MEKANIKA TANAH
SILABUS :
1. SIFAT-SIFAT ALAMIAH TANAH
2. ANALISA BUTIRAN TANAH DENGAN SARINGAN DAN
HIDROMETER
3. KONSISTENSI TANAH KOHESIF
4. KLASIFIKASI TANAH
5. HUBUNGAN UNSUR-UNSUR DALAM TANAH
6. PENGUJIAN PEMADATAN TANAH
7. KONTROL KEPADATAN TANAH DI LAPANGAN
8. TEGANGAN EFEKTIF TANAH
9. PENGARUH GAYA REMBESAN TERHADAP TEGANGAN
EFEKTIF
10. KUAT GESER TANAH
11. PENGUJIAN KUAT GESER TANAH
12.KUAT GESER TANAH PASIR
13. KUAT GESER TANAH LEMPUNG
1
REFERENSI
1. Bowles, J.E., 1991, “Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah”,
Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.
2
PENDAHULUAN
A.Penggunaan Ilmu Mekanika Tanah
Bidang Mekanika Tanah berkembang cepat. Pengetahuan Mekanika
Tanah sangat berguna untuk memecahkan masalah masalah sebagai
berikut :
1. Perencanaan Pondasi dan Konstruksi
Pondasi merupakan elemen penting pada segala struktur,
seperti terowongan, bangunan, jembatan, bendungan dll, sehingga
kita perlu mengetahui kuat dukung tanah, pola distribusi tegangan di
dalam tanah yang berada di bawah lokasi pembebanan, kemungkinan
penurunan pondasi, efek air tanah, efek getaran, dll. Jenis pondasi
seperti pondasi telapak, pondasi tiang, pondasi sumuran dll sangat
bergantung pada jenis lapisan tanah, besarnya beban dan kondisi air
tanah.
2. Perencanaan Permukaan Jalan (pavement design)
Permukaan jalan dapat berupa perkerasan fleksibel atau
perkerasan kaku dan itu tergantung pada lapisan tanah yang berada di
bawahnya. Tebal perkerasan juga tergantung karakteristik lapisan
tanah yang ada di bawahnya yang harus ditentukan sebelum
perencanaan.
3. Perencanaan Struktur Di Bawah Tanah Dan Dinding Penahan Tanah.
Perencanaan dan konstruksi bawah tanah seperti terowongan,
basement, jaringan pipa drainase, dinding tanah, sangat memerlukan
Mekanika Tanah sebagai dasar.
4. Perencanaan Embankment dan Penggalian.
3
Jika lapisan tanah tidak horizontal, maka berat tanah yang
Berada di lapisan atas akan bergerak ke bawah dan akan mengganggu
stabilitas lapisan tanah tersebut. Pengetahuan tentang gaya geser dan
sifat-sifat tanah sangat penting untuk perencanaan embankment atau
kedalaman galian.
5. Perencanaan Bendungan Tanah
Karena Tanah merupakan material utama untuk pengurukan
dari suatu bendungan tanah, maka sifat-sifat tanah yang perlu
diketahui adalah berat volume, plastisitas tanah, specific gravity,
distribusi butiran tanah dan gradasi tanah, permeabilitas tanah,
konsolidasi, kekuatan geser tanah dan penentuan kadar air optimum
yang merupakan faktor utama dalam perencanaan bendungan. Semua
itu akan dipelajari dalam Mekanika Tanah.
4
c) Perpecahan batuan akibat pembekuan dan pencairan es dalam
batuan
d) Letusan gunung berapi
Sifat-sifat :
a) Komposisi mineral sama dengan batuan asal
b) Partikel berbentuk utuh (bulky)
c) Bentuk : bersudut, agak bersudut dan bulat
d) Ukuran : berangkal (boulder) sampai serbuk halus
e) Partikel berhubungan tanpa ikatan atau kohesi
f) Deskripsi : Butiran tunggal (single grain), tanah berbutir (granural
soil)
g) Kekuatan : Gesekan antar partikel (internal friction )
5
a) Komposisi mineral tidak sama dengan batuan asal
b) Partikel berbentuk kelompok Kristal.
c) Bentuk : Lempengan dengan permukaan relative luas
dibanding dengan tebalnya.
d) Ukuran : Koloid ( <0,002 mm)
e) Partikel : Saling melekat
f) Deskripsi : Mineral Lempung (clay mineral), tanah kohesif
(cohesive soil)
g) Kekuatan : Lekatan (kohesi) antar partikelnya
h) Tambah air mengembang
6
B. JENIS-JENIS TANAH
1. Tanah lempung
7
partikel dari mineral lempung umumnya berukuran kaloid (< 1) dan ukuran
2 merupakan batas atas (paling besar) dari ukuran partikel lempung.
A. Mineral lempung.
8
Halloysite, hampir sama dengan kaolinite, tetapi kesatuan yang
berurutan lebih acak ikatannya dan dapat dipisahkan oleh lapisan tunggal
molekul air. Jika lapisan tunggal air menghilang oleh karena proses
penguapan, mineral ini akan berkelakuan lain. Maka, sifat tanah berbutir
halus yang mengandung halloysite akan berubah secara tajam jika tanah
dipanasi sampai menghilangkan lapisan tunggal molekul airnya.
Montmorillonite, adalah mineral yang dibentuk oleh dua lembar silika
dan satu lembar alumina (gibbsite). Lembaran oktahedra terletak diantara
dua lembaran silika dengan ujung tetrahedra tercampur dengan hidroksil
dari lembaran oktahedra untuk membentuk satu lapisan aluminium oleh
magnesium. Karena adanya gaya ikatan Van der Waals yang lemah diantara
ujung lembaran silika dan terdapat kekurangan muatan negatif dalam
lembaran oktahedra, air dan ion-ion yang berpindah-pindah dapat masuk
dan memisahkan lapisan. Jadi kristal montmorillonite sangat kecil, tetapi
pada waktu tertentu mempunyai gaya tarik yang kuat terhadap air. Tanah-
tanah yang mengandung montmorillonite sangat mudah mengembang oleh
tambahan kadar air (tanah ekspansif).
Mekanisme perubahan volume akibat perubahan kadar air, dapat
ditentukan dengan mengetahui jenis air yang terkandung dalam suatu massa
tanah. Air yang terkandung di dalam suatu masa tanah terdiri dari dua
bagian, yaitu air yang bersifat higroskopis dan selaput air. Air higroskopis
mengisi rongga-rongga antar butir dan dapat keluar dengan proses
pemanasan atau konsolidasi. Sedangkan selaput air dapat menimbulkan gaya
tarik menarik antara butir, yang disebut andhered moisture film.
Illite, adalah bentuk mineral lempung yang terdiri dari mineral-mineral
kelompok illite. Bentuk susunan dasarnya terdiri dari sebuah lembaran
aluminium oktahedra yang terkait diantara dua lembaran silika tetrahedra.
9
Dalam lembaran oktahedra, terdapat substitusi parsial aluminium oleh
magnesium dan besi, dan dalam lembaran tetrahedra terdapat pula
substitusi silikon oleh aluminium. Lembaran-lembaran terikat bersama-sama
oleh ikatan lemah ion-ion kalium yang terdapat di antara lembaran-
lembarannya. Ikatan-ikatan dengan ion kalium (K+) lebih lemah daripada
ikatan hidrogen yang mengikat satuan kristal kaolinite, tapi sangat lebih kuat
daripada ikatan ionik yang membentuk kristal montmorillonite. Susunan illite
tidak mengembang oleh gerakan air diantara lembaran-lembarannya.
Struktur umum dari illite diturunkan dari muscovite (mika) dan biotite, atau
disebut dengan lempung mika.
Umumnya partikel-partikel tanah lempung mempunyai muatan negatif
pada permukaannya. Hal ini disebabkan oleh adanya substitusi isomorf.
Muatan negatif yang lebih besar dijumpai pada partikel-partikel yang
mempunyai luasan spesifik yang lebih besar. Mineral montmorillonite,
adalah jenis mineral yang mempunyai luas permukaan spesifik terbesar
dengan kapasitas pertukaran kation terbesar dari kelompok mineralnya,
disusul berturut-turut mineral illite
B .Aktivitas tanah lempung.
Analisis nilai aktivitas didasarkan pada indeks plastisitas (interval kadar
air dimana tanah masih bersifat plastis.Indeks plastisitas menunjukan sifat keplastisan
tanah) dengan persentasi berat fraksi lempung < 2 m. Menurut Skempton
10
Mineral Aktivitas (A)
Smectites
(montmorillonite) 1-7
Illite 0,5-1
Kaolinite 0,5
Halloysite (2H2 O) 0,5
Halloysite (4H2 O) 0,1
Attapulgite 0,5-1,2
Allophan
e 0,5-1,2
11
II. ANALISA UKURAN BUTIRAN TANAH
12
1.) Sampel tanah dioven selama 24 jam dengan berat awal
50 – 60 gram,
2.) Mendinginkan sampel dan meletakkan dalam
mangkok dan diberi aquades sampai seluruhnya terendam, kemudian
mencampurkannya dengan sodium silikat 5 ml,
3.) Mengaduk campuran tanah, air dan sodium silikat 5
ml, dengan mixer selama 15 menit, agar larutan menjadi homogen,
4.) Memasukkan larutan kedalam gelas ukur 1000 ml dan
menambahkan aquades hingga volumenya 1000 ml,
5.) Setelah itu larutan didiamkan selama 24 jam dalam
gelas ukur ,
6.) Mengocok larutan sebanyak 30 kali (bolak balik)
hingga larutan benar-benar homogen, lalu memasukkan pelampung
hyrometer dan thermometer,
7.) Pada saat pelampung hyrometer posisi
diam,menghidupkan stop watch dan pengukuran dimulai,
8.) Lakukan pembacaan dan pencatatan penurunan
pelampung dan suhu selang waktu 0, 2, 5, 15, 30, 60, 240, 1440 menit.
Hukum Stokes
Menghitung diameter butiran tanah dengan rumus :
30L
d
980(G R )T
dengan :
d = diameter butir (mm)
ƞ = koefisien kekentalan (poise = dyne.det/cm2)
L = jarak pengendapan (cm)
T = waktu pengendapan (menit)
13
Gs = berat jenis tanah
R = berat jenis larutan (gr/cm3)
Menghitung persen (%) lebih kecil dari diameter terukur
Sebagai misal dalam 1 cm3 larutan tanah terdapat m gram butir tanah
m
Volume butir tanah = G
cm3
m
Volume air = (1- G ) cm3
m
Berat air = (1- G ) ɣw gram
m
Berat larutan = m + (1- G ) ɣw gram
m
m (1 ) w
G
Berat jenis larutan = 1 = R (diukur dengan hidrometer )
R w
m = G G
w
14
(1,01 1)(2,65)
Persen lebih kecil dari 0,025 mm = p = ( 2,65 1)50 x 1000 x 100 = 32,12
15
a gram
3 inch = 75 mm
b gram
2 inch = 50 mm
c gram
1 inch = 25 mm
d gram
No.4 = 4,75 mm
e gram
No.10 = 2 mm
f gram
No.40 = 0,425 mm
g gram
No.200 = 0,075 mm
h gram
Pan = tutup
Misal seluruh berat contoh tanah yang digunakan untuk uji analisis ukuran
butiran tanah adalah A gram dan berat yang tertahan pada masing-masing
saringan adalah a,b,c,d,e,f,g dan h gram seperti dalam gambar di atas. Berat
yang lebih besar dari masing masing saringan (yang tertahan) adalah sebagai
berikut :
No.200 (0,075 mm) = (a + b + c + d + e + f + g ) gram
No.40 (0,425 mm) = (a + b + c + d + e + f ) gram
No.10 (2 mm) = (a + b + c + d + e ) gram
No.4 (4,75 mm) = (a + b + c + d ) gram
1 inchi (25 mm) = (a + b + c ) gram
2 inchi (50 mm) = (a + b ) gram
3 inchi (75 mm) = (a ) gram
A = ( a + b + c + d + e + f + g + h ) gram
Perhitungan persen lebih kecil atau persen lolos seperti pada tabel berikut :
Ukuran % lebih besar (tertahan) % lebih kecil
saringan (lolos)
a
p1 = x100%
3 inchi A 100 - p1
16
( a b)
p2 = x100%
2 inchi A 100 - p2
(a b c)
1 inchi p3 = x100% 100 - p3
A
(a b c d )
No.4 p4 = x100%
A 100 - p4
( a b c d e)
p5 = x100%
No.10 A 100 - p5
(a b c d e f )
No.40 p6 = x100%
A 100 - p6
(a b c d e f g )
No.200 p7 = x100%
A 100 - p7
17
Cu = 5-15: tanah medium seragam
Cu > 15 : tanah sangat tidak seragam ( well graded)
Sand (pasir)
clay silt ( lanau ) Gravel (kerikil)
halus sedang kasar
100
90
80
70 Gradasi seragam
Persen Lolos ( % )
60 Gradasi baik
50
40
30 Gradasi Senjang
20
10
0
0,001 0,01 0,1 1 10 100
Ukuran Saringan ( mm )
Gambar Pembagian Ukuran Butiran Tanah ( Gradasi )
Untuk keperluan klasifikasi tanah dihitung pula koefisien gradasi (Cc) tanah
dengan rumus:
(D30 ) 2
Cc
D10 x D 60
dengan :
D30 = diameter butiran tanah yang mana 30 % tanah lolos ukuran
tersebut
1 < Cc < 3 ( well graded )
Contoh soal 2.2.
Contoh tanah seberat 59,1 gram dianalisa dengan hidrometer menghasilkan
data sebagai berikut :
Lebih kecil dari 0,05 mm = 24,6 gram
Lebih kecil dari 0,005 mm = 10,2 gram
18
Selanjutnya butiran tanah yang tertahan saringan 200 dilakukan analisa saringan,
menghasilkan data sebagai berikut :
Ukuran saringan 50 mm 25 mm No.4 No.10 No.40 N0.200
Berat tertahan 0 2,8 3,4 8,5 6,7 10,2
(gr)
19
pan 10,2 17,25 100 0
100
90
80
70
60
% lolos
50
40
30
20
10
0
0,001 0,01 0,1 1 10 100
(well graded).
Koefisien gradasi :
(D 30 )2 (0,018) 2
Cc = 0,36
D10 x D 60 0,0030 x 0,3
Soal ujian :
Hasil uji analisis distribusi ukuran butiran tanah sebagai berikut :
Diameter butiran Berat
tanah (mm) tertahan
(gram)
4,75 0,00
2,36 17,5
20
1,18 18,3
0,6 14,0
0,3 10,1
0,21 9,5
0,15 7,0
0,075 2,3
0,02 2,0
0,006 1,5
0,002 0
21
Contoh:
filter
filter
filter
Syarat filter :
1) Terhadap tanah yang dilindungi
Diagram pembagian butirannya harus memenuhi syarat :
D15 f D15 f
5 dan 5 atau 5 D85s > D15f > 5 D15s
D85 s D15s
22
100
90
80
70
Tanah yang dilindungi Daerah yang sesuai
60
% lolos
untuk filter
50
40
30
20
10
0
D15s 5D15s D85s 5D85s
0,001 0,01 0,1 1 10 100
Ukuran butiran tanah (mm)
23
III. KONSISTENSI TANAH
Konsistensi tanah adalah merupakan kondisi tanah yang dipengaruhi oleh kadar
air tanah tersebut. Sesuai dengan kadar airnya konsistensi tanah dapat berupa kaku (solid),
semi plastis, plastis atau cair. Berbagai macam konsistensi tanah ini hanya berlaku untuk
tanah kohesif (tanah lempung) seperti pada Gambar 3.1.
Volume
A
Vv = Vw
Vtotal
C B cair
plastis
Vv semi
solid plastis
Vs Vs
kadar air
O WS WP WL
24
Plasticity Index. Indeks plastisitas (PI) merupakan interval kadar air dimana tanah masih
bersifat plastis. Oleh karena itu, indeks plastisitas menunjukan sifat keplastisan
tanah. Apabila tanah mempunyai indeks plastisitas yang tinggi maka tanah
mengandung banyak butiran lempung. Jika indeks plastisitas rendah, seperti lanau,
sedikit pengurangan kadar air berakibat tanah menjadi kering. Indeks plastisitas
dapat dihitung dengan persamaan :
PI = LL – PL
Dengan : LL = batas cair, %
: PL = batas plastis, %
Garis AB menunjukkan kondisi tanah yang jika dikeringkan volumenya menyusut
dan kadar airnya adalah kadar air jenuh (saturated). Pada kondisi jenuh volume rongga
udara (Vv) sama dengan volume air (Vw). Garis BC menunjukkan kondisi tanah yang
volumenya tetap walaupun kadar airnya berkurang. Kondisi ini terjadi pada tanah solid
(kaku).
Menurut Atterberg, 1911 (dalam Hardiyatmo, 1999) tingkat plastisitas tanah dibagi
dalam 4 tingkatan berdasarkan nilai indeks plastisitasnya yang ada dalam selang antara 0
% dan 17 %. Batasan mengenai indeks plastisitas, sifat, macam tanah, dan kohesi dapat
dilihat pada Tabel III.1
Tabel III.1. Nilai indeks plastisitas dan macam tanah (Atterberg, 1911, dalam
Hardiyatmo,2002)
25
3) Dengan alat pembarut (groving tool), dibuat alur lurus pada garis tengah mangkok
searah dengan sumbu alat, sehingga tanah terpisah menjadi dua bagian sesuai ukuran
pembarut, untuk menghindari alur yang tidak baik atau tergesernya tanah dalam
mangkok, dibarut dengan gerakan maju atau mundur sedikit lebih dalam,
4) Selanjutnya :
a) Segera melakukan gerakan pemutaran, sehingga mangkok terangkat dan jatuh pada
alasnya dengan kecepatan 2 putaran per detik, sampai kedua bagian tanah bertemu atau
menyatu kira-kira 12,7 mm. Mencatat jumlah pukulan yang diperlukan untuk
menyatukan tanah tersebut, mengambil sebagian tanah yang bertemu untuk dicari
kadar airnya,
b) Apabila pada percobaan pertama jumlah pukulan yang diperoleh lebih dari 35 kali,
berarti tanah kurang basah dan kembalikan tanah dari mangkok Casagrande ke cawan
porselin untuk ditambahkan air sedikit demi sedikit dan diaduk sampai merata seperti
pada percobaan pertama,
c) Mencuci dan mengelap mangkok Casagrande dan mengulangi pekerjaan seperti
tersebut diatas, hingga memperoleh jumlah pukulan antara15-25, 20-30, 25-40, sebagai
catatan bahwa tanah semakin basah, maka jumlah pukulan makin sedikit.
5). Mengambil contoh tanah sisa setiap pukulan, kemudian diperiksa kadar airnya.
Kadar air dihitung dengan rumus sbb:
Ww
Kadar air ( w) x100%
Ws
dengan :
w = kadar air (%)
Ww = berat air dalam tanah (gram)
Ws = berat tanah kering oven (gram)
Alat-alat yang digunakan sebagai berikut :
Cawan oven
26
Cawan Oven Timbangan
27
Langkah-langkah uji batas plastis :
1) Memasukkan tanah asli kering udara lolos No.40 kedalam cawan porselin dan
menambahkan air secukupnya, diaduk dengan spatula sampai air merata bercampur
dengan tanah sehingga tanah mudah dibentuk seperti bola dan tidak terlalu melekat
dengan jari bila ditekan dengan jari,
2) Mengambil tanah plastis tersebut dan dibentuk ellipsoida, menggulung tanah tersebut
dengan jari tangan ke plat kaca secara pelan-pelan sehingga akan terbentuk batang-
batang dengan diameter yang seragam,
3) Ketika diameter tanah menjadi ± 3,2 mm, tekanan tanah dikurangi dan digulung terus
dengan diameter tetap sehingga akhirnya menjadi retak. Memotong tanah tersebut
dengan panjang ± 3 cm, dibuat kira-kira 30 buah, lalu menimbang beratnya,
4) Mengambil contoh tanah tersebut lalu dioven selama ± 24 jam untuk diperiksa kadar
airnya.
Batas plastis air dihitung dengan rumus sbb:
m 2 m3
PL= x 100 %
m3 m1
dengan :
PL = batas plastis (plastic limit)(%),
m1 = berat cawan (gr),
m2 = berat cawan + tanah basah (gr),
m3 = berat cawan + tanah kering (gr).
Timbangan Saringan
28
Cawan Oven
Spatula
Contoh perhitungan
A Nomor Cawan 1 2 3
B Berat Cawan ( gr ) 9 9 8
C Berat Cawan + Contoh Basah ( gr ) 13 16 14
D Berat Cawan + Contoh Kering ( gr ) 12 15 12
E Berat Air E = C - D ( gr ) 1 1 2
F Berat Contoh Kering F = D - B ( gr ) 3 6 4
G Kadar Air G = (E/F) X 100 % % 33,33 16,67 50,00
H Rata-rata 33,33
29
menimbang milk dish berisi tanah kering,
6) Menekan benda uji kering ke dalam air raksa,
7) Menghitung volume benda uji kering dengan mengukur volume air raksa yang tumbah
pada gelas kaca.
Nilai batas susut dihitung dengan rumus sbb:
m1 m2 v1 v2 .γw
SL = 100%
m2 m2
dengan :
milk dish
30
contoh perhitungan
A Nomor Cawan 1 2 3
B Berat Cawan ( gr ) 44 38 42
C Berat Cawan + Contoh Basah ( gr ) 60 54 58
D Berat Cawan + Contoh Kering ( gr ) 54 46 50
E Berat Air ( gr ) 6 8 8
F Berat Contoh Kering (Wo) ( gr ) 10 8 8
G Kadar Air (w) % 60.00 100.00 100.00
H Isi Contoh Basah (V1) Ml 10.50 10.50 10.50
Isi Contoh Kering (V2)
I Ml 5.25 4.50 4.75
ml
S.L = w - ((V1-V2) / Wo ) x
J 7.50 25.00 28.13
100%
H Rata-rata 20.21
Contoh soal :
Hasil uji batas cair sebagai berikut :
Banyaknya Pukulan 18 23 30
A Nomor Cawan 2 3 4
B Berat Cawan ( gr ) 16,0 16,1 16,0
C Berat Cawan + Contoh Basah ( gr ) 23,3 23,2 23,0
D Berat Cawan + Contoh Kering ( gr ) 20,5 20,7 20,8
Hitung nilai batas cair dari data tersebut !
31
IV. KLASIFIKASI TANAH
Tanah dapat diklasifikasikan secara umum sebagai tanah tidak kohesif dan tanah
kohesif atau sebagai tanah berbutir kasar atau tanah berbutir halus. Istilah ini terlalu
umum, sehingga memungkinkan terjadinya identifikasi yang sama untuk tanah-tanah yang
hampir sama sifatnya. Selain itu, klasifikasi tersebut di atas tidak cukup lengkap untuk
menentukan apakah tanah itu sesuai untuk suatu bahan konstruksi atau tidak.
Sejumlah klasifikasi telah digunakan, kebanyakan klasifikasi tanah menggunakan
indeks tipe pengujian yang sangat sederhana untuk memperoleh karasteristik tanah.
Karasteristik tersebut digunakan untuk menentukan kelompok klasifikasi. Umumnya,
klasifikasi tanah didasarkan atas ukuran partikel yang diperoleh dari analisis saringan.
Secara garis besar klasifikasi tanah dibuat berdasar tekstur tanah (textural
classification) dan berdasar penggunaan (classification by use).
4.1. Textural classification
Klasifikasi ini dikembangkan oleh United State Department of Agriculture (USDA) untuk
keperluan pertanian. Pada prinsipnya tekstur tanah dipengaruhi oleh ukuran butiran tanah
yang pembagiannya adalah sebagai berikut :
Kerikil (gravel) : ukuran butir antara 2 mm dan 75 mm
Pasir (sand) : ukuran butir antara 0,05 mm dan 2 mm
Lanau (silt) : ukuran butir antara 0,002 mm dan 0,05 mm
Lempung (clay) : ukuran butir kurang dari 0,002 mm
Jika tanah tidak homogen dan terdiri dari berbagai macam ukuran butiran, maka klasifikasi
tanah menggunakan diagram segitiga seperti pada Gambar 4.1.
32
Gambar 4.1. USDA Textural Classification
33
4.1. termasuk tanah Clay. Kemudian campuran antara Gravel 20 % dan Clay 80 % bisa
diklasifikasikan sebagai tanah Gravelly Clay ( Lempung berkerikil ).
4.2. Classification by use
a. Klasifikasi tanah sistem USCS (Unified Soil Classification System)
Sistem klasifikasi ini pertama kali dibuat oleh Casagrande pada tahun 1942
untuk konstruksi lapangan terbang, yang kemudian dikembangkan oleh Wagner, A.A. pada
tahun 1957. Berdasar ukuran butirannya tanah dibagi dua yaitu butir kasar dan butir halus.
Tanah diklasifikasikan berbutir kasar jika lebih dari 50 % ukurannya lebih besar dari
saringan No.200 (0,075 mm). Sebaliknya tanah diklasifikasikan berbutir halus jika lebih
dari 50 % ukurannya lebih kecil dari saringan No.200 (0,075 mm). Untuk tanah berbutir
kasar dibagi lagi menjadi dua yaitu kerikil dan pasir. Tanah diklasifikasikan sebagai kerikil
jika lebih dari 50 % ukurannya lebih besar dari saringan No.4 (4,75 mm). Tanah
diklasifikasikan sebagai pasir jika lebih dari 50 % ukurannya lebih kecil dari saringan no.4
(4,75 mm). Masing-masing tanah kerikil dan pasir dibedakan lagi antar yang bergradasi
baik dan bergradasi buruk. Sedang tanah berbutir halus yang terdiri dari lanau dan lempung
diklasifikasikan menjadi tanah berplastisitas tinggi dan berplastisitas rendah.. Lanau dan
lempung berplastisitas rendah jika batas cairnya kurang dari 50%, jika batas cairnya lebih
dari 50% disebut lanau dan lempung berplastisitas tinggi. Sistem klasifikasi tanah USCS
lebih detailnya bisa dilihat pada Tabel 4.1. dan Gambar 4.2.
Tabel 4.1. Sistem Klasifikasi Tanah metode USCS
34
Simbol Kriteria
Nama Jenis
Divisi Utama Pasir lebih dari 50% fraksi kasar lolos saringan Kerikil 50% atau lebih dari fraksi kasar tertahan Kelompok Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan prosentase butiran halus, kurang dari 5% lolos saringan no. 200 : GM,
Tanah berbutir kasar 50% atau lebih butiran tertahan saringan no. 200 6(0,075 mm)
GP, SW, SP. Lebih dari 12% lolos saringan no. 200 : GM, GC, SM, SC. 5% - 12% lolos
Kerikil
dikit atau tidak mengan-
Cu 4 1 Cc 3
bersih
GW D10 D10 D60
dung butiran
(sedikit atau
saringan no. 4 (4,75 mm)
35
70
60
Garis A : PI = 0,73( LL - 20 )
Indeks plastisitas (PI), %
50
CH
40
30
CL
20
MH atau OH
10 7 CL
CL-ML
CL-ML
4
ML
ML atau OL
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Batas cair (LL), %
36
D 60 0,135 (D 30 )2 (0,012) 2
Cu = 1,59 < 6, Cc = 1,25 > 1
D10 0,085 D10 x D 60 0,085 x 0,135
37
30. Tanah berbutir halus ini jika digunakan untuk tanah dasar jalan kualitasnya sedang
(fair) sampai buruk (poor). Perincian klasifikasi tanah AASHTO seperti pada Tabel 4.3.
Selain notasi A-1 sampai A-7 perlu ditambahkan Group Index yang dituliskan
dalam tanda kurung dibelakang notasi klasifikasi tanah tersebut. Group Index (GI) dicari
dengan rumus :
38
GI = (F-35)[0,2 + 0,005 ( LL - 40 ) ]+ 0,01 ( F - 15 )( PI - 10 )
dengan : F = persen lolos saringan no.200 (0,075 mm)
LL = batas cair
PI = indeks plastisitas
GI dibulatkan ke angka bulat terdekat, sedang GI negatif = 0 atau dianggap tidak ada group
indexnya. Untuk klasifikasi tanah A-2-6 dan A-2-7 rumus group index menjadi :
GI = 0,01 ( F-15 ) ( PI - 10 )
39
Material Granular Tanah-tanah lanau-lempung (>35 %
Klasifikasi umum
(< 35 % lolos saringan no.200) lolos saringan no.200
A1 A-2 A-7
Klasifikasi A-7-5
A-3 A-4 A-5 A-6
kelompok A-1-a A-1-b A-2- 4 A-2.5 A-2-6 A-2-7
A-7-6
Analisa saringan
50 maks - - - - - - - -
(% lolos) -
-
2,00 mm (no.10)
0,425 mm (no.40) 30 maks 50 51 min - - - - - - -
maks -
0,075 mm (no.200)
15 maks 25 10 35 maks 35 35 maks 35 36 min 36 min 36 min 36 min
maks maks maks maks
Sifat fraksi lolos
saringan no. 40
Batas cair (LL) - - - 40 maks 41 40 maks 41 40 maks 41 min 40 maks 41 min
Indeks Plastis (PI) min min
Np 10 maks 11 min 11 10 maks 10maks 11 min 11 min
6 maks
10maks min
Indeks kelompok 4 maks 8 maks 12maks 6 maks 20 maks
0 0 0
(G1)
Tipe material yang Pecahan batu, Kerikil berlanau atau
pasir
pokok pada Kerikil dan berlempung Tanah berlanau Tanah berlempung
halus
umunya pasir dan pasir
Penilaian umum
sebagai tanah dasar Sangat baik sampai baik Sedang sampai buruk
Catatan : Kelompok A-7 dibagi atas A-7-5 dan A-7-6 bergantung pada batas plastisnya
(PL)
Untuk PL > 30, klasifikasi A-7-5;
40
Dengan ini disimpulkan bahwa klasifikasi tanah adalah : A-4(3), yaitu tanah lanau dengan
group index 3.
Contoh soal 4.7.
Dari analisa saringan diperoleh data bahwa yang lolos No.200 = 95 %
Dari penelitian batas-batas konsistensi tanah diperoleh data liquid limit = 60% dan
Plasticity index = 40%. Klasifikasikan tanah tersebut menurut AASHTO !
Penyelesaian :
Lolos No.200 = 95 %, lebih besar dari 35 %, menurut Tabel 4.3. termasuk material silt dan
clay. Batas cair = 60 berarti lebih dari 41, maka kemungkinan termasuk klasifikasi A-5
atau A-7. Indeks plastisitas = 40 berarti lebih besar dari 11, menurut Tabel 4.3 tanah
termasuk klasifikasi A-7.
LL-30 = 60 -30 = 30, berarti PI > LL-30 sehingga tanah termasuk klasifikasi A-7-6 atau
PL = LL-PI = 60 – 40 = 20, berarti PL < 30 sehingga tanah termasuk klasifikasi A-7-6
GI = (95-35)[0,2 + 0,005 ( 60 - 40 ) ]+ 0,01 ( 95 - 15 )( 40 - 10 ) = 42
Dengan ini disimpulkan bahwa klasifikasi tanah adalah : A-7-6 (42), yaitu tanah lempung
dengan group index 42.
c. KLasifikasi tanah sistem Inggris
Berdasarkan sistem Inggris tanah pertama-tama dikelompokkan ke dalam tanah
berbutir kasar dan tanah berbutir halus. Tanah dikelompokkan berbutir kasar jika kurang
dari 35 % ukurannya lebih kecil dari 0,06 mm. Sebaliknya tanah dikelompokkan berbutir
halus jika lebih dari 35 % ukurannya lebih kecil dari 0,06 mm). Tanah berbutir kasar
dikelompokkan lagi sebagai kerikil (gravel) dan pasir (sand). Tanah butir kasar masuk
dalam kelompok kerikil jika lebih dari 50 % ukuran butirannya lebih besar dari 2 mm.
Sebaliknya masuk kelompok pasir jika lebih dari 50 % ukuran butirannya lebih kecil dari 2
mm. Tanah kerikil dan pasir murni masing-masing dipisahkan lagi antara yang bergradasi
baik dan bergradasi buruk (seragam dan timpang).
Tanah berbutir halus dikelompokkan menjadi lanau dan lempung berkerikil atau
berpasir serta lanau dan lempung murni. Di kelompokkan lanau dan lempung berkerikil
atau berpasir jika ukuran butiran halus (lebih kecil dari 0,06 mm) antara 35 % sampai 65
%. Sedang masuk dalam kelompok lanau atau lempung murni jika yang berukuran lebih
kecil dari 0,06 mm antara 65 % sampai 100 %.Selain itu tanah berbutir halus masih
dikelompokkan lagi sesuai dengan plastisitasnya. Tanah berbutir halus masuk dalam
plastisitas rendah (L) jika batas cairnya kurang dari 35, plastisitas sedang (I ) jika batas
41
cairnya antara 35 dan 50, plastisitas tinggi ( H ) jika batas cairnya antara 50 dan 70,
plastisitas sangat tinggi (V) jika batas cairnya antara 70 dan 90 , sedang jika batas cairnya
lebih besar dari 90 plastisitasnya dikelompokkan sangat ekstrim (E). Uraian lebih rinci dari
klasifikasi tanah sistem Inggris dapat dilihat pada Tabel 4.2. dan Gambar 4.3.
70
CE
60 Garis A : PI = 0,73( LL - 20 )
Indeks plastisitas (PI), %
50 CV
ME
40 CH
MV
30
CI
20
CL
10
CL-ML MI
ML
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120
Batas cair (LL), %
Maka tanah tersebut masuk dalam klasifikasi GW, yaitu Kerikil bergradasi baik.
42
Tabel 4.2. Sistem klasifikasi tanah Inggris
Kelompok tanah Pembagian dari identifikasi laboratorium
KERIKIL dan PASIR yang mungkin Simbol Simbol Butiran Batas cair
berubah menjadi KERIKIL berpasir dan Kelompok Sub-kelompok halus (%
PASIR berkerikil, yang ditentukan secara kurang dari
tepat 0,06mm)
PASIR Lebih dari 50% material berbutir kasarnya berukuran kerikil (lebih kasar dari 2 mm)KERIKIL
lebih halus dari 0,06 mmkurang dari 35 % materialnyaTANAH BERBUTIR KASAR
KERIKIL se- GW GW
dikit berlanau G
0 sampai 5
atau KERIKIL GP GPu GPg
sedikit
berlempung
KERIKIL G-M GMW GMP
berlanau GF
KERIKIL G-C GCW GCP 5 sampai
berlempung 15
KERIKIL sa- GM GML,dan lain
ngat berlanau GF lain 15 sampai
KERIKIL sa- GC 35
ngat berlempung GCL
GCI
GCH
GCV
GCE
PASIR sedikit SW SW
berlanau atau S
0 sampai 5
PASIR sedikit SP SPu SPg
berlempung
PASIR berlanau S-M SMW SPM
PASIR SF
berlempung S-C SWC SPC 5 sampai
15
PASIR sangat SM SML,dan lain
berlanau SF lain 15 sampai
PASIR sangat SC 35
berlempung SCL
SCI
SCH
SCV
SCE
43
butiran halus 35% sampai 65%LANAU dan LEMPUNG berkerikil atau berpasir Lebih dari 50% material berbutir kasarnya berukuran pasir (lebih halus dari 2 mm)
lebih dari 35 % materialnyaTANAH BERBUTIR HALUS
44
LEMPUNG de-ngan butiran ha-lus 65% sampaiLANAU dan
lebih halus dari 0,06 mm
LANAU M ML,dan lain lain
(TANAH-M) F
LEMPUNG C CL <35
CI 35 sampai
CH 50
CV 50 sampai
CE 70
70 sampai
90
> 90
100%
45
Contoh soal 4.9.
Dari hasil analisa pembagian ukuran butiran tanah diketahui 95 % lolos tanah lolos
saringan 0,06 mm . Tanah mempunyai batas cair = 42 dan indeks plastisitas = 18.
Klasifikasikan tanah tersebut menurut sistem Inggris !
Penyelesaian :
Lolos 0,06 mm = 95 %, lebih besar dari 35 %, menurut Tabel 4.2. termasuk berbutir
halus. Selain itu tanah yang lolos 0,06 mm juga lebih besar dari 65 % maka termasuk
dalam kelompok Lanau (M) dan Lempung (C). Selanjutnya dengan batas cair = 42 dan
indeks plastisitas = 18, menurut Gambar 4.3 tanah termasuk klasifikasi CI, yaitu
lempung berplastisitas sedang.
46
100
Massachusetts Institute
Gravel Sand Silt Clay
of Technology
75
Gravel Sand Silt Clay U.S. Department of
Agriculture
50
American Association of
Gravel Sand Silt Clay State Highw ay and
Transportation Officials
25
Unified Soil Classifictaion
Gravel Sand Silt and clay
System
0
100
100 10
10 11 0,1
0,1 0,01
0,01 0,001
0,001 0,0001 0,00001
Ukuran butir (mm)
47
V. HUBUNGAN UNSUR-UNSUR DALAM TANAH
Unsur-unsur dalam tanah pada umumnya terdiri dari butiran tanah (bagian
yang padat) dan di antara butiran-butiran tanah berupa rongga (pori) yang bisa terisi
oleh air dan udara. Tanah dikatakan kering jika rongga yang ada di antara butiran tanah
tidak mengandung air atau hanya berisi udara saja. Tanah pada umumnya berada pada
kondisi basah, yaitu rongga yang ada diantara butiran berisi air dan udara. Tanah
dikatakan jenuh jika semua rongga yang ada terisi sepenuhnya oleh air. Jika dalam
tanah terdapat air tanah, maka tanah dibawah muka air tanah kondisinya adalah
terendam. Dalam kondisi terendam ini butir-butir tanah mendapat gaya angkat ke atas
seperti halnya semua benda padat yang berada di bawah permukaan air. Berbagai
kemungkinan kondisi tanah ini bisa dilihat dalam Gambar 5.1.
m..t
kering
basah
m.a.t jenuh
terendam
Gambar 5.1. Kemungkinan berbagai kondisi tanah
48
V = volume tanah Vs = volume butir tanah Vw = volume air Vv = volume rongga
e
vv
vs
0<e<~
2. Kadar pori (porosity) , n
n
vv x 100 %
v
0<n<1
Hubungan angka pori dan kadar pori :
n e
e n
n -1 1 e
3. Kadar air (moisture content atau water content) , w
w
w w x 100 %
ws
0 < w, persen < ~
4. Derajat kejenuhan ( degree of saturation ), S
S
vw x 100 %
vv
0 < S, persen < ~
49
S = w G /e s
d
ws
v
7. Berat volume jenuh ( saturated density), sat
sat
w s ww
v
W w Vv . w
w(Gs e)
sat
1 e
sat Gsw (1 - n) wn
sat= d + n.w
8. Berat volume terendam (submerge density ), '
'
w s v s . w
v
' = sat - w
GsW w
'
1 e
9. Berat volume butir (unit weight of particle), s
50
s
ws
vs
10. Berat jenis ( Spesific gravity), Gs
s
Gs
w
d
Gs (1 e) d s (1 - n)
w
Gsw
b (1 w)
1 e
Gsw
d
1 e
51
d 19
b) Gs (1 e) = (1 0,5) 2,85
w 10
e 0,5
c) n 1 e 33,33 %
1 0,5
n
vv 0,25
v
V = 0,50 x 100 = 50 m3
Vv = 0,25 V = 0,25 x 50 = 12,5 m3
Vs = V - Vv = 50 - 12,5 = 37,5 m3
Keadaan tidak padat (diatas truk) :
e
v v 1,20
vs
Vv = 1,2 Vs = 1,20 x 37,50 = 45 m3
V = Vs + Vv = 37,5 + 45 = 82,50 m3
82,50
Jumlah truk yang diperlukan = 27,5 dibulatkan 28 buah
3
Soal latihan :
1.Suatu tanah mempunyai berat jenis = 2,65 kadar air 6 % berat volume kering = 17,7
kN/m3
52
Hitung : a) Berat volume tanah b) Angka pori c) Kadar pori d) Derajat kejenuhan
2.Suatu contoh tanah dalam keadaan kenyang air mempunyai berat 102,8 Newton.
Tanah ini dikeringkan dalam oven sehingga beratnya tinggal = 734 Newton. Berat
jenis tanah = 2,74
Hitung : a) berat volume tanah b) Bera tvolume kering c) Kadar air d) Angka pori e)
Berat volme terendam
3.Tanah mempunyai angka pori 1,2. Tanah digunakan sebagai bahan timbunan dan
dipadatkan sehingga angka pori menjadi 0,7. Jika volume tanah semula = 25.000 m 3,
berapa volume tanah padat yang diperoleh ?
Persen lolos
Ukuran saringan A B C D E
No.4 (4,75 mm) 94 98 100 100 100
No.10 (2 mm) 63 86 100 100 100
No.30 (0,6 mm) 21 50 98 100 100
No.40 (0,425 mm) 10 28 93 99 94
No.50 (0,30 mm) 7 18 88 95 82
No.100 (0,15 mm) 5 14 83 90 66
No.200 (0,075 mm) 3 10 77 86 45
Liquid Limit - - 63 55 36
Plasticity Index NP NP 25 28 22
4. Klasifikasikan tanah A,B,C,D,E dalam tabel berikut menurut AASHTO, USCS dan
BS
53