1. Pendahuluan
Batuan sedimen disusun oleh butiran yang berasal dari hasil rombakan batuan yang
sudah ada, baik langsung maupun tidak langsung. Butiran-butiran tersebut sebagian
merupakan kristal dari individu mineral atau fragmen batuan (Tabel 2.1). Individu mineral
tersebut berukuran mulai dari beberapa mikron sampai beberapa milimeter, sedangkan
fragmen batuan berukuran mulai dari beberapa milimeter sampai beberapa ratus centimeter.
Fragmen batuan yang menyusun batuan sedimen merupakan sisa batuan beku, metamorf
maupun batuan sedimen yang tahan terhadap proses pelapukan. Butiran mineral dan fragmen
lainnya dapat juga berasal dari aktifitas gunungapi yang dinamakan material piroklastik.
Material lain penyusun batuan sedimen adalah mineral lempung dan oksida besi hasil dari
proses pelapukan yang disebut mineral sekunder. Fragmen batuan, material piroklastik dan
mineral sekunder, disebut juga material terigen (material asal daratan). Karena sumber
material tersebut berasal dari luar cekungan pengendapan, maka material terigen disebut juga
material ekstrabasinal.
Tidak semua material penyusun batuan sedimen berasal dari daratan. Beberapa
mineral terbentuk pada cekungan pengendapan oleh proses kimia atau biokimia. Material
tersebut disebut material intrabasinal, yang bisa berupa mineral silikat maupun nonsilikat.
Batuan sedimen dapat juga terbentuk atau dihasilkan dari proses presipitasi/kristalisasi
larutan di dalam cekungan pengendapan. Proses ini mengahsilkan batuan sedimen
nonsiliklastik.
Jenis lain dari batuan sedimen adalah batuan sedimen karbonan (carbonaceous).
Batuan sedimen ini terbentuk oleh organisme. Batuan ini banyak mengandung material
organik. Material organik tersebut berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang mengalami
dekomposisi, dan diendapkan pada lingkungan darat tanpa proses transportasi yang berarti.
Batugamping dan serpih yang kaya material organik disebut batuan sapropelitik Kandungan
organisme berasal dari rombakan baik tumbuhan maupun binatang yang berasal dari daratan
dan lautan.
Proses pembentukan batuan sedimen diawali oleh pengangkatan batuan yang sudah
ada, termasuk batuan sedimen, ke permukaan bumi. Selanjutnya batuan tersebut mengalami
proses pelapukan, erosi dan pengendapan pada cekungan-cekungan di permukaan bumi.
Endapan sedimen tersebut kemudian mengalami pembebanan dari endapan yang berikutnya
sehingga mengalami diagenesis. Proses diagenesis ini merubah endapan sedimen menjadi
batuan sedimen. Apabila batuan sedimen yang terbentuk mengalami pengangkatan kembali
maka batuan tersebut akan muncul lagi ke permukaan bumi. Selanjutnya proses
pembentukan batuan sedimen berulang kembali. Proses tersebut disebut siklus sedimentasi.
2. Siklus Sedimentasi
Siklus sedimentasi atau sering juga disebut siklus pengendapan merupakan bagian
dari siklus geologi, dan merupakan awal proses pembentukan batuan sedimen (Gambar 2.1).
Siklus ini diawali dari tersingkapnya batuan yang sudah ada di permukaan bumi. Selanjutnya
batuan yang tersingkap mengalami proses pelapukan, pengikisan, pengangkutan material
hasil pengikisan, dan akhirnya proses pengendapan pada cekungan-cekungan di permukaan
bumi. Jadi siklus pengendapan merupakan proses yang kompleks, dan merupakan siklus
yang tidak ada hentinya. Proses-proses yang terjadi pada suatu siklus tersebut tidak selalu
lengkap. Artinya semua proses tersebut tidak selalu ada pada pembentukan batuan sedimen.
Tidak semua batuan sedimen mengalami pendauran di daratan, ada pula semua proses yang
membentuk batuan sedimen berada di lautan.
Hasil pelapukan
Origin
Material piroklastik
Mineral sekunder
Kristalisasi
Intrabasinal
Kristal tunggal
Campuran
Sisa-sisa Organik
Contoh
Kuarsa, Felspar, Fragmen batuan
Fragmen batuan vulkanik, pumis,
gelas, felspar
Oksida besi, mineral lempung
Aktivitas tektonik merupakan bagian yang sangat penting pada siklus sedimentasi,
karena aktivitas tektonik mengakibatkan batuan mengalami pengangkatan hingga muncul ke
permukaan bumi. Selanjutnya batuan yang tersingkap di permukaan bumi mengalami proses
pelapukan dan proses lainnya pada siklus sedimentasi .
3 . Proses Pelapukan dan hasilnya.
Rombakan batuan oleh proses pelapukan merupakan bagian terpenting dari siklus
pembentukan sedimen dan batuan sedimen. Proses pelapukan dapat berupa proses fisika,
kimia dan biologi. Ke tiga macam proses pelapukan tersebut sangat sulit dibedakan di
lapangan, karena ketiganya kadang terjadi bersama-sama pada suatu batuan. Meskipun
demikian proses kimia merupakan proses yang terpenting. Pembentukan soil merupakan
hasil dari proses pelapukan kimia dan biologi atau sering disebut proses pelapukan biokimia.
Hasil dari proses pelapukan merupakan sumber utama material pembentuk batuan sedimen.
aluminium akan menghasilkan mineral lempung selain ion logam dan silikat. Mineral
ortoklas akan menghasilkan kaolinit, sedang albit akan menghasilkan mineral kaolinit atau
montmorilonit.
Hidrasi, adalah proses penambahan molekul air pada mineral untuk membentuk
mineral baru. Contohnya adalah penambahan molekul air pada hematit yang membentuk
gutit, atau pada anhidrit yang membentuk gipsum.
Oksidasi, terutama terjadi pada mineral silikat yang mengandung besi seperti biotit
dan piroksin. Proses ini akan membentuk mineral oksida besi.
Pelarutan, Proses ini terutama terjadi pada mineral yang mudah larut oleh air yang
mengandung CO2 seperti kalsit, dolomit, dan gipsum.
Pertukaran ion, Proses pelapukan ini sangat penting pada perubahan jenis mineral
lempung menjadi jenis mineral lempung yang berbeda. Proses ini merupakan pertukaran
antara ion-ion di dalam mineral. Contohnya adalah pertukaran antara ion Na dan Ca yang
terdapat dalam mineral.
Chelation, merupakan pengabungan ion logam dengan molekul organik yang
mempunyai struktur cincin.
Tabel 2.2 Macam-macam poses pelapukan kimia
mineral terhadap proses pelapukan kimia merupakan kebalikan dari Bowens Reaction
Series.
Mineral sekunder. Mineral sekunder yang terbentuk oleh proses pelapukan adalah
mineral lempung, oksida atau hidroksida besi, dan aluminium hidroksida. Mineral
lempung yang terbentuk pada proses pelapukan kimia tingkat sedang adalah ilit dan smektit.
Sedang pada pelapukan kimia yang intensif akan terbentuk aluminium hidroksida seperti
gibsit. Mineral ini sering sebagai mineral bijih aluminium (aluminium ores). Mineral
sekunder yang mengandung besi pada umumnya adalah mineral gutit, hematit, dan limonit.
Gambar 2.4 menunjukkanhubungan antara tipe batuan dengan tingkat pelapukan dan mineral
yang dominan menyusunnya.
Gambar 2.3 Diagram hubungan antara iklim, tipe soil, dan proses pelapukan.
Mineral felsik
Kurang stabil
Ca-plagioklas
Piroksin
Ca-Na plagioklas
Na-Ca plagioklas
Na-plagioklas
Amfibol
Biotit
K-felspar, muskovit
Kuarsa
Tabel
proses
di daratan dan batuan sedimen yang dibentuk
Proses pelapukan
Pelapukan fisika
Hasil pelapukan
Fragmen batuan
Stabil
Contoh
Mineral silikat seperti kuarsa
dan felspar, semua jenis
2.4 Hasil
pelapukan
Batuan
yang terbentuk
Batupasir, konglomerat,
batu lanau
fragmen batuan
Pelapukan kimia
Hidrolisis
Mineral sekunder
Material terlarut
Oksidasi
Mudrocks
Chert, limestone, Evaporit
Mudrocks, mud matrix
Mineral sekunder
Material terlarut
Material terlarut
Pelarutan
Chert (rijang),evaporit
Batugamping, evaporit, dll
Gambar 2.4 Diagram yang menunjukkan komposisi endapan residual hasil proses pelapukan kimia
6. Pertanyaan
1. Sebutkan komponen yang menyusun batuan sedimen.
2. Apa yang dimaksud dengan siklus sedimentasi, dan gambarkan diagramnya serta
jelaskan masing-masing prosesnya.
3. Gambarkan tatanan tektonik cekungan sedimentasi, dan jelaskan karakteristik dari
setiap cekungan tersebut.
4. Sebut dan jelaskan macam-macam proses pelapukan kimia, dan berikan contohnya.
5. Jelaskan mengapa stabilitas mineral terhadap proses pelapukan merupakan kebalikan
dari Bowens Reaction Series?
6. Jelaskan perbedaan antara kaolin (China clay), laterit, dan bauksit
7. Jelaskan apa yang dimaksud dengan
a. sedimen terigen
b. sedimen silisiklastik
c. mneral autigenik
d. sedimen karbonan
e. mineral sekunder