi (25 mm) = (a + b + c ) gram
2 inchi (50 mm) = (a + b ) gram
3 inchi (75 mm) = (a ) gram
A = ( a + b + c + d + e + f + g + h ) gram
Perhitungan persen lebih kecil atau persen lolos seperti pada tabel berikut :
Ukuran % lebih besar (tertahan) % lebih kecil
saringan (lolos)
a
p1 = x100%
3 inchi A 100 - p1

16
( a  b)
p2 = x100%
2 inchi A 100 - p2

(a  b  c)
1 inchi p3 = x100% 100 - p3
A

(a  b  c  d )
No.4 p4 = x100%
A 100 - p4

( a  b  c  d  e)
p5 = x100%
No.10 A 100 - p5
(a  b  c  d  e  f )
No.40 p6 = x100%
A 100 - p6
(a  b  c  d  e  f  g )
No.200 p7 = x100%
A 100 - p7

Dari hasil analisa pembagian ukuran butiran tanah tersebut di atas


selanjutnya dibuat gambar yang menunjukkan hubungan antara ukuran
butiran tanah dan persen lebih kecil (persen lolos).
Dari gambar pembagian ukuran butiran tanah dapat diketahui koefisien
keseragaman tanah (Cu) dengan rumus :
D60
Cu 
D10

dengan : D60 = diameter butiran tanah yang mana 60 % tanah lolos


ukuran tersebut (diameter yang meloloskan 60% butiran
tanah)
D10 = diameter butiran tanah yang mana 10 % tanah lolos
ukuran tersebut (diameter yang meloloskan 10% butiran
tanah)
Derajat keseragaman tanah ditentukan bedasar nilai koefisien keseragaman
tanah.
Cu < 5 : tanah sangat seragam (uniform)

17
Cu = 5-15: tanah medium seragam
Cu > 15 : tanah sangat tidak seragam ( well graded)
Sand (pasir)
clay silt ( lanau ) Gravel (kerikil)
halus sedang kasar
100

90

80

70 Gradasi seragam
Persen Lolos ( % )

60 Gradasi baik
50

40

30 Gradasi Senjang

20

10

0
0,001 0,01 0,1 1 10 100
Ukuran Saringan ( mm )
Gambar Pembagian Ukuran Butiran Tanah ( Gradasi )

Untuk keperluan klasifikasi tanah dihitung pula koefisien gradasi (Cc) tanah
dengan rumus:
(D30 ) 2
Cc 
D10 x D 60

dengan :
D30 = diameter butiran tanah yang mana 30 % tanah lolos ukuran
tersebut
1 < Cc < 3 ( well graded )
Contoh soal 2.2.
Contoh tanah seberat 59,1 gram dianalisa dengan hidrometer menghasilkan
data sebagai berikut :
Lebih kecil dari 0,05 mm = 24,6 gram
Lebih kecil dari 0,005 mm = 10,2 gram

18
Selanjutnya butiran tanah yang tertahan saringan 200 dilakukan analisa saringan,
menghasilkan data sebagai berikut :
Ukuran saringan 50 mm 25 mm No.4 No.10 No.40 N0.200
Berat tertahan 0 2,8 3,4 8,5 6,7 10,2
(gr)

1) Gambar diagram pembagian ukuran butiran tanah (gradasi) !


2) Hitung koefisien keseragaman dan simpulkan keseragaman butirannya !
3) Hitung koefisien gradasi !
Penyelesaian :
Berat tertahan No.200 = (2,8+3,4+8,5+6,7+10,2)gram = 31,6 gram
Berat lolos No.200 = (59,1-31,6) gram = 27,5 gram
Berat tanah diameter antara 0,05 mm dan 0,075 mm = (27,5-24,6) gram =
2,9 gram
Berat tanah diameter antara 0,005 mm dan 0,05 mm = (24,6-10,2) gram =
14,4 gram
Berat lebih kecil dari 0,005 mm = 10,2 gram
Perhitungan selanjutnya dengan tabel berikut :
Ukuran Berat tertahan % tertahan % kumulatif
butiran tiap saringan tiap saringan tertahan Lolos
(gram)
50 mm 0 0 0 100
25 mm 2,8 4,74 4,74 95,26
4,75 mm 3,4 5,75 10,49 89,51
2,00 mm 8,5 14,38 24,87 75,13
0,475 mm 6,7 11,34 36,21 63,79
0,075 mm 10,2 17,26 53,47 46,53
0,050 mm 2,9 4,91 58,38 41,62
0,005 mm 14,4 24,37 82,75 17,25

19
pan 10,2 17,25 100 0
100

90

80

70

60
% lolos

50

40

30

20

10

0
0,001 0,01 0,1 1 10 100

Ukuran butiran (mm)


\
Gambar pembagian ukuran butiran tanah
Dari gambar pembagian ukuran butiran tanah diperoleh :
D60 = 0,3 mm D10 = 0,003 mm D30 = 0,018 mm
Koefisien keseragaman :
60 D 0,300
Cu = D  0,003  100 > 15, maka tanah gradasinya sangat tidak seragam
10

(well graded).
Koefisien gradasi :
(D 30 )2 (0,018) 2
Cc =   0,36
D10 x D 60 0,0030 x 0,3

Soal ujian :
Hasil uji analisis distribusi ukuran butiran tanah sebagai berikut :
Diameter butiran Berat
tanah (mm) tertahan
(gram)
4,75 0,00
2,36 17,5

20
1,18 18,3
0,6 14,0
0,3 10,1
0,21 9,5
0,15 7,0
0,075 2,3
0,02 2,0
0,006 1,5
0,002 0

1) Gambar diagram pembagian ukuran butiran tanah (gradasi) !


2) Hitung koefisien keseragaman dan hitung koefisien gradasi serta
simpulkan keseragaman butirannya !

Tanah untuk filter ( penyaring )


Tanah untuk filter harus mempunyai sifat :
1) Permeabel sehingga air mudah mengalir.
2) Pori-pori tidak terlalu besar sehingga tanah yang dilindungi tidak ikut
terbawa rembesan.

21
Contoh:

filter
filter
filter

(a) Bendungan (b) Dinding (c) Bangunan bawah


penahan tanah

Syarat filter :
1) Terhadap tanah yang dilindungi
Diagram pembagian butirannya harus memenuhi syarat :
D15 f D15 f
5 dan 5 atau 5 D85s > D15f > 5 D15s
D85 s D15s

dengan : f = filter s = tanah yang dilindungi


2) Terhadap lubang
filter
D85 f
(a) lubang lingkaran : 1
lubang  lub ang
D 85f
(b) lubang persegi : 1,2
lebar lubang

22
100
90
80
70
Tanah yang dilindungi Daerah yang sesuai
60
% lolos

untuk filter
50
40
30
20
10
0
D15s 5D15s D85s 5D85s
0,001 0,01 0,1 1 10 100
Ukuran butiran tanah (mm)

Misalkan tanah yang akan dilindungi setelah dibuat diagram pembagian


ukuran butiran (gradasi) hasilnya seperti dalam gambar di atas dan diperoleh
:
D15s = 0,005 mm dan D85s = 0,1 mm, sehingga 5D15s = 0,025 mm dan 5D85s =
0,5 mm
Maka tanah untuk filter gradasinya harus memenuhi : 0,5 mm > D15f > 0,025
mm

23
III. KONSISTENSI TANAH

Konsistensi tanah adalah merupakan kondisi tanah yang dipengaruhi oleh kadar
air tanah tersebut. Sesuai dengan kadar airnya konsistensi tanah dapat berupa kaku (solid),
semi plastis, plastis atau cair. Berbagai macam konsistensi tanah ini hanya berlaku untuk
tanah kohesif (tanah lempung) seperti pada Gambar 3.1.

Volume
A

Vv = Vw
Vtotal

C B cair
plastis
Vv semi
solid plastis
Vs Vs
kadar air
O WS WP WL

Gambar 3.1. Konsitensi tanah yang dipengaruhi oleh kadar air


WS, WP dan WL disebut batas-batas konsistensi tanah atau sering disebut batas Atterberg
(Atterberg Limits) karena yang menemukan istilah ini adalah Atterberg seorang ilmuwan
tanah dari Swedia.
WL = Batas cair (Liquid Limit = LL ) merupakan kadar air yang menjadi batas peralihan
konsistensi tanah dari cair ke plastis atau sebaliknya.
Wp = Batas plastis (Platic Limit = PL) adalah kadar air pada kedudukan antara daerah
plastis dan semi padat, merupakan persentase kadar air dari tanah tersebut apabila
digulung membentuk silinder dengan diameter 3,2 mm mulai retak-retak.
WS = Batas susut (Shrinkage Limit = SL ) adalah kadar air pada kedudukan antara daerah
semi padat dan padat, yaitu persentase kadar air dari tanah tersebut apabila dilakukan
pengurangan kadar air selanjutnya tidak mengakibatkan perubahan volume tanah.

24
Plasticity Index. Indeks plastisitas (PI) merupakan interval kadar air dimana tanah masih
bersifat plastis. Oleh karena itu, indeks plastisitas menunjukan sifat keplastisan
tanah. Apabila tanah mempunyai indeks plastisitas yang tinggi maka tanah
mengandung banyak butiran lempung. Jika indeks plastisitas rendah, seperti lanau,
sedikit pengurangan kadar air berakibat tanah menjadi kering. Indeks plastisitas
dapat dihitung dengan persamaan :
PI = LL – PL
Dengan : LL = batas cair, %
: PL = batas plastis, %
Garis AB menunjukkan kondisi tanah yang jika dikeringkan volumenya menyusut
dan kadar airnya adalah kadar air jenuh (saturated). Pada kondisi jenuh volume rongga
udara (Vv) sama dengan volume air (Vw). Garis BC menunjukkan kondisi tanah yang
volumenya tetap walaupun kadar airnya berkurang. Kondisi ini terjadi pada tanah solid
(kaku).
Menurut Atterberg, 1911 (dalam Hardiyatmo, 1999) tingkat plastisitas tanah dibagi
dalam 4 tingkatan berdasarkan nilai indeks plastisitasnya yang ada dalam selang antara 0
% dan 17 %. Batasan mengenai indeks plastisitas, sifat, macam tanah, dan kohesi dapat
dilihat pada Tabel III.1
Tabel III.1. Nilai indeks plastisitas dan macam tanah (Atterberg, 1911, dalam
Hardiyatmo,2002)

PI Sifat Macam tanah Kohesi


0 Non plastis Pasir Non kohesif
<7 Plastisitas rendah Lanau Kohesif sebagian
7-17 Plastsistas sedang Lempung berlanau Kohesif
>17 Plastisitas tinggi Lempung Kohesif

Langkah-langkah uji batas cair :


1) Masukkan sampel tanah asli kering udara lolos saringan No.40 kedalam dish (cawan
porselin) dan tambahkan air secukupnya, aduk-aduk dengan spatula,
2) Apabila adukan tanah ini telah merata, dan kebasahannya kira-kira telah menghasilkan
sekitar 15-40 pukulan pada percobaan, maka menaruh tanah tersebut dengan spatula ke
dalam mangkok Casagrande (liquid limit divice), meratakan permukaan tanah dan
dibuat mendatar dengan ujung terdepan tepat pada ujung terbawah mangkok, dengan
demikian tebal tanah pada bagian terdalam adalah 1 cm.

25
3) Dengan alat pembarut (groving tool), dibuat alur lurus pada garis tengah mangkok
searah dengan sumbu alat, sehingga tanah terpisah menjadi dua bagian sesuai ukuran
pembarut, untuk menghindari alur yang tidak baik atau tergesernya tanah dalam
mangkok, dibarut dengan gerakan maju atau mundur sedikit lebih dalam,
4) Selanjutnya :
a) Segera melakukan gerakan pemutaran, sehingga mangkok terangkat dan jatuh pada
alasnya dengan kecepatan 2 putaran per detik, sampai kedua bagian tanah bertemu atau
menyatu kira-kira 12,7 mm. Mencatat jumlah pukulan yang diperlukan untuk
menyatukan tanah tersebut, mengambil sebagian tanah yang bertemu untuk dicari
kadar airnya,
b) Apabila pada percobaan pertama jumlah pukulan yang diperoleh lebih dari 35 kali,
berarti tanah kurang basah dan kembalikan tanah dari mangkok Casagrande ke cawan
porselin untuk ditambahkan air sedikit demi sedikit dan diaduk sampai merata seperti
pada percobaan pertama,
c) Mencuci dan mengelap mangkok Casagrande dan mengulangi pekerjaan seperti
tersebut diatas, hingga memperoleh jumlah pukulan antara15-25, 20-30, 25-40, sebagai
catatan bahwa tanah semakin basah, maka jumlah pukulan makin sedikit.
5). Mengambil contoh tanah sisa setiap pukulan, kemudian diperiksa kadar airnya.
Kadar air dihitung dengan rumus sbb:

Ww
Kadar air ( w)  x100%
Ws

dengan :
w = kadar air (%)
Ww = berat air dalam tanah (gram)
Ws = berat tanah kering oven (gram)
Alat-alat yang digunakan sebagai berikut :

Cawan oven

26
Cawan Oven Timbangan

Spatula Dish Saringan No.40

Liquid limit device


Contoh perhitungan
  Banyaknya Pukulan 18 26 35 44
A Nomor Cawan 1 2 3 4
B Berat Cawan ( gr ) 9 9 13 9
C Berat Cawan + Contoh Basah ( gr ) 21 19 26 17
D Berat Cawan + Contoh Kering ( gr ) 16 15 21 14
E Berat Air E = C - D ( gr ) 5 4 5 3
F Berat Contoh Kering F = D - B ( gr ) 7 6 8 5
G Kadar Air G = (E/F) X 100 % 71,43 66,67 62,50 60,00
H Kadar air pukulan 25 dari grafik (% ) 66,60

27
Langkah-langkah uji batas plastis :
1) Memasukkan tanah asli kering udara lolos No.40 kedalam cawan porselin dan
menambahkan air secukupnya, diaduk dengan spatula sampai air merata bercampur
dengan tanah sehingga tanah mudah dibentuk seperti bola dan tidak terlalu melekat
dengan jari bila ditekan dengan jari,
2) Mengambil tanah plastis tersebut dan dibentuk ellipsoida, menggulung tanah tersebut
dengan jari tangan ke plat kaca secara pelan-pelan sehingga akan terbentuk batang-
batang dengan diameter yang seragam,
3) Ketika diameter tanah menjadi ± 3,2 mm, tekanan tanah dikurangi dan digulung terus
dengan diameter tetap sehingga akhirnya menjadi retak. Memotong tanah tersebut
dengan panjang ± 3 cm, dibuat kira-kira 30 buah, lalu menimbang beratnya,
4) Mengambil contoh tanah tersebut lalu dioven selama ± 24 jam untuk diperiksa kadar
airnya.
Batas plastis air dihitung dengan rumus sbb:
m 2  m3
PL= x 100 %
m3  m1

dengan :
PL = batas plastis (plastic limit)(%),
m1 = berat cawan (gr),
m2 = berat cawan + tanah basah (gr),
m3 = berat cawan + tanah kering (gr).

Alat-alat yang digunakan :

Plat kaca Dish

Timbangan Saringan

28
Cawan Oven

Spatula
Contoh perhitungan
A Nomor Cawan     1 2 3
B Berat Cawan   ( gr ) 9 9 8
C Berat Cawan + Contoh Basah ( gr ) 13 16 14
D Berat Cawan + Contoh Kering ( gr ) 12 15 12
E Berat Air E = C - D   ( gr ) 1 1 2
F Berat Contoh Kering F = D - B ( gr ) 3 6 4
G Kadar Air G = (E/F) X 100 % % 33,33 16,67 50,00
H Rata-rata       33,33

Langkah-langkah uji batas susut :


1) Memasukkan sampel tanah asli kering udara lolos saringan No.40 kedalam cawan
porselin, lalu diberi air secukupnya.
2) Mengaduk dengan spatula sampai semua pori tanah tersebut terisi air, dalam
pemberian air dibuat sampel tanah tersebut melebihi batas cairnya ± 10%.
3) Mengusap permukaan sebelah dalam milk dish dengan paselin, menimbang milk dish
kosong, menghitung volume benda uji dengan menghitung volume milk dish kosong
dengan air raksa.
4) Menuangkan sampel tanah tersebut kedalam milk dish secara pelan-pelan sampai penuh
dan meratakan dengan penggaris besi, menimbang milk dish berisi tanah basah.
5) Milk dish di masukkan kedalam oven dengan temperatur 110 ± 50C selama 24 jam,

29
menimbang milk dish berisi tanah kering,
6) Menekan benda uji kering ke dalam air raksa,
7) Menghitung volume benda uji kering dengan mengukur volume air raksa yang tumbah
pada gelas kaca.
Nilai batas susut dihitung dengan rumus sbb:
  m1  m2   v1  v2 .γw 
SL =     100%
 m2 m2 

dengan :

SL = batas susut (%)

m1 = berat tanah basah dalam cawan (gram)

m2 = berat tanah kering oven (gram)

1 = volume tanah basah dalam cawan (cm3)

2 = volume tanah kering oven (cm3)

w = berat volume air (gram/cm3)

Alat-alat yang digunakan sbb:

Gelas ukur + Corong kaca +Air raksa Transparant plate

milk dish

30
contoh perhitungan
A Nomor Cawan     1 2 3
B Berat Cawan   ( gr ) 44 38 42
C Berat Cawan + Contoh Basah ( gr ) 60 54 58
D Berat Cawan + Contoh Kering ( gr ) 54 46 50
E Berat Air ( gr ) 6 8 8
F Berat Contoh Kering (Wo) ( gr ) 10 8 8
G Kadar Air (w) % 60.00 100.00 100.00
H Isi Contoh Basah (V1) Ml 10.50 10.50 10.50
Isi Contoh Kering (V2)
I Ml 5.25 4.50 4.75
ml
S.L = w - ((V1-V2) / Wo ) x
J   7.50 25.00 28.13
100%
H Rata-rata       20.21

Contoh soal :
Hasil uji batas cair sebagai berikut :
  Banyaknya Pukulan 18 23 30
A Nomor Cawan 2 3 4
B Berat Cawan ( gr ) 16,0 16,1 16,0
C Berat Cawan + Contoh Basah ( gr ) 23,3 23,2 23,0
D Berat Cawan + Contoh Kering ( gr ) 20,5 20,7 20,8
Hitung nilai batas cair dari data tersebut !

Hasil uji batas plastis sebagai berikut :


A Berat Cawan   ( gr ) 4,59
B Berat Cawan + Contoh Basah ( gr ) 14,95
C Berat Cawan + Contoh Kering ( gr ) 11,57
Hitung nilai PL !

Hasil uji batas susut sebagai berikut :


B Berat Cawan   ( gr ) 41,21
C Berat Cawan + Contoh Basah ( gr ) 55,95
D Berat Cawan + Contoh Kering ( gr ) 49,4
H Isi Contoh Basah (V1) Ml 11,5
I Isi Contoh Kering (V2) Ml 7,6
Hitung nilai batas susutnya!
Hitung nilai PI !

31
IV. KLASIFIKASI TANAH
Tanah dapat diklasifikasikan secara umum sebagai tanah tidak kohesif dan tanah
kohesif atau sebagai tanah berbutir kasar atau tanah berbutir halus. Istilah ini terlalu
umum, sehingga memungkinkan terjadinya identifikasi yang sama untuk tanah-tanah yang
hampir sama sifatnya. Selain itu, klasifikasi tersebut di atas tidak cukup lengkap untuk
menentukan apakah tanah itu sesuai untuk suatu bahan konstruksi atau tidak.
Sejumlah klasifikasi telah digunakan, kebanyakan klasifikasi tanah menggunakan
indeks tipe pengujian yang sangat sederhana untuk memperoleh karasteristik tanah.
Karasteristik tersebut digunakan untuk menentukan kelompok klasifikasi. Umumnya,
klasifikasi tanah didasarkan atas ukuran partikel yang diperoleh dari analisis saringan.
Secara garis besar klasifikasi tanah dibuat berdasar tekstur tanah (textural
classification) dan berdasar penggunaan (classification by use).
4.1. Textural classification
Klasifikasi ini dikembangkan oleh United State Department of Agriculture (USDA) untuk
keperluan pertanian. Pada prinsipnya tekstur tanah dipengaruhi oleh ukuran butiran tanah
yang pembagiannya adalah sebagai berikut :
Kerikil (gravel) : ukuran butir antara 2 mm dan 75 mm
Pasir (sand) : ukuran butir antara 0,05 mm dan 2 mm
Lanau (silt) : ukuran butir antara 0,002 mm dan 0,05 mm
Lempung (clay) : ukuran butir kurang dari 0,002 mm
Jika tanah tidak homogen dan terdiri dari berbagai macam ukuran butiran, maka klasifikasi
tanah menggunakan diagram segitiga seperti pada Gambar 4.1.

32
Gambar 4.1. USDA Textural Classification

Contoh soal 4.1.


Dari analisa saringan diketahui tanah terdiri dari sand 30 %, silt 40 % dan clay 30 %.
Klasifikasikan tanah tersebut menurut USDA !
Penyelesaian :
Dari gambar 4.1. diperoleh tanah tersebut termasuk klasifikasi Clay Loam (tanah liat
berlempung).
Contoh soal 4.2.
Dari analisa saringan diperoleh data bahwa tanah terdiri dari Gravel 20 %, Sand 10 %, Silt
30 % dan Clay 40 %. Klasifikasikan tanah tersebut menurut USDA !
Penyelesaian :
Karena diagram yang tersedia (gambar 4.1.) hanya untuk tanah Sand, Silt dan Clay, maka
Sand, Silt dan Clay ini di cari klasifikasinya dulu dengan menggunakan Gambar 4.1.
Tanah Gravel = 20%, maka sand,silt dan clay = 80%, sehingga di luar gravel, tanah Sand
=10/80 = 12,5 %, Silt = 30/80 = 37,5 % dan Clay = 40/80 = 50 %. Berdasarkan Gambar

33
4.1. termasuk tanah Clay. Kemudian campuran antara Gravel 20 % dan Clay 80 % bisa
diklasifikasikan sebagai tanah Gravelly Clay ( Lempung berkerikil ).
4.2. Classification by use
a. Klasifikasi tanah sistem USCS (Unified Soil Classification System)
Sistem klasifikasi ini pertama kali dibuat oleh Casagrande pada tahun 1942
untuk konstruksi lapangan terbang, yang kemudian dikembangkan oleh Wagner, A.A. pada
tahun 1957. Berdasar ukuran butirannya tanah dibagi dua yaitu butir kasar dan butir halus.
Tanah diklasifikasikan berbutir kasar jika lebih dari 50 % ukurannya lebih besar dari
saringan No.200 (0,075 mm). Sebaliknya tanah diklasifikasikan berbutir halus jika lebih
dari 50 % ukurannya lebih kecil dari saringan No.200 (0,075 mm). Untuk tanah berbutir
kasar dibagi lagi menjadi dua yaitu kerikil dan pasir. Tanah diklasifikasikan sebagai kerikil
jika lebih dari 50 % ukurannya lebih besar dari saringan No.4 (4,75 mm). Tanah
diklasifikasikan sebagai pasir jika lebih dari 50 % ukurannya lebih kecil dari saringan no.4
(4,75 mm). Masing-masing tanah kerikil dan pasir dibedakan lagi antar yang bergradasi
baik dan bergradasi buruk. Sedang tanah berbutir halus yang terdiri dari lanau dan lempung
diklasifikasikan menjadi tanah berplastisitas tinggi dan berplastisitas rendah.. Lanau dan
lempung berplastisitas rendah jika batas cairnya kurang dari 50%, jika batas cairnya lebih
dari 50% disebut lanau dan lempung berplastisitas tinggi. Sistem klasifikasi tanah USCS
lebih detailnya bisa dilihat pada Tabel 4.1. dan Gambar 4.2.
Tabel 4.1. Sistem Klasifikasi Tanah metode USCS

34
Simbol Kriteria
Nama Jenis
Divisi Utama Pasir lebih dari 50% fraksi kasar lolos saringan Kerikil 50% atau lebih dari fraksi kasar tertahan Kelompok Klasifikasi

Klasifikasi berdasarkan prosentase butiran halus, kurang dari 5% lolos saringan no. 200 : GM,
Tanah berbutir kasar 50% atau lebih butiran tertahan saringan no. 200 6(0,075 mm)

Kerikil gradasi baik dan


campuran pasir-kerikil, se- D60 ( D30 ) 2

GP, SW, SP. Lebih dari 12% lolos saringan no. 200 : GM, GC, SM, SC. 5% - 12% lolos
Kerikil
dikit atau tidak mengan-
Cu  4 1 Cc  3
bersih
GW D10 D10  D60
dung butiran
(sedikit atau
saringan no. 4 (4,75 mm)

Kerikil gradasi buruk dan


tak ada butir-

saringan no. 200 : Batas klasifikasi yang mempunyai symbol dobel


campuran pasir-kerikil,
an halus) GP Tidak memenuhi criteria untuk GW
sedikit atau tidak
mengandung butiran halus
Kerikil berlanau, cam-puran Batas
kerikil-pasir-lanau Atteberg di
GM bawah garis Bila batas Atteberg
Kerikil
A atau PI < berada di daerah arsir
banyak kan-
4 dari diagram plastisitas,
dungan butir-
Kerikil berlempung, Batas maka dipakai dobel
an halus
campuran kerikil-pasir- Atteberg di symbol
GC
lempung atas garis A
atau PI > 7
Pasir gradasi baik, pasir
berkerikil, sedikit atau tidak D60 ( D30 ) 2
Pasir bersih SW Cu  6 1 Cc  3
(sedikit atau
mengandung butiran halus D10 D10  D60
tak ada butir- Pasir gradasi buruk, pasir
an halus) berkerikil, sedikit atau tidak Tidak memenuhi kedua criteria untuk
SP
mengandung butiran halus SW
no. 4

Pasir berlanau, campuran Batas


pasir-lanau Atteberg di
SM bawah garis Bila batas Atteberg
Pasir banyak A atau PI < berada di daerah arsir
kandungan 4 dari diagram plastisitas,
butiran halus Pasir berlanau, campuran Batas maka dipakai dobel
pasir-lempung Atteberg di symbol
SC
atas garis A
atau PI > 7
Tanah berbutir halus 50% atau lebih lolos no. 200 (0,075 mm)

Lanau tak organic dan pasir


sangat halus, serbuk batuan
ML
atau pasir halus berlanau
atau berlempung
Lempung tak organic dengan
Lanau dan lempung batas plastisitas rendah sampai
cair 50% atau kurang sedang, lempung berkerikil,
CL
lempung berpasir, lempung
berlanau, lempung kurus
Lanau organik dan lempung
OL berlanau organic dengan
plastisitas rendah
Lanau tak organic atau pasir
MH halus diatome, lanau elastis

Lempung tak organic dengan


Lanau dan lempung batas CH plastisitas tinngi, lempung
cair > 50% gemuk

Lempung organic dengan


OH plastisitas sedang sampai
tinggi

Gambut (Peat) dan tanah


Tanah dengan kadar orga-nik lain dengan kandungan Manual untuk identifikasi secara visual dapat dilihat di
PT
tinggi organic tinggi ASTM Designation D-2488

35
70

60
Garis A : PI = 0,73( LL - 20 )
Indeks plastisitas (PI), %

50
CH
40

30
CL
20
MH atau OH

10 7 CL
CL-ML
CL-ML
4
ML
ML atau OL
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Batas cair (LL), %

Gambar 4.2. Plastisitas tanah butir halus sistem USCS


Contoh soal 4.3.
Dari hasil analisa pembagian ukuran butiran tanah diperoleh hasil bahwa untuk ukuran
saringan No.10 lolos 100%, saringan No.40 lolos 80 % dan saringan No.200 lolos 58%.
Tanah mempunyai batas cair = 30% dan indeks plastisitas = 10%. Klasifikasikan tanah
tersebut menurut USCS !
Penyelesaian :
Lolos No.200 = 58 %, lebih besar dari 50 % menurut Tabel 4.1. termasuk berbutir halus.
Selanjutnya dengan batas cair = 30 dan indeks plastisitas 10 menurut Gambar 4.2 tanah
termasuk klasifikasi CL, yaitu lempung berplastisitas rendah.
Contoh soal 4.4.
Dari gambar pembagian ukuran butiran tanah diperoleh data sebagai berikut :
Lolos No. 200 = 8 % , Lolos No.4 = 100 %, D 10 = 0,085 mm, D30 = 0,12 mm dan D60 =
0,135 mm . Selain itu tanah mempunyai batas cair = 30 dan batas plastis = 22.
Klasifikasikan tanah tersebut menurut USCS !
Penyelesaian :
Lolos No.200 = 8 %, kurang dari 50 % dan antara 5% dan 12 %, maka menurut Tabel 4.1.
termasuk berbutir kasar dan bersimbol rangkap.
Lolos No.4 = 100 %, lebih besar dari 50 %, maka termasuk tanah pasir (sand).

36
D 60 0,135 (D 30 )2 (0,012) 2
Cu =   1,59 < 6, Cc =   1,25 > 1
D10 0,085 D10 x D 60 0,085 x 0,135

tidak memenuhi syarat SW berarti masuk kelompok SP.


Indeks plastisitas = 30-22 = 8 dan batas cair = 30 menurut Gambar 4.2 berada di atas
Garis A, sehingga dari Tabel 4.1. masuk kelompok SC.
Dapat disimpulkan bahwa tanah termasuk klasifikasi SP-SC, yaitu pasir bergradasi buruk
dan berlempung.
Contoh soal 4.5.
Dari hasil analisa pembagian ukuran butiran tanah diketahui bahwa tanah 61 % lolos
saringan no.200 . Tanah mempunyai batas cair = 26 dan batas plastis = 20. Klasifikasikan
tanah tersebut menurut USCS !
Penyelesaian :
Lolos no.200 = 61 %, lebih besar dari 50 % menurut Tabel 4.1. termasuk berbutir halus.
Selanjutnya dengan batas cair = 26 dan indeks plastisitas = 26-20 = 6, menurut Gambar 4.2
tanah termasuk klasifikasi CL-ML, yaitu lempung dan lanau berplastisitas rendah.
b. KLasifikasi tanah menurut American Association of State Highway and
Transportation Officials (AASHTO)
Klasifikasi ini banyak digunakan pada pekerjaan jalan raya. Seperti pada sistem
klasifikasi yang lain klasifikasi ini secara umum juga membagi tanah ke dalam kelompok
butir kasar dan butir halus. Tanah berbutir kasar disebut sebagai granular material jika
kurang dari 35 % ukurannya lebih kecil dari saringan No.200 (0,075 mm). Tanah berbutir
kasar ini meliputi klasifikasi A-1, A-3 dan A-2. A-1 untuk mewakili kerikil dan pasir
murni, A-3 untuk mewakili pasir halus (fine sand), dan A-2 untuk mewakili kerikil dan
pasir berlanau atau berlempung (silty or clayey gravel and sand). Tanah berbutir kasar ini
direkomendasikan memuaskan (excellent) sampai baik (good) untuk tanah dasar
(subgrade) jalan raya .
Tanah berbutir halus meliputi lanau (silt) dan lempung (clay) jika lebih dari 35
% ukurannya lolos saringan no.200 (0,075 mm).Tanah berbutir halus ini dikelompokkan
lagi menjadi A-4 dan A-5 untuk tanah kelanauan serta A-6 dan A-7 untuk tanah
kelempungan. Pada tanah berbutir halus ini peran batas cair (liquid limit) dan indeks
plastisitas (plasticity index) sangat dominan. Tanah A-7 masih dikelompokkan lagi
menjadi A-7-5 dan A-7-6. Tanah A-7-5 jika PI < LL-30 sedang tanah A-7-6 jika PI > LL-

37
30. Tanah berbutir halus ini jika digunakan untuk tanah dasar jalan kualitasnya sedang
(fair) sampai buruk (poor). Perincian klasifikasi tanah AASHTO seperti pada Tabel 4.3.
Selain notasi A-1 sampai A-7 perlu ditambahkan Group Index yang dituliskan
dalam tanda kurung dibelakang notasi klasifikasi tanah tersebut. Group Index (GI) dicari
dengan rumus :

38
GI = (F-35)[0,2 + 0,005 ( LL - 40 ) ]+ 0,01 ( F - 15 )( PI - 10 )
dengan : F = persen lolos saringan no.200 (0,075 mm)
LL = batas cair
PI = indeks plastisitas
GI dibulatkan ke angka bulat terdekat, sedang GI negatif = 0 atau dianggap tidak ada group
indexnya. Untuk klasifikasi tanah A-2-6 dan A-2-7 rumus group index menjadi :
GI = 0,01 ( F-15 ) ( PI - 10 )

39
Material Granular Tanah-tanah lanau-lempung (>35 %
Klasifikasi umum
(< 35 % lolos saringan no.200) lolos saringan no.200
A1 A-2 A-7
Klasifikasi A-7-5
A-3 A-4 A-5 A-6
kelompok A-1-a A-1-b A-2- 4 A-2.5 A-2-6 A-2-7
A-7-6

Analisa saringan
50 maks - - - - - - - -
(% lolos) -
-
2,00 mm (no.10)
0,425 mm (no.40) 30 maks 50 51 min - - - - - - -
maks -
0,075 mm (no.200)
15 maks 25 10 35 maks 35 35 maks 35 36 min 36 min 36 min 36 min
maks maks maks maks
Sifat fraksi lolos
saringan no. 40
Batas cair (LL) - - - 40 maks 41 40 maks 41 40 maks 41 min 40 maks 41 min
Indeks Plastis (PI) min min
Np 10 maks 11 min 11 10 maks 10maks 11 min 11 min
6 maks
10maks min
Indeks kelompok 4 maks 8 maks 12maks 6 maks 20 maks
0 0 0
(G1)
Tipe material yang Pecahan batu, Kerikil berlanau atau
pasir
pokok pada Kerikil dan berlempung Tanah berlanau Tanah berlempung
halus
umunya pasir dan pasir
Penilaian umum
sebagai tanah dasar Sangat baik sampai baik Sedang sampai buruk

Catatan : Kelompok A-7 dibagi atas A-7-5 dan A-7-6 bergantung pada batas plastisnya
(PL)
Untuk PL > 30, klasifikasi A-7-5;

Contoh soal 4.6.


Dari analisa saringan diperoleh data sebagai berikut :
Lolos No. 10 = 100 %, lolos No.40 = 80 % dan lolos No.200 = 58 %
Dari penelitian batas-batas konsistensi tanah diperoleh data :
Liquid limit = 30% dan Plasticity index = 10%.
Klasifikasikan tanah tersebut menurut AASHTO !
Penyelesaian :
Lolos No.200 = 58 %, lebih besar dari 35 %, menurut Tabel 4.3. termasuk material silt dan
clay. Batas cair = 30% berarti kurang dari 40%, maka kemungkinan termasuk klasifikasi
A-4 atau A-6. Selanjutnya dengan indeks plastisitas = 10% , menurut Tabel 4.3 tanah
termasuk klasifikasi A-4. GI = (58-35)[0,2 + 0,005 ( 30 - 40 ) ]+ 0,01 ( 58 - 15 )( 10 - 10 )
= 3,45 (dibulatkan 3).

40
Dengan ini disimpulkan bahwa klasifikasi tanah adalah : A-4(3), yaitu tanah lanau dengan
group index 3.
Contoh soal 4.7.
Dari analisa saringan diperoleh data bahwa yang lolos No.200 = 95 %
Dari penelitian batas-batas konsistensi tanah diperoleh data liquid limit = 60% dan
Plasticity index = 40%. Klasifikasikan tanah tersebut menurut AASHTO !
Penyelesaian :
Lolos No.200 = 95 %, lebih besar dari 35 %, menurut Tabel 4.3. termasuk material silt dan
clay. Batas cair = 60 berarti lebih dari 41, maka kemungkinan termasuk klasifikasi A-5
atau A-7. Indeks plastisitas = 40 berarti lebih besar dari 11, menurut Tabel 4.3 tanah
termasuk klasifikasi A-7.
LL-30 = 60 -30 = 30, berarti PI > LL-30 sehingga tanah termasuk klasifikasi A-7-6 atau
PL = LL-PI = 60 – 40 = 20, berarti PL < 30 sehingga tanah termasuk klasifikasi A-7-6
GI = (95-35)[0,2 + 0,005 ( 60 - 40 ) ]+ 0,01 ( 95 - 15 )( 40 - 10 ) = 42
Dengan ini disimpulkan bahwa klasifikasi tanah adalah : A-7-6 (42), yaitu tanah lempung
dengan group index 42.
c. KLasifikasi tanah sistem Inggris
Berdasarkan sistem Inggris tanah pertama-tama dikelompokkan ke dalam tanah
berbutir kasar dan tanah berbutir halus. Tanah dikelompokkan berbutir kasar jika kurang
dari 35 % ukurannya lebih kecil dari 0,06 mm. Sebaliknya tanah dikelompokkan berbutir
halus jika lebih dari 35 % ukurannya lebih kecil dari 0,06 mm). Tanah berbutir kasar
dikelompokkan lagi sebagai kerikil (gravel) dan pasir (sand). Tanah butir kasar masuk
dalam kelompok kerikil jika lebih dari 50 % ukuran butirannya lebih besar dari 2 mm.
Sebaliknya masuk kelompok pasir jika lebih dari 50 % ukuran butirannya lebih kecil dari 2
mm. Tanah kerikil dan pasir murni masing-masing dipisahkan lagi antara yang bergradasi
baik dan bergradasi buruk (seragam dan timpang).
Tanah berbutir halus dikelompokkan menjadi lanau dan lempung berkerikil atau
berpasir serta lanau dan lempung murni. Di kelompokkan lanau dan lempung berkerikil
atau berpasir jika ukuran butiran halus (lebih kecil dari 0,06 mm) antara 35 % sampai 65
%. Sedang masuk dalam kelompok lanau atau lempung murni jika yang berukuran lebih
kecil dari 0,06 mm antara 65 % sampai 100 %.Selain itu tanah berbutir halus masih
dikelompokkan lagi sesuai dengan plastisitasnya. Tanah berbutir halus masuk dalam
plastisitas rendah (L) jika batas cairnya kurang dari 35, plastisitas sedang (I ) jika batas

41
cairnya antara 35 dan 50, plastisitas tinggi ( H ) jika batas cairnya antara 50 dan 70,
plastisitas sangat tinggi (V) jika batas cairnya antara 70 dan 90 , sedang jika batas cairnya
lebih besar dari 90 plastisitasnya dikelompokkan sangat ekstrim (E). Uraian lebih rinci dari
klasifikasi tanah sistem Inggris dapat dilihat pada Tabel 4.2. dan Gambar 4.3.
70
CE
60 Garis A : PI = 0,73( LL - 20 )
Indeks plastisitas (PI), %

50 CV
ME
40 CH
MV
30
CI
20
CL
10
CL-ML MI
ML
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Batas cair (LL), %

Gambar 4.3. Plastisitas tanah butir halus sistem Inggris


Contoh soal 4.8.
Dari hasil analisa pembagian ukuran butiran tanah diperoleh data sebagai berikut :
Lolos 0,06 mm = 0 % , Lolos 2 mm = 24 %, D 10 = 0,47 mm, dan D60 = 16 mm .
Klasifikasikan tanah tersebut menurut sistem Inggris !
Penyelesaian :
Lolos 0,06 mm = 0 %, kurang dari 35 %, menurut Tabel 4.2. termasuk tanah berbutir kasar
Lolos 2 mm = 24 %, kurang dari dari 50 % dan lolos 0,06 mm antara 0 sampai 5, maka
termasuk kelompok tanah kerikil (G)
D 60 16
Cu =   34 > 15, termasuk bergradasi baik (W)
D10 0,47

Maka tanah tersebut masuk dalam klasifikasi GW, yaitu Kerikil bergradasi baik.

42
Tabel 4.2. Sistem klasifikasi tanah Inggris
Kelompok tanah Pembagian dari identifikasi laboratorium
KERIKIL dan PASIR yang mungkin Simbol Simbol Butiran Batas cair
berubah menjadi KERIKIL berpasir dan Kelompok Sub-kelompok halus (%
PASIR berkerikil, yang ditentukan secara kurang dari
tepat 0,06mm)

PASIR Lebih dari 50% material berbutir kasarnya berukuran kerikil (lebih kasar dari 2 mm)KERIKIL
lebih halus dari 0,06 mmkurang dari 35 % materialnyaTANAH BERBUTIR KASAR

KERIKIL se- GW GW
dikit berlanau G
0 sampai 5
atau KERIKIL GP GPu GPg
sedikit
berlempung
KERIKIL G-M GMW GMP
berlanau GF
KERIKIL G-C GCW GCP 5 sampai
berlempung 15
KERIKIL sa- GM GML,dan lain
ngat berlanau GF lain 15 sampai
KERIKIL sa- GC 35
ngat berlempung GCL
GCI
GCH
GCV
GCE

PASIR sedikit SW SW
berlanau atau S
0 sampai 5
PASIR sedikit SP SPu SPg
berlempung
PASIR berlanau S-M SMW SPM
PASIR SF
berlempung S-C SWC SPC 5 sampai
15
PASIR sangat SM SML,dan lain
berlanau SF lain 15 sampai
PASIR sangat SC 35
berlempung SCL
SCI
SCH
SCV
SCE

43
butiran halus 35% sampai 65%LANAU dan LEMPUNG berkerikil atau berpasir Lebih dari 50% material berbutir kasarnya berukuran pasir (lebih halus dari 2 mm)
lebih dari 35 % materialnyaTANAH BERBUTIR HALUS

LANAU ber- MG MLG,dan lain


kerikil FG lain
LEMPUNG CG <35
berkerikil CLG 35 sampai
Lolos 2mm < CIG 50
50% CHG 50 sampai
CVG 70
CEG 70 sampai
90
> 90
LANAU ber- MS MLS,dan lain
pasir FS lain
LEMPUNG CS
berpasir CLS,dan lain lain
Lolos 2mm >
50%

44
LEMPUNG de-ngan butiran ha-lus 65% sampaiLANAU dan
lebih halus dari 0,06 mm
LANAU M ML,dan lain lain
(TANAH-M) F
LEMPUNG C CL <35
CI 35 sampai
CH 50
CV 50 sampai
CE 70
70 sampai
90
> 90
100%

TANAH Huruf deskriptif akhir ‚O’ pada


ORGANIK setiap simbol kelompok atau sub-kelompok
GAMBUT Pt

45
Contoh soal 4.9.
Dari hasil analisa pembagian ukuran butiran tanah diketahui 95 % lolos tanah lolos
saringan 0,06 mm . Tanah mempunyai batas cair = 42 dan indeks plastisitas = 18.
Klasifikasikan tanah tersebut menurut sistem Inggris !
Penyelesaian :
Lolos 0,06 mm = 95 %, lebih besar dari 35 %, menurut Tabel 4.2. termasuk berbutir
halus. Selain itu tanah yang lolos 0,06 mm juga lebih besar dari 65 % maka termasuk
dalam kelompok Lanau (M) dan Lempung (C). Selanjutnya dengan batas cair = 42 dan
indeks plastisitas = 18, menurut Gambar 4.3 tanah termasuk klasifikasi CI, yaitu
lempung berplastisitas sedang.

Perbandingan berbagai sistem klasifikasi tanah


Antara berbagai sistem klasifikasi tanah ada sedikit perbedaan. Perbedaan
terutama pada penentuan ukuran batas-batas gravel,sand, silt dan clay. Seperti misalnya
USCS menentukan batas ukuran kerikil dan pasir adalah saringan No.4 (4,75 mm),
sedang British Standard (BS), USDA dan AASHTO batas ukuran kerikil dan pasir
adalah saringan No.10 ( 2 mm ). Selain itu dalam menentukan kelompok berbutir kasar
dan halus juga ada perbedaan. USCS menentukan batas 50 % untuk mengelompokkan
ke dalam butir halus atau kasar, sedang BS dan AASHTO cukup 35 %. BS dan
AASHTO menganggap bahwa jika kandungan butiran halus dalam suatu tanah minimal
35 %, maka tanah tersebut sifat-sifatnya secara keseluruhan sudah seperti tanah berbutir
halus yang cenderung bersifat kohesif. Artinya meskipun kandungan butir kasarnya
lebih banyak, tetapi jika permukaannya terselimuti oleh tanah berbutir halus, maka
gesekan antar butiran yang menjadi ciri tanah berbutir kasar akan menjadi hilang dan
menjadi saling lengket (kohesif) antar butirannya. Perbedaan antara berbagai sistem
klasifikasi tanah ini dapat dilihat pada Gambar 4.4.

46
100
Massachusetts Institute
Gravel Sand Silt Clay
of Technology

75
Gravel Sand Silt Clay U.S. Department of
Agriculture

50
American Association of
Gravel Sand Silt Clay State Highw ay and
Transportation Officials

25
Unified Soil Classifictaion
Gravel Sand Silt and clay
System

0
100
100 10
10 11 0,1
0,1 0,01
0,01 0,001
0,001 0,0001 0,00001
Ukuran butir (mm)

Gambar 4.4. Batas-batas ukuran klasifikasi tanah dari berbagai sistem

47
V. HUBUNGAN UNSUR-UNSUR DALAM TANAH
Unsur-unsur dalam tanah pada umumnya terdiri dari butiran tanah (bagian
yang padat) dan di antara butiran-butiran tanah berupa rongga (pori) yang bisa terisi
oleh air dan udara. Tanah dikatakan kering jika rongga yang ada di antara butiran tanah
tidak mengandung air atau hanya berisi udara saja. Tanah pada umumnya berada pada
kondisi basah, yaitu rongga yang ada diantara butiran berisi air dan udara. Tanah
dikatakan jenuh jika semua rongga yang ada terisi sepenuhnya oleh air. Jika dalam
tanah terdapat air tanah, maka tanah dibawah muka air tanah kondisinya adalah
terendam. Dalam kondisi terendam ini butir-butir tanah mendapat gaya angkat ke atas
seperti halnya semua benda padat yang berada di bawah permukaan air. Berbagai
kemungkinan kondisi tanah ini bisa dilihat dalam Gambar 5.1.

m..t
kering

basah

m.a.t jenuh
terendam
Gambar 5.1. Kemungkinan berbagai kondisi tanah

Untuk mendefinisikan hubungan unsur-unsur dalam tanah perlu dibuat


diagram unsur-unsur dalam tanah seperti terlihat dalam Gambar 5.2. Pada Gambar 5.2.a
menggambarkan kondisi tanah yang sebenarnya, sedang Gambar 5.2.b.unsur-unsur yang
ada dalam tanah dikumpulkan sesuai dengan kesamaan unsurnya sehingga volume butir
tanah merupakan jumlah dari volume seluruh butir tanah.. Demikian pula berat butir
tanah berarti berat dari seluruh butir tanah. Berat tanah adalah sama dengan berat butir
tanah di tambah berat air . Volume tanah sama dengan volume butir tanah ditambah
volume rongga atau volume butir tanah ditambah volume air ditambah volume udara.
Sesuai dengan Gambar 5.2. persamaan tersebut bisa ditulis :

W = Ws + Ww dan V = Vs+Vv = Vs + Vw + Va dengan :


W = berat tanah Ws = berat butir tanah Ww = berat air

48
V = volume tanah Vs = volume butir tanah Vw = volume air Vv = volume rongga

Gambar 5.2. Diagram unsur-unsur dalam tanah


Selanjutnya dengan menggunakan Gambar 5.2. hubungan unsur-unsur dalam tanah
dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Angka pori (void ratio) , e

e 
vv
vs
0<e<~
2. Kadar pori (porosity) , n

n 
vv x 100 %
v
0<n<1
Hubungan angka pori dan kadar pori :
n e
e n
n -1 1 e
3. Kadar air (moisture content atau water content) , w

w 
w w x 100 %
ws
0 < w, persen < ~
4. Derajat kejenuhan ( degree of saturation ), S

S 
vw x 100 %
vv
0 < S, persen < ~

49
S = w G /e s

Ketika kondisi jenuh, maka S = 1, sehingga e = w. G s

5. Berat volume (unit weight), 


berat material w
  
volume material v
Gsw(1  w)
  1e

Berat volume air, w = 1 gr/cm3 = 9,8 kN/m3


6. Berat volume kering (dry density), d

d 
ws
v
7. Berat volume jenuh ( saturated density), sat

 sat 
w s  ww
v
W w  Vv .  w
w(Gs  e)
 sat 
1 e
 sat  Gsw (1 - n)  wn

sat= d + n.w
8. Berat volume terendam (submerge density ), '

'
w s  v s . w
v
' = sat - w
GsW  w
'
1 e
9. Berat volume butir (unit weight of particle), s

50
s 
ws
vs
10. Berat jenis ( Spesific gravity), Gs
s
Gs 
w
d
Gs  (1  e)  d   s (1 - n)
w

Gsw
b  (1  w)
1 e

11. Untuk tanah kering sempurna

Gsw
d 
1 e

Contoh soal 5.1.

Diketahui suatu tanah mempunyai berat volume = 22,5 kN/m 3, berat


volume kering = 19 kN/m3, angka pori = 0,50 dan berat volume air = 10
kN/ m3
Hitung : a) Kadar air b) Berat jenis tanah c) Kadar pori d) Berat
volume kenyang air e) Berat volume terendam
Pen yelesaian :
a)  = d (1 + w ) 22,5 = 19 ( 1 + w )
Kadar air, w = 18,42 %

51
d 19
b) Gs  (1  e) = (1  0,5)  2,85
w 10

e 0,5
c) n  1  e   33,33 %
1  0,5

d) sat= d + n.w = 19 + (0,33)(10) = 22,3 kN/m 3

e) ' = sat - w =22,3 - 10 = 12,3 kN/m 3

Contoh soal 5.2.


Suatu kapling tanah seluas 100 m2 hendak diurug dengan tanah setebal 0,50 m padat.
Persyaratan kepadatan adalah apabila telah dipadatkan mempunyai kadar pori = 25 %.
Berapa truk tanah yang diperlukan untuk mengurug tanah kapling tersebut ? Kapasitas
truk = 3 m3 dan angka pori tanah di truk = 1,2
Penyelesaian :
Keadaan padat :

n 
vv  0,25
v
V = 0,50 x 100 = 50 m3
Vv = 0,25 V = 0,25 x 50 = 12,5 m3
Vs = V - Vv = 50 - 12,5 = 37,5 m3
Keadaan tidak padat (diatas truk) :

e 
v v  1,20
vs
Vv = 1,2 Vs = 1,20 x 37,50 = 45 m3
V = Vs + Vv = 37,5 + 45 = 82,50 m3

82,50
Jumlah truk yang diperlukan =  27,5 dibulatkan  28 buah
3
Soal latihan :
1.Suatu tanah mempunyai berat jenis = 2,65 kadar air 6 % berat volume kering = 17,7
kN/m3

52
Hitung : a) Berat volume tanah b) Angka pori c) Kadar pori d) Derajat kejenuhan
2.Suatu contoh tanah dalam keadaan kenyang air mempunyai berat 102,8 Newton.
Tanah ini dikeringkan dalam oven sehingga beratnya tinggal = 734 Newton. Berat
jenis tanah = 2,74
Hitung : a) berat volume tanah b) Bera tvolume kering c) Kadar air d) Angka pori e)
Berat volme terendam
3.Tanah mempunyai angka pori 1,2. Tanah digunakan sebagai bahan timbunan dan
dipadatkan sehingga angka pori menjadi 0,7. Jika volume tanah semula = 25.000 m 3,
berapa volume tanah padat yang diperoleh ?

Persen lolos
Ukuran saringan A B C D E
No.4 (4,75 mm) 94 98 100 100 100
No.10 (2 mm) 63 86 100 100 100
No.30 (0,6 mm) 21 50 98 100 100
No.40 (0,425 mm) 10 28 93 99 94
No.50 (0,30 mm) 7 18 88 95 82
No.100 (0,15 mm) 5 14 83 90 66
No.200 (0,075 mm) 3 10 77 86 45
Liquid Limit - - 63 55 36
Plasticity Index NP NP 25 28 22
4. Klasifikasikan tanah A,B,C,D,E dalam tabel berikut menurut AASHTO, USCS dan
BS

53

Anda mungkin juga menyukai