Anda di halaman 1dari 27

ABSTRAKSI

Praktikum Geologi dan Mineralogi Tanah dilaksanakan pada tanggal


24-25 Mei 2008. Daerah pengamatan meliputi Candi Kadisoka di
Purwomartani, jembatan sungai Krasak, bukit Gendol di Magelang, Tempuran
Magelang, Kledung, gardu pandang Dieng, mata air Bimolukar, telaga Warna,
telaga Pengilon, kawah Sikidang, gambut Dieng, telaga Merdodo, kipas
Alluvial, vulkanik neck dan formasi Merawu di Karang Kobar, waduk Sempor
dan gua Jatijajar. Praktikum ini ditujukan agar praktikan dapat mengetahui
formasi batuan, morfologi dan karakteristik tanah, sifat serta klasifikasi
tanah.

I; PENDAHULUAN

A; LATAR BELAKANG
Tanah merupakan bahan di permukaan bumi hasil alihrupa
(transformation) bahan organik dan atau mineral melalui proses gabungan
anasir-anasir alami, yaitu bahan-bahan induk, iklim, topografi, dan organisme
yang bekerja pada waktu tertentu. Fase pertama pembentukan tanah adalah
pelapukan dan peruraian batuan atau bahan induk tanah, dan fasa kedua
adalah pembentukan tubuh tanah atau horisonasi.
Proses pembentukan tubuh tanah merupakan suatu kejadian rumit,
beruntun mencakup reaksi saling terkait dan penyusunan kembali bahan-
bahan yang sangat mempengaruhi tanah di tempat itu. Beberapa kejadian
dapat berlangsung serentak atau beruntun untuk saling memperkuat atau
melawan terhadap yang lainnya. Pembentukan tubuh tanah merupakan
suatu kejadian tersembunyi dari pandangan mata sehingga penyidikannya
hanya dapat dilakukan pada saat kejadian itu telah selesai, kecuali untuk
beberapa fenomena, khususnya yang berlangsung dekat permukaan bumi.

B. TUJUAN
Untuk mengetahui struktur dan bahan pembentuk batuan yang
nantinya akan mempengaruhi terbentuknya tanah di beberapa tempat.

C. METODOLOGI
Field trip untuk mata kuliah Geologi dan Mineralogi ini dilaksanakan
pada hari Selasa dan Rabu pada tanggal 24 dan 25 Mei 2008. Alat-alat dan
bahan yang digunakan pada acara field trip ini antara lain alat tulis yang
dibawa oleh setiap praktikan. Sedangkan untuk meneliti tanah yang ada,
digunakan kompas untuk mengetahui arah, metline untuk mengukur
kedalaman tanah, palu pedologi, pisau, pH meter untuk mengukur pH tanah,
dan soil munsell color charts untuk mengetahui warna tanah. Sedang
khemikalia yang digunakan antaralain alfa dipridil untuk mengetahui
oksidasi-reduksi, KCNS untuk fero-feri, HCl untuk menguji adanya kapur,
H2O2 3% untuk menguji adanya Mn dan H 2O2 10% untuk menguji keberadaan
bahan organik.
Cara kerja dalam field trip ini yaitu praktikan melihat kemudian
meneliti masing-masing tanah untuk mengetahui nama lokasi, pengamatan
fisiografi, elevasi, topografi, drainase, bahan induk, klasifikasi tanah, land
use, vegetasi, cara pengelolaan, kendala dan tipe erosi. Untuk profil
tanah,yang harus diteliti antaralain yaitu kedalaman, batas antar lapisan,
tekstur, struktur, konsistensi, warna, bahan kasar dan perakaran yang ada
pada setiap stop site. Dat hasil pengamatan tersebut dituliskan pada lembar
borlis dan memperhatikan penjelasan dari para dosen pengampu.

II; TINJAUAN PUSTAKA

Terdapat suatu fitur geologi, tetapi tidak dibicarakan sebelumnya, yaitu


suatu asistensi besar dalam penanggalan struktur dan penggolongan periode
deformasi. Suatu unconformity merupakan erosi permukaan atau pelepasan
yang membedakan batuan yang lebih muda dan yang lebih tua. Terdapat
beberapa tipe yang penting (Dennis, 1967, p. 159). Angular unconformity
dicirikan oleh suatu kejanggalan angular diantara dua lingkaran stratanya
(gbr. 19.4a). sebaliknya, Parallel unconformity (umum disebut
Disconformity) ditandai dengan suatu retakan diantara dua parallel
stratanya (gbr. 19.4b) suatu non-depositional unconformity merupakan
suatu permukaan tak terendapkan (non-deposition); bukti secara fisik dari
permukaan batuan ini mungkin saja bukan suatu bukti, dan suatu bukti
paleontology mungkin akan sangat diperlukan untuk menunjukan renggang
waktunya (gbr. 19.4c). suatu heterolithic unconformity (umum disebut non-
conformity) menggambarkan situasi dimana batuan yang lebih tua
merupakan suatu batuan yang tak-berstrata (non-stratified) (gbr. 19.4d)
(Donal, 1985).
Dalam menentukan kronologi lokal haruslah diingat bahwa beberapa
peristiwa mungkin terjadi secara bersamaan; sebagai contoh, deposisi
mungkin terjadi selama pelipatan dan patahan. Kerumitan selanjutnya
adalah bahwa struktur yang diberikan mungkin suatu hasil dari beberapa
gerakan yang bertahap. Bagaimanapun juga, walaupun gerakan tersebut
keterlibatannya sangatlah sedikit, urutannya dapat diukur dengan
menggunakan hubungan geometrik yang sederhana, seperti yang akan
ditampilkan dalam gambar berikut:
1. Folds lebih muda daripada Folded rocks

(a) (b) (c)

(c)
Gambar 19.4 Tipe-tipe penting dari unconformity: (a) angular
unconformity; (b) parallel unconformity; (c) non-depositional unconformity;
(d) heterolithic unconformity.
2. Patahan-patahan lebih muda daripada batuan-batuan yang dipotong
oleh manusia.
3. Metamorphosis lebih muda daripada hasil-hasil bentukan batuan.
4. Erosi yang disebabkan oleh suatu unconformity lebih muda dan
lebih tua daripada overlying rocks. Hal demikian benar-benar terjadi pada
daerah yang cakupannya lebih kecil; erosi dan deposisi pada daerah yang
terpisah pada skala yang luas mungkin terjadi secara bersamaan.
5. Batuan beku intrusif lebih muda daripada host rocks. Hal ini
sangatlah jelas terlihat dimana mereka ada didalam hubungan yang saling
silang. Satu hal yang sama berlaku untuk tipe batuan lain seperti: salt domes
dan sand stones dike, dengan persyaratan bahwa bentuk pencampurannya
lebih muda walaupun material-materialnya lebih muda ataupun lebih tua.
Keberadaan struktur-struktur didalam batuan-batuan dan wilayah-
wilayah pada lapisan kulit bumi merupakan suatu manifestasi dari aktifitas
dinamik yang bekerja terus-menerus sepanjang waktu. Keberadaan yang
paling awal dari struktur-struktur menandai fakta bahwa lapisan kerak bumi
sangatlah tidak kaku. Melainkan, lapisan kerak bumi mampu untuk berubah
dengan cepat (Davis, 1984).
Sekitar 90 unsur kimia diketahui ada didalam kulit bumi. Jika seseorang
memperkirakan kombinasi yang mungkin terbentuk dari sejumlah besar
unsur tidaklah mengejutkan bahwa sebanyak 2000 mineral telah dikenal.
Mineral dan unsur nyata penting dalam tanah relatif sedikit diperkirakan 90
% dari berat kulit bumi disusun dari 8 unsur kimia, sesungguhnya dua unsur,
oksigen dan silicon menyusun 75 % dari keseluruhan unsur. Sebagian besar
unsur kulit bumi telah dikombinasikan dengan satu atau lebih unsur lain
membentuk campuran yang disebut mineral. Mineral umumnya ada dalam
campuran yang membentuk batuan-batuan (Foth, 1995).
Berdasarkan jenisnya, batuan dimuka bumi dikelompokan menjadi 3
yaitu batuan beku, sedimen, dan metamorfik. Batuan beku dibedakan
menjadi 3 yaitu batuan beku plutonik (yaitu lava yang membeku jauh
didalam kerak bumi secara perlahan-lahan, dicirikan dengan adanya kristal
yang kasar, contoh batuan ini adalah granite, diorite, gabro), batuan beku
vulkanik (magma yang membeku dipermukaan bumi secara cepat, dicirikan
adanya kristal yang halus dengan atau tanpa kristal berukuran besar
contohnya adalah batuan rhyloite, andesite, basalte), dan batuan beku
intrusif (batuan yang berasal dari terobosan magma, contohnya dike).
Batuan sedimen yaitu batuan yang terbentuk dari hasil pengendapan batuan
beku atau metamorfik yang telah melapuk, dicirikan oleh adanya struktur
yang berlapis-lapis. Batuan sedimen dibedakan menjadi 3 yaitu sedimen
klastis (hasil pengendapan dan alih tempat material batuan yang sudah
terlapukan contoh batu pasir, batu lempung, breksi, konglomerat), sedimen
khemis (hasil pengendapan melalui proses pelarutan, contohnya gamping,
dolomite), sedimen biogenik (akibat pengaruh aktivitas biologi, misalnya
batu kapur, batu lumpur, gambut). Batuan metamorf (yaitu batuan yang
terbentuk akibat tekanan dan panas yang tinggi dicirikan mempunyai sifat
terfoliasi maupun schistous). Batuan ini dibedakan menjadi Ortho-
metamorfik (berasal dari batuan beku, misalnya phylite, mika schist) dan
para-metamorfik (berasal dari batuan sedimen, misalnya marmer, para-
gneis, kwarsit) (Susilo, 2003).
Pembentukan tanah dapat dicermati berlangsung dengan tiga
tahapan bersambung. Tahapan pertama ialah pembentukan bahan induk
tanah dari bahan litosfer atau dari bahan biosfer. Tahapan kedua ialah
pengubahan bahan induk tanah menjadi bahan tanah. Tahapan ketiga ialah
penyusunan bahan tanah menjadi suatu tubuh dengan organisasi keruangan
tertentu (Notohadiprawiro, T, 1998).
Bahan litosfer berupa batuan dan mineral. Maka tanah yang berasal
dari bahan litosfer disebut tanah mineral. Bahan biosfer berupa serasah dan
longgokan bahan organik sisa tumbuhan dan hewan. Maka tanah yang
berasal dari bahan biosfer disebut tanah organik atau lebih dikenal dengan
sebutan tanah organik atau lebih dikenal dengan sebutan tanah gambut. Di
alam tidak ada tanah yang murni mineral atau organik. Tanah mineral selalu
lebih banyak sedikit mengandung campuran bahan organik dan tanah
organik selalu banyak sedikit mengandung campuran bahan mineral
(Notohadiprawiro, T, 1998).
Batuan yang berfungsi sebagai bahan induk tanah dapat melepaskan
unsur haranya jika batuan tersebut mengalami pelapukan (penghancuran)
baik secara fisik maupun kimia, kemudian larut dalam air menjadi bentuk
yang dapat diserap oleh akar tanaman. Jenis dan banyaknya kandungan
unsur hara setiap batuan berbeda-beda tergantung kepada jenis dan macam
batuannya. Ada kalanya batuan tersebut miskin akan unsur hara dan ada
pula yang kaya (Munir, M, 1996).
Lempung tanah tertentu tidak terdiri dari satu mineral, tetapi atas
campuran berbagai koloida mineral. Lempung yang berkembang tidak hanya
dipengaruhi oleh iklim dan profil tanah tetapi juga oleh sifatnya. Keadaannya
berubah apabila terdapat lempung dalam bahan induknya yang terbentuk
dibawah pengaruh ikilim terdahulu dan barangkali tipe iklim yang berlainan
(Brady dan Buckman, 1982).

III; HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Hari pertama
Stop Site 1

A. Morfologi Tapak (site)


Lokasi :
Fisiografi :
Land Use :
Vegetasi :
Klasifikasi Tanah :

B. Karakteristik profil

Stop Site 2

A. Morfologi Tapak (site)


Lokasi : Kadisoka, Purwomartani, Kalasan, Sleman
Fisiografi : lereng Gunung Merapi
Land Use : lahan pertanian, kolam ikan
Vegetasi : perdu, pisang, waru
Klasifikasi Tanah : Regosol ( PPT ) / Entisol ( USDA )

C. Karakteristik profil

Kadisoka
Candi ini ditemukan oleh penambang pasir di dekat UPN pada tiga
tahun yang lalu dan belum sempat dipugar. Sebenarnya masih banyak candi
yang tertimbun, namun belum ditemukan dengan kedalaman kurang lebih
6m. candi-candi tertimbun karena akibat timbunan dari letusan gunung
Merapi berupa materi-materi vulkan yaitu debu, dan pasir. Awal mula terjadi
peristiwa kanastropi kurang lebih tahun 1004-1006 sehingga mengakibatkan
candi-candi tertimbun. Di daerah ini terdapat bahan-bahan andic yang
bersifat tixotrofi yaitu permukaan licin seperti sabun. Material-material dari
Gunung Merapi terlempar ke daerah yang lebih rendah sehingga di daerah
Parangtritis ditemukan gumuk-gumuk pasir yang bertipe Barcan yang hanya
ditemukan di sini. Mineral di sini berupa mineral berupa mineral primer
dengna sedikit lempung, kaya feldspar, subur, kation banyak namun belum
dapat keadaan tidak tersedia. Apabila lapuk dan terkena hujan asam akan
larut dan diserap tanaman. Tanah-tanah di Yogyakarta pada umumnya
memiliki pH aktual yang sedikit sehingga perlu penambahan bahan organic
untuk mengatasinya.
Kenampakan morfologi profil tanah yang teramati di stop site ini
menampakkan proses sedimentasi berulang atau masih menampakkan sifat
bahan induknya. Tanah ini berkembang dari material merapi muda (kuarter).
Material ini bersifat intermedier, karena terbentuk dari lelehan lempeng
samudra dan lempeng benua. Material merapi muda diperoleh melalui
proses erupsi dan aliran air. Tanah yang terbentuk adalah tanah muda,
misalnya entisol dan regosol. Mineral lempung yang terkandung pada tanah
jenis ini adalah mineral lempung jenis amorf.
Tanah ini memiliki tekstur yang relatif kasar (pasiran) dan menempati
landform jalur aliran sungai. Tanah yang berkembang dari batuan andesite
yang berasal dari kelompok plagioklast yang banyak mengandung feldspar,
warna tanah hitam, drainase baik, tipe erosi alur atau parit dan permeabilitas
cepat. Dengan bertekstur kasar dan drainase yang cepat (baik) maka tanah
di daerah ini memiliki tingkat kesuburan yang secara actual rendah dan
secara potensial tinggi.
Dengan adanya keterbatasan sifat fisik tersebut dapat diatasi dengan
memberikan bahan organic yaitu untuk meningkatkan daya menahan air,
pembentukan agregat, mengurangi pencucian dan asam-asam organic yang
terbentuk dari bahan organic akan membantu pelapukan sehingga unsure
hara dari bahan induk dapat dilepaskan. Tetapi penambahan bahan organik
tidak langsung banyak karena penambahan yang semacam ini akan sia-sia.
Hal ini disebabkan kandunagn mineral lempung, KPK, dan daya ikat anion
tanah di aderah ini rendah, sehingga kalau ditambahkan bahan organic yang
banyak maka akan banyak pula bahan organik yang hilang. Penanaman
tanaman tahunan sangat membutuhkan pemilihan waktu yang tepat yaitu
diawal musim penghujan,sedangkan untuk tanaman holtikultura
membutuhkan mulsa untuk menjaga kelembaban.
Stop Site 3

A. Morfologi Tapak (site)


Lokasi : Kali Krasak
Fisiografi : kaki lereng Gunung Merapi
Land Use : tegalan
Vegetasi : pisang, kelapa, perdu
Klasifikasi Tanah : Regosol ( PPT ) / Entisol ( USDA )

B. Karakteristik profil

Sungai Krasak
Tempatnya berada di sebelah barat daya Gunung Merapi (perbatasan
antara Yogyakarta dan Jawa Tengah). Tinggi tempat Sungai Krasak kurang
lebih 360 m dpl. Batu pada sungai ini memiliki ukuran bermacam-macam
seperti kerikil, kerakal, dan batu besar. Pembentukan sungai ini karena
proses polygenesis atau polisiklis yaitu mengalami genesa tanah yang
berulang-ulang. Di sungai Krasak apabila mengalami mengalami banjir tidak
terjadi proses penggerusan karena banjir yang terjadi di sungai Krasak tidak
terjadi secara periodik. Banjir terakhir di Sungai Krasak pada tahun 1972.
Kecepatan air yang besarnya dua kali, maka daya angkut akan lebih besar
dua kali lipatnya. Akibatnya materi-materi yang terangkut berupa batu-batu
besar. Komposisi pasir dan air yang terangkut oleh banjir 50:50 yang
disebabkan BJ air meningkat menjadi dua, perlu diketahui BJ air 1 dan BJ
pasir 3. akibat proses penggerusan, maka umur tanah berbeda-beda.
Lapisan tanah yang dibawah umurnya yang paling muda.
Tanah yang teramati ini berkembang dari bahan erupsi merapi yang
paling muda yang terbawa oleh air hujan dan masuk ke sungai-sungai,
menuju ke arah barat sehingga tanah ini mempunyai warna lebih pekat
daripada tanah yang sebenarnya. Kenampakan tanah disekitar sungai
didominasi oleh batu-batuan, kerikil, dan pasir. Tanah yang terbentuk di sini
tidak menampakkan diferensiasi horizon dan belum memiliiki epipedon.
Maka tanah ini termasuk dalam ordo entisol menurut USDA dan termasuk
tanah regosol menurut PPT.
Tanah ini berstektur pasiran lepas-lepas tidak terbentuk agregasi,
drainase cepat dan tipe erosi longsor tebing. Dengan demikian tanah ini
mempunyai KPK yang sangat rendah, porus, perlindian terhadap unsur hara
yang sangat cepat. Untuk mengatasi masalah ini maka ditambahkan bahan
organik dan mencampurkan tanah lain yang banyak mengandung lempung
pada tanah ini. Penambahan bahan organik dan pemberian tanah lain dapat
memperbaiki tekstur dan struktur dan agar lebih baik bagi tanaman. Tanah
disekitar sungai ini mengandung batuan, kerikil, dan pasir yang dominan
sangat tidak cocok untuk tanaman semusim dan masih memungkinkan
untuk tanaman tahunan.

Stop Site 4

Morfologi Tapak (site)


Lokasi : bukit gendol, Magelang
Fisiografi : puncak bukit
Land Use : pertanian, makam
Vegetasi : bambu, waru, kamboja, perdu
Klasifikasi Tanah : Inceptisol

Bukit Gendol
Bukit Gendol berada di daerah Muntilan, Magelang, tepatnya di
pekuburan Cina (Bong Cina). Tanah yang berada di Bukit Gendol merupakan
formasi merapi tua. Gunung Merapi pada tahun 1003-1006 meletus
sehingga materi vulkan terlempar ke daerah yang lebih rendah.
Topografinya sangat curam, yaitu 350, 75%. Bukit Gendol memiliki fisiografi
puncak bukit dengan elevasinya 320 mdpl. Pola drainase di Bukit Gendol
sedang dan mempunyai tipe erosi parit.
Jenis batuan, material, dan umur di daerah ini mirip dengan batuan
yang berada di daerah Plawangan, Deles, Boyolali. Akan tetapi berkembang
dalam kondisi yang berbeda, yaitu suhu yang tinggi dengan curah hujan
yang rendah mengakibatkan tanah yang terbentuk berupa tanah Andisol
yang berwarna kemerah-merahan. Tanah Andisol mengalami pelapukan
sehingga akan terbentuk tanah yang berkembang lebih lanjut dengan tipe
lempung kaolinit 1:1dan tipe mineralnya kristalin 1:1. Pada tanah Andisol ini
akan terbentuk fraksi-fraksi pasir dan mineral primer yang banyak. Tipe
lempung kaolinit terbentuk setelah mineral primer mengalami dekomposisi,
dimana kation-kation logam habis tercuci Aluminium dan silikat yang larut
akan berkristalisasi membentuk koalinit. Pada proses lebih lanjut Al, Si, dan
Fe akan berkristalisasi membentuk mineral liat yang tidak mudah larut
seperti hidrus oksida Al dan Fe (Limonit, geotit, gibsit). Liat yang terakhir ini
menunjukkan suatu hancuran lanjut di daerah tropik dimana Si bisa musnah
dari tanah.
Jenis tanah yang berada di Bukit Gendol banyak mengandung horison
argilik, yaitu horison yang banyak terjadi akumulasi lempung-lempung. Oleh
karena itu tanahnya disebut tanah inceptisol (Alfisol). Tanah ini adalah tanah
yang belum matang (immature) dengan perkembangan profil yang lebih
lemah dibanding dengan tanah matang dan masih banyak menyerupai sifat
bahan induknya. Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan
Inceptisol adalah :
1; Bahan induk yang sangat resisten
2; Posisi dalam landscape yang ekstrim yaitu daerah curam atau lembah
3; Permukaan geomorfologi yang muda, srhingga pembentukan tanah
belum lanjut.
Tanah Inceptisol cocok untuk pertanian dengan vegetasi kamboja, waru,
bambu,
jati, dan lain-lain. Tanah di daerah ini mudah diolah karena tanahnya subur,
yaitu memiliki kandungan lempung yang tinggi sehingga kapasitas mengikat
kation, anion, maupun hara sangat tinggi. Akan tetapi tanah ini memiliki
kendala, yaitu kapasitas pertukaran kationnya tinggi sehingga miskin bahan
organik, yaitu
kurang dari 2%.
Tanah Inceptisol yang berada di Bukit Gendol ini memiliki batas antar
lapisan yang hampir sama seluruhnya (baur). Bahan kasar penyusun tanah
ini tidak ada dan terdapat tiga macam perakaran, yaitu : makro, meso, dan
mikro. Struktur tanah di daerah ini gumpal menyudut dengan kelas kecil-
kecil, derajat remah, konsistensinya 0,5, warna tanah 2,5 YR 2,5/2, very
perstirek dan mempunyai tekstur lempungan. Setelah dilakukan uji
khemikalia dapat diketahui pH H2O sebesar 5,5 dan pH KCl sebesar 5.

Stop Site 5

A. Morfologi Tapak (site)


Lokasi : Tempuran
Fisiografi : pegunungan Tidar
Land Use : persawahan
Vegetasi : padi, ketela
Klasifikasi tanah : Inceptisol

B. Karakteristik profil

Tempuran
Stop site ini berada di daerah Magelang. Tanah di daerah ini
mengalami reduksi yang ditunjukkan dengan adanya konkresi besi yang
bentuknya tidak teratur. Tanah pada lapisan atas mengalami reaksi oksidasi,
terjadi pada kondisi tanah kering, dan berwarna merah yang berarti terdapat
konkresi besi (Fe). Sedangkan tanah yang berada di lapisan bawah
mengalami reaksi reduksi, terjadi pada kondisi tergenang air, sehingga Fe
dan Mn dapat larut menjadi fero kemudian menjadi feri, dan berwarna hitam
yang berarti terdapat konkresi Mn. Tanah di daerah Tempuran merupakan
formasi batuan yang berasal dari Gunung Tidar. Pengamatan di lakukan di
persawahan penduduk dan dapat diamati adanya peristiwa reduksi-oksidasi.
Pada kondisi tanah yang kering karena terjadi peristiwa oksidasi-reduksi yang
berulang-ulang maka akan terlihat adanya bercak-bercak. Contohnya bercak
merah Fe, dan bercak kuning koloid FeOH3.
Fisiografi di daerah ini datar, formasi dari batuan Gunung Tidar, dan
disawahkan. Tanah di daerah ini termasuk tanah Inceptisol, Alfisol. Vegetasi
yang dapat ditemukan di daerah ini antara lain padi, pohon kelapa, ketela,
pohon pisang, dan lain-lain. Cara pengolahan tanah dapat dilakukan dengan
cara dibajak maupun dicangkul.
Tanah yang tergenang disebut juga sebagai tanah aquic. Tanah aquic
memiliki regim kelembaban aquic dan berkembang di bawah pengaruh
kejenuhan air. Umumnya berwarna gelap karena kaya akan bahan organik
atau berwarna kelabu. Tersebar di daerah yang cekung. Umumnya bertekstur
halus dan mempunyai kesuburan tanah alami yang tinggi. Setelah dilakukan
perbaikan drainase, tanah-tanah demikian akan menjadi tanah pertanian
yang baik.
Lapisan tanah yang berada di daerah ini dapat diamati dengan jelas
dengan kedalaman 120 cm, strukturnya gumpal menyudut, tekstur geluh
lempungan/ lempung pasiran. Tanah ini mayoritas berwarna coklat
kehitaman. Mempunyai bahan kasar berupa konkresi Fe (hitam) dan Mn
(merah). Terdapat dua macam perakaran, yaitu mikro dan meso.

Stop Site 6

A. Morfologi Tapak (site)


Lokasi : Kledung
Fisiografi : kaki gunung Sindoro dan Sumbing
Land Use : tegalan
Vegetasi : sayuran, hortikultura
Klasifikasi tanah : Andisol

B; Karakteristik profil

Kledung
Tanah di daerah ini termasuk tanah Andisol dan bersifat isotropic,
artinya apabila dilihat secara fisik tanah tampak kering namun setelah
dipencet dengan tangan akan terasa basah. Bahan piroklastic (misalnya abu
vulkanik) berasal dari Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro. Daerah ini
berada pada ketinggian kurang lebih 1300 mdpl. Lapisan atas dari tanah ini
telah berkembang lebih lanjut sehingga terbentuk mineral sekunder seprti
allophan. Allophan termasuk tanah andic. Suhu di daerah ini sangat rendah
sehingga memungkinkan terbentuknya allophan. Vegetasi yang dapat
ditemui yaitu tanaman hortikultura, misalnya sayur-sayuran, tanaman
bunga, maupun buah-buahan. Dengan adanya Allophan maka unsur-unsur
tidak dapat diserap oleh akar tanaman. Tanah Andisol ini termasuk tanah
yang berumur muda/ quarter. Pengujian tanah Andisol dapat di laboratorium
dapat menggunakan DTA. Terjadi jerapan P yang tinggi, yaitu lebih dari 80%.
Bahan organic tanah Andisol mencapai 8-14 % dan cukup subur.
Andisol adalah tanah yang berkembang dari bahan vulkanik seperti
abu vulkan, batu apung, sinder, lava, dan sebagainya dan atau bahan
vulkaniklastik yang fraksi koloidnya didominasi oleh mineral short-range-
order (alophan, imogolit, ferihidrit) atau kompleks Al-humus. Andisol dapat
mempunyai sembarang epipedon asalkan persyaratan minimum untuk ordo
andisol dapat dipenuhi pada dan/atau di bawah epipedon. Andisol juga dapat
mempunyai sembarang regim kelembaban dan regim temperatur tanah dan
dapat ditemukan disembarang posisi landscape maupun ketinggian. Sifat
tanah Andic ditemukan pada kedalaman 60 cm teratas dari tanah mineral,
dalam suatu lapisan yang tebalnya paling sedikit 35 cm, kecuali bila sentuh
sela atau selasemu terdapat pada kedalaman kurang dari 35 cm. Di bawah
lapisan dengan sifat tanah andic tersebut, tanah dapat mempunyai
sembarang horison peciri.
Proses pembentukan tanah yang utama pada tanah Andisol adalah
proses pelapukan dan transformasi (perubahan bentuk). Proses pemindahan
bahan (translokasi) dan penimbunan bahan-bahan tersebut di dalam solum
sangat sedikit. Akumulasi bahan organic dengan Al merupakan sifat khas
pada beberapa Andisol.
Tanah Andisol dapat terbentuk apabila memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
1; Tidak mempunyai iklim kering sepanjang tahun (perudic).
2; Suhu kurang dari 180 C.
3; Ketinggian tempat 600 mdpl.
4; Bahan induk berupa piroklastik.
Unsur P cukup banyak tetapi tidak tersedia bagi tanaman. Dengan
adanya Al, dan Fe amorf maka organik P akan terfiksasi terus dan akan
mengendap sehingga menjadi Al phospat dan Fe phospat. Supaya Fe
phospat dan Al phospat pecah maka harus ditambah bahan organik sehingga
dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Allophane ikatannya kuat dan porus dan
timbul pada tanah-tanah dengan curah hujan yang cukup tinggi dan tanah ini
tahan terhadap erosi. Urut-urutan tanah yang subur, yaitu tanah Andisol,
tanah Mollisol, tanah Alfisol, dan tanah Vertisol.

Stop Site 7

A. Morfologi Tapak (site)


Lokasi : Mata air Bimolukar
Fisiografi : vulkanik gunung Rogojembangan
Land Use : persawahan
Vegetasi : kobis, carica
Klasifikasi tanah : Andosol
B. Karakteristik profil

Mata air Bimolukar


Daerah mata air Bimolukar terdapat di daerah dataran tinggi, dengan suhu udara yang
relatif dingin tanah yang terdapat di daerah mata air Bimolukar merupakan hasil pelapukan dari
bahan induk yang ada di bawahnya, proses pelapukannya memakan waktu yang relatif lama dan
intensif. Sedangkan warna dari tanah di daerah mata air Bimolukar berwarna merah kekuningan,
hal ini juga merupakan bukti bahwa tanah tersebut mengalami hancuran yang intensif. Didaerah
tersebut sisa hancuran tidak begitu mengalami perubahan drastis. Oksidasi dan hidrasi besi
hampir tidak tampak.
Fisiografi dari daerah mata air Bimolukar merupakan daerah vulkanis Gunung
Rogojembangan. Tanah yang terbentuk di daerah tersebut materialnya lebih tebal atau besar,
sebab daerah tersebut terletak di dekat kepundan. Bahan induk dari tanah daerah ini piroklastik,
dan tanahnya berjenis Andosol. Tanah tersebut bersifat andik termasuk tanah muda sebab
profilnya mempunyai horizon yang terbentuk agar cepat sebagai alterasi bahan induk. Adapun
vegetasi di daerah ini adalah tanaman sayuran dan buah.

Stop Site 8

A; Mofologi Tapak (site)


Lokasi : Telaga Warna
Fisiografi : Kawah / creater
Land Use : Pengairan
Vegetasi : ganggang, bunga Puspa, tanaman tahunan
Tipe erosi : Alur
Klasifikasi Tanah : Andosol

B. Karakteristik Profil

Telaga Warna
Daerah ini merupakan sebuah telaga alami yang mempunyai fisiografi
kawah / crater dan mempunyai elevasi 2023 m dpl. Telaga ini mempunyai 3
warna yaitu merah, hijau dan biru. Warna merah berasal dari pantulan
tanaman Puspa yang sedang berbunga. Warna hijau berasal dari alga atau
ganggang yang hidup di dalam telaga. Sedangkan warna biru sulfida yang
terikat logam yang diduga adalah Cu. Bahan induk di kawasan telaga ini
andesitik dengan klasifikasi tanah Andosol. Tanah ini punya sifat ringan,
berwarna hitam, bersifat smeary dan setara dengan Andisol.
Telaga ini mengandung belerang. Hal ini bias dilihat dari permukaan air
yang mengeluarkan gelembung panas. Belerang ini diduga berasal dari
letusan gunung api tua yang menyebabkan terjadinya cekungan. Cekungan
ini lama kelamaan terisi air dan masih mengandung belerang.
Stop Site 9

A. Mofologi Tapak (site)


Nama lokasi : Telaga Pengilon
Fisiografi : Kawah / creater
Klasifikasi tanah : Andosol, Entisol
Land Use : Pengairan
Vegetasi : Rumput

B. Karakteristik Profil

Telaga Pangilon
Telaga ini berada pada elevasi 1900 m dpl dengan topografi datar.
Telaga ini memiliki fisiografi dalam bentuk kawah / creater yang terbentuk
dari bekas letusan gunung berapi yang bawahnya atau di bagian dasarnya
tidak ada lagi retakan-retakan yang terbentuk sehingga tidak ada lagi
magma yang keluar keatas permukaan air sehingga air yang ada tidak
becampur dengan dengan belerang atau magma. Hal tersebut terlihat pada
nilai pH air yang mendekati netral, oleh karena itu air dapi telaga ini dapat
digunakan sebagai pengairan untuk lahan pertanian masyarakat setempat.
Bahan induk pembentuk daerah ini adalah andesitik dan pada bagian
atas terbentuk tanah gambut.tanah gambut ini terbentuk disebabkan karena
adanya batuan yang memisahkan antara telaga ini dengan telaga warna
yang memblokir magma dari bawah sehingga lapisan tanah yang terendam
oleh air akan membentuk lapisan yang bersifat gambut.
Di daerah sekitarnya atau pada pinggir dari telaga ini memiliki jenis
tanah Andisol dan juga Entisol. Pada bagian tanah tersebut ditumbuhi
beberapa jenis vegetasi diantaranya adalah jenis rumput-rumputan dan jenis
ganggang
Daerah ini memiliki tipe erosi alami yang cepat sehingga kendala yang
harus dihadapi adalah rsistesi yang tinggi. dari sini dapat dilakukan
pengelolaan dengan cara alami atau dibentuk tegalan, dan disekitarnya
ditanami tanaman tahunan untuk mencecah erosi.

Stop Site 10

A. Mofologi Tapak (site)


Nama lokasi : Kawah Sikidang
Fisiografi : Kawah / creater
Elevasi : 1900 m dpl
Bahan Induk :Andesite
Klasifikasi Tanah : Entisol
Land Use : PLTU
Vegetasi : bunga Edelweiss, cemara, tumbuhanpaku-pakuan

B. Karakteristik Profil

Kawah Sikidang
Kawah sikidang merupakan salah satu dari obyek wisata Dieng yang
terletak di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Pada lokasi ini dilakukan
pengamatan terhadap kawah (creater) yang berasal dari bekas letusan
gunung tua yang kemudian menghasilkan kawah. Kawah tersebut terjadi
karena magma dangkal yang menggerus tanah dan kerak bumi yang tipis.
Kawah Sikidang berada pada ketinggian 1900 m dpl sehingga suhu udara di
daerah ini sangat rendah dan udaranya sangat dingin.
Topografi daerah Kawah Sikidang sangat landai sehingga
menyebabkan tingkat erosi yang sangat cepat dengan tipe erosi parit. Pada
kemiringan yang lebih besar lagi terjadi penghanyutan (erosi) tanah secara
kontinyu, sehingga akan muncul soil-soil ke permukaan tanah dan peristiwa
ini akan memodifikasi profil. Konsekuensinya tanah-tanah pada kemiringan
besar akan mempunyai solum yang tipis, kandungan bahan organic yang
rendah dibandingkan dengan tanah-tanah yang topografinya bergelombang
dan datar. Kondisi drainase disini lambat sampai sedang sehingga difusi
oksigen ke CO2 dari akar tanaman akan terhambat. Akibat minimnya oksigen
maka ujung akar tidak akan mampu menembus lapisan tanah yang jenuh
karena defisiensi oksigen.
Tanah di daerah Kawah Sikidang dapat diklasifikasikan sebagai jenis
tanah entisol. Tanah di daerah ini memiliki bahan induk yaitu batuan
andesite intermediet. Tanah entisol merupakan tanah yang cenderung
menjadi tanah asal yang baru. Tanah jenis ini dicirikan oleh kenampakan
yang berwarna kurang muda dan tanpa horizon genetic alamiah, atau juga
tanah ini juga hanya mempunyai horizon permulaan.
Tanah yang berwarna putih merupakan bekas kawah. Ini berarti di
tanah itu pernah muncul kawah dan telah berubah menjadi tanah. Kemudian
kawah yang baru akan muncul di tempat lain. Warna gelap (hitam)
menandakan tanah ini belum pernah menjadi kawah atau bukan bekas
kawah. Lubang kawah yang berpindah-pindah ini nampak seperti berjalan-
jalan (meloncat-loncat) sehingga kawah ini diberi nama Kawah Sikidang.
Kawah Sikidang mempunyai kegunaan lahan sebagai pembangkit
listrik tenaga uap (geothermal). Bahan uap yang berasal dari kawah
digunakan sebagai bsumber tenaga yang dapat menghasilkan listrik. Di
lokasi ini banyak terdapat unsure belerang yang dapat digunakan sebagai
bahan baku pembuatan pupuk, juga dapat digunakan sebagai obat penyakit
kulit.
Vegetasi yang cocok hidup di tempat ini meliputi bunga Edelweiss,
cemara, tumbuhanpaku-pakuan, dan tebu. Tanah di daerah Kawah Sikidang
memiliki kendala yaitu tanahnya sangat masam dan pHnya yang sangat
rendah. Air kawah mengandung asam khlorida atau asam sulfat yang pHnya
luar biasa asam sehingga dapat dianggap bukan berupa dekomposisi oleh air
lagi melainkan oleh asam. Penyerangannya terhadap semua batuan sangat
cepat. Hal ini sebenarnya dapat diatasi yaitu dengan jalan pengapuran.
Pengapuran yaitu suatu teknologi pemberian kapur kedalam tanah,
yang dimaksudkan untuk memperbaiki kesuburan tanah, yaitu sifat fisika,
kimia, dan biologi dari tanah. pH diusahakan naik sampai 6,5 sampai 7. Pada
kisaran pH diatas paling cocok untuk ketersediaan unsure hara dan
pertumbuhan tanaman umumnya.
Pengaruh utama kapur terhadap tanah adalah menaikkan pH,
mengurangi kandungan dan kejenuhan Al, dan meningkatkan serapan hara
dan produksi tanaman pangan pada umumnya.
Asam silikat yang dibebaskan dari kaolin lama-kelamaan akan larut
juga sehingga air kawah sering menghanyutkan SiO 2 dalam bentuk sol. Jika
SiO2 ini diendapkan praktis tak larut dalam asam, oleh karena itu dalam
kawah dad di sekitar solfatara sering ditemukan sintersilika yang bercampur
dengan belerang.
Tanah di Kawah Sikidang berbentuk pirit (FeS 2) dan besi tersedia.
Karena rendahnya permukaan laut atau kemiringan lahan, tanah akan
menjadi teraerasi, bakteri yang dapat mengoksidasi sulfur dapat mengubah
sulfur di dalam pirit menjadi asam sulfur. Kemasaman mungkin turun, dan
keadaan tersebut dapat menjadi sanagat asam bagi tanaman untuk dapat
bertahan, terjadi keracunan besi dan alumunium pada tanaman.

Stop Site 11
Stop site ini berlokasi di kawasan Dieng dengan pengamatan Gambut
topogen. Yang diartikan dengan gambut itu sendiri ialah rawang tempat
tanaman mati yang mengandung air diendapkan atau tempat pengendapan
tanaman dibawah air, yang berkadar tinggi tentang bahan organis
(Wirjodiharjo, M.W, 1953). Dan gambut topogen itu merupakan gambut yang
pembentukannya ditetapkan oleh keadaan topografi (Wirjodiharjo, M.W,
1953). Secara teori gambut topogen ini mungkin didapatkan dimana air
berdiam dan tidak mengalir.
Daerah Gambut Dieng terdapat di daerah dataran dengan sudut elevasi 1900 mdpl.
Pembentukannya dengan topografi cekungan. Drainase tanah gambut di Dieng ini tergolong
jelak karena BO yang terakumulasi dan menumpuk. Pengelolaan tanah gambut di daerah tersebtu
baik bila didrainase dan dijaga ketinggian air hujannya.
Sifat air penting untuk pembentukan gambut. Air yang kaya kapur dan tanah abu-
kepundan-muda tak dapat menghasilakn gambut, karena reaksi alkalis akan mempergiat
kehidupan bakteri-bakteri yang dengan sendirinya akan melenyapkan kemungkinan
tertimbunnya bahan organis.
Tersedianya tanaman menjadi syarat mutlak bagi terbentuknya tanaman. Di tempat yang
tidak ada tanaman misalnya di gurun, di daerah kutub, atau di puncak gunung yang amat tinggi
tidak akan ditemukan gambut. Tetapi di tempat yang terdapat tanaman tidak selalu ditemukan
gambut. Gambut hanya dapat terbentuk di dalam keadaan yang tertentu. Dimana tanaman
dihancurkan legkap, tak mungkin akan ada gambut. Gambut hanya dapat diketemukan dimana
proses hancurnya tanaman berjalan lebih lambat daripada proses tertimbunnya. Karena
penghasilan sampah-samapah tanaman itu tergantung dari banyak sedikitnya tanaman dan ini
tergantung pula dari keadaan iklim, maka pada akhirnya derajat panas serta banyaknya hujan dan
perbandingannya diantaranya yang menentukan banyak sedikitnya vegetasi. Lagipula cara
terbaginya hujan ini adalah penting untuk menghasilkan tanaman yang banyak.
Bila suatu produksi bahan tanaman seimbang dengan destruknya maka gambut tak mungkin
terbentuk. Hanya bilamana keseimbangan ini bergeser kea rah memperburuk proses
penghancuran, maka gambut mulai terbentuk. Adapun yang mempengaruhi kesiembangan
tersebut adalah keadaan topografi dan keadaan iklim.

Stop Site 12
Telaga merdodo merupakan telaga yang terbentuk dari gunung yang
meletus membentuk kawah yang telah mati, sehingga air yang ada pada
kawah tersebut termasuk air yang bagus karena tidak ada lagi magma atau
belerang yang keluar dari kerak bumi dan masuk ke dalam air tersebut.
Ketinggian air di Telogo Merdodo ini lebih tinggi dari posisi Dieng yaitu 2200
m. Dan dari kondisi tersebut maka air yang ada pada telaga tersebut
memiliki pH yang mendekati netral atau berkisar antara 5,5. Air di sini
dimanfaatkan untuk irigasi dengan cara menaikkan air tersebut dengan
pompa air.
Pada telaga ini juga dilakukan pengamatan terhadap pembentukan
tanah creater. Telaga ini berada pada elevasi 2000 m dpl dari topografi yang
curam maka tipe erosi yang sering terjadi adalah tipe parit, dan alur. Dengan
melihat keadaan topografi tersebut maka cara pengelolaaan yang dilakukan
adalah dengan cara dibuat miring dengan diselingi tanaman yang
dibudidayakan. Adapun vegetasi yang sering ditanami adalah vegetasi jamur
dan vegetasi kentang dan land use juga digunakan sebagai hutan dan lahan
pertanian. Adapun yang mendukung terbentuknya vegetasi jamur merak
adalah karena telaga tersebut dikelilingi oleh lereng-lereng sehingga cocok
untuk pembudidayaan tanaman jamur merak dan ini merupakan salah satu
mata pencarian bagi masyarakat sekitarnya. Namun, adanya budidaya jamur
di sekitar lereng ini menyebabkan adanya endapan yang tinggi sehingga
daya tampung bendungan ini berkurang. Kita ketahui bahwa syarat
dijadikannya bendungan adalah bahwa terjadinya pengendapan harus terjadi
secara lambat. Selain itu ada juga beberapa kendala yang dihadapi
diantaranya resistensi yang tinggi, lokasi yang miring, muatan tanah yang
terubahkan yang sosial budaya masyarakat yang ada di sekitar telaga
tersebut. Telaga ini tidak cocok untuk perikanan karena luasnya yang kecil.
Sedangkan bahan induk pembentuk tanah di sekitar tegalan tersebut
adalah adensitik dan klasifikasi tanah yang ada adalah tanah andosol. Dilihat
dari jenis tanah yang ada maka drainase yang terjadi adalah tipe lambat.
Stop Site 13

A. Morfologi Tapak (site)


Lokasi : Vulkanik neck di Karang Kobar
Fisiografi : pegunungan
Land Use : partanian salak
Vegetasi : salak, kelapa
Klasifikasi tanah : Inceptisol

B. Karakteristik profil

Vulkanik Neck
Stop Site 15 ini berupa pengamatan vulkanik neks dan batuan beku
dalam. Fisiografi yang terdiri dari pegunungan dan topografi yang berupa
lereng-lereng gunung. Teras gunung api sering pula disebut dengan vulkanik
neks, yaitu suatu masa batuan beku yang berbentuk silinder, kemungkinan
berukuran besar tetapi memilki kedalaman yang tidak diketahui. Masa
batuan beku ini mengisi saluran gunung api yang umumnya mempunyai
sumbu tegak lurus atau condong hampir tegak. Dengan adanya erosi
terhadap batuan sekelilingnya yang lebih lunak mengakibatkan sumbat
gunung api yang lebih tahan terhadap erosi akan membentuk topografi yang
menonjol.
Drainase yang terjadi termasuk cepat serta bahan induk berupa
napal. Tanah yang ada di sana terdapat tanah Inseptisol dengan budidaya
tanaman salak dan vegetasi lain yang ada tanaman kelapa dan petai. Cara
pengelolaannya dengan cara siffon (sugai bawah tanah). Namun kendala
yang dihadapi adalah Ca yang tinggi sehingga membuat tanah menjadi
mengeras. Tipe erosi yang terjadi adalah besar.
Stop Site 14

Waduk Sempor merupakan waduk yang berfungsi dalam mengaliri sawah-sawah yang
ada di sekitar wilayah waduk tersebut. Umur waduk tersebut tergantung dari sedimentasi. Untuk
itu pada sungai yang mengarah ke waduk dibangun tanggul sebagai pengandali sedimentasi.
Bahan induk yang ada di Waduk Sempor adalah berupa batuan tua, marmer, sediment
beku luar dan dalam. Drainase baik karena debit air begitu banyak. Vegetasi yang ada disana
berupa pohon-pohon yang besar seperti jati. Cara pengelolaannya dilakukan dengan mengontrol
air yang ada di waduk sesuai dengan standar agar air waduk tidak meluap.

Stop Site 15

Pada stop site ini dilakukan pengamatan pada goa Jatijajar. Goa ini termasuk goa karst
yang terbentuk karena temperatur dan kelembaban yang tinggi atau ekstrim.
Didalam gua tersebut terdapat sungai bawah tanah dengan aliran air yang cukup deras. Didalam
gua terdapat stalaktit dan stalaknit yang begitu banyak dengan formasi kapur yang beragam
karena pengaruh larutan yang berbeda dari atasnya atau adanya tingkat
kristalisasi yang berbeda. Bentuk fisiografi berupa terumbu koral dengan topografi 100
mdpl.
Sebenarnya terdapat kendala dalam cara menaikkan air yang ada dibawah tanah
sehingga sungai yang ada dibawah tanah begitu deras alirannya. Mengenai drainase yang ada
disekitar Gua Jatijajar tidak begitu bagus dan bahan induk yang terdapat disana adalah kapur.
Ciri khas karst yaitu
; jika dibuat untuk irigasi mudah mengalami kemacetan ( maksima
digunakan 5 tahun ) karena mudah berubah arah aliran air di bawah
tanah.
; Jika di atas disebut doline sedangkan di bawah disebut sink
; Jika berwarna kuning masih aktif, jika berwarna coklat tidak aktif lagi.
; CaCO3 yang tidak murni semakin membentuk stalagtit dan stalagmit.
; Kelarutan Si : 7-11 ppm.
Ca : 700-750 ppm
DAFTAR PUSTAKA

Brady, N.C dan H.O. Buckman. 1982. Ilmu Tanah. Bhratara karya Aksara, Jakarta.

Donal, M.R. 1985. Structural Geology. John Wiley and Sons Inc, Amerika.

George, H.D. 1984. Structural Geology of Rocks and Regions. John Wiley and Sons Inc,
Amerika.

Munir, M. 1996. Geologi dan Mineralogi Tanah. Pustaka Jaya, Jakarta.

Notohadiprawiro, T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi,


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.

Wirjodihardjo, M.W. 1953. Ilmu Tubuh-Tanah. Oordhoff-Kolff N.V, Jakarta.


LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM GEOLOGI DAN MINERALOGI


TANAH
KELOMPOK 7

Di susun oleh :
1; Aulia Rahmawati ( )
2; Mita Waqid. S ( )
3; Deppy Krisanila ( 10943 )
4; Allem Damarahma ( )
5; M. Rifai ( )
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2008

Anda mungkin juga menyukai