Anda di halaman 1dari 8

BAB II

ISI

A. Pengertian Ekosistem Darat (Terestrial)


Pengertian ekosistem darat (terestrial) adalah ekosistem yang faktor lingkungannya
didominasi oleh daratan. Berdasarkan topografinya, ekosistem darat di Indonesia dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu, ekosistem vegetasi pamah dan ekosistem vegetasi pegunungan.

B. Pengertian Ekosistem Vegetasi Pamah


Vegetasi pamah merupakan vegetasi dataran rendah bagian terbesar hutan yang mencakup
kawasan paling luas di Indonesia.

C. Karakteristik Ekosistem Vegetasi Pamah


- Membentang dari ketinggian 0-1000 meter diatas permukaan laut
- Vegetasi bergantung pada kedalaman, salinitas, kualitas air, dan kondisi drainase serta
banjir
D. Jenis-jenis Ekosistem Vegetasi Pamah
1) Hutan Bakau
Karakteristik :
 Didominasi oleh tumbuhan mangrove atau tumbuhan bakau, yakni tumbuhan
yang memepunyai akar mencuat ke permukaan
 Tumbuh di Kawasan perairan payau, yakni perairan yang terdiri atas campuran air
tawar dan air asin
 Sangat di pengaruhioleh pasang surut air laut
 Keberadaannya terutama di daerah yang mengalami pelumpuran dan juga terjadi
bahan organik
Penyebaran berbagai jenis bakau terletak mulai dari laut ke arah daratan membentuk
jalur berbeda-beda yaitu :
a. Jalur Pedada (Soneratia sp), jalur ini selalu terendam air asin setiap terjadi pasang
yang tinggi karena menjadi perintis endapan lumpur pada batas air surut dengan jenis
tumbuhan meliputi Soneratia sp. dan Avicenia sp.
b. Jalur Bakau (Rhizophora sp.), merupakan hutan bakau yang memiliki perakaran
khas (akar napas) dengan jenis tumbuhan meliputi Rhizophora sp., Bruguiera sp dan
Ceriops sp.
c. Jalur Tancang (Bruguiera sp.), jalur ini berada paling dekat dengan daratan
sehingga hanya dapat dicapai air pasang surut yang luar biasa tinggi seperti pada saat
air pasang bulan purnama atau gerhana bulan, dengan jenis tumbuhan meliputi
Bruguiera sp, Kondelia sp, Rhizophora sp. dan lain-lain.
d. Jalur nipah, jalur ini terdapat ke arah daratan, di daerah ini cukup kering.
Pada lautan bakau dilingkari oleh lautan nipah (Nypa fruticans).
Komponen : Biotik, contohnya flora dan fauna yang hidup di ekosistem bakau
Abiotik, contohnya iklim, temperature, angina dan badai, curah hujan, dan
Zona-zona kehidupan.
Flora Khas : tanaman bakau,
Fauna Khas : udang-udangan, kerang, ikan glodok, kerang, kepiting, cacing laut, ular,
buaya muara, kadal, dan berbagai jenis burung.
Kondisi Saat Ini
Menurut Menteri Lingkungan Hidup dan kehutanan (LHK) menyebutkan 52%
kondisi Mangrove di Indonesia saat ini kurang baik.
Upaya konservasi
Untuk konservasi hutan mangrove dan sempadan pantai, Pemerintah R I telah
menerbitkan Keppres No. 32 tahun 1990. Sempadan pantai adalah kawasan tertentu
sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian
fungsi pantai, sedangkan kawasan hutan mangrove adalah kawasan pesisir laut yang
merupakan habitat hutan mangrove yang berfungsi memberikan perlindungan kepada
kehidupan pantai dan lautan. Sempadan pantai berupa jalur hijau adalah selebar 100 m dari
pasang tertinggi ke arah daratan.
 Penanaman kembali mangrove sebaiknya melibatkan masyarakat. Modelnya dapat
masyarakat terlibat dalam pembibitan, penanaman dan pemeliharaan serta
pemanfaatan hutan mangrove berbasis konservasi. Model ini memberikan keuntungan
kepada masyarakat antara lain terbukanya peluang kerja sehingga terjadi peningkatan
pendapatan masyarakat.
 Pengaturan kembali tata ruang wilayah pesisir: pemukiman, vegetasi, dll. Wilayah pantai
dapat diatur menjadi kota ekologi sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai wisata pantai
(ekoturisme) berupa wisata alam atau bentuk lainnya.
 Peningkatan motivasi dan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan memanfaatkan
mangrove secara bertanggungjawab.
 Ijin usaha dan lainnya hendaknya memperhatikan aspek konservasi.
 Peningkatan pengetahuan dan penerapan kearifan local tentang konservasi
 Peningkatan pendapatan masyarakat pesisir
 Program komunikasi konservasi hutan mangrove
 Penegakan hokum
 Perbaikkan ekosistem wilayah pesisir secara terpadu dan berbasis masyarakat. Artinya
dalam memperbaiki ekosistem wilayah pesisir masyarakat sangat penting
dilibatkan yang kemudian dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.
Selain itu juga mengandung pengertian bahwa konsep-konsep lokal (kearifan lokal)
tentang ekosistem dan pelestariannya perlu ditumbuh-kembangkan kembali sejauh dapat
mendukung program ini.
Gambar :
2) Hutan Rawa Air Tawar
Karakteristik :
 Hutan rawa air tawar berada dalam kawasan yang luas, terletak di belakang hutan
bakau dan merupakan vegetasi dataran rendah yang sangat berguna bagi
kelangsungan hidup banyak populasi.
 Berbagai jenis hutan rawa terdapat di delta
 umumnya mempunyai pohon-pohon dengan ketinggian yang sama, sekitar 30 m
memiliki kanopi lebat.
Komponen : Biotik, contohnya ganggang, enceng gondok, katak, belalang, dan semua
Makhluk hidup yang mendiami rawa.
Abiotik, contohnya suhu udara, cahaya, tanah, dan batu
Flora Khas : , Palaquium leiocarpum, Eucalyptus degulpta, Shorea uliginosa, Gareinia
spp, Campnosperma macrophylla, Canarium spp., Eugenia spp., Calophyllum spp.,
Koompassia spp., Xylopia spp. Dan pada umumnya spesies yang tumbuhan di dalam
ekosistem hutan rawa cenderung berkelompok dan membentuk komunitas tumbuhan
yang miskin spesies.
Fauna Khas : katak, belalang.
Keadaan Saat Ini :
Kebanyakan hutan di Indonesia sekarang mengalami penurunan jumlah pohon.
Hal ini dikarenakan penebangan liar. Sehingga keadaan dari hutan rawa air tawar
Bergantung pada hutan sebagai sumber air yang ada dalam hutan rawa air tawar. Keadaan
Sekarang ekosistemnya sudah mulai rusak.
Upaya konservasi :
 Melestarikan Hutan di Hulu Rawa
Agar tidak menimbulkan erosi tanah di sekitar hulu rawa sebaiknya pohon-pohon atau
pepohonan tidak digunduli atau ditebang atau merubahnya menjadi areal pemukiman
penduduk. Dengan adanya erosi otomatis akan mambawa tanah, pasir, dan sebagainya ke
aliran rawa dari hulu ke hilir yang sehingga menyebabkan pendangkalan rawa.
 Tidak Buang Air di Rawa atau Kali
Buang air kecil dan air besar sembarangan adalah perbuatan yang salah. Kesan
pertama dari tinja atau urin yang dibuang sembarangan adalah bau dan menjijikkan.
Ekskresi juga merupakan salah satu medium yang paling baik untuk perkembangan bibit
penyakit dari mulai penyakit ringan sampai ke penyakit yang berat dan kronis. Oleh
sebab itu janganlah boker dan beser di sembarang tempat.
 Tidak Membuang Sampah Ke Rawa
Sampah yang dibuang secara sembarangan ke kali akan menyebabkan aliran air
menjadi mampet. Selain itu sampah juga menyebabkan rawa cepat dangkal dan akhirnya
memicu terjadinya banjir di musim penghujan. Sampah juga membuat rawa tampak
kotor, tidak terawat, terkontaminasi, dan lain sebagainya.
 Tidak Membuang Limbah Rumah Tangga dan Industri
Tempat yang paling mudah untuk membuang limbah industri yang berupa limbah cair
adalah dengan membuangnya ke rawa. Namun apakah limbah itu aman dan layak untuk
dibuang ke rawa? Hal itu membutuhkan penelitian dan proses perubahan secara kimia
yang tentu saja akan menambah biaya operasional perusahaan. Pemerintah melalui
kementrian lingkungan hidup telah membuat tata cara serta aturan untuk pembuangan
limbah yang benar-benar ketat. Limbah yang dibuang secara asal-asalan tentu saja bisa
menimbulkan berbagai gangguan masyarakat mulai dari bau yang tidak sedap,
pencemaran terhadap air tanah, gangguan kulit, serta masih banyak lagi gangguan
kesehatan lain yang merugikan.
Gambar :

3) Hutan Tepi Sungai


Karakteristik :
 tanahnya subur
 lapisannya dalam dan gembur
 habitat transisi dengan hutan rawa air tawar.
Komponen : Biotik, contohnya ikan, tumbuhan reofit, dan vegetasi musiman, juga
mahkluk hidup yang ada dalam hutan tepi sungai . Abiotik, contohnya iklim,
temperature, angina dan badai, curah hujan, dan
Zona-zona kehidupan
Flora Khas : vegetasi musiman dan tumbuhan reofit ( tumbuhan yang memilki perakaran
yang kuat ). habitat kayu ulin (besi) dan tengkawang, terdapat di Kalimantan.
Fauna Khas : ikan, belalang
Keadaan Saat ini :
Banyak terjadi kerusakan di hutan tepi sungai. Hal ini disebabkan oleh pembangunan
perumahan di tepian sungai.
Upaya Konservasi :
 tidak membuat pemukiman di sekitar sungai
 melestarikan hutan di tepi sungai
 tidak membuang sampah rumah tangga ataupun industri di sungai
Gambar :
4) Hutan Rawa Gambut
Karakteristik :
 Terbentuk dari timbunan gambut yang sangat tebal, berkisar antara 0,5 – 20
m.
 Permukaan gambut terbentang luas berbentuk cekung yang tidak terkena
genangan air sehingga bersifat asam dengan pH<4 dan kandungan haranya
rendah. Hal itu menyebabkan jenis tumbuhannya terbatas, yaitu pohon-
pohonnya tinggi, kurus, dan tidak lebat. Vegetasi hutan rawa gambut di
Indonesia banyak terdapat di Pulau Kalimantan.
Komponen : Biotik, contohnya di dominasi oleh pohon-pohonnya tinggi, kurus, dan
tidak lebat. Abiotik : temperature, kelembababan, intensitas cahaya, dan angin, serasah,
Lapisan humus.
Flora khas : yaitu pohon-pohonnya tinggi, kurus, dan tidak lebat
Fauna Khas : burung gereja, ikan gabus, ikan puyu, capung, kupu-kupu, zooplankton,
fitoplankton, jangkrik, ikan toman, semut, harimau, gajah, dan laba-laba.
Keadaan saat ini :
Sebagian besar lahan gambut di Indonesia kini mengalami kerusakan yang cukup
mengkhawatirkan sebagai akibat dari adanya kegiatan-kegiatan yang
kurang/tidak berwawasan lingkungan. Kegiatan yang merusak antara lain pembakaran
lahan gambut dalam rangka persiapan lahan pertanian, perkebunan, pemukiman dan lain-
lain; penebangan hutan gambut yang tidak terkendali (baik legal maupun ilegal) untuk
diambil kayunya, pembangunan saluran-saluran irigasi/parit/kanal untuk tujuan pertanian
maupun transportasi.

Upaya konservasi :
- Identifikasi dan Inventarisasi Potensi Kawasan Lahan gambut
Kegiatan identifikasi dan inventarisasi potensi ekosistem lahan gambut
merupakan langkah yang harus dilakukan sebelum upaya pemanfaatan dan
konservasi dapat dilaksanakan secara terpadu dan menyeluruh. Upaya ini masih
perlu dilakukan mengingat luasnya wilayah negara kita

- Interpretasi fungsi kawasan lahan gambut dan sosialisasi ke masyarakat luas


Informasi-informasi mengenai apa itu kawasan/ekosistem lahan gambut,
potensi, fungsi dan manfaatnya sangat penting bagi masyarakat yang sebagian
besar tidak mengetahuinya.
- Identifikasi manfaat berkelanjutan
Pemanfaatan terhadap potensi ekosistem lahan gambut hanya mungkin
dilakukan sepanjang hal tersebut dilakukan berdasarkan pengetahuan dan
pemahaman mengenai keberadaan populasi dan habitat dari kehidupan penghuni
kawasan lahan gambut yang mengandung potensi penting namun juga memiliki
sifat keterbatasan
- Akses bagi pemanfaatan berkelanjutan bagi masyarakat sekitar
Setelah upaya identifikasi manfaat berkelanjutan tersebut dilakukan, upaya
selanjutnya adalah mengembangkan kegiatan pemanfaatan yang berkelanjutan
dan menyediakan akses bagi masyarakat, terutama masyarakat sekitar kawasan
lahan gambut, agar mereka benar-benar dapat merasakan manfaat dari keberadaan
kawasan lahan gambut tersebut sehingga pada gilirannya mereka dapat menjadi
pelestari kawasan lahan gambut.
- Perlindungan terhadap Kawasan Lahan gambut
Mengingat ekosistem lahan gambut tidak mengenal batas administrasi
pemerintahan maka upaya konservasi haruslah dilakukan melalui pendekatan:
- Melindungi hutan yang tumbuh diatas kawasan lahan gambut.
- Menetapkan suatu kawasan tertentu untuk dikelola sebagai perwakilan konservasi
ekosistem lahan gambut.
- Melakukan tindakan pemanfaatan dengan menerapkan kaidah-kaidah konservasi
secara terencana dan konsisten,
misalnya untuk kegiatan ekowisata. Didalam pengembangan ekowisata
dan berprinsip ekowisata, kelestarian obyek dan kelestarian sumber daya sudah
terpatri, demikian pula manfaat bagi masyarakat sekitar.
- Pemanfaatan bijaksana ekosistem Lahan gambut secara berkolaborasi
Sasarannya adalah terwujudnya akses bagi para pihak untuk ikut berbagi
peran, tanggung jawab dan mendapatkan manfaat secara adil terhadap ekosistem
lahan gambut.

Gambar :
5) Hutan Sagu
Karakteristik :
 berkembang baik di daerah dengan aliran air tawarnya yang teratur.
 Di bawah hutan sagu tidak terdapat tumbuhan lain dan lainnya terdiri atas
lapisan serasah daun bergambut.
 Vegetasi dari hutan sagu dibedakan menjadi dua jenis, yaitu hutan sagu murni
dan hutan sagu campuran dengan hutan lain.

Komponen : Biotik, contohnya sagu, dan hewan-hewan lain. Abiotik, contohnya


temperature, kelembababan, intensitas cahaya, dan angin

Flora Khas : Di bawah hutan sagu tidak terdapat tumbuhan lain dan lainnya terdiri
atas lapisan serasah daun bergambut

Fauna khas : ulat sagu, burung, kepiting.

Keadaan saat ini :

Secara perlahan hutan sagu mulai berubah wujud. Pembangunan yang marak
terjadi mampu menyulap lahan sagu menjadi jalan-jalan, rumah, toko, dan produk
property lainnya .

Upaya Konservasi :

 Membuat undang-undang larangan penebangan hutan sagu dan pembuatan


papan larangan penebangan pohon sagu. PEMERINTAH Kabupaten Jayapura,
mengaku lemah dalam menjaga pelestarian hutan sagu di Sentani. Padahal,
daerah ini sudah memiliki Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 tahun 2000
tentang Pelestarian Kawasan Hutan Sagu.

Gambar :

Anda mungkin juga menyukai