Anda di halaman 1dari 16

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pelapukan batuan


Pelapukan batuan adalah awal dari proses penyeimbangan oleh kerja gaya-gaya
eksogen. Yaitu suatu proses dimana masa batuan mengalami desintegrasi atau
dekomposisi sebagian atau keseluruhannya, sehingga bagian-bagiannya terpisah
terlepas dari ikatan batuan asalnya. Desintegrasi batuan dapat terjadi secara
mekanis, dimana batuan tersebut terpecah menjadi fragmen-fragmen yang lebih
halus, atau dapat juga terdekomposisi, dimana bagian dari batuan tersebut terura
secara kimiawi dan terlepas dari ikatan kimiawi batuan asalnya. Bagian-bagian
masa batuan yang telah terdesintegrasi atau terekomposisi ini disebut sebagai
tanah atau soil, atau disebut juga sebagai material sedimen apabila tersangkut oleh
media transport dan diendapkan ditempat lain. Pelapukan batuan dapat
digolongkan menjadi pelapukan mekanis (mechanical weathering), pelapukan
kimia (dremical weathering), dan pelapukan organis (biological weathering).

Sumber : https://suliskhira.wordpress.com/faktor-faktor-penyebab-perubahan-benda-2/

Dalam artian singkat, pelapukan batuan adalah proses rusaknya batu-batuan pada
tempat asalnya. Proses terjadinya pelapukan dapat disebabkan oleh berbagai
aktivitas di alam. Pelapukan dapat terjadi secara mekanik, kimia, dan organik.
2.2 Faktor yang mempengaruhi pelapukan batuan, adalah sebagai berikut:

Pelapukan batuan terjadi karena berbagai macam factor. Setidaknya ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya pelapukan, antara lain
1. Waktu

Faktor yang sangat erat dan sangat identik dengan peristiwa pelapukan adalah
waktu. Sering orang-orang mengatakan bahwasanya pelapukan ini terjadi karenga
sebuah batuan sudah terlalu lama atau terlalu tua, hingga akhirnya batuan tersebut
mengalami pelapukan. Bahkan waktu merupakan factor pertama yang akan
digunakan sebagai alasan mengapa pelapuakan tersebut terjadi.

2. Jenis batuan dan struktur batuan

Faktor selanjutnya yag mempengaruhi terjadinya pelapukan batuan adalah jenis


batuan dan struturnya. Telah kita ketahui bersama bahwasannya batuan di dunia
ini memiliki berbagai macam jenis batuan yang berbeda-beda antara satu dengan
yang lainnya. Kemudian mengenai struktur batuan, yaitu sifat fisik dan sifat kimia
yang dimiliki oleh batuan itu sendiri. Sifat fisik batuan meliputi warna batuan.
Sementara sifat kimia batuan aalah unsur-unsur kimia yang terkandung di dalam
batuan tersebut.
3. Topografi

Faktor selanjutnya ang mempengaruh pelapukan adalah topografi. Keadaan


topografi muka bumi juga mempengaruhi proses terjadinya pelapukan batuan.
Batuan-batuan yan berada di lereng yang curam cenderung akan mudah untuk
mengalami pelapukan dibanding dengan batuan yang berada di tempat yang
landai. Hal ini karena pada lereng yang curam, batuan akan sangat mudah terkikis
atau terlapukkan karena akan langsung bersentuhan dengan cuaca disekitar batuan
tersebut berada. Tetapi pada lereng yang landai atau rata, batuan akan terselimuti
oleh berbaga macam endapan yang pada akhirnya akan memperlabat proses
pelapukan batuan tersebut.

Pengaruh relief atau topografi secara langsung terhadap pelapukan terletak pada
posisi singkapan batuan ( out crops) terhadap matahari. Singkapan batuan yang
menghadap sudut datangnya sinar matahari akan mudah mengalami pelapukan.
Sinar matahari akan lebih sering menyinari batuan tersebut sehingga
mempercepat pelapukan daripada batuan yang tidak mendapat sinar matahari.

Faktor dari tumbuh-tumbuhan yang berpengaruh terhadap pelapukan, yakni:

 Akar tumbuh-tumbuhan yang terus berrtambah panjang dapat menembus


dan menghancurkan batuan, karena akar ini mampu mencengkeram
batuan.
 Cendawan dan lumut yang menutupi pemukiman batuan dan menghisap
makanan dari batu bisa menghancurkan batuan tersebut. Lumut
memainkan peran penting dalam pelapukan karena mereka kaya akan agen
chelathing yang menangkap unsur-unsur logam dari batuan yang lapuk.
Beberapa aktif hingga menembus permukaan batuan atau dalam
( endolithic ), dan beberapa lainnya ada yang hidup di cekungan dan
retakan di batu ( chasmolithic).
4. Organisme

Factor selanjutnya yang akan mempengaruhi proses pelapukan adalah adanya


organisme. Orgaisme merupakan hal yang cukup penting dalam proses pelapukan,
seperti halnya dengan prses penguraian tumbuh-tumbuhansecara alami.

5. Iklim dan Cuaca

Faktor selanjutnya yang sangat kuat kaitannya dengan pelapukan adalah


mengenai cuaca dan juga iklim. Unsur-unsur cuaca dann juga iklim yang akan
mempengaruhi proses pelapukan antara lain adalah suhu udara, curah hujan, sinar
matahari, angin, dan sebagainya. Di daerah yang memiki iklim lembab dan juga
panas, batuan akan cepat mengalami proses pelapukan. Selain itu pergantian
antara siang dann juga malam yang dingin akan semakin membuat pelapukan
mudah terjadi, apabila hal ini ibandingkan dengan daerah yang memiliki iklim
dingin.

6. Keadaan Vegetasi

Faktor selanjutnya yang mempengaruhi adanya pelapukan adalah keadaan


vegetasi. Vegetasi atau tumbuh-tumbuhan juga merupakan hal yang sangat
mempengaruhi proses pelapukan. Hal ini disebabkan akar-akar tumbuhan tersebut
dapat menembus celah-celah batuan. Apabila akar-akar tersebut semakin
memebesar maka kekuatannya akan semakin besar pula dalam dalam menerobos
batuan. Selain akar-akar, serasah dedaunan yang gugur juga akan membantu
mempercepat batuan melapuk. Hal ini disebabkan karena serasah batuan
mengandung zat-zat asam arang dan juga humus yang dapat merusak kekuatan
pada batuan.
2.3 Jenis-Jenis Pelapukan Batuan
1. Pelapukan Kimiawi
Pelapukan kimiawi adalah pelapukan yang menghancurkan masa batuan
dengan disertai perubahan pada strutur kimiawinya.
Air adalah komponenn utama yang berperan dalam proses pelapukan secara
kimiawi, oleh karena air mempunyai daya mampu melarutkan atau bereaksi
dengan unsur-unsur kimia tertentu dalam batuan. Di samping itu, air juga
mempunyai kemampuan untuk meresap ke dalam pori-pori dan retakan-
retakan pada bebatuan sehingga mencapai kedalaman di bawah permukaan
bumi. Maka, daerah tropis yang basah dengan curah hujan yang tinggi,
merupakan daerah yang potensial untuk terjadinya pelapukan kimia secara
intensif.
Pada pelapukan kimia, air dan gas yang terlarut mempunyai peran penting,
oleh karena air ada pada hampir semua batuan walaupun di daerah yang
kering sekalipun. Proses pelapukan kimia umumnya dimulai dari retakan-
retakan pada batuan atau bukaan-bukaan lainnya yang memungkinkan air
merembes kedalamnya. Pelapukan kimia relatif berjalan lebih lambat pada
temperatur rendah, seperti pada suhu udara < 30 derajad Celcius. Maka
pelapukan kimia kurang intensif pada daerah beriklim sub- tropis yang dingin,
di bandingkan dengan daerah beriklim tropis.

Kandungan oksigen dan keasaman air adalah faktor yang meningkatkan


intensifitas pelapukan kimia. Mineral-mineral basa umumnya lebih cepat
melapuk daripada mineral-mineral asam, sehingga batuan-batuan beku basa,
seperti halnya basalt relative lebih cepat melapuk daripada batuan beku asam
seprti granit. Sedangkan pada batuan sedimen, kecepatan pelapukan
tergantung kepada komposisi mineral dan semen pengikatnya.
Adapun faktor-faktor yang memengaruhi pelapukan kimiawi yaitu sebagai
berikut:

 Komposisi batuan

Ada mineral yang mudah bereaksi dengan air, oksigen dan gas asam
arang. Ada juga yang sulit. Bagi mineral yang mudah bereaksi dengan
air, oksigen dan gas asam arang akan lebih cepatlapuk daripada
mineral yang sulit bereaksi dengan air, oksigen dan gas asam arang.

 Iklim
Daerah yang iklim basah dan panas, misalnya hujan tropis akan
mempercepat proses reaksi kimia, sehingga batuan menjadi cepat
lapuk
 Ukuran batuan
Makin kecil ukuran batuan, makin intensif reaksi kimia pada batuan
tersebut, berarti makincepat pelapukannya

 Vegetasi dan binatang

Dalam hidupnya, vegetasi dari binatang menghasikan asam-asam


tertentu, misalnya oksigen dan gas asam arang. Sehingga mudah
bereaksi dengan batuan dan mempercepat pelapukan pada batuan

Pelapukan kimia pada batuan terjadi melalui proses-proses sebagai


berikut:
a)Hidrolisa, yaitu reaksi kimia antara larutan yang bersifat asam,
mengandung ion H+, dengan mineral-mineral lempung seperti
kaolinite, lllite, dan smectite adalah contoh pelapukan ini ( Boggs,
1995)
b)Hidrasi / Dehidrasi. Apabila terjadi penambahan H2O pada suatu
mineral seperti perubahan Hematite menjadi Gutite disebut sebagai
hidrasi. Sedangkan dehidrasi adalah proses sebaliknya, daman suatu
mineral kehilangan H2O sehiingga berubah menjadi mineral-mineral
yang anhydrous, namun hal ini sangat jarang terjadi.

c)oksidasi, terjadi sebagai akibat reaksi antara unsur-unsur logam,

seperti Fe dan Mn dalam mineral-mineral silikat pada Biotite dan


zpyroxene. Unsur lain yang mudah teroksidasi pada proses pelapukan
adalah sulfur,seperti contoh pada mineral pyrite.

d)Reduksi, terjadi pada kondisi dimana kebutuhan akan oksigen,


biasanya oleh jasad hidup, lebih banyak daripada oksigen yang
tersedia. Kondisi seperti in membuat besi menambah elektron-elektron
dari Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih mudah larut sehingga lebih mobile.
Sedangkan Fe3+ nya akan menghilang pada system pelapukan dalam
pelarutan.

e)Pelarutan, oleh larutan yang bersifat asam dapat terjadi pada


mineral-mineral yang mudah larut, seperti Calcite, Dolomite, dan
Gypsum. Pada Calcite larutan yang bersifat asam akan melarutkannya
sebagai Ca(H2O3)2 sehingga membentuk rongga-rongga gua dalam
batuan batu gamping, bahkan dapat membentuk aliran sungai bawah
tanah. Stalagtite dan Stalagmite adalah jejak-jejak pelarutan, ketika
larutan menguap sehingga mineral-mineral Calcite mengkristal
kembali. Secara luas proses pelapukan dengan pelarutan batuan
karbonat, membentuk morfologi yang disebut sebagai karst.

Pelapukan kimiawi juga merupakan proses penghancuran massa batuan yang


disertai perubahan struktur kimia batuan. Pelapukan ini terjadi karena adanya
pelarutan. Air hujan yang mengandung Co2 dan asam amoniak sangat besar daya
pelarurannya. Suhu udara yang yang tinggi dan curah hujan yang besar
mempercepat proses pelapukan kimiawi. Pelapukan kimiawi dapat ditemukan di
daerah kapur atau di daerah topografi karst. Bentuk-bentuk hasil pelapukan
kimiawi di daerah kapur antara lain:

 Karren:
Di daerah kapur biasanya terdapat celah-celah atau alur-alur sebagai
akibat pelarutan air hujan. Gejala ini terdapat di daerah kapur yang tanah
nya dangkal. Pada perpotongan celah-celah ini biasanya terdapat lubang
kecil yang disebut karren.

 Ponor:
Ponor adalah lubang masuknya aliran air ke dalam tanah pada daerah
kapur yang relative dalam. Ponor dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu
dolin dan pipa karst. Dolin adalah lubang di daerah karst yang bentuknya
seperti corong. Dolin ini dibagi menjadi menjadi 2 macam, yaitu dolin
korosi dan dolin terban. Dolin korosi terjadi karena proses pelarutan
batuan yang disebabkan oleh air. Di dasar dolin diendapkan tanah
berwarna merah ( terra rossa). Sedangkan dolin terban terjadi karena
runtuhnya atap gua kapur. Dolina : lembah kecil yang berbentuk piring
atau corong pada permukaan daerah kapur yang terjadi karena larutan
kapur atau karena langit-langit gua batuankapur runtuh. Beberapa dolina
yang sudah semakin lebar bergabung menjadi satu disebut Uvala. Uvala
berkembang lebih lanjut menjadi polje .
Sumber : http://duniainformasi89.blogspot.com/2016/04/pengertian-dan-macam-
macam-pelapukan.html

 Sungai bawah tanah : aliran air yang terdapat di dalam tanah yang banyak
dijumpai di daerah karst
 Gua batuan kapur : didalamnya terdapat bentuk kerucut yang berwarna
putih. Yang menggantung disebut stalaktif dan yang berdiri di atas dasar
gua disebut stalakmit.
sumber : https://apaperbedaan.com/stalaktit-dan-stalagmit/

2. Pelapukan organis

Pelapukan organis adalah suatu proses penghancuran batuan oleh organisme,


yaitu tumbuhan dan binatang termaasuk manusia.

Dalam proses tumbuhnya, akar-akar tumbuhan menerobos ke dalam tanah,


bahkan mencapai rekahan-rekahan bebatuan, untuk menyerap air dan unsur-
unsur kimia lainnya yang diperlukan dalam pertumbuhannya. Dalam proses
penerobosannya ujung-ujung akar tumbuhan mengeluarkan enzim berupa
asam-asam, yang memang berfungsi untuk menghancurkan batuan, sehingga
dalam hal ini bebatuan akan mengalami pelapkan secara kimiawi. Bukan
hanya oleh tetumbuhan besar, namun proses yang sama juga dilakukan oleh
tumbuhan kecil seperti lumutu atau cendawan bahkan bakteri. Dan juga oleh
binatang-binatang kecil sejenis rayap, semut, cacing dan sebagainya. Dalam
proses proses pertumbuhannya, akar-akar tumbuhan juga berkembang
membesar, ssehingga membelah dan memecah batuan, yang mana hal tersebut
merupakan pelapukan secara mekanis. Namun demikian, pelapukan organis
pada batuan seperti ini umumnya tidak mempunyai dampak luas yang cukup
signifikan. Sementara itu serasa sisa-sisa tumbuhan, dan juga binatang yang
mati, tertimbun membusuk menjadi humus dan menghasilkan asam-asam
yang juga dapat pelapukan bebatuan secara kimiawi. Pelapukan organis
semacam ini tampaknya memiliki dampak yang lebih luas dan signifikan.

Dapat disimpulkan pelapukan organik merupakan proses penghancuran


batuan yang disebabkan oleh binatang dan tumbuhan. Contoh proses
penghancuran batuan oleh akar tanaman yang menempel pada batuan dan
cacing tanah.

3. Pelapukan mekanisme ( fisis)

Pelapukan mekanika merupakan proses penghancuran batuan menjadi bagian-


bagian yang lebih kecil tanpa mengubah susunan kimia batuan. Faktor yang
menyebabkan pelapukan mekanika antara lain:

 Perbedaan temperature yang sangat besar antara siang dan malam


( amplitudo harian tinggi ) kondisi ini sering terjadi di daerah gurun. Pada
siang hari suhu udara sangat panas dan pada malam hari suhu udara sangat
dingin yang menyebabkan batuan mudah retak dan akhirnya pecah
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
 Pembekuan air didalam celah-celah batuan. Air apabila membeku
volumenya akan bertambah sehingga air dalam celah batuan dapat
menekan batuan sehingga pecah menjadi ukuran yang lebih kecil.
 Mengristalnya air garam
 Akibat erosi di daerah pegunungan

Ada 5 faktor yang yang memegang peranan penting dalam pelapukan fisika,
antara lain:

a. Pemuaian batuan
Proses ini terjadi pada batuan yang semula tertimbun di dalam lapisan
kulit bumi oleh lapisan batuan lain. Kemudian batuan yang menimbunnya
sedikit demi sedikit tererosi, sehingga ketebalannya berkurang.
Oleh karena itu batuan tadi mengalami pemuaian dan terjadilah retakan-
retakan yang makin lama makin bertambah besar, sehingga
memungkinkan batuan tersebut terpecah-pecah. Salah satu contohnya
adalah yang terjadi pada batuan granit yaitu sejenis batuan beku dalam
yang mempunyai struktur berlapis-lapis atau retak-retak setelah tersingkap
di permukaan bumi
b. Pembentukan Kristal-kristal dalam celah-celah atau lapisan-lapisan
batuan.

Proses ini terjadi di daerah beriklim dingin. Di daerah ini suhu udara pada
siang hari panas. Sehingga yang ada pada celah-celah batuan dalambentuk
cair. Pada malam hari suhu turun sampai beberapa derajad di bawah nol.
Penurunan suhu yang demikian maka air tadi membeku menjadi Kristal
es.

c. Perubahan suhu
Perubahan suhu selain dari erat kaitannya dengan pembentukan Kristal-
kristal seperti telah dikemukakan berpengaruh pula terhadap pelapukan
batuan dalam bentuk lain. Perubahan suhu dalam hal ini tidak perlu
sampai mencapai titik beku. Batuan terdiri dari dari Kristal-kristal yang
berbeda koefisien pemuaiannya ( besarnya pemuaian setiap ditingkatkan
panasnya 1 derajad celcius). Oleh karena itu kala suhunya naik maka
pemuaian Kristal-Kristal pembentuk batuan tidak sama. Demikian pula
kalau suhunya turun maka pengkerutannya tidak sama.
Oleh karena sering terjadi perubahan suhu hubungan antara Kristal Kristal
pada bagian luar batuan menjadi longgar, akhirnya retak-retak dan
mengelupas. Pengelumpasan ini disebut exfoliasi massa. Apabila Kristal-
kristal pembentuk batuan itu lepas-lepas menjai butir-butir yang terpisah-
pisah maka prosesnya disebut exofoliasi peristiwa itu tidak terjadi karena
perubahan suhu tidak mempengaruhinya.

d. Kegiatan organisme
Pengaruh organisme terhadap pelapukan fisis tidak besar. Yang
dimakdsud dengan organisme disini adalah tumbuh-tumbuhan, hewan dan
manusia. Pengaruh akar, tumbuh-tumbuhan terhadap pelapukan batuan
telah diuraikan pada bagian yang lalu. Disini hanya akan ditegaskan
bahwa pengaruh tumbuh- tumbuhan tidak terbatas hanya pada tumbuh-
tumbuhan berakar besar dan panjang, karena akar lumutpun mampu
melapukan batuan. Misalnya lumut yang tumbuh di atas batuan yang
terletak di tempat lembab, akan menyebabkan terjadinya exfoliasi masa
pada bagian luar batuan tersebut.

Pengaruh hewan, yaitu semut, anjing tanah, dan binatang-binatang lain


yang hidup dalam lapisan tanah sering mengangkut butir-butir batuan dari
dalam tanah ke permukaan. Walaupun pengaruhnya sangat kecil namun
hal ini penting untuk diketahui. Selain dari itu tidak kurang pentingnya
pengaruh manusia terhadap pelapukan ini, baik yang langsung maupun
yang tidak langsug . namun, perbuatan manusia seringdipisahkan dan
pengaruh terhadap proses pelapukan ini karena manusia merupakan
makhluk budaya yang memiliki kemampuan tersendri.
e. Penarikan oleh koloid-koloid tanah
Koloid tanah ialah bahan mineral dan bahan organisme yang sangat halus,
sehingga mempunyai luas permukaan yang sangat tinggi persatuan berat.
Koloid berasal dari kata yunani yang berarti seperti lem. Yang termasuk
ke dalam koloi tanah adalah liat (koloid anorganik) dan humus ( koloid
organik).
Karena kemampuannya untuk menarik butir-butirbatuan lain., maka
apabila koloid ini berdampingan dengan batuan induk maka bagian luar
batuan itu akan tertarik oleh koloid-koloid tanah menjadi bagian-bagian
kecil sehingga terlepas dari kesatuannya. Partikel-partikel koloid yang
sangat halsdisebut micelle ( mikro cel) umumnya bermuatan listrik
negative.
Apabila bersentuhan dengan ion-ion bermuatan listrik negative ( kation),
maka kation tersebut akan tertarik. Dengan proses demikian maka bagian
luar akan tercerai-berai menjadi butir-butir kecil. Sifat penting dari
pelapukan fisis ialah bahwa dengan pelapukan ini tidak mengubah
susunan kimiawi batuan, karena hanya terpecah saja.
2.4 Dampak pelapukan batuan bagi kehidupan manusia
Proses pelapukan dapat menyebabkan dampak berikut ini;
1. Dampak Positif
 Aktivitas pelapukan dapat menghasilkan bentuk muka bumi yang
indah dan menjadi objek wisata, contoh : Grand Canyon di Amerika
Serikat

Sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Grand_Canyon_at_the_foot__
of the_Toroweap_-_looking_east,_William_Henry_Holmes.png
 Pelapukan di daerah kapur dapat membentuk gua-gua yang
mempunyai stalaktit dan stalakmit yang dapat menjadi tujuan
wisata, contoh : Goa Maharani di Lamongan, Goa Jatijajar dan
Goa Petruk di Kebumen.
a. Dampak Negatif
 Proses pelapukan dapat menjadi tenaga destruktif, yakni merusak
baatu-batuan termasuk bangunan-bangunan, terutama pada bagian-
bagian inding-dindingnya sehingga sangat merugikan manusia
 Pelapukan juga dapat merusak batu-batu candi
2.5 Cara mengatasi pelapukan
Pelapukan paling sering terjadi ialah pada kayu dab bebatuan. Adapun upaya
yang dapat dilakukan untuk mencegah pelapukan pada material tersebut dapat
berupa:
a) Pelapukan pada kayu
Pencegahan untuk memperlambat pelapukan pada kayu, meliputi:
 Kayu dikeringkan dengan alat khusus (dioven) untuk menurunkan
kadar air,
 Kayu dilapisi cat atau pernis untuk mengurangi penyerapan air,
 Kayu di tempatkan di ruangan yang tidak lembab,
 Kayu diberi zat anti rayap

b) Pelapukan pada batuan


Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk memperlambat proses
pelapukan pada benda yang terbuat dan batuan ialah menghindari kontak
langsung dengan alam terbuka. Panas matahari dan perubahan cuaca yang tak
menentu dapat mengakibatkanbenda yang terbuat dari batu cepat lapuk dan
pecah. Selain itu, lumut yang yang tumbuh pada benda yang terbuat dari
bebatuan juga dapat menyebabkan pelapukan, sepert halnya lumut yang
tumbuh pada candi. Tindakan membersihkan lumut yang ada pada dinding-
dinding candi akan memperlamat pelapukan serta dapat mempertahankan
keindahan candi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai