Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

EKOSISTEM TAMBAK

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pertanian Umum Tujuan
Memahami Ekosistem Tambak

Oleh :

Mochamad Amiruddin Salaf (191710201058)

Heriansa Maulana (191710201101)

Brahmaputra Setyo W (191710201059)

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam budidaya perairan kita mengenal tambak yang biasa dihubungkan


dengan air payau atau air laut. Tambak merupakan lahan basah buatan berbentuk
kolam berisi air payau atau air laut di daerah pesisir yang digunakan untuk
membudidayakan hewan-hewan air payau (terutama ikan dan udang). Tambak
merupakan buatan manusia yang digunakan untuk budidaya berbagai ikan dan
udang.
Wilayah pesisir menyediakan berbagai sumber daya dan jasa yang digunakan
manusia untuk kegiatan perikanan tangkap, perikanan budidaya, pertanian,
pemukiman, parawisata, industri dan pelabuhan. Kegiatan perikanan budidaya di
tambak merupakan kegiatan yang memanfaatkan dan mengelola wilayah pesisir
untuk memelihara ikan dan udang, tambak dibentuk dengan cara menggali areal
pantai sehingga terbentuk kolam dan diberi saluran untuk memasukkan air dan
mengeluarkan air pada saat pasang surut.Di satu sisi, pengembangan budidaya
tambak untuk meningkatkan produksi perikanan adalah pilihan yang tepat pada
saat kegiatan perikanan tangkap cenderung menurun produksinya akibat
eksploitasi yang berlebihan. Sehingga mengangu kehidupan ekosistem yang ada
ditambak.

1.2. Tujuan

Berikut ini merupakan tujuan yang akan dicapai pada makalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa itu ekosistem tambak


2. Mengidentifikasi prinsip-prinsip ekosistem tambak
3. Mengidentifikasi siklus beogeokimia pada ekosistem tambak
4. Mengidentifikasi ikatan rantai makanan dan rantai energi pada
ekosistem tambak
5. Mengidentifikasi interaksi pada ekosistem tambak

1.3. Manfaat
Manfaat dari makalah/laporan ini ialah menambah pengetahuan bagi
pembaca dan penulis, yang nantinya diharapkan dapat mengembangkan
ilmu pengetahuan dan mampu mengatasi, memecah dan mencegah
masalah yang ada dalam laporan ini.

Berdasarkan tujuan di atas, manfaat dari makalah Ekosistem Tambak ini


adalah sebagai berikut :

1. Memberikan pemahaman kepada penulis dan pembaca tentang ekosistem


tambak
2. Memberikan pemahaman tentang prinsip ekosistem tambak
3. Memberikan pemahamam siklus beogeokimia pada ekosistem tambak
4. Memberikan pemahaman ikatan rantai makanan dan rantai energi pada
ekosistem tambak
5. Memberikan pemahaman bagaimana interaksi pada ekosistem tambak
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ekosistem Alami dan Buatan

Ekosistem menurut KBBI berarti komunitas organik yang terdiri atas


tumbuhan dan hewan, bersama habitatnya.Sedangkan menurut istilah, ekosistem
merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang melibatkan interaksi
timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik sehingga aliran energi menuju
kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu siklus materi antara
organisme dan anorganisme.

Ekosistem secara umum terbagi menjadi dua, yaitu ekosistem alami dan
ekosistem buatan.

1. Ekosistem Alami

Ekosistem alami adalah ekosistem yang dibuat langsung oleh alam. Ekosistem
alami, bertugas menjaga keseimbangan ekosistem. Sehingga jika ada satu
ekosistem yang rusak, maka keseimbangan lingkungan akan terganggu. Ekosistem
alami terbagi lagi menjadi dua, yaitu ekosistem darat dan ekosistem laut.

A. Ekosistem Darat

 Sabana
Sabana dari daerah tropik terdapat di wilayah dengan curah hujan 40 – 60
inci per tahun, tetapi temepratur dan kelembaban masih tergantung musim.
Sabana yang terluas di dunia terdapat di Afrika; namun di Australia juga
terdapat sabana yang luas. Hewan yang hidup di sabana antara lain serangga
dan mamalia seperti zebra, singa, dan hyena.
 Padang Rumput
Padang rumput terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke
subtropik. Ciri-ciri padang rumput adalah curah hujan kurang lebih 25-30
cm per tahun, hujan turun tidak teratur, porositas (peresapan air) tinggi, dan
drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna
(herbs) dan rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya
antara lain: bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru,
serangga, tikus dan ular.

 Gurun
Gurun terdapat di daerah tropik yang berbatasan dengan padang rumput.
Ciri-ciri ekosistem gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25
cm/tahun). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar.
Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di
gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya
kaktus, atau tak berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan
untuk menyimpan air. Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia,
semut, ular, kadal, katak, kalajengking, dan beberapa hewan nokturnal lain.

 Hutan Hujan Tropis


Hutan hujan tropis terdapat di daerah tropik dan subtropik. Ciri-cirinya
adalah curah hujan 200-225 cm per tahun. Spesies pepohonan relatif
banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak
geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon
tinggi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan
basah terjadi perubahan iklim mikro, yaitu iklim yang langsung terdapat di
sekitar organisme. Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari, variasi
suhu dan kelembapan tinggi, suhu sepanjang hari sekitar 25 °C. Dalam hutan
hujan tropis sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan) dan anggrek
sebagai epifit. Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan,
harimau, dan burung hantu.
 Hutan Gugur
Hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang yang memiliki emapt musim,
ciri-cirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Jenis pohon sedikit
(10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat. Hewan yang terdapat di hutam gugur
antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakun (sebangsa
luwak).

 Taiga
Taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah
tropik, ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga
merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus, dan
sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali, sedangkan hewannya
antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi
ke selatan pada musim gugur.

 Tundra
Tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub
utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman
di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah
sphagnum, liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan perdu, dan rumput
alangalang. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan
yang dingin.

 Gua
Karst berawal dari nama kawasan batu gamping di wilayah Yugoslavia.
Kawasan karst di Indonesia rata-rata mempunyai ciri-ciri yang hampir sama
yaitu, tanahnya kurang subur untuk pertanian, sensitif terhadap erosi, mudah
longsor, bersifat rentan dengan pori-pori aerasi yang rendah, gaya
permeabilitas yang lamban dan didominasi oleh pori-pori mikro. Ekosistem
karst mengalami keunikan tersendiri, dengan keragaman aspek biotis yang
tidak dijumpai di ekosistem lain.

B. Ekosistem air
 Ekosistem Air Tawar
Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok,
penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam
tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan
biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang
hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.

 Ekosistem Air Laut


Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi
dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya
tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25 °C.
Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi, sehingga terdapat batas antara
lapisan air yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah
yang disebut daerah termoklin.

 Ekosistem Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari
sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam.
Ekosistem estuari memiliki produktivitas yang tinggi dan kaya akan nutrisi.
Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam,
ganggang, dan fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai
cacing, kerang, kepiting, dan ikan.

 Ekosistem Pantai

Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir


adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae yang tahan terhadap hempasan
gelombang dan angin. Tumbuhan yang hidup di ekosistem ini menjalar dan
berdaun tebal.

 Ekosistem Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai dingin
dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan
gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air bervariasi
sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.

 Ekosistem Terumbu Karang


Ekosistem ini terdiri dari coral yang berada dekat pantai. Efisiensi
ekosistem ini sangat tinggi. Hewan-hewan yang hidup di karang memakan
organisme mikroskopis dan sisa organik lain. Berbagai invertebrata, mikro
organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan ganggang. Herbivora
seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi gurita, bintang laut, dan
ikan karnivora. Kehadiran terumbu karang di dekat pantai membuat pantai
memiliki pasir putih.

 Ekosistem Laut Dalam


Kedalamannya lebih dari 6.000 m. Biasanya terdapat lele laut dan ikan laut
yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen terdapat bakteri yang
bersimbiosis dengan karang tertentu.

 Ekosistem Lamun
Lamun atau seagrass adalah satu-satunya kelompok tumbuh-tumbuhan
berbunga yang hidup di lingkungan laut. Tumbuh-tumbuhan ini hidup di
habitat perairan pantai yang dangkal. Seperti halnya rumput di darat,
mereka mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai-tangkai yang
merayap yang efektif untuk berbiak. Berbeda dengan tumbuh-tumbuhan
laut lainnya (alga dan rumput laut), lamun berbunga, berbuah dan menghasilkan
biji. Mereka juga mempunyai akar dan sistem internal untuk
mengangkut gas dan zat-zat hara. Sebagai sumber daya hayati, lamun
banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan.
2. Ekosistem Buatan

Ekosistem buatan adalah ekosistem yang dibuat oleh manusia. Fungsi


ekosistem buatan adalah menjaga ekosistem alami tetap seimbang. Selain itu,
ekosistem buatan dibuat untuk melestarikan hewan atau tumbuhan yang ada
terancam punah, sehingga tidak ada lagi makhluk hidup yang punah di bumi.
ekosistem buatan adalah salah satu cara untuk melestarikan keanekaragaman
hayati. Contoh ekosistem buatan antara lain:

 Suaka marga satwa

Suaka marga satwa adalah upaya perlindungan pada ekosistem yang dinilai
memiliki keunikan. Keunikan itu juga berisi berbagai macam jenis flora dan fauna
yang harus dilindungi. Suaka marga satwa dibuat oleh manusia langsung di alam.
Taman hutan raya adalah taman hutan yang sebagian masih habitat asli, dan
sebagian telah di perbarui dengan lingkungan buatan. Taman hutan raya
mengkhususkan pada konservasi koleksi tumbuhan. Ciri- ciri hutan raya adalah
mempunyai koleksi tumbuhan yang banyak serta unik, mempunyai wilayah yang
luas, serta masih memiliki keindahan habitat aslinya. Hutan raya juga dapat
dikatakan sebagai hutan buatan, karena sebagian besar dibuat oleh manusia.

 Kebun binatang

Kebun binatang adalah salah satu bentuk konservasi dengan memakai lingkungan
alam buatan, yang terpisah- pisah pada setiap jenis spesies. Kekurangan dari
kebun binatang adalah, hewan berada di dalam kandang yang terbatas. Selain itu,
banyak kebun binatang yang tidak dirawar dengan baik. Akibatnya banyak
binatang yang mati atau kelaparan, seperti yang terjadi di kebun binatang
bandung.

 Taman Safari
Taman safari adalah upaya pelestarian flora dan fauna melalui pembuatan
lingkungan buatan. Berbeda dengan kebung binatang yang setiap spesies berada
dalam satu kandang, pada taman safari, beberapa spesies berada dalam satu
wilayah besar. Setiap wilayah terpisah oleh pagar tinggi. Pengunjung harus
memakai mobil atau kendaraan dari taman safari jika ingin mengunjungi serta
melihat jenis fauna dan flora di dalamnya Taman safari adalah salah satu cara
melestarikan lingkungan dengan metode eksitu. Taman safari memakai metode
yang jauh lebih baik daro pada kebun binatang, sehingga hewan tidak merasa
terkekang.

 Tambak

Tambak dalam perikanan adalah kolam buatan, biasanya terdapat di daerah pantai
yang diisi air dan dimanfaatkan sebagai sarana budidaya perairan (akuakultur).
Hewan yang dibudidayakan adalah hewan air, terutama ikan, udang, serta kerang.
Penyebutan “tambak” ini biasanya dihubungkan dengan air payau atau air laut.
Kolam yang berisi air tawar biasanya disebut kolam saja atau empang. Tambak
merupakan salah satu jenis habitat yang dipergunakan sebagai tempat untuk
kegiatan budidaya air payau yang berlokasi di daerah pesisir.

 Waduk

Waduk adalah sebuah tempat penampungan air raksasa yang di buat oleh
manusia. Selain itu, waduk juga sebagai penghalang aliran air sungai, sehingga
aliran menjadi meninggi dan terlihat seperti danau yang besar. Waduk juga biasa
di sebut sebagai bendungan. Waduk berfungsi sebagai salah satu penyedia air bagi
masyarakat, selain itu waduk juga di pakai sebagai bagian dari system irigasi di
sawah. Waduk dapat menjadi ekosistem baru bagi ikan- ikan air tawar

2.2. Prinsip Ekosistem

Ekosistem harus mempunyai beberapa ketentuan untuk dapat membentuk


interkasi organisme dengan lingkungannya seperti antara komponen biotik dan
komponen abiotik, komponen biotik dan komponen biotik, serta komponen
abiotik dan komponen abiotik. Prinsip ekosistem sebagai berikut :
1) Keanekaragaman
2) Saling keterkaitan dan ketergantungan
3) Keteraturan dan keseimbangan yang dinamis
4) Harmonisasi dan stabilitas
5) Manfaat dan produktivitas

 Keanekaragaman
Keanekaragaman makhluk hidup perlu dijaga supaya ekosistem menjadi
stabil. Semakin beranekaragam makhluk hidup dalam suatu ekosistem,
semakin stabil ekosistem tersebut. Flora dan fauna alami yang terdapat
di hutan perlu dilestarikan karena merupakan sumber plasma nutfah
(plasma benih). Sumber plasma nutfah dapat dimanfaatkan untuk mencari
bibit unggul bagi kepentingan kesejahteraan manusia. Upaya perlindungan
keanekaragaman hayati dapat dilakukan dengan mendirikan cagar alam,
taman nasional, hutan wisata, taman laut, hutan lindung dan kebun raya.
Untuk mencegah kepunahan makhluk hidup, kadang diperlukan
pemeliharaan untuk mengembangbiakannya, yang disebut dengan
penangkaran.

 Ketergantungan
Saling kebergantungan tidak hanya terjadi antar komponen biotik. Saling
kebergantungan juga terjadi antara komponen biotik dan abiotiknya.

1. Saling Kebergantungan Antarkomponen Biotik

a. Rantai Makanan
Perpindahan materi dan energi melalui proses makan dan dimakan
dengan urutan tertentu disebut rantai makanan
Tiap tingkat dari rantai makanan disebut tingkat trofi atau taraf trofi.
Karena organisme pertama yang mampu menghasilkan zat makanan
adalah tumbuhan maka tingkat trofi pertama selalu diduduki tumbuhan
hijau atau produsen. Tingkat selanjutnya adalah tingkat trofi kedua,
terdiri atas hewan pemakan tumbuhan yang biasa disebut konsumen
primer. Hewan pemakan konsumen primer merupakan tingkat trofi
ketiga, terdiri atas hewan-hewan karnivora.

b. Jaring-Jaring Makanan
Pada hakikatnya, setiap makhluk hidup di dalam suatu ekosistem
merupakan sumber materi dan energi bagi makhluk hidup lainnya.
Suatu kenyataannya bahwa setiap jenis makhluk hidup tidak hanya
memakan satu jenis makhluk hidup lainnya.
Akibat dari semua itu maka di dalam suatu ekosistem, rantai-rantai
makanan itu akan saling berhubungan satu sama lain sedemikian rupa
sehingga membentuk seperi jaring-jaring. Itulah sebabnya disebut
jaring-jaring makanan.

2.Saling Kebergantungan Antara Komponen Biotik dan Abiotik

Saling kebergantungan di antara komponen yang ada dalam ekosistem,


baik antara komponen biotik dan abiotik contohnya dapat dilihat pada
siklus karbon. Siklus karbon tidak akan berjalan dengan baik apabila
tidak ada tumbuhan, hewan, pengurai, air dan tanah.

 Keseimbangan

Keseimbangan dalam ekosistem merupakan kemampuan ekosistem untuk


menahan berbagai perubahan dalam sistem secara keseluruhan. Semua kelas
organisasi kehidupan pada ekosistem saling hubungan timbal balik membentuk
kehidupan harmonis dan seimbang. Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan
Ekosistem. Perubahan di ekosistem terpegaruh oleh beberapa faktor sehingga
akan mengganggu kondisi homeostasisnya. Faktor pengganggu pada
keseimbangan ekosistem mencakup faktor alam serta faktor perilaku manusia.
Berikut contoh faktor yang menganggu kesimbangan ekosistem, antara lain:

1. Faktor Alam

Faktor alam banyak terpengaruh oleh bencana alam yang telah terjadi.
Beberapa bencana yang bisa menjadi pengaruh keseimbangan ekosistem
diantaranya:

 Gunung meletus
 Tsunami
 Gempa
 Banjir
 Longsor
 Pergeseran lempeng tektonik

Beberapa bencana alam ini kemungkinan terjadi karena ulah dari manusia sendiri,
seperti banjir dan juga longsor.

2. Faktor Perilaku Manusia

Perilaku manusia yang tak bertanggungjawab bisa merusak keseimbangan


ekosistem, baik dalam ekosistem alami ataupun ekosistem buatan. Dengan
pertumbuhan penduduk sangat pesat, manusia menjadi semakin banyak
mengeksploitasi alam secara berlebihan guna memenuhi segala kebutuhan
hidupnya. Sejumlah perilaku manusia yang dapat mengganggu keseimbangan
ekosistem diantaranya:

1. Penebangan Liar. Berpotensi sebagai penyebab longsor serta banjir, selain


itu penebangan liar membuat habitat hewan menjadi rusak.
2. Pencemaran. Dampaknya dari pencemaran udara adalah menipisnya
lapisan ozon sebagai pelindung Bumi (pemanasan global).
3. Penggunaan pupuk anorganik & pestisida. Pemakaian pupuk anorganik
dan pestisida bisa mengikis kesuburan pada tanah sehingga tanah menjadi
rusak dan membunuh organisme ekosistem sawah.
4. Pembuangan limbah sembarangan. Semua limbah jika tak diolah dan
langsung dibuang maka menimbulkan masalah lingkungan yang berakibat
bagi kesehatan manusia.

 Stabilitas

Pada jangka pendek, ekosistem yang konstan berubah pada basis musiman
(sepeti gugurnya daun dan proses dekomposisi) dan berlangsung sepanjang tahun,
hal ini akan menjadi fluktuasi ekosistem yang alami pada awal pembetukannya.
Untuk jangka panjang, akan terbentuk kondisi mantap dari keseimbangan yang
dinamis. Kesulitannya dalam ekologi ialah mengisolasi kedua periode jangka
tersebut dan juga dalam mencirikan stabilitas.
Ada dua konsep stabilitas yang digunakan, yaitu stabilitas dipandang dari
jumlah jenis dalam ekosistem yang konstan, atau jumlah individu suatu jenis di
dalam suatu populasi. Konsep ini sering disebut sebagai `stabilitas tanpa
goyangan' (no-oscillation stability). Konsep yang lain ialah stabilitas dipandang
sebagai kemampuan suatu sistem dalam memelihara, atau mengembalikan
dirinya, pada kondisi orisinilnya setelah tejadi perubahan atau dampak karena
faktor eksternal. Konsep ini sering disebut sebagai `stabilitas ketahanan' (stability-
resistance). Para ahli ekologi tidak pernah membedakan kedua konsep tersebut
bahkan lebih menekankan pada istilah daya tenting (resilience) yang berkaitan
dengan kemampauan suatu sistem untuk mengatur dirt terhadap tekanan dan hal
ini sebagai property yang fundamental bagi stabilitas.

 Produktivitas
Laju produksi makhluk hidup dalam ekosistem disebut sebagai produktivitas.
Produksi bagi ekosistem merupakan proses pemasukan dan penyimpanan energy
dalam ekosistem. Pemasukan energy dalam ekosistem yang dimaksud adalah
pemindahan energi cahaya menjadi energy kimia oleh produsen. Sedangkan
penyimpanan energi yang dimaksudkan adalah penggunaan energy oleh
konsumen dan mikroorganisme. Menurut Campbell (2002), terjadinya perbedaan
produktivitas pada berbagai ekosistem dalam biosfer disebabkan oleh adanya
faktor pembatas dalam setiap ekosistem. Faktor yang paling penting dalam
pembatasan produktivitas bergantung pada jenis ekosistem dan perubahan musim
dalam lingkungan.

2.3. Siklus Beogeokimia

Daur biogeokimia adalah daur ulang air dan komponen-komponen kimia (unsur
kimia) yang melibatkan peran serta dari makhluk hidup termasuk manusia dan
bebatuan/geofisik. Daur Biogeokimia memiliki peranan yang sangat penting bagi
kehidupan manusia. Yang termasuk daur biogeokimia antara lain:

 Daur fospor

 Daur air

 Daur Belerang/Sulfur

 Daur nitrogen

 Daur Karbon dan oksigen


1. Siklus Fospor

Siklus fosfor dalam lingkungan hidup relatif lebih sederhana bila dibandingkan
dengan siklus bahan-bahan kimia yang lain, tetapi siklus fosfor ini mempunyai
peranan yang sangat penting sebagai pembawa energi dalam bentuk ATP
(Adenosin Triphosphat).

Siklus unsur ini adalah perputaran bahan kimia yang menghasilkan endapan
seperti halnya siklus kalsium. Sebagian besar fosfor terdapat dalam batuan beku
dan bahan induk tanah sebagai senyawa apatit. fluoroapatit (Ca 10 (PO 4 ) 6 F 2 )
merupakan salah satu mineral apatit yang dikenal. Dalam lingkungan tidak
ditemukan senyawa fosfor yang berbentuk gas, pada umumnya unsur fosfor yang
terdapat di lingkungan berupa partikel-partikel padat. Di alam, unsur fosfor
banyak terdapat dalam bentuk HPO 42- atau HPO 4- , baik sebagai ion anorganik
maupun organik yang larut serta yang tidak larut. Posfor merupakan elemen
penting dalam kehidupan karena semua makhluk hidup membutuhkan posfor
dalam bentuk ATP (Adenosin Tri Fosfat), sebagai sumber energi untuk
metabolisme sel.

 Sangat dibutuhkan untuk membentuk asam nukleat, protein, ATP

 Fosfor tidak mengalami fase gan

 Batuan yang mengandung fosfat → pelapukan → fosfat terbawa ke laut


→terbentuk sedimen

 Bakteri dan jamur → mengurai materi anorganik di tanah → fosfor →


dipakai tumbuhan

 Fosfat di tanah → digunakan tumbuhan → dimakan herbivor → dimakan


karnivor → fosfat keluar melalui urin dan feses.

Posfor terdapat di alam dalam bentuk ion fosfat (PO43-). Ion Fosfat terdapat
dalam bebatuan. Adanya peristiwa erosi dan pelapukan menyebabkan fosfat
terbawa menuju sungai hingga laut membentuk sedimen. Adanya pergerakan
dasar bumi menyebabkan sedimen yang mengandung fosfat muncul ke
permukaan. Di darat tumbuhan mengambil fosfat yang terlarut dalam air tanah.

Siklus fosfor, bersifat kritis karena fosfor secara umum merupakan hara yang
terbatas dalam ekosistem. Tidak ada bentuk gas dari fosfor yang stabil, oleh
karena itu siklus fosfor adalah “endogenik”. Dalam geosfer, fosfor terdapat dalam
jumlah besar dalam mineral-mineral yang sedikit sekali larut seperti hidroksiapilit,
garam kalsium. Adapun gambar dari siklus fosfor adalah sebagai berikut.

Fosfor terlarut dari mineral-mineral fosfat dan sumber-sumber lainnya, seperti


pupuk fosfat, diserap oleh tanaman dan tergabung dalam asam nukleat yang
menyusun material genetic dalam organisme. Mineralisasi dari biomassa oleh
pembusukan/penguraian mikroba mengembalikan fosfor kepada larutan garamnya
yang kemudian dapat mengendap sebagai bahan mineral. Sejumlah besar dari
mineral-mineral fosfat digunakan sebagai bahan pupuk, industry kimia, dan “food
additives”. Fosfor merupakan salah satu komponen dari senyawa-senyawa sangat
toksik, terutama insektisida organofosfat.

2. Siklus Air

Air di atmosfer berada dalam bentuk uap air. Uap air berasal dari air di daratan
dan laut yang menguap karena panas cahaya matahari. Sebagian besar uap air di
atmosfer berasal dari laut karena laut mencapai tigaperempat luas permukaan
bumi. Uap air di atmosfer terkondensasi menjadi awan yang turun ke daratan dan
laut dalam bentuk hujan. Air hujan di daratan masuk ke dalam tanah membentuk
air permukaan tanah dan air tanah.

3. Siklus Belerang (sulfur)

Belerang dalam tubuh organisme merupakan unsur penyusun protein. Di alam,


sulfur (belerang) terkandung dalam tanah dalam bentuk mineral tanah dan di
udara dalam bentuk SO atau gas sulfur dioksida. Ketika gas sulfur dioksida yang
berada di udara bersenyawa dengan oksigen dan air, akan membentuk asam sulfat
yang ketika jatuh ke tanah akan menjadi bentuk ion-ion sulfat (SO4 2- ).
Kemudian ion-ion sulfat tadi akan diserap oleh tumbuhan untuk menyusun protein
dalam tubuhnya. Ketika manusia atau hewan memakan tumbuhan, maka akan
terjadi perpindahan unsur belerang dari tumbuhan ke tubuh hewan atau manusia.

Ketika hewan atau tumbuhan mati, jasadnya akan diuraikan oleh bakteri dan
jamur pengurai dan menghasilkan bau busuk, yaitu gas hidrogen sulfida (H2S)
yang akan dilepas ke udara dan sebagian tetap ada di dalam tanah. Gas hidrogen
sulfida yang ada di udara akan bersenyawa dengan oksigen membentuk sulfur
oksida, dan yang di tanah oleh bakteri tanah akan diubah menjadi ion sulfat dan
senyawa sulfur oksida yang nanti akan diserap kembali oleh tumbuhan.

Siklus belerang relative kompleks dimana melibatkan berbagai macam gas,


mineral-mineral yang sukar larut dan beberapa sepsis lainnya dalam larutan.
Siklus ini berkaitan dengan siklus oksigen dimana belerang bergabung dengan
oksigen membentuk gas belerang oksida, SO2, sebagai bahan pencemar air.
Diantara spesi-spesi yang secara siknifikan terlihat dalam siklus belerang adalah
gas hydrogen sulfide H2S; mineral-mineral sulfide seperti PbS; asam sulfat
H2SO4; belerang oksida, SO2 komponen utama dari hujan asam; dan belerang
yang terikat dalam protein. Hujan asam didefinisikan sebagai segala macam hujan
dengan pH di bawah 5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah
6) karena karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki
bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena
membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan
binatang.

Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam
bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen
membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer
dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang
mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan
meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya
bagi kehidupan ikan dan tanaman

4. Siklus Nitrogen

Pada umumnya makhluk hidup tidak dapat mengambil langsung nitrogen yang
ada di udara. Tapi nitrogen dapat diambil pada proses fiksasi nitrogen oleh bakteri
Azotobacter dan Rhizobium.

 Nitritasi : proses pengubahan amonia menjadi ion nitrit oleh Nitromonas


dan Nitrococcus

 Nitratasi: proses pengubahan nitrit menjadi nitrat oleh Nitrobacter

 Denitrifikasi: proses pemecahan senyawa HNO3 menjadi gas N2 oleh


Pseudomonas denitrificans dan Thiobacillus denitrificans

Di alam, Nitrogen terdapat dalam bentuk senyawa organik seperti urea, protein,
dan asam nukleat atau sebagai senyawa anorganik seperti ammonia, nitrit, dan
nitrat.

Gas nitrogen ikatannya stabil dan sulit bereaksi, sehingga tidak bisa dimanfaatkan
secara langsung oleh makhluk hidup. Nitrogen dalam tubuh makhluk hidup
merupakan komponen penyusun asam amino yang akan membentuk protein.
Nitrogen bebas juga dapat bereaksi dengan hidrogen atau oksigen dengan bantuan
kilat atau petir membentuk nitrat (NO).

Beberapa jenis bakteri yang dapat menambat nitrogen terdapat pada akar legume
tumbuhan lain, misalnya Marsiella Siklus nitrogen merupakan proses
pembentukan dan penguraian nitrogen sebagai sumber protein utama di alam.
Nitrogen menjadi penyusun utama protein dan sangat diperlukan oleh tumbuhan
dan hewan dalam jumlah besar. Nitrogen diperlukan tumbuhan dalam bentuk
terikat (ikatan suatu senyawa dengan unsur lain). Nitrogen bebas dapat difiksasi
(di ikat) di dalam tanah oleh bakteri yang bersifat simbiotik dan dapat mengikat
protein jika bekerjasama dengan akar tumbuhan polong, yang mempunyai bintil
akar, rumpun tropik, dan beberapa jenis gangaang. Selain itu terdapat bakteri
dalam tanah yang dapat memikat nitrogen secara langsung, yaitu acetobacter sp
yang bersifat aerob dan clostridium sp. yang bersifat anaerob. Selain itu, terdapat
beberapa jenis spesies gangganng biru yang dapat menambat nitrogen, antara lain
nostoc sp. dan anabaena sp.

Tumbuhan memperoleh nitrogen di dalam tanah berupa amonia (NH3), ion nitrit
(NO2-), dan ion nitrat (NO3-). Dalam tanah nitrogen terdapat dalam organik tanah
di berbagai tahap pembusukan, namun belum dapat dimanfaatkan tumbuhan.
Nitrogen yang dimanfaatkan tumbuhan biasanya terikat dalam bentuk ammonium
dan (NH4+) ion nitrat (NO3-).

Amonia diperoleh dari hasil penguraian jaringan yang mati dan oleh bakteri.
Amonia ini dapat dinitrifikasi oleh bakteri nitrit, yaitu nitrosomonas dan
nitrosococcus menjadi NO2-. Selanjutnya oleh bakteri denitrifikasi, yaitu
pseudomonas denitrifikasi, nitrat diubah kembali menjadi ammonia dan ammonia
diubah kembali menjadi nitrogen yang dilepas bebas ke udara. Dengan cara ini
siklus nitrogen akan berulang dalam ekosistem.

Nitrat sangat mudah larut dalam tanah, sehinga cepat hilang karena proses
pembusukan. Taraf ketersesisaan nitrogen dalam tanah tergantung pada
banyaknya bahan organik, populasi zat-zat renik, dan tingkat pembasuhan tanah
oleh air. Dalam keadaan alami terjadi keseimbangan antara laju pertumbuhan dan
gaya-gaya yang menentukan penyediaan nitrogen dalam tanah. Proses pemanenan
menyebabkan sejumlah besar nitrogen terikat hilang akibat tanah mengalami
pembasuhan oleh gerak aliran air dan kegiatan jasad renik. Selain itu nitrogen
terikat juga hilang, karena diambil oleh bakteri pengubah nitrat menjadi nitrogen.
Hal ini menyebabkan pertanian intensif sangat tergantung pada tambahan pupuk
nitrogen.
Bakteri penghasil ion nitrit dan nitrat bersifat autotrof dan aerob, sehingga
kehidupannya dipengaruhi oleh aerosotama, suhu, dan kandungan air dalam tanah.
Sementara itu proses perubahan nitrit menjadi nitrogen bersifat.

5. Siklus Karbon dan Oksigen

Sumber karbon di alam adalah CO 2 :

 CO 2 di alam → fotosintesis → tumbuhan mati → karbon tersimpan di


dalam fosil

 Makhluk hidup bernapas → mengeluarkan CO 2 dipakai untuk fotosintesis

 Hewan mati → karbon tersimpan di dalam fosil

 Fosil → bahan bakar → CO 2 terlepas kembali ke udara

Proses timbal balik fotosintesis dan respirasi seluler bertanggung jawab atas
perubahan dan pergerakan utama karbon. Naik turunnya CO 2 dan O 2 atsmosfer
secara musiman disebabkan oleh penurunan aktivitas fotosintetik. Dalam skala
global kembalinya CO 2 dan O 2 ke atmosfer melalui respirasi hampir
menyeimbangkan pengeluarannya melalui fotosintesis.

Akan tetapi pembakaran kayu dan bahan bakar fosil menambahkan lebih banyak
lagi CO 2 ke atmosfir. Sebagai akibatnya jumlah CO 2 di atmosfer meningkat. CO
2 dan O 2 atmosfer juga berpindah masuk ke dalam dan ke luar sistem akuatik,
dimana CO 2 dan O 2 terlibat dalam suatu keseimbangan dinamis dengan bentuk
bahan anorganik lainnya.

 A. Siklus Oksigen


Senyawaan oksigen dengan semua unsure kecuali He, Ne, dan mungkin Ar
dikenal. Molekul oksigen (dioksigen, O2 ) bereaksi dengan semua unsur lain
kecuali halogen, beberapa logam mulia, dan gas-gas mulia baik dalam suhu
ruangan atau pada pemanasan. Oksigen merupakan unsur yang vital bagi
kehidupan di bumi ini.

Sumber oksigen paling besar berasal dari proses fotosintesis yang dilakukan
tumbuhan. Tumbuhan dan manusia atau hewan adalah komponen penyusun
ekosistem yang mempengaruhi terjadinya proses atau daur oksigen di alam
semesta. Adapun daur oksigen tersebut dijelaskan seperti pada gambar di bawah
ini.

1. Proses fotosintesis tumbuhan dan alga menyerap CO2 dan menghasilkan


O2 yang dilepaskan ke atmosfer.

2. Kemudian O2 dihirup oleh manusia dan hewan melalui respirasi atau


pernafasan.

3. Oksigen oleh manusia dan hewan kemudian digunakan sebagai bahan


bakar sari makanan melalui proses metabolisme dalam tubuhnya masing-
masing.

4. Metabolisme manusia dan hewan menghasilkan CO2 yang kemudian


dilepaskan ke atmosfer.

5. Aktivitas industri juga dapat bekerja saat oksigen tersedia dan membuang
CO2 ke atmosfer sebagai limbah industri.

6. Senyawa hasil respirasi makhluk hidup dan pembakaran industri adalah


CO2 dan H2O. Kedua senyawa ini kemudian digunakan kembali oleh
tumbuhan untuk melakukan proses fotosintesis.

7. Begitu seterusnya sehingga daur oksigen dapat terus berlanjut.


B. Siklus Karbon

Siklus karbon adalah siklus biogeokimia di mana karbon dipertukarkan antara


biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer bumi. Dalam siklus ini terdapat empat
reservoir karbon utama yang dihubungkan oleh jalur pertukaran. Reservoir-
reservoir tersebut adalah:

1. Atmosfer

2. Biosfer Teresterial, meliputi freshwater sistem dan material nonhayati


organik seperti soil karbon (karbon  tanah)

3. Lautan, meliputi karbon anorganik terlarut dan biota laut hayati atau
nonhayati

4. Sedimen, meliputi bahan baker fosil

Pertukaran karbon antara reservoir terjadi karena proses kimia, fisika, geologi, dan
biologi yang bermacam-macam.

Terdapat lebih banyak persenyawaan karbon yang dikenal daripada persenyawaan


unsur lain kecuali hydrogen. Kebanyakan dikenal sebagai zat-zat kimia organic.
Keistimewaan karbon yang unik adalah kecenderungannya secara alamiah
mengikat dirinya sendiri dalam rantai-rantai atau cincin-cincin , tidak hanya
dengan ikatan tunggal, C-C, tetapi juga mengandung ikatan ganda, C=C atau C=C
. Di atmosfer terdapat kandungan COZ sebanyak 0.03%. Sumber-sumber COZ di
udara berasal dari respirasi manusia dan hewan, erupsi vulkanik, pembakaran
batubara, dan asap pabrik. Karbon dioksida di udara dimanfaatkan oleh tumbuhan
untuk berfotosintesis dan menghasilkan oksigen yang nantinya akan digunakan
oleh manusia dan hewan untuk berespirasi. Hewan dan tumbuhan yang mati,
dalam waktu yang lama akan membentuk batubara di dalam tanah. Batubara akan
dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar yang juga menambah kadar C02 di udara.
Di ekosistem air, pertukaran C02 dengan atmosfer berjalan secara tidak langsung.
Karbon dioksida berikatan dengan air membentuk asam karbonat yang akan
terurai menjadi ion bikarbonat. Bikarbonat adalah sumber karbon bagi alga yang
memproduksi makanan untuk diri mereka sendiri dan organisme heterotrof lain.
Sebaliknya, saat organisme air berespirasi, CO2 yang mereka keluarkan menjadi
bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang dengan jumlah C02 di
air.

Siklus karbon adalah siklus biogeokimia dimana karbon dipertukarkan antara


biosfer, geosfer, hidrosfer, dan atmosfer Bumi (objek astronomis lainnya bisa jadi
memiliki siklus karbon yang hampir sama meskipun hingga kini belum diketahui).
Dalam siklus ini terdapat empat reservoir karbon utama yang dihubungkan oleh
jalur pertukaran. Reservoir-reservoir tersebut adalah atmosfer, biosfer teresterial
(biasanya termasuk pula freshwater system dan material non-hayati organik
seperti karbon tanah (soil carbon)), lautan (termasuk karbon anorganik terlarut
dan biota laut hayati dan non-hayati), dan sedimen (termasuk bahan bakar fosil).
Pergerakan tahuan karbon, pertukaran karbon antar reservoir, terjadi karena
proses-proses kimia, fisika, geologi, dan biologi yang bermaca-macam. Lautan
mengadung kolam aktif karbon terbesar dekat permukaan Bumi, namun demikian
laut dalam bagian dari kolam ini mengalami pertukaran yang lambat dengan
atmosfer.

Karbon dioksida (rumus kimia: CO2) atau zat asam arang adalah sejenis senyawa
kimia yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan
sebuah atom karbon. Ia berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan
standar dan hadir di atmosfer bumi. Rata-rata konsentrasi karbon dioksida di
atmosfer bumi kira-kira 387 ppm berdasarkan volume [1] walaupun jumlah ini
bisa bervariasi tergantung pada lokasi dan waktu. Karbon dioksida adalah gas
rumah kaca yang penting karena ia menyerap gelombang inframerah dengan kuat.

Karbon dioksida dihasilkan oleh semua hewan, tumbuh-tumbuhan, fungi, dan


mikroorganisme pada proses respirasi dan digunakan oleh tumbuhan pada proses
fotosintesis. Oleh karena itu, karbon dioksida merupakan komponen penting
dalam siklus karbon. Karbon dioksida juga dihasilkan dari hasil samping
pembakaran bahan bakar fosil. Karbon dioksida anorganik dikeluarkan dari
gunung berapi dan proses geotermal lainnya seperti pada mata air panas. Karbon
dioksida tidak mempunyai bentuk cair pada tekanan di bawah 5,1 atm namun
langsung menjadi padat pada temperatur di bawah -78 °C. Dalam bentuk padat,
karbon dioksida umumnya disebut sebagai es kering. Neraca karbon global adalah
kesetimbangan pertukaran karbon (antara yang masuk dan keluar) antar reservoir
karbon atau antara satu putaran (loop) spesifik siklus karbon (misalnya atmosfer –
biosfer). Analisis neraca karbon dari sebuah kolam atau reservoir dapat
memberikan informasi tentang apakah kolam atau reservoir berfungsi sebagai
sumber (source) atau lubuk (sink) karbon dioksida.

2.4. Rantai Makanan dan Rantai Energi

Rantai makanan adalah perpindahan energi makanan dari sumber daya tumbuhan
melalui seri organisme atau melalui jenjang makan. Rantai makanan merupakan
bagian dari jaring-jaring makanan, di mana rantai makanan bergerak secara linear
dari produsen ke konsumen teratas. Panjang rantai makanan ditentukan dari
seberapa banyak titik yang menghubungkan antar tingkatan trofik. Pada setiap
tahap pemindahan energi, 80%–90% energi potensial kimia hilang sebagai panas,
karena itu langkah-langkah dalam rantai makanan umumnya terbatas 4-5 langkah
saja. Dengan kata lain, semakin pendek rantai makanan semakin besar pula energi
yang tersedia pada setiap suksesi level.

Rantai makanan pertama kali diteliti oleh ilmuwan Arab Al-Jahiz pada abad ke-9,
yang lalu dipopulerkan kembali oleh Charles Sutherland Elton pada tahun 1927.

Dalam suatu ekosistem biasanya ada faktor biotik dan abiotik. Faktor-faktor biotik
dalam suatu ekosistem ada yang disebut sebagai produsen, konsumen tingkat satu,
konsumen tingkat dua konsumen tingkat tiga dan seterusnya sampai konsumen
puncak. Yang termasuk produsen disini semuanya jenis tumbuhan yang
mempunyai klorofil baik tingkat monoseluler (fitoplankton) maupun yang
polyseluler (tumbuhan tinggi). Jadi pengertian produsen disini adalah tumbuhan
yang dapat membuat zat-zat organik dari bahan-bahan anorganik dengan bantuan
energi cahaya (fotosintesis).

Konsumen tingkat satu adalah konsumen yang langsung memakan produsen yang
di sebut dengan herbivora (pemakan tumbuhan). Konsumen tingkat satu ini benar-
benar menggunakan energi kimia dari hasil fotosintesis. Hewan-hewan konsumen
tingkat satu banyak macamnya, sapi, kambing, marmut, kelinci, belalang, ulat dan
sebagainya.

Konsumen tingkat dua adalah konsumen yang memakan konsumen tingkat satu,
atau disebut pemakan daging (karnivora). Energi kimia yang ada pada konsumen
pertama ada pada otot/daging berupa protein ataupun lemak.

Demikian juga untuk konsumen tingkat tiga sampai tingkat puncak. Sehingga
kalau kita amati disini terjadilah suatu peralihan energi sesuai dengan hukum
kekekalan energi, bahwa energi tidak dapat di musnahkan tetapi berubah
bentuknya. Disini pun sama energi matahari dirubah menjadi energi kimia
(amilum/zat tepung) oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis amilum di rubah
oleh konsumen tingkat satu menjadi protein dan lemak dalam otot/daging.

Dekomposer terdiri atas bakteri, jamur (fungi), tumbuhan atau hewan yang
memakan organisme mati dan melepaskan zat-zat organik yang dihasilkan dari
organisme itu ke rantai makanan. Contohnya seekor kambing yang mati di padang
rumput mungkin akan digerogoti oleh spesies-pesies pemakan bangkai seperti
burung pemakan bangkai, gagak dan lain-lain. Zat-zat yang tidak dimakan
mengalami penguraian oleh bakteri dan jamur, sehingga bagian-bagian bangkai
yang tidak dimakan oleh burung gagak, menjadi tersedia bagi organisme-
organisme lain, misal rumput.

Demikianlah seterusnya sampai konsumen puncak. Dari aliran tersebut kalau kita
buatkan bagannya sebagai berikut:
Produsen (tumbuhan hijau) → konsumen I → konsumen II → konsumen (puncak)
→ dekomposer

Puncak tertinggi dalam tingkatan tropik ditepati oleh predator yang hampir tidak
mungkin dimakan oleh organisme lain. Posisi konsumen yang berada diantara
herbivora dan predator, dia memakan organisme lain tetapi juga mempersiapkan
diri sebagai makanan dari para predator diatasnya. Panjang tingkatan tropik dalam
rantai makanan ditentukan oleh kompleksitas suatu ekosistem, namum umumnya
banyaknya tingkatan tropik tidak jauh berbeda tiap ekosistem.

1. Produsen tumbuhan yang dapat memasak makanan sendiri.


2. Konsumen Ihewan pemakan tumbuhan (herbivora).
3. Konsumen II hewan pemakan konsumen I (karnivora).
4. Konsumen III hewan pemakan konsumen II (karnivora).
5. Dekomposer organisme yang menguraikan bahan organik menjadi
anorganik dari organisme yang sudah mati (bakteri dan jamur).

Siklus Energi
Pada siklus ini lebih ditekankan pada perputaran energi yang terjadi diantara
komponen ekosistem. Siklus energi ini diawali dari energi matahari yang
ditangkap oleh produsen, kemudian terus berputar tiada henti pada konsumen dan
semua komponen ekosistem yang. hal ini karena menurut hukum termodinamika
bahwa energi dapat berubah bentuk, tidak dapat dimusnahkan serta diciptakan.
Perubahan bentuk energi inn dikenal dengan istilah transformasi energi. Aliran
energi di alam atau ekosistem tunduk kepada hukum-hukum termodinamika
tersebut. Dengan proses
fotosintesis energi cahaya matahari ditangkap oleh tumbuhan, dan diubah menjadi
energi kimia atau makanan yang disimpan di dalam tubuh tumbuhan.
Proses aliran energi berlangsung dengan adanya proses rantai makanan.
Tumbuhan dimakan oleh herbivora, dengan demikian energi makanan dari
tumbuhan mengalir masuk ke tubuh herbivora. Herbivora dimakan oleh karnivora,
sehingga energi makanan dari herbivora masuk ke tubuh karnivora. Di alam rantai
makanan itu tidak sederhana, tetapi ada banyak, satu dengan yang lain saling
terkait atau berhubungan sehingga membentuk jaring-jaring makanan. Organisme-
organisme yang memperoleh energi makanan dari tumbuhan dengan jumlah
langkah yang sama dimasukkan ke dalam aras trofik yang sama. Makin tinggi aras
trofiknya, makin tinggi pula efisiensi
ekologinya.

2.5. Interaksi dalam Ekosistem

Interaksi antar individu

Simbiosis adalah bentuk interaksi yang sangat erat dan khusus antara dua
makhluk hidup yang berlainan jenis. Makhluk hidup yang melakukan
simbiosis disebut simbion. Simbiosis dapat dibedakan menjadi beberapa
macam, diantaranya :
1. Simbiosis Mutualisme Interaksi antara dua individu ataupun populasi yang
saling menguntungkan. Misalnya, simbiosis antara jenis jamur tertentu dan
jenis alga tertentu membentuk likenes, antara bunga dengan kupukupu.

2. Simbiosis Parasitisme Interaksi dua individu/populasi di mana salah satu


individu untung, sedang simbion pasangannya rugi. Contohnya, benalu
yang tumbuh pada ranting pohon mangga, cacing perut dan cacing
tambang yang hidup di dalam usus manusia.

3. Simbiosis Komensalisme Interaksi antara individu/populasi yang satu


untung sedangkan individu/populasi lainnya tidak untung dan juga tidak
rugi. Contohnya, interaksi antara anggrek dengan tanaman inangnya.

4. Netralisme adalah interaksi antara dua jenis organisme yang tidak saling
memengaruhi. Interaksi netralisme sesungguhnya jarang terjadi di alam.
Contoh : kambing vs kupu-kupu.

5. Protokoperasi adalah bentuk interaksi fakultatif (tidak merugikan


keduanya) antara dua organisme. Salah satu contoh interaksi ini adalah
saling menempelnya akar (graft) antara dua pohon. Diketahui ada
beberapa jenis pohon yang membentuk graft alami. Sebagian dari mereka
menggunakan graft interspesifik, bahkan ada yang sampai intergenerik
(sudah berkembang jauh). Kedua pohon yang mengalami graft akan saling
bertukar hasil fotosintesis dari pohon, sehingga menghasilkan fotosintesis
yang lebih seragam.
Simbiosis bakteri rhizobium dengan bintil akar tumbuhan polong-polongan

6. Predasi (predatorisme) atau disebut juga pemangsa adalah interaksi antara


pemangsa (predator) dan mangsa (preis). Pada umumnya pemangsa lebih
besar dari pada mangsa. Berbeda dengan parasit, pemangsa akan memakan
organisme mangsanya. Jadi, pemangsa akan membunuh mangsanya.
Sebagai contoh: Burung jalak vs kutu kerbau. Burung jalak akan
memangsa kutu-kutu pada kulit kerbau.

7. Herbivori adalah bentuk interaksi dimana hewan mengonsumsi seluruh


atau sebagian tumbuhan dari konsumen. Konsumen pemakan jaringan
hidup disebut biofag dan konsumen pemakan jaringan mati disebut
saprofag. Hewan yang bersifat saprofag disebut detritifor. Detritifor
sesungguhnya adalah konsumen yang biasanya memakan detritus, yaitu
serpihan bahan-bahan organik dari tumbuhan. Contoh: semut, cacing,
serangga tanah dsb.

Daftar kemungkinan tipe interaksi biologis “On” jika organisme A dan B cukup
dekat dan berinteraksi, “Off” jika tidak terjadi interaksi.
NO Nama Interaksi ON OFF

A B A B

1 Netralisme o o o o
2 Mutualisme + + - -
3 Protokoperasi + + o o
4 Komensalisme + o - o
5 Parasitisme + - - +
6 Predasi + - - o
7 Herbivori + - - o

Interaksi antar populasi

Interaksi antar populasi debadakan menjadi 2 (dua) yaitu :


1. Kompetisi, adalah hubungan antar populasi dan di antara populasi terdapat
kepentingan yang sama, sehingga terjadi persaingan untuk mendapatkan
apa yang diperlukan. Contoh : persaingan antar populasi lembu dan
populasi kambing di padang rumput.
2. Alelopati, merupakan interaksi antar populasi, bila populasi yang satu
menghasilkan zat yang dapat menghalangi timbulnya populasi lain.
Contoh : disekitar pohon wahut (juglans) jarang ditumbuhi tumbuhan lain
karena tumbuhan ini menghasilkan zat bersifat toksik.
BAB III

KAJIAN MAKALAH

3.1 Ekosistem Tambak

A. Pengertian Tambak Sebagai Ekosistem Buatan

Tambak merupakan ekosistem buatan berbentuk kolam berisi air payau atau air
laut di daerah pesisir yang digunakan untuk membudidayakan hewan-hewan air
payau (terutama ikan dan udang) (Wibowo, et al., 1996). Istilah “tambak” berasal
dari bahasa Jawa “nambak”, yang artinya membendung air dengan pematang
sehingga berkumpul pada suatu tempat. Istilah tambak ini digunakan untuk
menyatakan suatu empang di daerah pesisir yang berisi air payau atau air laut; ia
tidak dinamakan “kolam”, karena istilah kolam khusus digunakan bagi petakan
berpematang berisi air tawar yang terdapat di daerah daratan (inland) (Soeseno,
1987).

B. Macam Macam Tambak


 Berdasarkan fungsinya tambak dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Tambak udang
Tambak udang adalah sebuah kolam yang dibangun untuk membudidayakan
udang, baik udang air tawar, air payau, maupun air asin. Udang merupakan
salah satu jenis hewan penyaring sehingga kualitas air (keasaman dan kadar
garam) sangat menentukan hasil yang didapatkan oleh petambak.
Udang yang potensial untuk dibudidayakan dalam tambak adalah udang windu
(Penaeus monodon) dan udang vaname (Litopenaeus vannamei). Keduanya
mampu menoleransi kadar garam antara 0 hingga 45 persen.[1]:11-12
Penggunaan tambak dapat dilakukan secara bergiliran dengan hewan lain,
seperti ikan bandeng sehingga tambak udang dapat berubah menjadi tambak
ikan tergantung musim.

2. Tambak Ikan
Tambak dalam perikanan adalah kolam buatan, biasanya di daerah pantai, yang
diisi air dan dimanfaatkan sebagai sarana budidaya perairan (akuakultur).
Hewan yang dibudidayakan adalah hewan air, terutama ikan, udang, serta
kerang. Penyebutan “tambak” ini biasanya dihubungkan dengan air payau atau
air laut. Kolam yang berisi air tawar biasanya disebut kolam saja atau empang.
Kondisi dasar tambak merupakan suatu keadaan fisik dasar tambak beserta
proses yang terjadi di dalamnya baik yang menyangkut biologi, kimia, fisika
maupun ekologi yang secara langsung maupun tidak langsung ikut
berpengaruh pada kehidupan ikan maupun organisme lainnya dalam suatu
keterkaitan ekosistem perairan tambak.
 Berdasarkan jenis pembuatan tambak dibagi menjadi empat macam, yaitu :

1. Ekstensif

Tambak ekstensif atau tambak tradisional merupakan jenis tambak yang paling
banyak digunakan oleh para petambak. Metode tambak ekstensif dikenal
memiliki padat tebar yang rendah, sehingga memiliki tingkat produktifitas
yang juga rendah. Walaupun begitu, tingkat perawatan yang dilakukan juga
akan semakin mudah, sehingga risiko udang terkena penyakit juga kecil.Padat
tebar tambak ekstensif umunya berkisar antara 3.000 hingga 8.000 ekor per ha,
dengan hasil panen yang didapat adalah 300 – 2.000 kg.

2. Semi Intensif

Tambak semi intensif dianggap cocok digunakan di Indonesia, karena selain


hasil panen yang didapat besar, dampak terhadap lingkungannya juga relatif
lebih kecil. Padat tebar ideal pada tambak semi intensif adalah 10.2000 sampai
20.000 per ha, dengan hasil panen 2.000 sampai 3.000 ekor.Karena padat tebar
yang masih tidak terlalu rapat, membuat tambak semi intensif ini tergolong
cukup mudah untuk dilakukan pengontrolan, sehingga pencemaran air tidak
cepat terjadi.

3. Intensif

Tambak intensif umumnya memiliki padat tebar yang cukup tinggi, yaitu
20.000 sampai 50.000 ekor per ha. Tambak intensif biasanya menggunakan
kolam tanah langsung, namun dapat juga menggunakan lapisan seperti
geomembrane untuk mengurangi tingkat erosi tanah. Kedalaman kolam tambak
juga dibuat lebih dari 1 meter, sehingga udang dapat bergerak bebas.Akibat
dari padat tebar yang tinggi, tambak intensif dapat menghasilkan limbah yang
lebih banyak bila dibandingkan dengan tambak ekstensif dan semi intensif,
serta dapat menimbulkan masalah bagi lingkungan sekitar.Limbah yang
dihasilkan dari budidaya tambak intensif berasal dari tumpukan pakan yang
mengandung senyawa merugikan, seperti C, N, dan P.

4. Super Intensif

Padat tebar pada tambak super intensif ditingkatkan lagi, sehingga menjadi
lebih besar bila dibandingkan dengan tambak intensif. Padat tebar yang tinggi
memungkinkan petambak mendapatkan hasil panen yang lebih besar.Namun,
pengaplikasiannya membutuhkan biaya yang cukup mahal. Demi menunjang
asupan oksigen pada tambak, anda setidaknya membutuhkan 8 unit kincir, 4
unit turbo jet serta blower berkekuatan 5,5 HP.Kedalaman kolam tambak juga
harus ditingkatkan menjadi sekitar 260 cm agar udang tidak terlalu penuh
sesak.

C. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan pertambakan


Keberhasilan usaha pertambakan tergantung pada pemilihan lokasi,
konstruksi tambak, dan sistem pengelolaan. Dalam pemilihan lokasi tambak, hal
penting yang harus dipertimbangkan adalah elevasi dan topografi areal pantai,
sumber air dan karakteristik pasang surut (kualitas dan kuantitas), sifat fisik dan
kimiawi tanah (kesuburan), kondisi vegetasi mangrove, dan keadaan prasarana
(jalan atau sungai) untuk mengangkut barang-barang kebutuhan operasional
tambak dan pemasaran hasil. Elevasi calon lokasi tambak terhadap permukaan air
laut harus selalu diperhatikan dalam penentuan lokasi tambak. Pada tambak-
tambak tradisional yang pengairannya sangat tergantung pada karakteristik pasang
surut, tambak harus dibangun pada lokasi yang elevasinya terletak di antara air
pasang rata-rata dan air surut rata-rata. Lokasi tambak yang melebihi tinggi
permukaan air pasang tertinggi akan sulit diairi, sedangkan lokasi tambak yang
lebih rendah daripada tinggi permukaan air surut terendah akan sulit dikeringkan.
Pada tambak modern yang dilengkapi pompa, tambak dapat dibangun di lokasi
yang lebih tinggi dari ketinggian air pasang rata-rata karena pengairan tambak
dibantu dengan keberadaan pompa, namun tambak harus tetap dibangun di atas
ketinggian permukaan air surut tertinggi karena jika tidak – tambak akan terus
menerus tergenang, sedangkan pengeringan secara berkala mutlak diperlukan
untuk mempertahankan kesuburan tambak (Soeseno, 1987; Ilman, 2004 (kom.
pri.)). Dari segi topografi, lahan yang bergelombang atau berbukit sebaiknya
dihindari untuk dibangun tambak, karena lahan demikian harus dipapas dan
diurug sehingga akan meningkatkan biaya pembangunan tambak (Poernomo,
1992).
Faktor penting lain yang mempengaruhi kegiatan pertambakan adalah
kondisi iklim, meliputi curah hujan, suhu, arah dan kecepatan angin, kecepatan
penguapan, dan kisaran musim. Hujan merupakan faktor iklim dominan yang
mempengaruhi operasional tambak. Umumnya semakin rendah curah hujan
semakin baik, sepanjang amplitudo pasang cukup ideal (kisaran maksimum 20-30
dm dan rataan amplitudo antara 11-21 dm) dan pasokan air tawar dari sungai
cukup memadai. Untuk memperoleh produksi yang lebih baik dan stabil –
pengeringan dasar tambak secara rutin menjelang penebaran benur (benih udang)
atau nener (benih bandeng) wajib dilakukan untuk menumbuhkan pakan alami
(Poernomo, 1992).
Secara umum kegiatan konstruksi tambak terdiri dari pembangunan
pematang, pemasangan pintu air, serta penggalian saluran, dan perataan dasar
tambak. Pembangunan pematang selalu dimulai dengan penggalian parit keliling
selebar 5 m (lebar dasar) dan sedalam 40 cm. Parit keliling yang tergali ini
nantinya akan berfungsi sebagai tempat hidup, berlindung, dan mencari makan
hewan budidaya dan juga untuk memudahkan penangkapan hasil pada waktu
panen nanti. Tanah galian parit keliling ini ditimbun disisi luar saluran untuk
membentuk pematang keliling. Ada dua macam pematang pada tambak yaitu
Pematang Utama (yang disebut juga Pematang Keliling) dan Pematang Antara,
masing-masing pematang memiliki tinggi dan lebar yang berbeda-beda(Soeseno,
1987).

3.2 Prinsip Ekosistem Tambak

a. Keanekaragaman

Dalam sebuah ekosistem pastilah terdapat keanekaragaman komponen


didalamnya tidak terkecuali ekosistem tambak. Pada Ekosistem tambak terdapat
komponen biotik dan abiotik yang sangat beragam.

Komponen biotik merupakan komponen yang berupa makhluk hidup yang


terdapat dalam sebuah ekosistem. Dalam ekosistem anggrek komponen biotik
pada umumnya adalah ikan, udang, ketam,kerang kerangan, reptilia, mamalia,
burung, tumbuhan tingkat rendah (seperti fitoplankton, lumut, Cyanophyceae
(Alga biru), Chlorophyceae (Alga hijau), dan Diatomae, Chlorophyceae (alga
hijau) yang berbentuk benang seperti jenis Chaetomorpha linum dan
Enteromorpha intestinal dan klekap) dan tumbuhan tingkat tinggi (seperti
mangrove).

Komponen abiotik merupakan komponen yang bukan berupa makhluk


hidup. Dalam hal ini komponen abiotik umumnya adalah tanah, suhu dan
kelembapan, cahaya matahati, air, mineral, dan lainnya.

Setiap komponen dalam suatu ekosistem saling berkaitan dan tidak dapat
dipisahkan. Ekosistem tambak akan terjadi jika setiap komponen terpenuhi.
Semisal ada komponen yang tidak ada maka besar kemungkinan bahwa ekosistem
tamba tidak akan berjalan dengan baik.

b. Keterkaitan antara komponen dalam tambak

Dalam ekosistem tambak, jika komponen abiotik cahaya matahari tidak


maksimal maka komponen biotik,seperti tumbuhan pada tambak tidak dapat
berfotosintesis dengan baik sehingga ikan dan udang kehilangan sumber makanan
utamanya.

Pada saat kita memutuskan untuk membuat tambak udang, pasti lokasi
yang akan dipilih adalah daerah di dekat bibir pantai, atau setidaknya adalah
tempat yang berdekatan dengan laut. Seperti kita tahu bahwa tanaman bakau
adalah tanaman khas yang hanya tumbuh pada perairan dangkal yang berbatasan
langsung dengan laut. Karena itu saat kita memutuskan untuk menjadi petambak
udang, maka kadang secara langsung maupun tidak langsung kita akan
bersinggungan dengan tanaman bakau tersebut.

Secara kasat mata ada yang mengatakan bahwa hubungan antara luas
hutan bakau berbanding lurus dengan persentase keberhasilan panen udang. Jadi,
jika luas Hutan bakau tersebut sangat luas dan jarak antar pohon bakau tersebut
juga sangat dekat, maka kemungkinan besar panen udang kita juga tinggi, hal ini
kurang lebih karena pengaruh dari serangan bibit penyakit yang sangat rendah.
Tetapi jika luas lahan hutan bakau berkurang dengan drastis atau bahkan hilang
sama sekali, maka hasil panen udang juga akan merosot tajam, karena biasanya
serangan dari bibit penyakit juga akan sangat ganas, menyerang udang yang kita
budidayakan.

hutan bakau juga dapat berfungsi menjadi benteng pertahanan tambak


udang kita dari serangan bibit penyakit yang datang dari luar. Dengan akar-
akarnya yang kuat dan berbetuk seperti jaring, maka perakaran tanaman bakau ini
bisa menyaring bibit penyakit dan berbagai mikroorganisme jahat, sehingga tidak
sampai mencapai daerah tambak kita.

Selain dari akar tanaman bakau, masih ada jenis kerang-kerangan yang
hidup di daerah perakaran tanaman bakau yang juga dapat menahan bibit penyakit
dan juga dapat menahan berbagai zat berbahaya, agar tidak sampai menyerang
dan mencemari tambak budidaya udang. Jadi sebenarnya kita mendapat penyaring
ganda dengan adanya hutan bakau di sekitar tambak kita.

c. Stabilitas

Pasokan air yang cukup, kesempurnaan pengeluaran air buangan/limbah,dan


pengeringan dasar tambak secara rutin merupakan hal penting dalam
mempertahankan stabilitas produksi tambak serta menjadi salah satu solusi utuk
menjaga kelangsungan ekosistem yang berada di kawasan tambak. Ancaman lain
yang dapat mempengaruhi ekosistem tambak yaitu antara lain kondisi iklim,
meliputi curah hujan, suhu, arah dan kecepatan angin, kecepatan penguapan, dan
kisaran musim. Hujan merupakan faktor iklim dominan yang mempengaruhi
operasional tambak. Umumnya semakin rendah curah hujan semakin baik,
sepanjang amplitudo pasang cukup ideal (kisaran maksimum 20-30 dm dan rataan
amplitudo antara 11-21 dm) dan pasokan air tawar dari sungai cukup memadai.

d. Keseimbangan

Mangrove yang tumbuh di ujung sungai besar berperan sebagai penampung


terakhir bagi limbah dari industri di perkotaan dan perkampungan hulu yang
terbawa aliran sungai. Limbah padat dan cair yang terlarut dalam air sungai yang
terbawa arus menuju muara sungai dan laut lepas, apabila tidak terdapat
pemurnian secara alami terhadap limbah yang terlarut tersebut maka dapat
mengancam kelangsungan hidup dari organisme yang berada di ekosistem
tambak. Dengan adanya area hutan mangrove maka bisa menjadi daerah
penumpukkan limbah, terutama jika polutan yang masuk ke dalam lingkungan
estuari melampaui kemampuan pemurnian alami oleh air.

e. Manfaat
Sebagai tempat hidup ikan atau habitat buatan bagi mahluk hidup yang
hendak dibudidayakan. Selain itu, tambak juga berfungsi sebagai wadah ataupun
tempat tumbuhnya berbagai makanan alamiah yakni plankton, klekap dan lain-
lain. Selain itu, tambak juga sevara tidak langsung menjadi tempat hewan lainnya
untuk mencari makanan. Sebut saja burung-burung air dan masih banyak lagi
lainnya.

Manfaat lain ekosistem buatan berupa tambak adalah sebagai tempat


“terperangkapnya” berbagai macam hewan air yang liar dan bisa menjadi sumber
pasma nutfah yang sangat baik memaksimalkan hasil budidaya di tambak.

Manfaat tambak lainnya adalah untuk menghasilkan sumberdaya dengan


nilai ekonomis yang diharapkan bisa menjadi sumber penghidupan masyarakat.

f. Saling Kebergantungan Antarkomponen Biotik


 Rantai Makanan
 Jaring Jaring Makanan

3.3 Siklus Biogeokimia Pada Ekosistem Tambak


I. Air dan Mineral
Air merupakan suatu senyawa yang ada di alam yang mempunyai peranan
penting bagi keberlangsungan hidup dan aktifitas mahkluk hidup. Air juga
merupakan reagen yang penting dalam proses-proses fotosintesa dan dalam
proses-proses hidrolik. Disamping itu juga merupakan pelarut dari garam-garam,
gas-gas dan material-material yang bergerak kedalam tumbuh tumbuhan.
Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis,
sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan.
Urutan senyawa terlarut didalam air alam menurut jumlahnya ialah: garam
mineral, senyawa organik dan gas-gas. Air dapat dimanfaatkan secara biologis
maupun non biologis. Secara biologis air diperlukan untuk membentuk senyawa
karbohidrat, carrier bagi zat gizi, dan sebagainya.
Molekul air tersusun atas dua atom hidrogen dan satu atom oksigen
(H2O). Dalam keadaan cair, molekul-molekul air saling bertautan membentuk
polimer via ikatan hidrogen. Karena ikatan inilah air mempunyai panas latent
penguapan yang besar serta daya pelarutan yang tinggi.
Air memiliki keunikan sifat antara lain memberikan tegangan permukaan
air yang cukup kuat, dan memberikan bentuk butir-butir air. Demikian pula air
mempunyai tingkat adhesi yang tinggi dengan kebanyakan material, Kohesi yang
kuat sangat membantu proses penyerapan air dari akar ke pucuk tumbuhan yang
tinggi. Imbibisi (proses merasuknya air ke dalam struktur berpori-pori) membantu
penyerapan air ke dalam biji dan memecahkan kulit biji sehingga biji tersebut
dapat tumbuh. Ikatan hidrogen juga menyebabkan air mempunyai kapasitas panas
yang tinggi sehingga dapat berfungsi sebagai tempat penampung panas yang
efektif. Karena air memiliki keunikan seperti diatas maka air dapat berfungsi baik
sebagai media untuk hidup oleh suatu organisme. Air menjaga level temperatur
yang stabil yang penting bagi iklim dan kehidupan. air juga memiliki viskositas
yang rendah sehingga dapat dengan mudah mengalir. Hal ini sangat penting dalam
sistem transportasi pada tumbuhan. Selain itu air memerlukan energi yang banyak
untuk menguap sehingga memoderasi panas dari matahari, menjaga temperatur
ekosistem air, dan menjaga temperatur organisma dari ekses panas.

Menurut Noggle dan Frizt (1983) fungsi air bagi tanaman yaitu : (1)
sebagai senyawa utama pembentuk protoplasma, (2) sebagai senyawa pelarut bagi
masuknya mineral-mineral dari larutan tanah ke tanaman dan sebagai pelarut
mineral nutrisi yang akan diangkut dari satu bagian sel ke bagian sel lain, (3)
sebagai media terjadinya reaksi-reaksi metabolik, (4) sebagai rektan pada
sejumlah reaksi metabolisme seperti siklus asam trikarboksilat, (5)mengatur
mekanisme gerakan tanaman seperti membuka dan menutupnya stomata,
membuka dan menutupnya bunga serta melipatnya daun-daun tanaman tertentu,
(6) berperan dalam perpanjangan sel, (7) sebagai bahan metabolisme dan produk
akhir respirasi, serta (8) digunakan dalam proses respirasi.
Air diserap melalui akar oleh tanaman melewati dinding sel dan akan melalui
xylem untuk diangkut ke daun sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk
fotosíntesis.
II. Siklus Mineral
Tanaman membutuhkan banyak elemen untuk membangun diri dan
fungsiannya. Untuk itu mereka membutuhkan karbon (C) dari udara dalam bentuk
CO2, hidrogen (H) dan Oksigen (O) dari air (H2O). Oksigen juga di absorbsi dari
udara yang terkonsentrasi sebagai O2 yang hampir 20%. Selain itu tanaman juga
membutuhkan elemen lainnya seperti mineral yang biasanya diserap oleh akar dan
beberapa diserap oleh daunan.
Mineral yang dibutuhkan oleh tanaman secara alami dibagi menjadi 2 kelompok.
Kelompok pertama, disebut makroelemen (mineral yang dibutuhkan dalam
jumlah banyak), terdiri dari nitrogen (N), fosfor (P), potassium (K), kalsium (Ca),
sulfur (S), magnesium (Mg), dan besi (Fe). Kelompok mineral yang kedua
dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit oleh karena itu disebut mikroelemen.
Kelompok ini diantaranya : molybdenum (Mo), tembaga (Cu), seng (Zn), boron
(B), klorin (Cl), sodium (Na), silikon (Si), kobalt (Co), dan mangan (Mn).
Alumunium (Al), galium (Ga), selenium (Se), vandium (V), nikel (ni), dan
mineral lain
Selain itu mineral dapat melakukan tiga fungsi bagi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan, yaitu fungsi elektro kimia, strukur dan katalis. Peranan
elektrokimia meliputi proses penyeimbangan konsentrasi ion, stabilisasi
makromolekul, stabilisasi koloida dan netralisasi muatan. Peranan struktur
dilakukan oleh mineral dalam keterlibatannya pada struktur kimia molekul biologi
atau fungsi dalam membentuk polimer strutur, misal kalsium dalam pektin. Dalam
fungsinya sebagai katalis, mineral terlibat dalam bagian aktif (active site) suatu
enzim. Mineral-mineral yang termasuk dalam kelompok makro (makronutrien)
memiliki ketiga peranan tersebut diatas, sedangkan kelompok unsur mikro
(mikronutrien) hanya mendukung fungsi katalis.
Pengambilan mineral pada tanaman terjadi secara difusi dan osmosis,
dengan mengikuti aliran air atau berdasarkan perpindahan anion (negatif berubah
menjadi ion) dan kation untuk menjaga keseimbangan dalam sel (Donnan
Equilibrium). Tetapi, kebanyakan uptake dilakukan secara aktif (disebut uptake
aktif) yang mengakibatkan pengeluaran energi. Energi yang dibutuhkan untuk
uptake aktif berasal dari respirasi. Oleh karena itu proses ini memerlukan oksigen
dan dipengaruhi oleh suhu. Studi tentang nutrisi dan ekologi menunjukkan bahwa
anggrek memperoleh mineral melalui mikoriza pada mereka dan secara langsung
dari substrat dimana mereka tumbuh.
III. Fiksasi Karbon
Karbon terdapat secara alami di atmodfer bumi dalam bentuk karbon
dioksida. Karbon dioksida terbentuk dari hasil respirasi makhluk hidup,
pembakaran minyek bumi dan sebagainya. Bumi kita memiliki jumlah karbon
dioksida (CO2) di udara yang semakin banyak tiap tahunnya dan mengakibatkan
efek rumah kaca. Bagi tanaman, CO2 sangat penting untuk proses fotosintesis.
Proses fotosintesis adalah proses pengolahan bahan dari luar tanaman seperti air,
CO2, nutrisi, yang akan digunakan untuk kebutuhan hidup, memperbaiki
kerusakan sel, dan sebagai sumber energi serta untuk membentuk cadangan
makanan bagi tanaman
Tanaman menyerap karbon dioksida dari udara melalui stomata daun. Air
diserap dari tanah melalui akar, kemudian transportasinya melalui xylem untuk
proses fotosintesisnya. Fotosintesis dalam tumbuhan tingkat tinggi dapat terjadi
melalui 3 jalur yaitu C3, C4 dan CAM. Anggrek merupakan tanaman dengan
diversitas yang sangat tinggi sehingga pada tanaman anggrek fotosintesisnya juga
melalui ketiga jalur tersebut diatas.
Jalur C3 terjadi pada tanaman subtropis, bergantung pada suhu, tanpa
mekanisme penumpukkan CO2. Contoh spesies jalur ini diantaranya : P.
barbatum, Eulophia keithii, Tainia penangiana. Jalur ini sering juga disebut Siklus
Calvin atau reaksi gelap yang merupakan reaksi lanjutan dari reaksi terang dalam
fotosintesis. Reaksi gelap adalah reaksi pembentukan gula dari CO2 yang terjadi
di stroma.
Jalur C4 terjadi pada tanaman tropis, prosesnya membutuhkan intensitas
cahaya tinggi, dengan mekanisme penumpukkan konsentrasi CO2. Contoh spesies
anggrek jalur ini adalah Arundina graminifolia, Araghnis Maggie Oei.
Jalur CAM terjadi pada tumbuhan yang tumbuh di daerah kering, CO2 difiksasi
dalam keadaan gelap dengan mekanisme penumpukkan CO2. Contoh spesies
anggrek jalur ini adalah Vanillea, Thuria marshaliana.

Anda mungkin juga menyukai