EKOSISTEM TAMBAK
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pertanian Umum Tujuan
Memahami Ekosistem Tambak
Oleh :
UNIVERSITAS JEMBER
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Berikut ini merupakan tujuan yang akan dicapai pada makalah sebagai berikut:
1.3. Manfaat
Manfaat dari makalah/laporan ini ialah menambah pengetahuan bagi
pembaca dan penulis, yang nantinya diharapkan dapat mengembangkan
ilmu pengetahuan dan mampu mengatasi, memecah dan mencegah
masalah yang ada dalam laporan ini.
TINJAUAN PUSTAKA
Ekosistem secara umum terbagi menjadi dua, yaitu ekosistem alami dan
ekosistem buatan.
1. Ekosistem Alami
Ekosistem alami adalah ekosistem yang dibuat langsung oleh alam. Ekosistem
alami, bertugas menjaga keseimbangan ekosistem. Sehingga jika ada satu
ekosistem yang rusak, maka keseimbangan lingkungan akan terganggu. Ekosistem
alami terbagi lagi menjadi dua, yaitu ekosistem darat dan ekosistem laut.
A. Ekosistem Darat
Sabana
Sabana dari daerah tropik terdapat di wilayah dengan curah hujan 40 – 60
inci per tahun, tetapi temepratur dan kelembaban masih tergantung musim.
Sabana yang terluas di dunia terdapat di Afrika; namun di Australia juga
terdapat sabana yang luas. Hewan yang hidup di sabana antara lain serangga
dan mamalia seperti zebra, singa, dan hyena.
Padang Rumput
Padang rumput terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke
subtropik. Ciri-ciri padang rumput adalah curah hujan kurang lebih 25-30
cm per tahun, hujan turun tidak teratur, porositas (peresapan air) tinggi, dan
drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna
(herbs) dan rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya
antara lain: bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru,
serangga, tikus dan ular.
Gurun
Gurun terdapat di daerah tropik yang berbatasan dengan padang rumput.
Ciri-ciri ekosistem gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25
cm/tahun). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar.
Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di
gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya
kaktus, atau tak berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan
untuk menyimpan air. Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia,
semut, ular, kadal, katak, kalajengking, dan beberapa hewan nokturnal lain.
Taiga
Taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah
tropik, ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga
merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus, dan
sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali, sedangkan hewannya
antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi
ke selatan pada musim gugur.
Tundra
Tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub
utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman
di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah
sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan perdu, dan rumput
alangalang. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan
yang dingin.
Gua
Karst berawal dari nama kawasan batu gamping di wilayah Yugoslavia.
Kawasan karst di Indonesia rata-rata mempunyai ciri-ciri yang hampir sama
yaitu, tanahnya kurang subur untuk pertanian, sensitif terhadap erosi, mudah
longsor, bersifat rentan dengan pori-pori aerasi yang rendah, gaya
permeabilitas yang lamban dan didominasi oleh pori-pori mikro. Ekosistem
karst mengalami keunikan tersendiri, dengan keragaman aspek biotis yang
tidak dijumpai di ekosistem lain.
B. Ekosistem air
Ekosistem Air Tawar
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok,
penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam
tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan
biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang
hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.
Ekosistem Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari
sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam.
Ekosistem estuari memiliki produktivitas yang tinggi dan kaya akan nutrisi.
Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam,
ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai
cacing, kerang, kepiting, dan ikan.
Ekosistem Pantai
Ekosistem Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin
dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan
gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi
sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.
Ekosistem Lamun
Lamun atau seagrass adalah satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan
berbunga yang hidup di lingkungan laut. Tumbuh-tumbuhan ini hidup di
habitat perairan pantai yang dangkal. Seperti halnya rumput di darat,
mereka mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai-tangkai yang
merayap yang efektif untuk berbiak. Berbeda dengan tumbuh-tumbuhan
laut lainnya (alga dan rumput laut), lamun berbunga, berbuah dan menghasilkan
biji. Mereka juga mempunyai akar dan sistem internal untuk
mengangkut gas dan zat-zat hara. Sebagai sumber daya hayati, lamun
banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
2. Ekosistem Buatan
Suaka marga satwa adalah upaya perlindungan pada ekosistem yang dinilai
memiliki keunikan. Keunikan itu juga berisi berbagai macam jenis flora dan fauna
yang harus dilindungi. Suaka marga satwa dibuat oleh manusia langsung di alam.
Taman hutan raya adalah taman hutan yang sebagian masih habitat asli, dan
sebagian telah di perbarui dengan lingkungan buatan. Taman hutan raya
mengkhususkan pada konservasi koleksi tumbuhan. Ciri- ciri hutan raya adalah
mempunyai koleksi tumbuhan yang banyak serta unik, mempunyai wilayah yang
luas, serta masih memiliki keindahan habitat aslinya. Hutan raya juga dapat
dikatakan sebagai hutan buatan, karena sebagian besar dibuat oleh manusia.
Kebun binatang
Kebun binatang adalah salah satu bentuk konservasi dengan memakai lingkungan
alam buatan, yang terpisah- pisah pada setiap jenis spesies. Kekurangan dari
kebun binatang adalah, hewan berada di dalam kandang yang terbatas. Selain itu,
banyak kebun binatang yang tidak dirawar dengan baik. Akibatnya banyak
binatang yang mati atau kelaparan, seperti yang terjadi di kebun binatang
bandung.
Taman Safari
Taman safari adalah upaya pelestarian flora dan fauna melalui pembuatan
lingkungan buatan. Berbeda dengan kebung binatang yang setiap spesies berada
dalam satu kandang, pada taman safari, beberapa spesies berada dalam satu
wilayah besar. Setiap wilayah terpisah oleh pagar tinggi. Pengunjung harus
memakai mobil atau kendaraan dari taman safari jika ingin mengunjungi serta
melihat jenis fauna dan flora di dalamnya Taman safari adalah salah satu cara
melestarikan lingkungan dengan metode eksitu. Taman safari memakai metode
yang jauh lebih baik daro pada kebun binatang, sehingga hewan tidak merasa
terkekang.
Tambak
Tambak dalam perikanan adalah kolam buatan, biasanya terdapat di daerah pantai
yang diisi air dan dimanfaatkan sebagai sarana budidaya perairan (akuakultur).
Hewan yang dibudidayakan adalah hewan air, terutama ikan, udang, serta kerang.
Penyebutan “tambak” ini biasanya dihubungkan dengan air payau atau air laut.
Kolam yang berisi air tawar biasanya disebut kolam saja atau empang. Tambak
merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai tempat untuk
kegiatan budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir.
Waduk
Waduk adalah sebuah tempat penampungan air raksasa yang di buat oleh
manusia. Selain itu, waduk juga sebagai penghalang aliran air sungai, sehingga
aliran menjadi meninggi dan terlihat seperti danau yang besar. Waduk juga biasa
di sebut sebagai bendungan. Waduk berfungsi sebagai salah satu penyedia air bagi
masyarakat, selain itu waduk juga di pakai sebagai bagian dari system irigasi di
sawah. Waduk dapat menjadi ekosistem baru bagi ikan- ikan air tawar
Keanekaragaman
Keanekaragaman makhluk hidup perlu dijaga supaya ekosistem menjadi
stabil. Semakin beranekaragam makhluk hidup dalam suatu ekosistem,
semakin stabil ekosistem tersebut. Flora dan fauna alami yang terdapat
di hutan perlu dilestarikan karena merupakan sumber plasma nutfah
(plasma benih). Sumber plasma nutfah dapat dimanfaatkan untuk mencari
bibit unggul bagi kepentingan kesejahteraan manusia. Upaya perlindungan
keanekaragaman hayati dapat dilakukan dengan mendirikan cagar alam,
taman nasional, hutan wisata, taman laut, hutan lindung dan kebun raya.
Untuk mencegah kepunahan makhluk hidup, kadang diperlukan
pemeliharaan untuk mengembangbiakannya, yang disebut dengan
penangkaran.
Ketergantungan
Saling kebergantungan tidak hanya terjadi antar komponen biotik. Saling
kebergantungan juga terjadi antara komponen biotik dan abiotiknya.
a. Rantai Makanan
Perpindahan materi dan energi melalui proses makan dan dimakan
dengan urutan tertentu disebut rantai makanan
Tiap tingkat dari rantai makanan disebut tingkat trofi atau taraf trofi.
Karena organisme pertama yang mampu menghasilkan zat makanan
adalah tumbuhan maka tingkat trofi pertama selalu diduduki tumbuhan
hijau atau produsen. Tingkat selanjutnya adalah tingkat trofi kedua,
terdiri atas hewan pemakan tumbuhan yang biasa disebut konsumen
primer. Hewan pemakan konsumen primer merupakan tingkat trofi
ketiga, terdiri atas hewan-hewan karnivora.
b. Jaring-Jaring Makanan
Pada hakikatnya, setiap makhluk hidup di dalam suatu ekosistem
merupakan sumber materi dan energi bagi makhluk hidup lainnya.
Suatu kenyataannya bahwa setiap jenis makhluk hidup tidak hanya
memakan satu jenis makhluk hidup lainnya.
Akibat dari semua itu maka di dalam suatu ekosistem, rantai-rantai
makanan itu akan saling berhubungan satu sama lain sedemikian rupa
sehingga membentuk seperi jaring-jaring. Itulah sebabnya disebut
jaring-jaring makanan.
Keseimbangan
1. Faktor Alam
Faktor alam banyak terpengaruh oleh bencana alam yang telah terjadi.
Beberapa bencana yang bisa menjadi pengaruh keseimbangan ekosistem
diantaranya:
Gunung meletus
Tsunami
Gempa
Banjir
Longsor
Pergeseran lempeng tektonik
Beberapa bencana alam ini kemungkinan terjadi karena ulah dari manusia sendiri,
seperti banjir dan juga longsor.
Stabilitas
Pada jangka pendek, ekosistem yang konstan berubah pada basis musiman
(sepeti gugurnya daun dan proses dekomposisi) dan berlangsung sepanjang tahun,
hal ini akan menjadi fluktuasi ekosistem yang alami pada awal pembetukannya.
Untuk jangka panjang, akan terbentuk kondisi mantap dari keseimbangan yang
dinamis. Kesulitannya dalam ekologi ialah mengisolasi kedua periode jangka
tersebut dan juga dalam mencirikan stabilitas.
Ada dua konsep stabilitas yang digunakan, yaitu stabilitas dipandang dari
jumlah jenis dalam ekosistem yang konstan, atau jumlah individu suatu jenis di
dalam suatu populasi. Konsep ini sering disebut sebagai `stabilitas tanpa
goyangan' (no-oscillation stability). Konsep yang lain ialah stabilitas dipandang
sebagai kemampuan suatu sistem dalam memelihara, atau mengembalikan
dirinya, pada kondisi orisinilnya setelah tejadi perubahan atau dampak karena
faktor eksternal. Konsep ini sering disebut sebagai `stabilitas ketahanan' (stability-
resistance). Para ahli ekologi tidak pernah membedakan kedua konsep tersebut
bahkan lebih menekankan pada istilah daya tenting (resilience) yang berkaitan
dengan kemampauan suatu sistem untuk mengatur dirt terhadap tekanan dan hal
ini sebagai property yang fundamental bagi stabilitas.
Produktivitas
Laju produksi makhluk hidup dalam ekosistem disebut sebagai produktivitas.
Produksi bagi ekosistem merupakan proses pemasukan dan penyimpanan energy
dalam ekosistem. Pemasukan energy dalam ekosistem yang dimaksud adalah
pemindahan energi cahaya menjadi energy kimia oleh produsen. Sedangkan
penyimpanan energi yang dimaksudkan adalah penggunaan energy oleh
konsumen dan mikroorganisme. Menurut Campbell (2002), terjadinya perbedaan
produktivitas pada berbagai ekosistem dalam biosfer disebabkan oleh adanya
faktor pembatas dalam setiap ekosistem. Faktor yang paling penting dalam
pembatasan produktivitas bergantung pada jenis ekosistem dan perubahan musim
dalam lingkungan.
Daur biogeokimia adalah daur ulang air dan komponen-komponen kimia (unsur
kimia) yang melibatkan peran serta dari makhluk hidup termasuk manusia dan
bebatuan/geofisik. Daur Biogeokimia memiliki peranan yang sangat penting bagi
kehidupan manusia. Yang termasuk daur biogeokimia antara lain:
Daur fospor
Daur air
Daur Belerang/Sulfur
Daur nitrogen
Siklus fosfor dalam lingkungan hidup relatif lebih sederhana bila dibandingkan
dengan siklus bahan-bahan kimia yang lain, tetapi siklus fosfor ini mempunyai
peranan yang sangat penting sebagai pembawa energi dalam bentuk ATP
(Adenosin Triphosphat).
Siklus unsur ini adalah perputaran bahan kimia yang menghasilkan endapan
seperti halnya siklus kalsium. Sebagian besar fosfor terdapat dalam batuan beku
dan bahan induk tanah sebagai senyawa apatit. fluoroapatit (Ca 10 (PO 4 ) 6 F 2 )
merupakan salah satu mineral apatit yang dikenal. Dalam lingkungan tidak
ditemukan senyawa fosfor yang berbentuk gas, pada umumnya unsur fosfor yang
terdapat di lingkungan berupa partikel-partikel padat. Di alam, unsur fosfor
banyak terdapat dalam bentuk HPO 42- atau HPO 4- , baik sebagai ion anorganik
maupun organik yang larut serta yang tidak larut. Posfor merupakan elemen
penting dalam kehidupan karena semua makhluk hidup membutuhkan posfor
dalam bentuk ATP (Adenosin Tri Fosfat), sebagai sumber energi untuk
metabolisme sel.
Posfor terdapat di alam dalam bentuk ion fosfat (PO43-). Ion Fosfat terdapat
dalam bebatuan. Adanya peristiwa erosi dan pelapukan menyebabkan fosfat
terbawa menuju sungai hingga laut membentuk sedimen. Adanya pergerakan
dasar bumi menyebabkan sedimen yang mengandung fosfat muncul ke
permukaan. Di darat tumbuhan mengambil fosfat yang terlarut dalam air tanah.
Siklus fosfor, bersifat kritis karena fosfor secara umum merupakan hara yang
terbatas dalam ekosistem. Tidak ada bentuk gas dari fosfor yang stabil, oleh
karena itu siklus fosfor adalah “endogenik”. Dalam geosfer, fosfor terdapat dalam
jumlah besar dalam mineral-mineral yang sedikit sekali larut seperti hidroksiapilit,
garam kalsium. Adapun gambar dari siklus fosfor adalah sebagai berikut.
2. Siklus Air
Air di atmosfer berada dalam bentuk uap air. Uap air berasal dari air di daratan
dan laut yang menguap karena panas cahaya matahari. Sebagian besar uap air di
atmosfer berasal dari laut karena laut mencapai tigaperempat luas permukaan
bumi. Uap air di atmosfer terkondensasi menjadi awan yang turun ke daratan dan
laut dalam bentuk hujan. Air hujan di daratan masuk ke dalam tanah membentuk
air permukaan tanah dan air tanah.
Ketika hewan atau tumbuhan mati, jasadnya akan diuraikan oleh bakteri dan
jamur pengurai dan menghasilkan bau busuk, yaitu gas hidrogen sulfida (H2S)
yang akan dilepas ke udara dan sebagian tetap ada di dalam tanah. Gas hidrogen
sulfida yang ada di udara akan bersenyawa dengan oksigen membentuk sulfur
oksida, dan yang di tanah oleh bakteri tanah akan diubah menjadi ion sulfat dan
senyawa sulfur oksida yang nanti akan diserap kembali oleh tumbuhan.
Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam
bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen
membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer
dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang
mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan
meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya
bagi kehidupan ikan dan tanaman
4. Siklus Nitrogen
Pada umumnya makhluk hidup tidak dapat mengambil langsung nitrogen yang
ada di udara. Tapi nitrogen dapat diambil pada proses fiksasi nitrogen oleh bakteri
Azotobacter dan Rhizobium.
Di alam, Nitrogen terdapat dalam bentuk senyawa organik seperti urea, protein,
dan asam nukleat atau sebagai senyawa anorganik seperti ammonia, nitrit, dan
nitrat.
Gas nitrogen ikatannya stabil dan sulit bereaksi, sehingga tidak bisa dimanfaatkan
secara langsung oleh makhluk hidup. Nitrogen dalam tubuh makhluk hidup
merupakan komponen penyusun asam amino yang akan membentuk protein.
Nitrogen bebas juga dapat bereaksi dengan hidrogen atau oksigen dengan bantuan
kilat atau petir membentuk nitrat (NO).
Beberapa jenis bakteri yang dapat menambat nitrogen terdapat pada akar legume
tumbuhan lain, misalnya Marsiella Siklus nitrogen merupakan proses
pembentukan dan penguraian nitrogen sebagai sumber protein utama di alam.
Nitrogen menjadi penyusun utama protein dan sangat diperlukan oleh tumbuhan
dan hewan dalam jumlah besar. Nitrogen diperlukan tumbuhan dalam bentuk
terikat (ikatan suatu senyawa dengan unsur lain). Nitrogen bebas dapat difiksasi
(di ikat) di dalam tanah oleh bakteri yang bersifat simbiotik dan dapat mengikat
protein jika bekerjasama dengan akar tumbuhan polong, yang mempunyai bintil
akar, rumpun tropik, dan beberapa jenis gangaang. Selain itu terdapat bakteri
dalam tanah yang dapat memikat nitrogen secara langsung, yaitu acetobacter sp
yang bersifat aerob dan clostridium sp. yang bersifat anaerob. Selain itu, terdapat
beberapa jenis spesies gangganng biru yang dapat menambat nitrogen, antara lain
nostoc sp. dan anabaena sp.
Tumbuhan memperoleh nitrogen di dalam tanah berupa amonia (NH3), ion nitrit
(NO2-), dan ion nitrat (NO3-). Dalam tanah nitrogen terdapat dalam organik tanah
di berbagai tahap pembusukan, namun belum dapat dimanfaatkan tumbuhan.
Nitrogen yang dimanfaatkan tumbuhan biasanya terikat dalam bentuk ammonium
dan (NH4+) ion nitrat (NO3-).
Amonia diperoleh dari hasil penguraian jaringan yang mati dan oleh bakteri.
Amonia ini dapat dinitrifikasi oleh bakteri nitrit, yaitu nitrosomonas dan
nitrosococcus menjadi NO2-. Selanjutnya oleh bakteri denitrifikasi, yaitu
pseudomonas denitrifikasi, nitrat diubah kembali menjadi ammonia dan ammonia
diubah kembali menjadi nitrogen yang dilepas bebas ke udara. Dengan cara ini
siklus nitrogen akan berulang dalam ekosistem.
Nitrat sangat mudah larut dalam tanah, sehinga cepat hilang karena proses
pembusukan. Taraf ketersesisaan nitrogen dalam tanah tergantung pada
banyaknya bahan organik, populasi zat-zat renik, dan tingkat pembasuhan tanah
oleh air. Dalam keadaan alami terjadi keseimbangan antara laju pertumbuhan dan
gaya-gaya yang menentukan penyediaan nitrogen dalam tanah. Proses pemanenan
menyebabkan sejumlah besar nitrogen terikat hilang akibat tanah mengalami
pembasuhan oleh gerak aliran air dan kegiatan jasad renik. Selain itu nitrogen
terikat juga hilang, karena diambil oleh bakteri pengubah nitrat menjadi nitrogen.
Hal ini menyebabkan pertanian intensif sangat tergantung pada tambahan pupuk
nitrogen.
Bakteri penghasil ion nitrit dan nitrat bersifat autotrof dan aerob, sehingga
kehidupannya dipengaruhi oleh aerosotama, suhu, dan kandungan air dalam tanah.
Sementara itu proses perubahan nitrit menjadi nitrogen bersifat.
Proses timbal balik fotosintesis dan respirasi seluler bertanggung jawab atas
perubahan dan pergerakan utama karbon. Naik turunnya CO 2 dan O 2 atsmosfer
secara musiman disebabkan oleh penurunan aktivitas fotosintetik. Dalam skala
global kembalinya CO 2 dan O 2 ke atmosfer melalui respirasi hampir
menyeimbangkan pengeluarannya melalui fotosintesis.
Akan tetapi pembakaran kayu dan bahan bakar fosil menambahkan lebih banyak
lagi CO 2 ke atmosfir. Sebagai akibatnya jumlah CO 2 di atmosfer meningkat. CO
2 dan O 2 atmosfer juga berpindah masuk ke dalam dan ke luar sistem akuatik,
dimana CO 2 dan O 2 terlibat dalam suatu keseimbangan dinamis dengan bentuk
bahan anorganik lainnya.
Sumber oksigen paling besar berasal dari proses fotosintesis yang dilakukan
tumbuhan. Tumbuhan dan manusia atau hewan adalah komponen penyusun
ekosistem yang mempengaruhi terjadinya proses atau daur oksigen di alam
semesta. Adapun daur oksigen tersebut dijelaskan seperti pada gambar di bawah
ini.
5. Aktivitas industri juga dapat bekerja saat oksigen tersedia dan membuang
CO2 ke atmosfer sebagai limbah industri.
1. Atmosfer
3. Lautan, meliputi karbon anorganik terlarut dan biota laut hayati atau
nonhayati
Pertukaran karbon antara reservoir terjadi karena proses kimia, fisika, geologi, dan
biologi yang bermacam-macam.
Karbon dioksida (rumus kimia: CO2) atau zat asam arang adalah sejenis senyawa
kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan
sebuah atom karbon. Ia berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan
standar dan hadir di atmosfer bumi. Rata-rata konsentrasi karbon dioksida di
atmosfer bumi kira-kira 387 ppm berdasarkan volume [1] walaupun jumlah ini
bisa bervariasi tergantung pada lokasi dan waktu. Karbon dioksida adalah gas
rumah kaca yang penting karena ia menyerap gelombang inframerah dengan kuat.
Rantai makanan adalah perpindahan energi makanan dari sumber daya tumbuhan
melalui seri organisme atau melalui jenjang makan. Rantai makanan merupakan
bagian dari jaring-jaring makanan, di mana rantai makanan bergerak secara linear
dari produsen ke konsumen teratas. Panjang rantai makanan ditentukan dari
seberapa banyak titik yang menghubungkan antar tingkatan trofik. Pada setiap
tahap pemindahan energi, 80%–90% energi potensial kimia hilang sebagai panas,
karena itu langkah-langkah dalam rantai makanan umumnya terbatas 4-5 langkah
saja. Dengan kata lain, semakin pendek rantai makanan semakin besar pula energi
yang tersedia pada setiap suksesi level.
Rantai makanan pertama kali diteliti oleh ilmuwan Arab Al-Jahiz pada abad ke-9,
yang lalu dipopulerkan kembali oleh Charles Sutherland Elton pada tahun 1927.
Dalam suatu ekosistem biasanya ada faktor biotik dan abiotik. Faktor-faktor biotik
dalam suatu ekosistem ada yang disebut sebagai produsen, konsumen tingkat satu,
konsumen tingkat dua konsumen tingkat tiga dan seterusnya sampai konsumen
puncak. Yang termasuk produsen disini semuanya jenis tumbuhan yang
mempunyai klorofil baik tingkat monoseluler (fitoplankton) maupun yang
polyseluler (tumbuhan tinggi). Jadi pengertian produsen disini adalah tumbuhan
yang dapat membuat zat-zat organik dari bahan-bahan anorganik dengan bantuan
energi cahaya (fotosintesis).
Konsumen tingkat satu adalah konsumen yang langsung memakan produsen yang
di sebut dengan herbivora (pemakan tumbuhan). Konsumen tingkat satu ini benar-
benar menggunakan energi kimia dari hasil fotosintesis. Hewan-hewan konsumen
tingkat satu banyak macamnya, sapi, kambing, marmut, kelinci, belalang, ulat dan
sebagainya.
Konsumen tingkat dua adalah konsumen yang memakan konsumen tingkat satu,
atau disebut pemakan daging (karnivora). Energi kimia yang ada pada konsumen
pertama ada pada otot/daging berupa protein ataupun lemak.
Demikian juga untuk konsumen tingkat tiga sampai tingkat puncak. Sehingga
kalau kita amati disini terjadilah suatu peralihan energi sesuai dengan hukum
kekekalan energi, bahwa energi tidak dapat di musnahkan tetapi berubah
bentuknya. Disini pun sama energi matahari dirubah menjadi energi kimia
(amilum/zat tepung) oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis amilum di rubah
oleh konsumen tingkat satu menjadi protein dan lemak dalam otot/daging.
Dekomposer terdiri atas bakteri, jamur (fungi), tumbuhan atau hewan yang
memakan organisme mati dan melepaskan zat-zat organik yang dihasilkan dari
organisme itu ke rantai makanan. Contohnya seekor kambing yang mati di padang
rumput mungkin akan digerogoti oleh spesies-pesies pemakan bangkai seperti
burung pemakan bangkai, gagak dan lain-lain. Zat-zat yang tidak dimakan
mengalami penguraian oleh bakteri dan jamur, sehingga bagian-bagian bangkai
yang tidak dimakan oleh burung gagak, menjadi tersedia bagi organisme-
organisme lain, misal rumput.
Demikianlah seterusnya sampai konsumen puncak. Dari aliran tersebut kalau kita
buatkan bagannya sebagai berikut:
Produsen (tumbuhan hijau) → konsumen I → konsumen II → konsumen (puncak)
→ dekomposer
Puncak tertinggi dalam tingkatan tropik ditepati oleh predator yang hampir tidak
mungkin dimakan oleh organisme lain. Posisi konsumen yang berada diantara
herbivora dan predator, dia memakan organisme lain tetapi juga mempersiapkan
diri sebagai makanan dari para predator diatasnya. Panjang tingkatan tropik dalam
rantai makanan ditentukan oleh kompleksitas suatu ekosistem, namum umumnya
banyaknya tingkatan tropik tidak jauh berbeda tiap ekosistem.
Siklus Energi
Pada siklus ini lebih ditekankan pada perputaran energi yang terjadi diantara
komponen ekosistem. Siklus energi ini diawali dari energi matahari yang
ditangkap oleh produsen, kemudian terus berputar tiada henti pada konsumen dan
semua komponen ekosistem yang. hal ini karena menurut hukum termodinamika
bahwa energi dapat berubah bentuk, tidak dapat dimusnahkan serta diciptakan.
Perubahan bentuk energi inn dikenal dengan istilah transformasi energi. Aliran
energi di alam atau ekosistem tunduk kepada hukum-hukum termodinamika
tersebut. Dengan proses
fotosintesis energi cahaya matahari ditangkap oleh tumbuhan, dan diubah menjadi
energi kimia atau makanan yang disimpan di dalam tubuh tumbuhan.
Proses aliran energi berlangsung dengan adanya proses rantai makanan.
Tumbuhan dimakan oleh herbivora, dengan demikian energi makanan dari
tumbuhan mengalir masuk ke tubuh herbivora. Herbivora dimakan oleh karnivora,
sehingga energi makanan dari herbivora masuk ke tubuh karnivora. Di alam rantai
makanan itu tidak sederhana, tetapi ada banyak, satu dengan yang lain saling
terkait atau berhubungan sehingga membentuk jaring-jaring makanan. Organisme-
organisme yang memperoleh energi makanan dari tumbuhan dengan jumlah
langkah yang sama dimasukkan ke dalam aras trofik yang sama. Makin tinggi aras
trofiknya, makin tinggi pula efisiensi
ekologinya.
Simbiosis adalah bentuk interaksi yang sangat erat dan khusus antara dua
makhluk hidup yang berlainan jenis. Makhluk hidup yang melakukan
simbiosis disebut simbion. Simbiosis dapat dibedakan menjadi beberapa
macam, diantaranya :
1. Simbiosis Mutualisme Interaksi antara dua individu ataupun populasi yang
saling menguntungkan. Misalnya, simbiosis antara jenis jamur tertentu dan
jenis alga tertentu membentuk likenes, antara bunga dengan kupukupu.
4. Netralisme adalah interaksi antara dua jenis organisme yang tidak saling
memengaruhi. Interaksi netralisme sesungguhnya jarang terjadi di alam.
Contoh : kambing vs kupu-kupu.
Daftar kemungkinan tipe interaksi biologis “On” jika organisme A dan B cukup
dekat dan berinteraksi, “Off” jika tidak terjadi interaksi.
NO Nama Interaksi ON OFF
A B A B
1 Netralisme o o o o
2 Mutualisme + + - -
3 Protokoperasi + + o o
4 Komensalisme + o - o
5 Parasitisme + - - +
6 Predasi + - - o
7 Herbivori + - - o
KAJIAN MAKALAH
Tambak merupakan ekosistem buatan berbentuk kolam berisi air payau atau air
laut di daerah pesisir yang digunakan untuk membudidayakan hewan-hewan air
payau (terutama ikan dan udang) (Wibowo, et al., 1996). Istilah “tambak” berasal
dari bahasa Jawa “nambak”, yang artinya membendung air dengan pematang
sehingga berkumpul pada suatu tempat. Istilah tambak ini digunakan untuk
menyatakan suatu empang di daerah pesisir yang berisi air payau atau air laut; ia
tidak dinamakan “kolam”, karena istilah kolam khusus digunakan bagi petakan
berpematang berisi air tawar yang terdapat di daerah daratan (inland) (Soeseno,
1987).
2. Tambak Ikan
Tambak dalam perikanan adalah kolam buatan, biasanya di daerah pantai, yang
diisi air dan dimanfaatkan sebagai sarana budidaya perairan (akuakultur).
Hewan yang dibudidayakan adalah hewan air, terutama ikan, udang, serta
kerang. Penyebutan “tambak” ini biasanya dihubungkan dengan air payau atau
air laut. Kolam yang berisi air tawar biasanya disebut kolam saja atau empang.
Kondisi dasar tambak merupakan suatu keadaan fisik dasar tambak beserta
proses yang terjadi di dalamnya baik yang menyangkut biologi, kimia, fisika
maupun ekologi yang secara langsung maupun tidak langsung ikut
berpengaruh pada kehidupan ikan maupun organisme lainnya dalam suatu
keterkaitan ekosistem perairan tambak.
Berdasarkan jenis pembuatan tambak dibagi menjadi empat macam, yaitu :
1. Ekstensif
Tambak ekstensif atau tambak tradisional merupakan jenis tambak yang paling
banyak digunakan oleh para petambak. Metode tambak ekstensif dikenal
memiliki padat tebar yang rendah, sehingga memiliki tingkat produktifitas
yang juga rendah. Walaupun begitu, tingkat perawatan yang dilakukan juga
akan semakin mudah, sehingga risiko udang terkena penyakit juga kecil.Padat
tebar tambak ekstensif umunya berkisar antara 3.000 hingga 8.000 ekor per ha,
dengan hasil panen yang didapat adalah 300 – 2.000 kg.
2. Semi Intensif
3. Intensif
Tambak intensif umumnya memiliki padat tebar yang cukup tinggi, yaitu
20.000 sampai 50.000 ekor per ha. Tambak intensif biasanya menggunakan
kolam tanah langsung, namun dapat juga menggunakan lapisan seperti
geomembrane untuk mengurangi tingkat erosi tanah. Kedalaman kolam tambak
juga dibuat lebih dari 1 meter, sehingga udang dapat bergerak bebas.Akibat
dari padat tebar yang tinggi, tambak intensif dapat menghasilkan limbah yang
lebih banyak bila dibandingkan dengan tambak ekstensif dan semi intensif,
serta dapat menimbulkan masalah bagi lingkungan sekitar.Limbah yang
dihasilkan dari budidaya tambak intensif berasal dari tumpukan pakan yang
mengandung senyawa merugikan, seperti C, N, dan P.
4. Super Intensif
Padat tebar pada tambak super intensif ditingkatkan lagi, sehingga menjadi
lebih besar bila dibandingkan dengan tambak intensif. Padat tebar yang tinggi
memungkinkan petambak mendapatkan hasil panen yang lebih besar.Namun,
pengaplikasiannya membutuhkan biaya yang cukup mahal. Demi menunjang
asupan oksigen pada tambak, anda setidaknya membutuhkan 8 unit kincir, 4
unit turbo jet serta blower berkekuatan 5,5 HP.Kedalaman kolam tambak juga
harus ditingkatkan menjadi sekitar 260 cm agar udang tidak terlalu penuh
sesak.
a. Keanekaragaman
Setiap komponen dalam suatu ekosistem saling berkaitan dan tidak dapat
dipisahkan. Ekosistem tambak akan terjadi jika setiap komponen terpenuhi.
Semisal ada komponen yang tidak ada maka besar kemungkinan bahwa ekosistem
tamba tidak akan berjalan dengan baik.
Pada saat kita memutuskan untuk membuat tambak udang, pasti lokasi
yang akan dipilih adalah daerah di dekat bibir pantai, atau setidaknya adalah
tempat yang berdekatan dengan laut. Seperti kita tahu bahwa tanaman bakau
adalah tanaman khas yang hanya tumbuh pada perairan dangkal yang berbatasan
langsung dengan laut. Karena itu saat kita memutuskan untuk menjadi petambak
udang, maka kadang secara langsung maupun tidak langsung kita akan
bersinggungan dengan tanaman bakau tersebut.
Secara kasat mata ada yang mengatakan bahwa hubungan antara luas
hutan bakau berbanding lurus dengan persentase keberhasilan panen udang. Jadi,
jika luas Hutan bakau tersebut sangat luas dan jarak antar pohon bakau tersebut
juga sangat dekat, maka kemungkinan besar panen udang kita juga tinggi, hal ini
kurang lebih karena pengaruh dari serangan bibit penyakit yang sangat rendah.
Tetapi jika luas lahan hutan bakau berkurang dengan drastis atau bahkan hilang
sama sekali, maka hasil panen udang juga akan merosot tajam, karena biasanya
serangan dari bibit penyakit juga akan sangat ganas, menyerang udang yang kita
budidayakan.
Selain dari akar tanaman bakau, masih ada jenis kerang-kerangan yang
hidup di daerah perakaran tanaman bakau yang juga dapat menahan bibit penyakit
dan juga dapat menahan berbagai zat berbahaya, agar tidak sampai menyerang
dan mencemari tambak budidaya udang. Jadi sebenarnya kita mendapat penyaring
ganda dengan adanya hutan bakau di sekitar tambak kita.
c. Stabilitas
d. Keseimbangan
e. Manfaat
Sebagai tempat hidup ikan atau habitat buatan bagi mahluk hidup yang
hendak dibudidayakan. Selain itu, tambak juga berfungsi sebagai wadah ataupun
tempat tumbuhnya berbagai makanan alamiah yakni plankton, klekap dan lain-
lain. Selain itu, tambak juga sevara tidak langsung menjadi tempat hewan lainnya
untuk mencari makanan. Sebut saja burung-burung air dan masih banyak lagi
lainnya.
Menurut Noggle dan Frizt (1983) fungsi air bagi tanaman yaitu : (1)
sebagai senyawa utama pembentuk protoplasma, (2) sebagai senyawa pelarut bagi
masuknya mineral-mineral dari larutan tanah ke tanaman dan sebagai pelarut
mineral nutrisi yang akan diangkut dari satu bagian sel ke bagian sel lain, (3)
sebagai media terjadinya reaksi-reaksi metabolik, (4) sebagai rektan pada
sejumlah reaksi metabolisme seperti siklus asam trikarboksilat, (5)mengatur
mekanisme gerakan tanaman seperti membuka dan menutupnya stomata,
membuka dan menutupnya bunga serta melipatnya daun-daun tanaman tertentu,
(6) berperan dalam perpanjangan sel, (7) sebagai bahan metabolisme dan produk
akhir respirasi, serta (8) digunakan dalam proses respirasi.
Air diserap melalui akar oleh tanaman melewati dinding sel dan akan melalui
xylem untuk diangkut ke daun sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk
fotosíntesis.
II. Siklus Mineral
Tanaman membutuhkan banyak elemen untuk membangun diri dan
fungsiannya. Untuk itu mereka membutuhkan karbon (C) dari udara dalam bentuk
CO2, hidrogen (H) dan Oksigen (O) dari air (H2O). Oksigen juga di absorbsi dari
udara yang terkonsentrasi sebagai O2 yang hampir 20%. Selain itu tanaman juga
membutuhkan elemen lainnya seperti mineral yang biasanya diserap oleh akar dan
beberapa diserap oleh daunan.
Mineral yang dibutuhkan oleh tanaman secara alami dibagi menjadi 2 kelompok.
Kelompok pertama, disebut makroelemen (mineral yang dibutuhkan dalam
jumlah banyak), terdiri dari nitrogen (N), fosfor (P), potassium (K), kalsium (Ca),
sulfur (S), magnesium (Mg), dan besi (Fe). Kelompok mineral yang kedua
dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit oleh karena itu disebut mikroelemen.
Kelompok ini diantaranya : molybdenum (Mo), tembaga (Cu), seng (Zn), boron
(B), klorin (Cl), sodium (Na), silikon (Si), kobalt (Co), dan mangan (Mn).
Alumunium (Al), galium (Ga), selenium (Se), vandium (V), nikel (ni), dan
mineral lain
Selain itu mineral dapat melakukan tiga fungsi bagi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan, yaitu fungsi elektro kimia, strukur dan katalis. Peranan
elektrokimia meliputi proses penyeimbangan konsentrasi ion, stabilisasi
makromolekul, stabilisasi koloida dan netralisasi muatan. Peranan struktur
dilakukan oleh mineral dalam keterlibatannya pada struktur kimia molekul biologi
atau fungsi dalam membentuk polimer strutur, misal kalsium dalam pektin. Dalam
fungsinya sebagai katalis, mineral terlibat dalam bagian aktif (active site) suatu
enzim. Mineral-mineral yang termasuk dalam kelompok makro (makronutrien)
memiliki ketiga peranan tersebut diatas, sedangkan kelompok unsur mikro
(mikronutrien) hanya mendukung fungsi katalis.
Pengambilan mineral pada tanaman terjadi secara difusi dan osmosis,
dengan mengikuti aliran air atau berdasarkan perpindahan anion (negatif berubah
menjadi ion) dan kation untuk menjaga keseimbangan dalam sel (Donnan
Equilibrium). Tetapi, kebanyakan uptake dilakukan secara aktif (disebut uptake
aktif) yang mengakibatkan pengeluaran energi. Energi yang dibutuhkan untuk
uptake aktif berasal dari respirasi. Oleh karena itu proses ini memerlukan oksigen
dan dipengaruhi oleh suhu. Studi tentang nutrisi dan ekologi menunjukkan bahwa
anggrek memperoleh mineral melalui mikoriza pada mereka dan secara langsung
dari substrat dimana mereka tumbuh.
III. Fiksasi Karbon
Karbon terdapat secara alami di atmodfer bumi dalam bentuk karbon
dioksida. Karbon dioksida terbentuk dari hasil respirasi makhluk hidup,
pembakaran minyek bumi dan sebagainya. Bumi kita memiliki jumlah karbon
dioksida (CO2) di udara yang semakin banyak tiap tahunnya dan mengakibatkan
efek rumah kaca. Bagi tanaman, CO2 sangat penting untuk proses fotosintesis.
Proses fotosintesis adalah proses pengolahan bahan dari luar tanaman seperti air,
CO2, nutrisi, yang akan digunakan untuk kebutuhan hidup, memperbaiki
kerusakan sel, dan sebagai sumber energi serta untuk membentuk cadangan
makanan bagi tanaman
Tanaman menyerap karbon dioksida dari udara melalui stomata daun. Air
diserap dari tanah melalui akar, kemudian transportasinya melalui xylem untuk
proses fotosintesisnya. Fotosintesis dalam tumbuhan tingkat tinggi dapat terjadi
melalui 3 jalur yaitu C3, C4 dan CAM. Anggrek merupakan tanaman dengan
diversitas yang sangat tinggi sehingga pada tanaman anggrek fotosintesisnya juga
melalui ketiga jalur tersebut diatas.
Jalur C3 terjadi pada tanaman subtropis, bergantung pada suhu, tanpa
mekanisme penumpukkan CO2. Contoh spesies jalur ini diantaranya : P.
barbatum, Eulophia keithii, Tainia penangiana. Jalur ini sering juga disebut Siklus
Calvin atau reaksi gelap yang merupakan reaksi lanjutan dari reaksi terang dalam
fotosintesis. Reaksi gelap adalah reaksi pembentukan gula dari CO2 yang terjadi
di stroma.
Jalur C4 terjadi pada tanaman tropis, prosesnya membutuhkan intensitas
cahaya tinggi, dengan mekanisme penumpukkan konsentrasi CO2. Contoh spesies
anggrek jalur ini adalah Arundina graminifolia, Araghnis Maggie Oei.
Jalur CAM terjadi pada tumbuhan yang tumbuh di daerah kering, CO2 difiksasi
dalam keadaan gelap dengan mekanisme penumpukkan CO2. Contoh spesies
anggrek jalur ini adalah Vanillea, Thuria marshaliana.