Anda di halaman 1dari 32

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN BENTUK LAHAN DENUDASIONAL


Denudasi berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga denudasi
berarti proses penelanjangan permukaan bumi. Bentuk lahan asal denudasional dapat
didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi akibat proses-proses pelapukan, erosi,
gerak masa batuan (mass wating) dan proses pengendapan yang terjadi karena agradasi atau
degradasi (Herlambang, Sudarno.2004:42). Proses degradasi cenderung menyebabkan
penurunan permukaan bumi, sedangkan agradasi menyebabkan kenaikan permukaan bumi.
Denudasi meliputi dua proses utama yaitu Pelapukan dan perpindahan material dari
bagian lereng atas ke lereng bawah oleh proses erosi dan gerak massa batuan (masswashting).
Pelapukan adalah proses berubahnya sifat fisik dan kimia batuan di permukaan dan atau
dekat permukaan bumi tanpa di sertai perpindahan material.
Pelapukan dapat dibagi manjadi pelpukan fisik, dan pelapukan biotic.
Pelapukan fisik merupakan proses pecahnya batuan menjadi ukuran yang lebih kecil tanpa
diikuti oleh perubahan komposisi kimia batuan. Perubahan kimia merupakan proses
berubahnya komposisi kimia batuan sehingga menghasilkan mineral sekunder.

Faktor pengontrol pelapukan adalah batuan induk, aktivitas organism, topografi, dan iklim.
Didalam evolusi bentanglahan yang menghasilkan bentuklahan dedasuonal M. W. Davis
mengemukakan adanya 3 faktor yang mempengaruhi perkembangan bentuklahan struktur
geologi, proses geomorfologi, waktu. Dengan adanya factor tersebut maka dalam evolusinya,
bentuklahan melewati beberapa stadium ; stadium muda, stadium dewasa, stadium tua. W.
PENCK menganggap bahwa perkembangan bentuk lahan ditandai dengan adanya proses
evolusi lereng dari tipe Main Slope Retreatsehingga dalam perkembangannya kereng selalu
mundur dengan besar lereng dan bentuk lereng yang tetap dan dengan hasil akhir berupa
bentuk sisa yang meruncing (Misal INSELBERG). Akan tetapi pendapat m.w davis evolusi
lereng terjadi secara Main Slope Decline, yakni titik perkembangan lereng tetap, lereng
lama kelamaan menjadi kecil dan memanjang serta bentuk lereng berubah menjadi lebih
panjang dan cembung. Dengan demikian maka hasil akhir yang terjadi mempunyai bentuk
berupa bukit rendah dengan puncak membulat, dan biasanya
membentuk suatu Naris Dataran (peneplain).
Proses denudasi merupakan proses yang cenderung mengubah bentuk permukaan bumi yang
disebut dengan proses penelanjangan. Proses yang utama adalah degradasi berupa pelapukan
yang memproduksi regolit dan saprolit serta proses erosi, pengangkutan dan gerakan massa.
Proses ini lebih sering terjadi pada satuan perbukitan dengan material mudah lapuk dan tak
berstruktur.

Proses

degradasi

menyebabkan

agradasi

pada

lerengkaki

perbukitan

menghasilkan endapan koluvial dengan material tercampur. Kadang proses denudasional


terjadi pula pada perbukitan struktur dengan tingkat pelapukan tinggi, sehingga disebut
satuan structural denudasional. Proses denudasional sangat dipengaruhi oleh tipe material
(mudah lapuk), kemiringan lereng, curah hujan dan suhu udara serta sinar matahari, dan
aliran-aliran yang relatif tidak kontinyu.

Karakteristik yang terlihat di foto udara, umumnya topografi agak kasar sampai kasar
tergantung tingkat dedudasinya, relief agak miring sampai miring, pola tidak teratur, banyak
lembah-lembah kering dan erosi lereng/back erosion, penggunaan lahan tegalan atau kebun
campuran dan proses geomorfologi selalu meninggalkan bekas di lereng-lereng bukit dan
terjadi akumulasi di kaki lereng, serta kenampakan longsor lahan lebih sering dijumpai.
Umumnya bentuk lahan ini terdapat pada daerah dengan topografi perbukitan atau gunung
dengan batuan yang lunak (akibat proses pelapikan) dan beriklim basah, sehingga bentuk
strukturnya tidak nampak lagi karena adanya gerakan massa batuan. Pembagian bentuk lahan
denudasional dapat dilakukan dengan lebih rinci dengan mempertimbangkan : batuan, proses
gerak massa yang terjadi dan morfometri.
2.2 PROSES TERJADINYA BENTUK LAHAN DENUDASIONAL
Denudasi meliputi proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses
pengendapan/ sedimentasi.
1. Pelapukan
Pelapukan (weathering) dari perkataan weather dalam bahasa Inggris yang berarti cuaca,
sehingga pelapukan batuan adalah proses yang berhubungan dengan perubahan sifat (fisis
dan kimia) batuan di permukaan bumi oleh pengaruh cuaca. Secara umum, pelapukan
diartikan sebagai proses hancurnya massa batuan oleh tenaga Eksogen, menurut Olliver
(1963) pelapukan adalah proses penyesaian kimia, mineral dan sifat fisik batuan terhadap
kondisi lingkungan di sekitarnya. Akibat dari proses ini pada batuan terjadi perubahan warna,
misalnya kuning-coklat pada bagian luar dari suatu bongkah batuan. Meskipun proses
pelapukan ini berlangsung lambat, karena telah berjalan dalam jangka waktu yang sangat
lama maka di beberapa tempat telah terjadi pelapukan sangat tebal. Ada juga daerah-daerah
3

yang hasil pelapukannya sangat tipis, bahkan tidak tampak sama sekali, hal ini terjadi sebagai
akibat dari pemindahan hasilpelapukan pada tempat yang bersangkutan ke tempat lain. Tanah
yang kita kenal ini adalah merupakan hasil pelapukan batuan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan adalah:
A. Jenis batuan (kandungan mineral, retakan, bidangpelapisan, patahan dan retakan).Batuan
yang resisten lebihlambat terkena proses eksternalsehingga tidak mudah lapuk,sedangkan
batuan yang tidak resisten sebaliknya. Contoh :
1. Limestone, resisten pada iklim kering tetapi tidak resisten pada iklim basah.
2. Granit, resisten pada iklim basah tetapi tidak resisten pada iklim kering.
B. Iklim, terutama tenperatur dan curah hujan sangat mempengaruhi pelapukan.Contoh :
1. Iklim kering, jenis pelapukannya fisis
2. Iklim basah, jenis pelapukannya kimia
3. Iklim dingin, jenis pelapukannya mekanik
C. Vegetasi, atau tumbuh-tumbuhan mempunyai peran yang cukup besar terhadap proses
pelapukan batuan. Hal ini dapat terjadi karena:
1. Secara mekanis akar tumbuh-tumbuhan itu menembus batuan, bertambah panjang dan
membesar menyebabkan batuan pecah.
2. Secara kimiawi tumbuh-tumbuhan melalui akarnya mengeluarkan zat-zat kimia
yang dapat mempercepat proses pelapukan batuan. Akar, batang, daun yang membusuk
dapat pula membantu proses pelapukan, karena pada bagian tumbuhan yang membusuk
akan mengeluarkan zat kimia yang mungkin dapat membantu menguraikan susunan kimia
pada batuan. Oleh karena itu, jenis dan jumlah tumbuhan yang ada di suatu daerah sangat
besar pengaruhnya terhadap pelapukan. Sebenarnya antara tumbuh-tumbuhan dan proses
pelapukan terdapat hubungan yang timbal balik.
D. Topografi
Topografi yang kemiringannya besar dan menghadap arah datangnya sinar matahari atau arah
hujan, maka akan mempercepat proses pelapukan.
Jenis-jenis pelapukan ada beberapa, yaitu :
a. Pelapukan fisik (mekanis), yaitu pelapukan yang disebabkan oleh perubahan volume
batuan, dapat ditimbulkan oleh perubahan kondisi lingkungan (berkurangnya tekanan,
insolasi, hidrasi, akar tanaman, binatang, hujan dan petir), atau karena interupsi kedalam
pori-pori atau patahan batuan
b. Pelapukan kimiawi, yaitu pelapukan yang ditimbulkan oleh reaksi kimia terhadap massa
batuan. Air, oksigen dan gas asam arang mudah bereaksi dengan mineral, sehingga
4

membentuk mineral baru yang menyebabkan batuan cepat pecah. Adapun faktor- faktor
yang mempengaruhi intensitas pelapukan kimiawi :
1. Komposisi batuan
Ada mineral yang mudah bereaksi dengan air, oksigen dana gas asam arang, ada juga
yang sulit. Bagi mineral yang mudah bereaksi dengan air, oksigen dan gas asam arang
akan cepat lapuk daripada mineral yang sulit bereaksi dengan air, oksigen dan asam
arang.
2. Iklim
Daerah yang mempunyai iklim basah dan panas misalnya iklim hujan tropis akan
mempercepat proses reaksi kimia, sehingga batuan menjadi cepat lapuk.
3. Ukuran batuan
Makin kecil ukuran batuan makin intensif reaksi kimia pada batuan tersebut berarti
makin cepat pelapukannya.
4. Vegetasi dan binatang
Dalam hidupnya vegetai dan binatang menghasilkan asam-asam tertentu, oksigen dan
gas asam arang sehingga mudah bereaksi dengan batuan. Artinya vegetasi dan binatang
ikut mempercepat proses pelapukan batuan. Pelapukan organik, yaitu pelapukan yang
disebabkan oleh mahkluk hidup, seperti lumut. Pengaruh yang disebabkan oleh tumbuh
tumbuhan ini dapat bersifat mekanik atau kimiawi. Pengaruh sifat mekanik yaitu
berkembangnya akar tumbuh- tumbuhan di dalam tanah yang dapat merusak tanah
disekitarnya. Pengaruh zat kimiawi yaitu berupa zat asam yang dikeluarkan oleh akarakar serat makanan menghisap garam makanan. Zat asam ini merusak batuan sehingga
garam-garaman mudah diserap oleh akar. Manusia juga berperan dalam pelapukan
melalui aktifitas penebangan pohon, pembangunan maupun penambanga.
c. Pelapukan Biologis,
1. Masuknya perakaran dalam celah batuan sehingga menekan dan memecahkan
batuan.
2. Percepatan pelapukan kimia karena melimpahnya CO2 hasil respirasi
dan perombakan bahan organic.
3. Percepatan pelapukan kimia karena kandungan air yang terikat oleh
akar.
4. Pengaruh temperature karena bayangan pohon dan panas oleh fermentasi
bahan Organic.

2. Gerakan massa batuan (mass wasting)


yaitu perpindahan atau gerakan massa batuan atau tanah yang ada di lereng oleh pengaruh
gaya berat atau gravitasi atau kejenuhan massa air. Ada yang menganggap masswasting itu
sebagai bagian dari pada erosi dan ada pula yang memisahkannya. Hal ini mudah difahami
karena memang sukar untuk dipisahkan secara tegas, karena dalam erosi juga gaya berat
batuan itu turut bekerja.

Pada batuan yang mengandung air, gerakan massa batuan itu lebih lancar dari pada batuan
yang kering. Perbedaannya ialah bahwa pada masswasting, air hanya berjumlah sedikit dan
fungsinya bukan sebagai pengangkut, melalinkan hanya sekedar membantu memperlancar
gerakan saja. Sedang dalam erosi diperlukan adanya tenaga pengangkut. Gerakan massa
batuan pada dasarnya disebabkan oleh adanya gayaberat/gravitasi atau gaya tarik bumi.
Faktor-faktor pengontrol mass wasting antara lain:
1. Kemiringan lereng,
6

Makin besar sudut kemiringan lereng dari suatu bentuk lahan semakin besar peluang
terjadinya Mass Wasting, karena gaya berat semakin berat pula.
2. Relief lokal,
Terutama yang mempunyai kemiringan lereng cukup besar, misal kubah, perbukitan
mempunyai peluang yang besar untuk terjadinya Mass Wasting.
3. Ketebalan hancuran batuan(debris) diatas batuan dasar,
Ketebalan hancuran batuan atau Debris diatas batuan dasar makin tebal hancuran batuan
yang berada diatas batuan dasar, makin besar pula peluang untuk terjadinya Mass
Wasting, karena permukaan yang labil makin besar pula.
4. Orientasi bidang lemah dalam batuan,
Pada umumnya Mass wasting akan mengikuti alur bidang lemah dalam batuan, karena
orientasi bidang lemah tersebut akan lapuk lebih dahulu kemudian materi yang lapuk
akan bergerak.
5. Iklim,
Kondisi iklim disuatu daerah akan mempengaruhi cepat atau lambatnya Mass wasting.
6. Vegetasi,
Daerah yang tertutup oleh vegetasi atau tumbuh-tumbuhan peluang untuk terjadinya
Mass Wasting kecil, karena vegetasi dapat menahan laju gerakan massa batuan di
permukaan.
7. Gempa bumi,
Daerah yang sering mngalami gempa bumi cenderung labil, sehingga peluang terjadinya
Mass wasting besar.
8. Tambahan material pada bagian atas lereng Di daerah gunung api aktif sering terjadi
penambahan material di bagian atas lereng akibat letusan sehingga akan memperbesar
peluang terjadinya Mass wasting.
Klasifikasi mass wasting:
a. Slow flowage (gerakan lambat) Gerakan lambat meliputi rayapan dan solifluksi. Rayapan (
creep) adalah pemindahan massa batuan yang lambat hingga tidak mudah diamati. Menurut
bahan yang dipindahkan dan cara pemindahannya masih dapat diklasifikasikan lagi menjadi:
Rayapan tanah (soil creep):
Yaitu gerakan massa tanah/batuan secara lambat ( <1cm/th ) menuruni lereng, sebagai
akibat gravitasi. Akibat dari adanya rayapan ini tidak jelas hanya saja pada tiang
telepon, tiang listrik, pohon-pohon menjadi miring/agak miring. Lahan seperti ini
tidak baik untuk dijadikan lahan persawahan ataupun untuk permukiman.

Rayapan puing hasil rombakan batuan (talus creep), Rayapan puing hasil rombakan
batuan ( talus creep),pada prinsipnya sama dengan soil creep, hanya bahannya saja
yang berbeda. Gejala ini banyak terjadi pada daerah-daerah yang mengalami
pergantian antara pembekuan dan pencairan kembali.
Rayapan batu ( rock creep), Apabila bahan-bahan yang bergerak berupa bongkahbongkah besar dengan gerakannya yang perlahan-lahan.
Rayapan lawina batuan (rock glacier creep ), Dilihat dari segi bahannya sama dengan
rock creep. Perbedaannya adalah bahwa pada rayapan lawina, batuan tampak seperti
anak-anak sungai (bercabang-cabang yang menggerakan massa batuan tersebut
menuruni lereng).
Solifluksi, yaitu pengaliran massa batuan yang jenuh akan air. Hal ini terjadi terutama
di daerah dingin (daerah lintang tinggi dan di daerah pegunungan tinggi). Oleh karena
itu, jelaslah bahwa dalam proses ini terdapat kadar air yang tinggi, namun demikian
air dalam hal ini tidak menjadi faktor pengangkut. Ada beberapa faktor yang
mendorong untuk terjadinya solifluksi, yaitu:
Proses pelapukan berlangsung cepat.
Adanya persediaan air yang cukup, biasanya dari pencairan salju.
Adanya lereng yang curam dan tidak bervegetasi.

b. Rapid flowage (gerakan cepat), Pemindahan cepat ini disebabkan oleh adanya kadar air
yang lebih tinggi, sehingga batuan/tanah yang bergerak itu jenuh. Oleh karena itu, diperoleh
kesan bahwa batuan itu mengalir. Pemindahan secara cepat ini meliputi:

Aliran tanah (Earth flow)

Adalah aliran massa batuan yang jenuh air menuruni lereng. Gerakan/ aliran ini dibedakan
sebagai berikut:
1. Earth Flow murni, alirannya sejajar permukaan.
2. Gabungan earth flow dan mendatar (slumping, kadang-kadang alirannya intermittent
dan mengalami rotasi ke belakang (back ward rotation)

Aliran lumpur (Mud flow)

yaitu aliran hancuran batuan halus yang bercampur dengan air melalui lembah-lembah,
terjadi didaerah iklim kering. Penyebabnya adalah:
1. Material tidak kompak, melicin jika basah.
2. Berada di lereng terjal.
3. Ada air yang bergerak.
4. Vegetasi jarang.

Lawina hasil rombakan (Debris avalanche) yaitu aliran hancuran batuan halus yang
bercampur dengan air melalui lembah-lembah, terjadi didaerah iklim kering.

c. Very rapid flowage (gerakan sangat cepat), gerakan ini didominasi pengaruh
gravitasi.Gerakan ini meliputi slumping, debris slide, rock slide, debris fall, dan rock fall.

slumping (nendatan) adalah merupakan gerakan massa tanah atau batuan secara terputusputus dan hanya menempuh jarak dengan memperlihatkan gerak berputar ke belakang,
hingga tampak pada permukaannya seperti yang disesar naikan. Seringkali tanah nedat
itu merupakan suatu rangkaian, sehingga tampak berteras-teras kecil. Penyebab slumping
yang terpenting adalah pengirisan di bawah lereng oleh sungai, gelombang atau secara

antropogenis.
Debris slide merupakan lahan longsor yang biasa, tidak terjadi gerakan ke belakang
melainkan batuan itu berguling-guling atau meluncur ke bawah. Kadar airnya rendah.

Jika kadar airnya tinggi akan terjadi debris avalanhce.


Rock Slide, adalah gerakan batuan meluncur diatas bidang batas lapisan atau bidang

retakan yang miring.


Debris fall. Kalau lereng tempat bahan bahan rombakan itu bergerak sangat curam, maka
gerak bahan rombakan bongkah batuan bukan meluncur tetapi jatuh. Dengan demikian
gejala itu tidak dinamakan lahan longsor, melainkan dinamakan jatuhan bahan rombakan

(debris fall ).
Rock fall. Apabila lereng tgak lurus, maka yang terjadi adalah rock fall.

d. Terban/ amblesan ( subsidence), gerakan massa batuan tipe ini adalah ke bawah atau
vertikal tanpa disertai gerakan mendatar/horisontal. Hal ini dapat terjadi apabila atap goa
bawah tanah runtuh, ketika tidak kuat menahan lapisan batuan yang ada di bagian atas goa.
Subsidence juga bias terjadi karena adanya tenaga tektonik yang dapat menimbulkan patahan
ada kulit, sehingga terjadi patahan. Patahan tersebut ambles ke bawah dan dapat berupa slenk.
10

3. Erosi
Erosi adalah suatu proses geomorfologi, yaitu proses pelepasan dan terangkutnya material
bumi oleh tenaga geomorfologis baik kekuatan air, angin, gletser atau gravitasi. Faktor yang
mempengaruhi erosi tanah antara lain sifat hujan, kemiringan lereng dari jaringan aliran air,
tanaman penutup tanah, dan kemampuan tanah untuk menahan dispersi dan untuk menghisap
kemudian merembeskan air kelapisan yang lebih dalam.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi erosi tanah adalah:


a. Iklim: Faktor iklim yang berpengaruh adalah curah hujan, angin, temperatur, kelembapan,
penyinaran matahari. Banyaknya curah hujan, intensitas dan distribusi hujan menentukan
dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kecepatan aliran permukaan, serta besarnya
kerusakan erosi. Angin selain sebagai agen transport dalam erosi beberapa kawasan juga
bersama- sama dengan temperatur, kelembaban dan penyinaran matahari terhadap
evapotranspirasi, sehingga mengurangi kandungan air dalam tanah yang berarti memperbesar
investasi tanah yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepekaan erosi tanah.
b. Topografi: kemiringan lereng, panjang lereng, konfigurasi, keseragaman, dan arah lereng
mempengaruhi erosi. Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajad atau persen. Kecuraman
lereng memperbesar jumlah aliran permukaan, dan memperbesar kecepatan aliran

11

permukaan, sehingga dengan demikian memperbesar daya angkut air. Semakin besar erosi
terjadi dengan makin curamnya lereng.
c. Vegetasi, berperan untuk mengurangi kecepatan erosi. Kaitannya jenis tumbuhan, aliran
permukaan dan jumlah erosi.
d. Tanah. Kepekaan tanah terhadap erosi tergantung pada sifat-sifat tanah yang
mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas, kapasitas menahan air dan struktur tanah.
e. Manusia. Manusia dapat mencegah dan mempercepat terjadinya erosi tergantung
bagaimana manusia mengelolanya. Setiap proses erosi merupakan gabungan dari beberapa
subproses, yaitu dimulai dengan pengambilan hasil pelapukan yang terangkut juga sebagai
alat pengikis. Butir-butiran batuan secara bersama-sama dalam pengangkutan, saling
bersinggungan dan saling bergesekan satu sama lain. Cara pengangkutan terhadap bahan
terjadi berbeda-beda: ada yang terapung di permukaan, digulingkan digeser dan sebagainya.
Klasifikasi bentuk erosi :
1. Erosi percik (splash erotion), ialah proses percikan partikel- partikel tanah halus yang
disebabkan oleh pukulan tetes air hujan terhadap tanah dalam keadaan basah (Yunianto,
1994).
2. Erosi lembar (sheet erosion) adalah erosi yang terjadi karena pengangkutan atau
pemindahan lapisan tanah yang hampir merata ditanah permukaan oleh tenaga aliran
perluapan. Erosi ini sepintas lalu tidak terlihat, karena kehilangan lapisan-lapisan tanah
seragam, tetapi dapat berbahaya karena pada suatu saat seluruh top soil akan habis.
3. Erosi alur (rill erosion).Erosi ini terjadi karena adanya proses erosi dengan sejumlah
saluran kecil (alir) yang dalamnya <30 cm, dan terbentuk terutama dilahan pertanian
yang baru saja diolah. Erosi ini dimulai dengan genangan-genangan kecil setempatsetempat di suatu lereng, maka bila air dalam genangan itu mengalir, terbentuklah aluralur bekas aliran air tersebut. Alur-alur itu mudah dihilangkan dengan pengolahan tanah
biasa.
4. Erosi parit (channel erosion). Erosi ini terbentuk sama dengan erosi alur, tetapi tenaga
erosinya berupa aliran lipasan dan alur-alur yang terbentuk sudah sedemikian dalam
sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah secara biasa. Parit-parit yang
besar sering masih terus mengalir lama setelah hujan berhenti. Aliran air dalam parit ini
dapat mengikis dasar parit atau dinding-dinding tebing parit di bawah permukaan air,
sehingga tebing diatasnya dapat runtuh ke dasar parit. Adanya gejala meander dari
alirannya dapat meningkatkan pengikisan tebing di tempat-tempat tertentu.
4. Sedimentasi atau Pengendapan
12

Sedimentasi adalah proses penimbunan tempat-tempat yang lekuk dengan bahan-bahan hasil
erosi yang terbawa oleh aliran air, angin, maupun gletser (Suhadi Purwantara, 2005:74).
Sedimentasi tidak hanya terjadi dari pengendapan material hasil erosi saja, tetapi juga dari
proses mass wasting. Namun kebanyakan terjadi dari proses erosi. Sedimentasi terjadi karena
kecepatan tenaga media pengangkutnya berkurang (melambat). Berdasarkan tenaga alam
yang mengangkutnya sedimentasi dibagi atas : Sedimentasi air sungai (floodplain dan delta),
air laut, angin, dan geltsyer.
2.3 CIRI-CIRI BENTUK LAHAN DEDUDASIONAL
Ciri-ciri dari bentuk lahan yang asal terjadi secara denudasioanal, yaitu:
1. Relief sangat jelas: lembah, lereng, pola aliran sungai.
2. Tidak ada gejala struktural, batuan massif, dep/strike tertutup.
3. Dapat dibedakan dengan jelas terhadap bentuk lain
4. Relief lokal, pola aliran dan kerapatan aliran menjadi dasar utama untuk merinci satuan
bentuk lahan
5. Litologi menjadi dasar pembeda kedua untuk merinci satuan bentuk lahan. Litologi
terasosiasi dengan bukit, kerapatan aliran,dan tipe proses.
2.4 SATUAN BENTUK LAHAN ASAL DENUDASIONAL
1. Pegunungan Denudasional
Karakteristik umum unit mempunyai topografi bergunung dengan lereng sangat curam
(55>140%),

perbedaan

tinggi

antara

tempat

terendah

dan

tertinggi

(relief)

>

500m.Mempunyai lembah yang dalam, berdinding terjal berbentuk V karena proses yng
dominan adalah proses pendalaman lembah (valley deepening).
2. Perbukitan Denudasional
Mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan lereng berkisar antar 15 > 55%,
perbedaan tinggi (relief lokal) antara 50 -> 500 m.Terkikis sedang hingga kecil tergantung
pada kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup daik alami maupun tata guna lahan. Salah satu
contoh adalah pulau Berhala, hampir 72,54 persen pulau tersebut merupakan perbukitan
dengan luas 38,19 ha.Perbukitan yang berada di pulau tersebut adalah perbukitan
denudasional terkikis sedang yang disebabkan oleh gelombang air laut serta erosi sehingga
terbentuk lereng- lereng yang sangat curam.
3. Dataran Nyaris (Peneplain)

13

Akibat proses denudasional yang bekerja pada pegunungan secara terus menerus, maka
permukaan lahan pada daerah tersebut menurun ketinggiannya dan membentuk permukaan
yang hampir datar yang disebut dataran nyaris (peneplain). Dataran nyaris dikontrol oleh
batuan penyusunan yang mempunyai struktur berlapis (layer ). Apabila batuan penyusun
tersebut masih dan mempunyai permukaan yang datar akibat erosi, maka disebut permukaan
planasi.
4. Perbukitan Sisa Terpisah (inselberg)
Apabila bagian depan (dinding) pegunungan/perbukitan mundur akibat proses denudasi dan
lereng kaki bertambah lebar secara terus menerus akan meninggalkan bentuk sisa dengan
lereng dinding yang curam. Bukit sisah terpisah atau inselberg tersebut berbatu tanpa penutup
lahan (barerock) dan banyak singkapan batuan (outcrop). Kenampakan ini dapat terjadi pada
pegunungan/perbukitan terpisah maupun pada sekelompok pegunungan/perbukitan, dan
mempunyai bentuk membulat. Apabila bentuknya relative memanjang dengan dinding curam
tersebut monadnock .
5. Kerucut Talus (Talus cones) atau kipas koluvial ( coluvial van)
Mempunyai topografi berbentuk kerucut/kipas dengan lereng curam (35 0 ).Secara individu
fragmen batuan bervariasi dari ukuran pasir hingga blok, tergantung pada besarnya cliff dan
batuan yang hancur. Fragmen berukuran kecil terendapkan pada bagian atas kerucut ( apex)
sedangkan fragmen yang kasar meluncur ke bawah dan terendapkan di bagian bawah kerucut
talus.
6. Lereng Kaki (Foot slope)
Mempunyai daerah memanjang dan relatif sermpit terletak di suatu pegunungan/perbukitan
dengan topografi landai hingga sedikit terkikis. Lereng kaki terjadi pada kaki pegunungan
dan lembah atau dasar cekungan (basin). Permukaan lereng kaki langsung berada pada batuan
induk (bed rok ). Dipermukaan lereng kaki terdapat fragmen batuan hasil pelapukan daerah di
atasnya yang diangkut oleh tenaga air ke daerah yang lebih rendah.
7. Lahan Rusak ( Bad land)
Merupakan daerah yang mempunyai topografi dengan lereng curam hingga sangat curam dan
terkikis sangat kuat sehingga mempunyai bentuk lembah-lembah yang dalam dan berdinding
curam serta berigir tajam ( knife-like ) dan membulat. Proses erosi parit ( gully erosion)
sangat aktif sehingga banyak singkapan batuan muncul ke permukaan (rock outcrops).

14

2.5

FAKTOR-FAKTOR

YANG

MEMPENGARUHI

BENTUK

LAHAN

ASAL

DENUDASIONAL.

A. Struktur Geologi
Struktur geologi adalah struktur perubahan lapisan batuan sedimen akibat kerja
kekuatan tektonik,sehingga tidak lagi memenuhi hukum superposisi disamping itu struktur
geologi juga merupakan struktur kerak bumi produk deformasi tektonik.
I. Strike dan Dip
adalah sikap atau karakteristik dalam batuan yang dihasilkan oleh forces geologi maupun
sekarang setelah batuan terlipat (ditekuk) atau faulted (retak dan bergerak di sepanjang celah
jarak yang cukup jauh)
a) Srike adalah garis imajiner dengan arah kompas membangun pada permukaan tempat
sedimen atau kesalahan di mana semua titik pada garis yang elevasi setara - arah kompas
biasanya ditunjukkan sebagai bantalan.
b) Dip adalah garis imajiner membangun menuruni lereng di tempat sedimen atau fault arah
dip tegak lurus terhadap arah strike dan biasanya dinyatakan dalam bantalan dan sudut
kemiringan (dip) diukur dari bidang horizontal ke bagian atas tempat atau fault, sudut dip
tidak boleh melebihi 90 derajat
II. Struktur Lipatan (Fold/Folded/Folding)

15

adalah lekukan-lekukan di lapisan batuan dan terjadi atas bended, bawah, atau kekuatan
tekanan samping adalah penyebab utama dari lipatan.
Lipatan adalah perubahan bentuk dan volume pada batuan yang ditunjukkan dengan
lengkungan atau melipatnya batuan tersebut akibat pengaruh suatu tegangan (gaya) yang
bekerja pada batuan tersebut. Pada umumnya refleksi pelengkungan ditunjukkan pada
pelapisan pada batuan-batuan sedimen atau foliasi pada batuan metamorf. lipatan adalah
penyebab penting dari pembentukan gunung.

A. Jenis lipatan
1. antiklin
adalah serangkaian lapisan atas melengkung dengan bagian sisi (kaki) mencelupkan ke arah
yang berlawanan dari bagian tengah lipatan perpecahan dengan plane yang disebut bidang
aksial dan diamati pada puncak (plan) pandangan sebagai sumbu lipatan permukaan yang
tererosi ini menunjukkan batuan menjadi semakin muda jauh dari sumbu lipatan (fold axis)
2. sinklin
adalah serangkaian lapisan bawah melengkung dengan kaki mencelupkan ke dalam arah yang
berlawanan terhadap sumbu lipatan permukaan yang tererosi ini menunjukkan batuan
menjadi semakin tua jauh dari sumbu lipatan.
Beberapa defenisi tentang lipatan :
a. Sayap Lipatan, yaitu bagian sebelah menyebelah dari sisi lipatan
b. Puncak Lipatan, yaitu titik atau garis yang tertinggi dari sebuah lipatan
c. Bidang Sumbu Lipatan, yaitu suatu bidang yang memotong lipatan,membagi sama besar
sudut yang dibentuk oleh lipatan tersebut.
d. Garis Sumbu Lipatan,yaitu perpotongan antara bidang sumbu dengan bidang horizontal.
e. Jurus (Strike), yaitu arah dari garis horizontal dan merupakan perpotongan antara bidang
yang bersangkutan dengan bidang horizontal.

16

f. Kemiringan (Dip), yaitu sudut kemiringan yang tersebar dan dibentuk oleh suatu bidang
miring dengan bidang horizontal dan diukur dengan tegak lurus dengannya.
B. Tipe khusus anticlines dan synclines

Lipatan Simetris - adalah lipatan dengan sisi menunjukkan gambar cermin sehubungan
dengan bidang aksial
Lipatan Asimetris - lipat tanpa bayangan cermin dalam terhadap bidang aksial
Lipatan Terbalik - lipatan di mana bidang aksial dimiringkan dan tempat Dip akan ke arah
yang sama di kedua sisi bidang aksial
Lipatan Telentang - lipat dengan bidang horisontal aksial
Lipatan non-plugging dan plugging : lugging adalah memiringkan lipatan ke arah depan
atau belakang - semua anticlines dan synclines memiliki beberapa tingkat terjun nonplugging lipatan garis hubungan memisahkan formasi ditampilkan dalam tampilan
permukaan sejajar dan lurus garis hubungan dalam salah satu dari dua pandangan profil
horisontal dan sejajar hubungan dalam tampilan profil lain melengkung ke atas atau bawah
dalam plugging lipatan hubungan baris di tampilan permukaan melengkung garis hubugan
dalam salah satu pandangan profil dip ke arah garis hubungan terjun dalam tampilan profil
lain yang melengkung ke atas atau bawah garis hubungan permukaan antara formasi yang
convexed (ditutup) ke arah terjun untuk antiklin yang dan cekung (terbuka) ke arah terjun
untuk sinklin
pembentukan dan lokasi minyak bumi dan gas alam dikaitkan dengan anticlines dan
syncline.
3. Kubah (Dome)
adalah seri atas-melengkung dari lapisan dengan tempat di semua sisi dipping jauh dari pusat
sepanjang 360 derajat - permukaan yang tererosi ini menunjukkan batuan menjadi semakin
muda jauh dari pusat struktur
4. Cekungan (Basin)

17

adalah serangkaian bawahmelengkung dari lapisan dengan tempat di semua sisi dalam
dipping menuju pusat sepanjang 360 derajat - permukaan yang tererosi ini menunjukkan
batuan menjadi semakin tua jauh dari pusat struktu
5. Monoklin
adalah sebuah tikungan di lapisan mengakibatkan lokal steepening di kemiringan lapisan
yang hampir datar berbaring di kedua sisi jauh dari tikungan - hanya ada satu arah Dip di
monoklin tersebut
III. Kekar (Joint)
Rekahan adalah sebutan untuk struktur rekahan dalam batuan dimana tidak ada atau sedikit
sekali mengalami pergeseran. Rekahan yang telah bergeser disebut sesar.
Struktur kekar merupakan gejala yang paling umum dijumpai dan justru karenanya banyak
dipelajari secaras luas. Struktur-struktur ini merupakan struktur yang palinbg sukat untuk
dianalisa. Struktur ini banyak dipelajari karena hubunganya yang erat dengan masalahmasalah :
Geologi teknik, Geologi minyak, terutaam dengan masalah cadangan dan produksi. Geologi
pertambangan, baik dalam hal system penambangan maupun pengarahan terhadap bentukbentuk mineralisasi, dll. Umumnya dalam batuan sedimen, kekar dapat terbentuk mulai saat
pengendapan atau terbentuk setelah pengendapannya, dimana sedimen tersebut sedang
mengeras. Struktur kekar dipelajari dengan cara statistic, mengukur dan mengelompokan
dalam bentuk diagram Rosset atau dengan diagram kontur (kutub).
IV. Struktur Sesar (fault)
A. Definisi
adalah struktur dengan perpindahan besar material batuan di sepanjang celah di batu.
B. Jenis-jenis sesar
1. Vertical atau dip slip patahan(fault)
adalah tipe yang dengan pergerakan sepanjang kemiringan patahan - konsep hiasan dinding
dan footwall penting dalam menentukan jenis patahan vertikal

18

jika sudut kemiringan 90 derajat bukanlah sisi fault dengan bagian tanah yang tampaknya
tergantung di atas bagian yang lebih rendah sebelum gerakan disebut hiasan dinding(hanging
wall) dan pada bagian bawah, footwall.
Sesar adalah satuan rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran sehingga terjadi
perpindahan anatara bagian-bagian yang berhadapan dengan arah yang sejajar dengan bidang
patahan. Pergeseran-pergeseran yang telah terjadi pasda sesar, ukuran panjang mauypun
kedalaman sesar dapat berkisar antara beberapa sentimeter saja sampai mencapai ratusan
kilometer.
Macam-macam sesar secara umum :
a. Sesar normal, yaitu gerak relative hanging wall turun terhadap footwall.
b. Sesar naik, yaitu gerak relative hanging wall terhadap footwall
c. Sesar mendatar, yaitu gerak relative mendatar pada bagian yang tersesarkan.
Istilah-istilah penting yang berhubungan dengan gejala sesar antara lain :
1. Bidang Sesar
Merupakan bidang rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran.
2. Bagian-bagian yang tersesarkan (tergeser)
Bagian ini terdiri dari Hanging Wall dan Foot Wall.
a. Hanging Wall (Atap sesar)
Adalah bongkahan patahan yang berada dibagian atas bidang sesar.
b. Foot Wall (Alas sesar)
Adalah bongkahan patahan yang berada dibagian bawah bidang sesar.
3. Throw dan Heave
a. Throw,adalah jarak yang memisahkan lapisan atau vein yang terpatahkan yang diukur pada
sesar dalam bidang tegak lurus padanya.
19

b. Heave,adalah jarak horizontal yang diukur normal (tegak lurus) pada sesar yang
memisahkan bagian-bagian dari lapisan yang terpatahkan.
Vertical atau dip slip fault
Sesar normal - hiasan dinding bergerak ke bawah mengenai footwall Membalikkan patahan
- hiasan dinding bergerak naik sehubungan dengan footwall - rendah siku terbalik patahan
disebut sebagai sesar
2. Horizontal atau strike slip patahan(fault)
adalah tipe yang dengan gerakan horisontal sepanjang gerakan batu retak dapat dibiarkan
lateral atau kanan contoh terbaik samping dari lateral kanan strike Slip fault merupakan sesar
San Andreas di California melihat ke bawah garis patahan dalam rencana tampilan depan, sisi
kanan fault tampaknya telah bergerak ke arah Anda jika fault lateralis kanan atau kiri
bergerak ke arah Anda jika fault kiri lateral
3. Oblique fault
adalah rekahan yang memiliki dip Slip utama dan komponen sesar.
IV. Joint structures
A. Definisi Kekar (Joint)
patahan pada dalam batuan dimana tidak ada perpindahan yang cukup sepanjang retakan sering joint terjadi pada 2 set retak berpotongan antara 45-90 derajat membagi batu ke blok
empat persegi panjang.
B. Penyebab Joint
1. Unloading atau efek lembaran (lihat Pelapukan)
2. Tekanan dalam magma pendinginan yang
dapat menyebabkan columnar jointing di mana terdapat fraktur 6-sisi yang terdiri dari pola
jointing - Contoh terbaik adalah Devil's Tower, Wyoming
V. struktur unconformity
A. Definisi
20

adalah permukaan non-deposisi atau erosi yang merupakan jeda dalam catatan batu adalah
struktur yang terdiri dari urutan peristiwa geologi yang sering ada pada bagian yang
signifikan dari sejarah geologi yang hilang melalui ketidakselarasan erosi besar-besaran
digunakan untuk membantu geologi yang terpisah dalam pembagian waktu
B. Jenis Ketidalselarasan (unconformities)
1. Disconformity
serangkaian bentuk batuan sedimen, di samping non-deposisi atau erosi besar-besaran
peristiwa terjadi, ketika serangkaian batuan sedimen yang lebih didepositkan
2. Ketidakselarasan sudut (Angular unconformity)
serangkaian bentuk batuan sedimen, batuan berikutnya dilipat atau dimiringkan, di samping
non-deposisi atau erosi besar-besaran terjadi, maka serangkaian batuan sedimen membentuk
lainnya
3. Nonconformity
bentuk batuan beku atau metamorf, di samping non-deposisi atau erosi besar-besaran maka
enghasilkan peristiwa serangkaian bentuk batuan sedimen. Batuan bila mengalami gaya atau
stress akan berubah atau mengalami perubahan,dalam geologi struktur hal ini disebut
Deformasi.
Tahapan-tahapan Deformasi adalah sebagai berikut :
1. Elastic Deformation (Deformasi sementara)
Deformasi sementara ini terjadi jika kerja stress tidak melebihi batas elastis batuan. Begitu
stress terhenti, maka bentuk atau posisi batuan kembali seperti semula.
2. Ductile Deformation
Yaitu deformasi yang melampaui batas elastis batuan. Mengakibatkan batuan berubah bentuk
dan volume secara permanen, sehingga bentuknya berlainan dengan bentuk semula.
3. Fracture Deformation
Yaitu deformasi yang sangat melampaui batas elastis batuan, sehingga mengakibatkan pecah.

21

Seperti diketahui,bumi terdiri dari berbagai bagian yang paling luar (kerak bumi), tersusun
oleh berbagai lapisan batuan.Kedudukan daripada batuan-batuan tersebut pada setiap tempat
tidaklah sama, bergantung dari kekuatan tektonik yang sangat mempengaruhiya.
VI. Pentingnya struktur geologi
Minyak dan gas alam terbentuk dan ditemukan terjebak di dalam lipatan bawah permukaa.
Faults, joint, dan fractures dapat berperan sebagai lorong untuk tanah dan rumah untuk
deposit mineral berharga sebagai bijih emas, perak, tembaga dll. Unconformities dapat
digunakan untuk menandai batas-batas waktu geologi untuk era, periode, dan zaman.
B. Proses Geomorfologi
Merujuk pada proses fizikal, kimia dan biologi yang mengakibatkan perubahan pada
bentuk bumi. Setiap proses geomorfologi mempunyai agen (agen geomorfologi) yang
menjadi nadi kepada perubahan dan perkembangan sesuatu bentuk muka bumi. Proses
geomorfologi boleh bersifat membina dan/atau merosak/memusnahkan bentuk muka bumi,
bergantung pada kekuatan/kadar sesuatu proses geomorfologi. Agen yang sama juga boleh
bertindak bagi kedua-dua kejadian itu, contoh; air sungai bertindak menghakis tebing sungai
(merosak) tetapi pada masa yang sama air sungai juga memendapkan bahan-bahan hakisan di
sepanjang alirannya (membina). Pembinaan dan kemusnahan sesuatu bentuk muka bumi
biasanya bukan hanya digerakkan oleh satu proses geomorfologi sahaja tetapi mungkin
melibatkan lebih daripada satu proses geomorfologi yang saling bertindakbalas
PROSES ENDOGENETIK
Proses endogenetik adalah proses geomorfologi yang berpunca dari bahagian dalam
bumi, atau dengan kata lain, perubahan bentuk bumi berlaku akibat tenaga yang dibekalkan
dari dalam perut bumi (kerak bumi). Tenaga dari dalam kerak bumi berpunca daripada tenaga
graviti dan tenaga radiogenik. Tenaga graviti terhasil daripada mampatan jisim dan
pertambahan momentum sudut semasa pembentukan planet. Tenaga radiogenik (atom)
terhasil daripada pencerakinan nukleus atom yg wujud dlm bahan radiogenik spt kalium,
uranium dan thorium. Proses endogenetik biasanya melibatkan perubahan bentuk bumi pada
skala besar. Kuasa/kadar yang terlibat dalam proses endogenetik juga biasanya adalah pada
skala yang besar. Seringkali proses endogenetik mengakibatkan kemusnahan. Namun perlu
diingat bahawa kedua-dua tenaga endogenik tidak menghasilkan tenaga ke permukaan bumi

22

tetapi pengumpulan tenaga tersebut di bahagian kerak bumi mampu memulakan


pembentukan gunung berapi di bawah permukaan bumi. Proses geomorfologi:
1. Pelapukan
Penyusun kulit bumi yang berupa batuan. pelapukan sangat dipengaruhi oleh kondisi
iklim, temperatur dan komposisi kimia dari mineral-mineral penyusun batuan. pelapukan
dapat melibatkan proses mekanis (pelapukan mekanis), aktivitas kimiawi (pelapukan kimia),
danaktivitas organisme (termasuk manusia) yang dikenal dengan pelapukan organis. Dalam
geomorfologi, denudasi adalah istilah yang dipakai untuk mengindikasikan lepasnya
materialmaterial melalui proses erosi dan pelapukan yang berakibat pada berkurangnya
ketinggian (elevasi) dan relief dari bentuk lahan dan bentuk bentangalam. proses eksogenik
(kerja air, es, dan angin) merupakan faktor yang mendominasi proses denudasi. denudasi
dapat mengakibatkan lepasnya partikel-partikel yang berbentuk padat maupun material yang
berupa larutan. secara geomorfologi, pelapukan mekanis maupun kimiawi terjadi dalam
hubungannya dengan pembentukan bentangalam. terdapat 3 (tiga) jenis pelapukan yang kita
kenal, yaitu pelapukan mekanis, pelapukan kimiawi, dan pelapukan biologis.Pelapukan
mekanis adalah semua mekanisme yang dapat mengakibatkan terjadinya proses pelapukan
sehingga suatu batuan dapat hancur menjadi beberapa bagian yang lebih kecil atau partikelpartikel yang lebih halus. mekanisme dari proses pelapukan mekanis antara lain adalah
abrasi, kristalisasi es (pembekuan air) dalam batuan, perubahan panas secara cepat (thermal
fracture), proses hidrasi, dan eksfoliasi/pengelupasan yang disebabkan pelepasan tekanan
pada batuan karena perubahan tekanan.
Pelapukan Mekanis
Pelapukan kimiawi (dikenal juga sebagai proses dekomposisi atau proses peluruhan)
adalah terurai/pecahnya batuan melalui mekanisme kimiawi, seperti karbonisasi, hidrasi,
hidrolisis, oksidasi dan pertukaran ion-ion dalam larutan. pelapukan kimiawi merubah
komposisi mineral mineral dalam batuan menjadi mineral permukaan seperti mineral
lempung. mineral-mineral yang tidak stabil yang terdapat dalam batuan akan dengan mudah
mengalami pelapukan apabila berada dipermukaan bumi, seperti basalt dan peridotit. Air
merupakan agen yang sangat penting dalam terhadinya proses pelapukan kimia, seperti
pengelupasan cangkang (speriodal weathering) pada batun.
Pelapukan Kimiawi
23

Pelapukan organis dikenal juga sebagai pelapukan biologis dan merupakan istilah
yang umum dipakai untuk menjelaskan proses pelapukan biologis yang terjadi pada
penghancuran batuan, termasuk proses penetrasi akar tumbuhan kedalam batuan dan aktivitas
organisme dalam membuat lubang-lubang pada batuan (bioturbation), termasuk didalamnya
aksi dari berbagai jenis asam yang ada dalam mineral melalui proses leaching. pada
hakekatnya pelapukan organis merupakan perpaduan antara proses pelapukan mekanis dan
pelapukan kimiawi.
Proses Geomorfologi - mekanika batuan 3
Pelapukan Orgamisme
Hasil akhir dari ke-tiga jenis pelapukan batuan tersebut diatas dikenal sebagai soil
(tanah). Oleh karena tanah merupakan hasil dari pelapukan batuan maka berbagai jenis tanah,
seperti Andosol, Latosol atau Laterit tergantung pada jenis batuan asalnya. Proses pelapukan,
baik secara mekanis yang disebabkan antara lain oleh perubahan temperatur panas , dingin,
angin, hujan, es, pembekuan pada batuan menyebabkan batuan induk mengalami disintegrasi
(perombakan) menjadi bagian yang lebih kecil, sedangkan proses kimiawi yang disebabkan
oleh larutan asam, kelembaban merubah mineral-mineral menjadi ion-ion, oksidasi besi dan
alumina, mineral silika akan menghasilkan lapisan lapisan lempung.
2. Erosi Berlembar (Sheet Erosion)
Erosi berlembar adalah proses pengikisan air yang terjadi pada permukaan tanah yang
searah dengan bidang permukaan tanah, biasanya terjadi pada lereng-lereng bukit yang
vegetasinya jarang atau gundul.
Erosi Berlebar
Erosi drainase (ravine erosion) Erosi drainase adalah proses pengikisan yang
disebabkan oleh kerja air pada permukaan tanah (terrain) yang membentuk saluran-saluran
dengan lembah-lembah salurannya berukuran antara beberapa centimeter hinggga satu meter.
Erosi Drainase
Erosi saluran (gully erosion) Erosi saluran adalah erosi yang disebabkan oleh hasil
kerja air pada permukaan tanah membentuk saluran-saluran dengan ukuran lebar lembahnya
lebih besar 1 (satu) meter hingga beberapa meter
24

Erosi Saluran

Erosi lembah adalah proses dari kerja air pada permukaan tanah (terrain) yang
berbentuk saluran-saluran dengan ukuran lebarnya diatas sepuluh meter
3. Mass Wasting
Mass wasting pada dasarnya adalah gerakan batuan, regolith, dan tanah kearah kaki
lereng sebagai akibat dari pengaruh gaya berat (gravity) melalui proses rayapan (creep),
luncuran (slides), aliran (flows), rebah (topples), dan jatuhan (falls). Mass wasting umumnya
terjadi di daratan maupun di lautan terutama di lereng benua. Longsoran merupakan satu
contoh yang spektakuler dari mass wasting. Hasil pelapukan batuan yang berada di puncak
puncak bukit akan tertransport sebagai debris ke arah kaki bukit, sedangkan air sungai
bertindak sebagai ban berjalan yang membawa material hasil pelapukan menjauh dari
sumbernya. Walaupun sepanjang perjalanannya, material hasil pelapukan batuan yang dibawa
oleh air sungai kadang-kadang berhenti untuk sementara waktu, namun pada akhirnya
material tersebut akan diendapkan di tempat terakhir, yaitu di laut.
4. Sedimentasi
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditranport oleh media air,
angin, es/gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah hasil
dari proses pengendapan material-material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan Sand
Dunes yang terdapat di gurun-gurun dan di tepi pantai adalah hasil dari pengendapan
materialmaterial yang diangkut oleh angin. Bentang alam yang ada saat ini adalah hasil dari
proses proses geologi yang terjadi di masa lampau. Pada saat ini proses proses geologi
endogenik dan eksogenik) tetap berlangsung dan secara perlahan dan pasti akan merubah
bentuk bentang alam yang ada saat ini. Proses proses eksogen yang terjadi di permukaan
bumi dapat dikelompokkan berdasarkan agen/media yang mempengaruhinya, yaitu air, angin,
gletser dan iklim.

C. Stadia ( umur )
25

Dengan waktu terdapat adanya tingkat (stage) perkembangan: 1. Stadium muda 2.


Stadium dewasa 3. Stadium tua A. Menurut W. Penk B. Menurut W.M. Davis.
Didalam evolusi bentanglahan menghasilkan bentuk lahan denudasional M.W Davis
mengemukakan adanya 3 faktoryang mempengaruhi bentuk lahan : (a). struktur
geologi, (b). proses geomorfologi dan (c). stadia (waktu/umur) dengan adanya faktor
tersebut maka dalam evolusinya, bentuk lahan melewati beberapa stadium : (a).
Stadium Muda, lahar masih tinggi banyak dijumpai permukaan asli, lembah dengan
dinding terjal, proses evolusi yang dominan adalah erosi vertikal. (b). Stadium
Dewasa, lahan mulai rendah, lembah melebar dan terjal, interfluve membulat/
meruncing dan sempit disini terjadiRELIEF MAKSIMUM yakni ketika lembah
masih mempunyai pucak dengan interfluve yang sempit, dan hanya tinggal sedikit
tinggal permukaan asli yang tidak tererosi. Pada stadium ini proses erosi yang terjadi
adalah erosi vertikal dan erosi latern. (c). Stadium Tua, permukaan lahan menjadi
rendah, dengan kemiringan kereng landai hingga datar, sungai milai meander dan
mengalir memotng dataran banjir dan membentuk tanngul-tanngul sungai rendah,
erosi dan sedimentasi dalam keadaan seimbang (equilibrium).
Menurut M.W Davis evolusi bentang lahan tersebut diawali dengan pengangkatan,
kemudian erosi, transportasi, kemudian mencapai base level sehingga erosi terhenti
dan membentuk bentuklahan nyaris dataran (peneplain). Bentuklahan denudasional
secara genesisnya terjadi akibat proses denudasi yang diciran adanya gerak massa
(mass movement) yaitu proses bergeraknya puing-puing batuan (termasuk didalamnya
tanah) secara besar-besaran menuruni lereng secara lambat hingga cepat oleh
pengaruh gravitasi.

2.6 MORFOEKOLOGI BENTUK LAHAN ASAL DENUDASIONAL.


Bentuk lahan asal denudasional mempunyai beberapa manfaat,diantarnya.

Sebagai objek penelitian.


Sebagai tempat rekreasi
Sumber bahan tambang,seperti bangunan.
Proses bentuk lahan denudasional adalah erosi, mass wasting, dan juga pelapukan.

Ketiga proses tersebut memberikan dampak atau pengaruh bagi lahan di permukaan bumi.
26

Selain, menyebabkan terbentuknya lahan baru seperti yang telah dijelaskan di atas (contoh
satuan bentuk lahan asal denudasional), ketiga proses tersebut juga membawa dampak lain.
Akibat yang ditimbulkan erosi beragam dan dampaknya sangat luas, diantaranya :
1. Penurunan Produktivitas tanah akibat hilangnya bahan organik yang terkandung di dalam
tanah. Bahan organik tersebut merupakan bahan utama penentu kesuburan tanah.
2. Terjadinya pemadatan tanah sehingga menyebabkan terjadinya penurunnan kapasitas
infiltrasi tanah.
3. Terjadinya pengendapan bahan endapan pada sumber-sumber air, danau, dan bendungan
sehingga terjadi pendangkalan.
4. Terjadinya banjir di bagian hilir sungai akibat pendangkalan.
5. Memperluas daratan di bumi.
Erosi yang terjadi di daerah pegunungan materialnya akan dibawa ke laut dan mengendap di
dasar laut. Peristiwa seperti ini telah berlangsung jutaan tahun lamanya sehingga endapan
yang terbentuk semakin lama semakin luas dan tebal yang akhirnya membentuk daratan.
1. Pemicu gerak massa batuan
2. Terjadinya Degradasi permukaan lahan
3. Memunculkan habitat
Dengan adanya pelapukan terhadap batuan, terbentuklah tanah sehingga memunngkinkan
tumbuh-tumbuhan hidup di atas tanah tersebut
4. Rusaknya struktur batuan sehingga terbentuk bentukan baru pada permukaan bumi.
Bentuk-bentuk yang dihasilkan oleh pelapukan, yaitu :
a. Differential Watering
Istilah ini digunakan bagi semua jenis pelapukan yang melubangi bagian-bagian yang lunak
dari massa batuan. Hasilnya dapat berupa cekungan atau jalur torehan atau menimbulkan
relief yang kuat pada berkas-berkas endapan yang terdiri dari materi yang tahan terhadap
desintegrasi dan dekomposisi.
b. Demoiselles
Bentuk yang dihasilkan kadang-kadang terdapat pada glacial till, materi- materi yang kecil
dihilangkan karena materi tersebut tertutup oleh batuan resisten yang selanjutnya akan berupa
pilar-pilar yang bagian atasnya mendapat penutup batuan yang keras tersebut.
c. Boulders
Kadang-kadang batuan mempunyai pola beririsan sehingga berbentuk blok-blok yang
berbentuk romboedris. Retakan-retakan itu demikian sempit sehingga sukar dilihat sepintas
lalu, tetapi hal ini bukan suatu halangan untuk terjadi pelapukan. Sudut-sudut atau rusuk27

rusuk lebih cepat mengalami penumpukan sehingga terjadi tumpukan-tumpukan batuan yang
berbentuk oval, batuan yang berbentuk oval tersebut yang disebut Boulders.
1. Gerak massa batuan dapat mendorong dan menyebabkan bencana tanah longsor apabila
didukung oleh terganggunya kestabilan pada tanah.
2. Pengendapan atau sedimentasi di daerah bagian bawah.
3. Pembalikan lapisan tanah
Dampak Sedimentasi
1. Terjadi pendangkalan di DAS, danau, dan bendungan
2. Banjir akibat pendangkalan di daerah hilir sungai
3. Pengendapan secara terus menerus menyebabkan terbentuknya beberapa bentukan alam
antara lain : kipas alluvial, meander, dataran banjir, delta, gosong, nehrung, haff, tombolo,
gurun pasir, dan lain-lain.
Cara Mengatasi Dampak Proses Bentuk Lahan Asal Denudasional
a. Upaya Pengendalian Erosi
Erosi tidak dapat dicegah secara sempurna karena merupakan proses alam. Pencegahan erosi
merupakan usaha pengendalian terjadinya erosi yang berlebihan sehingga dapat
menimbulkan bencana. Ada banyak cara untuk mengendalikan erosi antara lain :
1. Pengolahan Tanah.
Areal tanah yang diolah dengan baik dengan penanaman tanaman, penataan tanaman yang
teratur akan mengurangi tingkat erosi
2. Pemasangan Tembok Batu Rangka Besi
Dengan membuat tembok batu dengan kerangka kawat besi di pinggir sungai dapat
mengurangi erosi air sungai
3. Penghutanan Kembali
Yaitu mengembalikan suatu wilayah hutan pada kondisi semula dari keadaan yang sudah
rusak
4. Penempatan Batu Batu Kasar sepanjang Pinggir Pantai untuk mengurangi erosi akibat air
laut.
5. Pembuatan Pemecah Angin atau Gelombang Pohon pohonan yang ditanambeberapa garis
untuk mengurangi kekuatan angin atau gelombang.
6. Pembuatan Teras Tanah Lereng Teras tanah berfungsi untuk memperkuat daya tahan tanah
terhadap gaya erosi
b. Cara untuk mencegah gerakan massa batuan antara lain:
1. Menanami lereng dengan tumbuhan terutama yang berakar tunjang/dihutankan.
28

2. Membuat teras-teras pada lereng.


3. Bangunan di lereng dibuatkan beton penahan.
4. Apabila bagian bawah lereng dipotong/ digali untuk keperluan tertentu, perlu dibuatkan
saluran pembuangan air di bawah tanah.
5. Menahan batuan agar tidak bergeser sepanjang bidang lemah batuan (bidang batas
batuan/bidang retakan)
c. Cara mengatasi sedimentasi
Melakukan pengerukan di muara- muara sungai yang mengalami pendangkalan
karena sedimentasi. Tujuannya adalah untuk memperlancar arus sungai sehingga dengan
demikian banjir dapat dikurangi.

29

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bentuk lahan asal denudasional merupakan suatu bentuk lahan yang terjadi akibat prosesproses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses sedimentasi yang
terjadi karena agradasi atau degradasi.
2. Ciri-ciri dari bentuk lahan yang asal terjadi secara denudasioanal, yaitu:
-Relief sangat jelas,
-Tidak ada gejala struktural
-Dapat dibedakan dengan jelas terhadap bentuk lain
-Relief lokal, pola aliran dan kerapatan aliran menjadi dasar utama untuk merinci satuan
bentuk lahan
-Litologi menjadi dasar pembeda kedua untuk merinci satuan bentuk lahan.
3. Bentuk lahan asal denudasional disebabkan oleh tenaga eksogen, yaitu : Erosi, Pelapukan,
dan gerak massa batuan atau mass wasting serta pengendapan.
4. Adapun satuan bentuk lahan asal denudasioanal adalah
- Pegunungan denudasional
- Perbukitan denudasional
- Dataran nyaris (peneplain)
- Perbukitan Sisa terpisah
- Kerucut talus
- Lereng kaki
- Lahan rusak
5. Dampak dari proses eksogen adalah membentuk lahan asal denudasional Selain itu erosi
dapat mengakibatkan penurunan produktivitas tanah, pemandatan tanah, pendangkalan pada
sumber air, perluasan daratan, dan pembalikan lapisan tanah. Untuk pelapukan
30

mengakibatkan rusaknya struktur batuan dan tanah, pemicu mass wasting, menimbulkan
habitat baru, dan degradasi lahan. Sedangkan mass wasting berpengaruh terhadap terjadinya
bahaya longsor, pembalikan tanah, dan sedimentasi pada bagian bawah. Sedimentasi
berdampak pada pendangkalan dan pembentukan bentukan alam yang baru.

B. Saran
Tenaga eksogen meupakan peristiwa alam yang pasti terjadi, namun membawa dampak
negatif oleh sebab itu diperlukan upaya penanggulangan. Penanggulangan harus dilakukan
oleh semua pihak. Adapun upaya penanggulangan yang dapat dilakukan antara lain:
1. Pengolahan Tanah
Areal tanah yang diolah dengan baik dengan penanaman tanaman, penataan tanaman yang
teratur akan mengurangi tingkat erosi
2. Pemasangan Tembok Batu Rangka Besi
Dengan membuat tembok batu dengan kerangka kawat besi di pinggir sungai dapat
mengurangi erosi air sungai
3. Penghutanan Kembali
Yaitu mengembalikan suatu wilayah hutan pada kondisi semula dari keadaan yang sudah
rusak
4. Penempatan Batu Batu Kasar
sepanjang Pinggir Pantai untuk mengurangi erosi akibat air laut
5. Pembuatan Pemecah Angin atau Gelombang
Pohon pohonan yang ditanam beberapa garis untuk mengurangi kekuatan angin atau
gelombang
6. Pembuatan Teras Tanah Lereng
Teras tanah berfungsi untuk memperkuat daya tahan tanah terhadap gaya erosi
7. Melakukan pengerukan di muara-muara sungai yang mengalami pendangkalan karena
sedimentasi.
Tujuannya adalah untuk memperlancar arus sungai sehingga dengan demikian banjir dapat
dikurangi.

31

DAFTAR PUSTAKA
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/LAINNYA/UPI_SUPRIYATNA/Bentang_Lahan_Denudas
ional.pdf
http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=12&cad=rja&uact=8&sqi=2&ved=0CGYQFjAL
&url=http%3A%2F%2Felisa.ugm.ac.id%2Fuser%2Farchive%2Fdownload
%2F24102%2F7f17c30a69ba20e987875c3140f1fdd6&ei=d3pEVLakLsySuATXioHIAQ&us
g=AFQjCNHfckeVQgwaGlTHeJ7ozVGvDw8xQ&sig2=K3akYBCzVjIALrFW5PKYsw&bvm=bv.77880786,d.c2E
http://taufik.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/Bahan-4-Klasifikasi-Bentuklahan.pdf
http://erwinsy23.files.wordpress.com/2012/07/relief-muka-bumi.pdf
http://blog.ub.ac.id/mastertommy/files/2014/08/BUKU-VAN-JUIDAM-KOMPLIT.pdf
http://arsilgeografi.blogspot.com/2013/04/bentuk-lahan-asal-denudasional.html?m=1
http://luthfiardiansyahsaputra.tumblr.com

32

Anda mungkin juga menyukai