Anda di halaman 1dari 17

EKOSISTEM LAHAN

BASAH

HUTAN RAWA GAMBUT RIAU


Oleh :
KELOMPOK 5

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2021
NAMA ANGGOTA

RIZKA AGUSTINA (191810401026)


 CYNTHIA RANI (191810401050)
 SILVI SAMRO’ATUL ILMI (191810401059)
 BAYU ARIFIN (191810401062)
 DELLA AZZURA KURNIASARI (191810401075)
 KHILFA YAHYA (191810401084)
PENDAHULUAN
LAHAN BASAH

• Lahan basah menurut merupakan suatu wilayah


dengan karakteristik terestrial dan akuatik yang

/;’\
berfungsi sebagai wilayah penyimpan air, baik air
tawar, payau maupun air laut.
• Lahan basah juga dapat diartikan sebagai daerah
dengan genangan air yang jenuh baik yang
bersifat permanen maupun sementara yang
letaknya di darat maupun dikelilingi daratan.
• Berdasarkan pembentukannya terbagi menjadi 2 :
lahan basah alami dan buatan.
• Lahan basah dapat dicontohkan seperti daerah
mangrove, rawa-rawa, payau, hutan genangan,
laguna, lahan gambut dan sebagainya.
PENDAHULUAN

HUTAN RAWA GAMBUT


• Hutan rawa gambut merupakan hutan yang dicirikan dengan adanya
lapisan gambut di permukaannya dengan iklim yang relatif basah.
/;’\
• Hutan rawa gambut merupakan pemegang peran penting dalam
ekosistem, karena memiliki fungsi sebagai pengendali iklim dengan cara
menyerap dan menyimpan karbon.
• Mekanisme penyimpanan karbon terjadi melalui proses fotosintesis yang
menyerap CO2 dan diubahnya menjadi karbohidrat yang kemudian
disebarkan dan ditimbun di seluruh bagian tanaman.
• Hutan rawa gambut juga dijadikan sebagai tempat hidup beberapa jenis
flora dan fauna tertentu.
KARAKTERISTIK DAN STRUKTUR
HUTAN RAWA GAMBUT

• Beriklim tropis
• Curah hujan berkisar antara 1.949-2.951 mm/th dengan hari hujan berkisar
antara 151-181 hari, jumlah bulan basah 9 bulan dan bulan kering 2-3 bulan.
• Suhu udara rata-rata bulanan berkisar 26,1-27,5˚C dengan rata-rata
tahunan sekitar 26,7˚C
• Pada tahun 2005, luas tutupan hutan rawa gambut 63% dari total luas
702.129 ha
• Struktur tegakan hutan : semakin berkurang dari diameter kecil ke diameter
besar, atau berbentuk huruf “J” terbalik
• Biomassa dan simpanan karbon : tinggi
KARAKTERISTIK DAN
STRUKTUR

Sebaran Klaster Kawasan Lahan Rawa


Gambut di Kabupaten Kampar, Riau
FUNGSI

Fungsi Hidrologi
Fungsi Produksi dan Ekologi
Tempat penyimpan karbon di alam
Sumberdaya keanekaragaman hayati
Penjaga stabilitas iklim mikro dan mikro
Diversitas Flora dan Fauna

Diversitas merupakan keanekaragaman makhluk hidup yang


menunjukan variasi berdasarkan bentuk, sifat, jumlah dan bentuk
morfologi alam setiap tingkatan gen, spesies maupun ekosistem
serta kemampuan untuk mempertahankan keberlanjutan
ekosistem. Diversitas vegetasi fauna dan flora pada ekosistem
lahan gambut cukup beraneka ragam jenisnya. Selain itu, hutan
rawa gambut juga memiliki fungsi yang beragam antara lain
sebagai sumber daya alam berupa plasma nutfah dan komoditi
kayu, tempat hidup ikan, dan sebagai gudang penyimpan karbon.
Diversitas Flora dan Fauna

Fauna-fauna yang menempati


ekosistem hutan rawa gambut antara
lain seperti lutung (Trachypitecus
auratus), ayam hutan (Gallus gallus),
buaya, labi-labi (Amida cartalaginea),
kijang, bangau, berbagai jenis ikan,
udang, ular, burung, lebah madu
hutan (Apis dorsata) serta kupu-kupu
(Delias sp.)
Diversitas Flora dan Fauna

Jenis-jenis flora khas yang dapat


ditemukan contohnya seperti, meranti
(Shorea sp.), sungkai (Peronema
canescens), punak (Tetramelistra glabra),
jelutung (Dyera sp.), medang (Litsea sp.),
tembesu (fagrea fragrans), bintangur
(Calophylum sp.), dan pohon bakau.
Contoh lainnya seperti tumbuhan pandan,
akasia, balam, bahkan kelapa sawit dan
karet pun dapat tumbuh pada lahan
gambut.
ALIRAN ENERGI
PROSES ALIRAN ENERGI

1. Energi yang berasal dari cahaya matahari masuk ke dalam lingkungan hutan
mangrove. Selain cahaya matahari, materi organik lain yang masuk ke dalam
ekosistem adalah nitrogen, fosfat dan karbon organik.
2. Setengah dari energi cahaya matahari tersebut digunakan oleh pohon bakau
untuk proses fotosintesis. Setelah pohon bakau berfotosintesis maka akan
menghasilkan energi kimia yang didapatkan dari perubahan energi cahaya.
Energi kimia tersebut kemudian disimpan di dalam pohon bakau yang berperan
sebagai produsen.
3. Serasah pohon bakau seperti bunga, ranting dan daun bakau akan jatuh ke air.
Partikel-partikel kecil dari serasah tersebut dimakan oleh udang atau organisme
herbivora lain sehingga energi berpindah dari produsen ke konsumen I atau
konsumen primer. Energi yang disimpan konsumen tingkat I hanya berkisar 10
persen dari energi produsen.
PROSES ALIRAN ENERGI

4. Kemudian udang dimakan ikan atau organisme karnivora lainnya.


Dengan demikian, energi konsumen I berpindah ke tubuh konsumen
tingkat II. Energi yang disimpan konsumen II juga berjumlah 10 persen
dari energi konsumen tingkat I.
5. Jika pohon bakau tidak dimakan oleh konsumen tingkat I, maka energi
akan diteruskan ke detritivor atau dikeluarkan dari ekosistem mangrove
sebagai materi organik. Karena ekosistem bersifat terbuka, maka materi
organik bisa saja keluar ke ekosistem lain, misalnya ekosistem air laut.
SIKLUS KARBON

(Kryanto dkk, 2015)


SIKLUS NITROGEN
PRODUKTIVITAS

• Rawa gambut memiliki produktivitas dalam hal penyimpanan karbon dalam


biomassa hutan.
• Kandungan karbon rawa gambut kurang lebih sebesar 50% dari kandungan
biomassanya.
• Biomasa rawa gambut di atas permukaan rawa gambut bekas pembalakan di riau
sebesar 104,66 ton/ha dan kandungan karbonnya sebesar 49,19 C/ha.
• Kandungan karbon dibawah permukaan tanah sekitar 464.895,94 MT C/ha.
• Sumber karbon utama adalah biomassa pohon + massa gambut, tumbuhan bawah,
serasah, kayu mati dan bahan organik tanah. Agar keseimbangan karbon dan
fungsi rawa gambut terus berlanjut keanekaragam spesies dan kandungan
biomassa dihutan rawa gambut harus dipertahankan.
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, B., Y. I. Siregar, Sukendi, dan S. Zahrah. 2016. Pengelolaan Keberlanjutan


Ekosistem Hutan Rawa Gambut terhadap Kebakaran Hutan dan Lahan di
Semenanjung Kampar, Sumatera. Jurnal Manusia dan Lingkungan. 23(2): 195-
205).
Heriyanto, N. M., Priatna, D., dan Samsoedin, I. 2020. Keanekaragaman Hayati dan
Rosot Karbon pada Rawa-Gambut di Bukit Batu, Kabupaten Bengkalis,
Provinsi Riau. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 17(1): 53-67.
Karyanto, O., A. Maas, Darmanto, T. Aditya. 2015. ICCC, 2014. Sustainable Peatland
Management (SPM) Across Sectors Project Report. Indonesia Climate Change
Center. Jakarta, Indonesia. Sustainable Peatland Management (SPM) Across
Sectors Project Report.
Sudiana, N. 2018. Studi Luas dan Sebaran Lahan Gambut di Kabupaten Kampar
Provinsi Riau. Jurnal Alami. 2(1) : 47-56.

Anda mungkin juga menyukai