BAB III
BATUAN SEDIMEN
3-1
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
Air dan udara adalah media fluida yang jelas, tapi kita juga dapat
mempertimbangkan es sebagai media fluida karena selama periode
yang panjang es bergerak melintasi permukaan bumi, meskipun
sangat lambat. Es adalah fluida berviskositas tinggi yang mampu
mentransportasikan sejumlah besar debris klastik. Pergerakan
detritus oleh es penting pada daerah didalam dan disekitar tudung
es kutub dan daerah pegunungan dengan gletser semipermanen
atau permanen. Volume material yang digerakkan es sangat besar
ketika meluasnya es (glaciation).
4. Akibat Gravitasi (Sediment Gravity Flow)
Pada transportasi ini partikel sedimen tertranspor langsung oleh
pengaruh grafitasi, disini material akan bergerak lebih dulu
kemudian medianya. Yang termasuk dalam sistem sedimen gravity
flow antara lain adalah debris flow, grain flow dan arus turbid.
Karena pengaruh gravitasi bumi tersebut maka pecahan batuan
yang ada bisa langsung jatuh ke permukaan tanah atau
menggelinding melalui tebing sampai akhirnya terkumpul di
permukaan tanah.
Sedimen yang di angkut oleh media di atas dapat diangkut dengan cara
sebagai berikut:
1. Suspension, umumnya terjadi pada sedimen-sedimen yang sangat
kecil ukurannya (seperti lempung) sehingga mampu diangkut oleh
aliran air atau angin yang ada.
2. Bed load, terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti
pasir, kerikil, kerakal, dan bongkah) sehingga gaya yang ada pada
aliran yang bergerak dapat berfungsi memindahkan pertikel-
partikel yang besar di dasar. Pergerakan dari butiran pasir dimulai
pada saat kekuatan gaya aliran melebihi kekuatan inertia butiran
pasir tersebut pada saat diam. Gerakan-gerakan sedimen tersebut
bisa menggelundung, menggeser, atau bahkan bisa mendorong
sedimen yang satu dengan lainnya.
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
3.1.2.5 Diagenesis
Seluruh proses yang menyebabkan perubahan pada sedimen selama
terpendam dan terlitifikasi disebut sebagai diagenesis. Diagenesis terjadi
pada temperatur dan tekanan yang lebih tinggi daripada kondisi selama
proses pelapukan, namun lebih rendah daripada proses metamorfisme.
Proses diagenesis dapat dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan
proses yang mengontrolnya, yaitu proses fisik, kimia, dan biologi. Proses
diagenesis sangat berperan dalam menentukan bentuk dan karakter akhir
batuan sedimen yang dihasilkannya. Proses diagenesis akan
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
3.3.1 Warna
Pada umumnya, batuan sedimen berwarna terang atau cerah, putih,
kuning atau abu-abu terang. Namun demikian, ada pula yang berwarna gelap,
abu-abu gelap sampai hitam, serta merah dan coklat. Secara umum warna
pada batuan sedimen akan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Warna mineral pembentukkan batuan sedimen. Contoh jika mineral
pembentukkan batuan sedimen didominasi oleh kuarsa maka batuan
akan berwarna putih.
2. Warna massa dasar atau matrik atau warna semen.
3. Warna material yang menyelubungi (coating material). Contoh
batupasir kuarsa yang diselubungi oleh glaukonit akan berwarna hijau.
4. Derajat kehalusan butir penyusunnya. Pada batuan dengan komposisi
yang sama jika makin halus ukuran butir maka warnanya cenderung
akan lebih gelap.
3.3.2 Tekstur
Seperti telah diuraikan di atas, batuan sedimen dapat bertekstur klastik
atau non klastika. Namun demikian apabila batuannya sudah sangat kompak
dan telah terjadi rekristalisasi (pengkristalan kembali), maka batuan sedimen
itu bertekstur kristalin. Jika kristalnya sangat halus sehingga tidak dapat
dibedakan disebut mikrokristalin. Batuan sedimen kristalin umumnya terjadi
pada batu gamping dan batuan sedimen kaya silika yang sangat kompak dan
keras.
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
3. Semen
Material halus yang menjadi pengikat dan diendapkan setelah
fragmen dan matrik. Semen umumnya berupa silika, karbonat,
sulfat atau oksida besi. Semen karbonat dicirikan oleh bereaksinya
dengan cairan HCl. Semen oksida besi, selain tidak bereaksi
dengan HCl secara khas berwarna coklat, Semen silika umumnya
tidak berwarna, tidak bereaksi dengan HCl dan batuan yang
terbentuk sangat keras. Semen itu tidak selalu dapat diamati secara
megaskopik.
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
Butir lanau dan lempung tidak dapat diamati dan diukur secara
megaskopis. Ukuran butir lanau dapat diketahui jika material itu diraba
dengan tangan masih terasa ada butir sepertipasir tetapi sangat halus.
Ukuran butir lempung akan terasa sangat halus dan lembut ditangan,
tidak terasa ada gesekan butir seperti pada lanau, dan bila diberi air akan
terasa sangat licin.
Besar butir dipengaruhi oleh :
1. Jenis Pelapukan
2. Jenis Transportasi
3. Waktu atau jarak transport dan
4. Resistensi
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
Gambar 3.8 Kategori kebundaran dan keruncingan butiran sedimen (Pettijohn, dkk., 1987).
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
3.3.3 Struktur
Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal
batuan sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan energi
pembentuknya. Berbeda dengan tekstur yang sebaiknya diamati pada sampel
genggam atau sayatan tipis, struktur sedimen merupakan gejala yang
sebaiknya diamati atau dipelajari pada singkapan. Tekstur berkaitan dengan
hubungan antar butir dan akan terlihat dengan jelas di bawah mikroskop
sedangkan struktur berkaitan dengan satuan-satuan yang lebih besar dan lebih
jelas terlihat di lapangan. Pembentukkannya dapat terjadi pada waktu
pengendapan maupun segera setelah proses pengendapan (Pettijohn & Potter,
1964 ; Koesomadinata , 1981), yaitu :
1. Syngenetic : terbentuk bersamaan dengan terjadinya
batuan sedimen, disebut juga sebagai struktur primer.
2. Epygenetic : terbentuk setelah batuan tersebut terbentuk
seperti kekar, sesar, dan lipatan.
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
b. Cross Bedding
Cross bedding merupakan struktur primer yang membentuk
srutur penyilangan suatu lapisan batuan terhadap lapisan batuan
yang lainya, atau lapisan batuan yang lebih muda memotong
lapisan batuan yang lebih tua. Cross bedding didefinisikan oleh
Pettijohn (1972) sebagai struktur yang membatasi suatu unit
sedimentasi dari jenis yang lain dan dicirikan dengan perlapisan
dalam atau laminasi disebut juga dengan foreset bedding miring ke
permukaan bidang akumulasi (deposisi). Lapisan silang-siur eolus
lebih mencerminkan angin yang bekerja untuk suatu rentang waktu
yang relatif lama di permukaan bumi atau angin yang paling efektif
bekerja di permukaan bumi; bukan mencerminkan sistem angin
dengan sirkulasi global. Hingga sejauh ini belum ada satupun jenis
atau skala lapisan silang-siur yang khas untuk agen atau
lingkungan pengendapan tertentu. Walau demikian, lapisan siang-
siur yang sangat besar kemungkin terbentuk pada lingkungan eolus
atau bahari; bukan pada lingkungan fluvial.
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
c. Graded Bedding
Graded bedding merupakan struktur perlapisan sedimen
yang menunjukan perbedaan fragmen atau ukuran butir sedimen
yang membentuk suatu lapisan batuan. Perbedaan ini terbentuk
karena adanya gaya gravitasi yang mempengaruhi saat terjadinya
pengendapan pada sedimen tersebut. Sedimen yang memiliki
ukuran butir lebih besar akan lebih dahulu mengendap
dibandingkan dengan sedimen yang memiliki ukuran lebih kecil
sehingga struktur graded bending akan selalu menunjukan struktur
perlapisan yang semakin keatas lapisan tersebut ukuran butir yang
dijumpai akan semakin kecil. Struktur ini berguna dalam
penentuan top and bottom suatu batuan dimana pada umumnya
pada gradasi normal, butiran yang berukuran lebih besar akan
terendapkan terlebih dulu, sehingga bagian bottom memiliki
ukuran butiran yang cenderung lebih besar.
Dewasa ini para ahli mengakui bahwa graded bedding
mungkin merupakan ciri paling khas dari pengendapan turbidit
yang umumnya berlangsung di wilayah perairan-dalam. Graded
bed diendapkan dari arus yang sudah kehilangan kemampuannya
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
3.12 Skema struktur Graded Bedding Gambar 3.13 Contoh struktur graded bedding
d. Flaser Bedding
Jika lumpur hadir maka bentuk satuan ripple akan menjadi lebih
jelas terlihat. Lumpur yang berselingan tersebut akan muncul
sebagai lensa-lensa atau flaser akibat terakumulasinya lumpur
secara terbatas pada lembah-lembah gelembur
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
b. Flute Cast
Kekukan arus menghasilkan flute yang, ketika terisi oleh
pasir dan ketika material isian itu bergabung dengan lapisan pasir
yang terletak diatasnya, disebut flute cast. Dengan demikian, flute
cast akan muncul sebagai tonjolan pada bidang perlapisan bawah
batupasir yang terletak di atas lapisan serpih. Tonjolan itu memiliki
bentuk, ukuran, dan susunan yang beragam. Tonjolan itu
memanjang, dimana salah satu ujungnya membonggol dan
mengarah ke hulu, sedangkan ujung yang lain meruncing dan
mengarah ke hilir. Tonjolan hilir makin lama makin landai dan
akhirnya menghilang bersatu dengan bidang perlapisan. Flute cast
memiliki panjang mulai dari sekitar 1 cm hingga sekitar 1 meter,
dengan ketinggian mulai dari beberapa milimeter hingga beberapa
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
c. Groove Cast
Salah satu tipe tool mark adalah groove cast yang tampak
sebagai tonjolan rektilinier, membundar hingga berpuncak tajam,
serta terletak pada bidang perlapisan bawah batupasir. Groove cast
umumnya muncul berkelompok. Lebih dari satu himpunan groove
cast biasanya terlihat pada bidang yang sama, dimana himpunan
kedua memotong himpunan pertama dengan sudut pemotongan
yang lancip.
Asal-usul groove cast telah menjadi teka-teki selama
beberapa lama. Groove cast merupakan struktur yang dihasilkan
oleh arus. Orientasi groove cast berkorelasi sangat baik dengan
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
d. Load Cast
Load cast merupakan sturktur primer pada lapisan batuan sedimen
yang terbentuk karena adanya cacat pada lapisan sedimen tersebut
sehingga dengan pengaruh gravitasi dan pembebanan dari lapisan
yang ada diatasnya menyebabkan lapisan sedimen yang cacat
tersebut mengalami keruntuhan sehingga membentuk struktur
berlubang. Dan terkadang sturuktur berlubang ini diisi oleh lapisan
sedimen yang ada diatasnya.
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
e. Mud Cracks
Kenampakan pada lapisan lumpur (mud) biasa terbentuk
polygonal. Mud cracks ini terbentuk karena hilangnya kandungan
air pada batulempung sehingga timbul retakan.
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
b. Fosil Jejak
Kumpulan “fosil jejak” (“trace fossil”) terbukti merupakan
indeks yang sangat baik dari fasies sedimen dan kedalaman. Fosil
jejak juga memberikan informasi tentang laju sedimentasi dan
merupakan penunjuk kadar racun di dasar suatu wilayah perairan.
Fosil jejak juga terbukti sangat membantu dalam menentukan
posisi stratigrafi pada lapisan-lapisan yang miring curam atau
lapisan-lapisan yang telah terbalik.
Fosil jejak dapat digolongkan dengan beberapa cara.
Seilacher (1964a), menyebutkan adanya lima kelas fungsional dari
fosil jejak berdasarkan tingkah laku organisme pembuatnya.
Kelima kelas itu adalah:
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
3.4.1 Tekstur
Tekstur batuan sedimen non klastik dibedakan menjadi dua macam yaitu :
a. Tekstur Kristalin
Tekstur krisatalin jika batuan sedimen non kristalin terdiri dari Kristal-
kristal yang interlocking, yaitu Kristal-kristalnya saling mengunci. Untuk
pemerian ukuran butiran mengguanakan skala ukuran butir Wentworth
(1922) yang telah dimodifikasi sebagai berikut :
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
Tabel 3.2 ukuran buti sedimen non klastik berdasarkan Wenthworth (1922) yang telah dimodifikasi
Nama Butir Ukuran Diameter Butir (mm)
Berbutir kasar 1/8 – 2
Berbutir sedang 1/256 – 1/8
Berbutir halus 1/256
Barbutir sangat halus <1/256
b. Tekstur Amorf
Tekstur ini disebut juga tekstur non kristalain adalah tekstur pada batuan
sedimen non klastik yang disusun oleh mineral yang tidak membatuk
kristal.
3.4.2 Struktur
Struktur pada batuan nonklastik terbentuk dari prosesreaksi kimia tauapun
kegiatan organisme. Jenis–jenis struktur pada batuan sedimen non klastik :
a. Struktur Fosiliferus ; apabila batuan sedimen nonklastik disususn atau
komposisi batuan tersebut terdiri dari fosil (sedimen organik)
b. Struktur oolit ; apabila suatu fragmenklastik diselubungi atau dilingkupi
oleh mineral–mineral nonklastik, bersifat konsentris dengan diameter < 2
mm.
c. Pisolitik : butiran karbonat berbentuk bulat atau elips yang mempunyai
satu atau lebih struktur laminase yang konsentris dan mengelilingi inti.
Inti penyusun biasanya patrikel karbonat atau butiran kuarsa memiliki
ukuran > 2 mm disebut pisoid
d. Konkresi : kenampakan struktur ini sama dengan struktur oolit tetapi
menunjukan adanya sifat konkresi.
e. Cone in cone : struktur bpada batugamping kristalin yang menunjukan
pertumbuhan kerucut perkerucut
f. Biohem : tersusun oleh organisme murni dan bersifat insitu
g. Biostrome : seperti biohem tetapi bersifat klastik. Biohem dan biostrome
merupakan struktur luar yang hanya tampak dilapangan
h. Septaria : sejenis konkresi tetapi mempunyai komposisi lempungan. Ciri
khasnya adanya rekahan–rekahan yang tidak teratur sebagai akibat
penyusutan bahan lempung tersebut karena proses dehidrasi yang
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
PROSES
KOMPOSISI & KARBONAT KARBON
BESAR BUTIR & JENIS/
BATUAN KARAKTERIS
KOMPONEN VARIASI
TIK
Floatstone-Rudstone
Breksi BATUBARA
Volkanik Material volkanik BATU
ORGANIK
BREKSI
Kerikil-Bongkah
KALSIRUDIT
Breksi endapan lahar GAMPING GAMBUT (peat)
Talus TERUMBU BATUBARA
Psefit
Rudit
DOLOMIT
KOGLOMERAT fragmen Antrasit
Konglomerat
Satu jenis fragmen Grafit
Monomik
BATUGAMPING
Batu Pasir Fragmen kuarsa BIOKLASTIK
Kuarsa >90% Moluska dsb, LAIN-LAIN
KALKARENIT
KIMIAWI
Arkose (dominan) dan BATUGAMPI
FOSFORIT
Psamit
Arenit
2mm-1/16
Pasir
1/16 mm-
BATU LANAU RIJANG
1/256 mm
RADIOLARIA
KALSILUTIT
(organik) GIPS
afanitikBatugamping
<1/16 mm TRAVERTIN
LEMPUNG DIATOME HALIT
Kadar karbonat
NAPAL SILIKA
35%-65%
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
LABORATORIUM PETROLOGI
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
3-16
Laporan Praktikum Batuan Sedimen 2012
Deskrpsi Batuan
Warna : Coklat Kehitaman
Struktur : Massif
Tekstur : Mikrokristalin
Komposisi : Mikrokristalin kuarsa (SiO2)
Lain-lain : Keras, kilap non logam (lilin), pecahan konkoidal
3-16