DI WILAYAH SUMATERA
BARAT
Disusun oleh :
01 KARAKTERISITIK
03 ALIRAN ENERGI
DAN SIKLUS
02 04
DIVERSITAS
ORGANISME PRODUKTIVITAS
Flora dan fauna
KARAKTERISTIK
Hutan hujan tropis wilayah Sumatera Barat terletak di bukit Pinang-Pinang pada kaki gunung Gadut
yang memiliki curah hujan yang tinggi tanpa adanya musim kering yang nyata. Hutan hujan di wilayah ini
secara keseluruhan tertutup oleh vegetasi pohon dan penyebarannya bervariasi, berikut merupakan
karakterisitik yang dimiliki oleh hutan hujan tropis di bukit Pinang-Pinang :
• Struktur hutan hujan tropis
Hutan hujan di wilayah ini bertipe hutan normal dengan ketersediaan tegakan yang sangat tinggi namun,
tegakan yang dimiliki cenderung tidak seumur dan tentunya akan berpengaruh dalam kelangsungan tegakan
di masa yang akan datang. Tumbuhan yang hidup pada hutan ini berkayu keras dan tinggi, berdaun lebar
dan lebat, memiliki vegetasi yang berlapis, serta daya regenerasinya yang tinggi.
• Fungsi hutan hujan tropis
Sebagai sumber cadangan plasma nutfah yang dapat digunakan untuk menyimpan karbon dan mengontrol
pola iklim yang ada serta sebagai penyedia jasa lingkungan.
DIVERSITAS
HER
ORGANISME
Hutan hujan tropis di Pinang-Pinang Sumatera Barat memiliki keanekaragaman lebih tinggi dibandingkan
dengan hutan primer dataran rendah Mentawai Sumatera Barat yang memiliki keanekaragaman sebanyak 139
jenis, di hutan dataran rendah Kalimantan Timur (sebanyak 106 jenis), hutan Lindung Lubuk Kakap Kalimantan
Barat (sebanyak 48 jenis) akan tetapi memiliki keanekaragaman lebih rendah jika dibandingkan dengan hutan
Dipterocarpaceae dataran rendah Kalimantan Timur yang memiliki 553 jenis serta sebanding dengan hutan
hujan tropis Amerika Selatan.
Perbedaan keanekaragaman pada masing- masing wilayah tersebut disebabkan oleh kondisi lingkungan seperti suhu,
kelembaban dan intesitas cahaya serta curah hujan dan unsur hara dalam tanah yang berbeda.
DIVERSITAS FLORA
Fauna yang mampu tumbuh pada hutan Pinang-Pinang yaitu berbagai jenis kumbang, lipan, kaki
seribu dan cacing tanah. Serasah yang telah membusuk akan terdekomposisi dan berubah menjadi
humus (bunga tanah) hingga akhirnya menjadi tanah. Serasah yang menutupi tanah di lantai hutan
berfungsi sebagai spons yang akan menahan air hujan dan merupakan dunia kecil di atas tanah
yang menyediakan tempat hidup bagi berbagai makhluk terutama bagi decomposer.
DIVERSITAS FAUNA
Hutan hujan tropis Pinang-Pinang dengan Keanekaragaman tumbuhan atau pohon yang tinggi
memiliki hubungan negatif terhadap kesuburan tanah yang terdapat di bawahnya.
Beberapa jenis pohon memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi fisika dan kimia
lingkungan hutan, selain itu juga mempunyai daya kompetensi dalam memanfaatkan sumber daya
yang tersedia seperti ruang, unsur hara, air, cahaya matahari, dan sumber daya lainnya untuk
kelangsungan hidup, dan kemampuan reproduksi yang lebih baik.
• Contohnya pada jenis tumbuhan N. Juglandifolium.
Fotosintesis
Konsumen
(herbivora)
Produsen
Dekomposer (kumbang tanah,
lipan kaki seribu, cacing
tanah, kapang, jamur, bakteri)
SIKLUS MATERI(SIKLUS HARA)
Hutan hujan tropis Pinang-Pinang terbagi menjadi 3 kategori yaitu tingkat keanekaragaman pohon
tinggi, sedang dan rendah. Jika tingkat keanekaragaman pohon di area tersebut tinggi, maka
tingkat kesuburan tanahnya rendah dan sebaliknya jika tingkat keanekaragaman pohon rendah,
maka tingkat kesuburan tanahnya tinggi. Hal tersebut dikarenakan karakteristik kimia tanah
mengandung Ca, P, Al dan Fe yang rendah.
Contohnya pada jenis tumbuhan hiperakumulator yang mampu menyerap logam (unsur
hara) yang tinggi, seperti Eurya acuminate menyerap unsur Ca dan Al, Durio griffithii
menyerap unsur P dan Ptenandra coerulesscens menyerap unsur Fe.
Yang mempengaruhi unsur hara di dalam tanah yaitu faktor suhu dan cahaya matahari, curah
hujan, produktivitas serasah, tanah, herbivora dan sistem konservasi hara yang sangat ketat.
SIKLUS MATERI(SIKLUS HARA)
FOTOSINTESIS
CO2
TINGKAT
UNSUR KEANEKARAGA
HARA MAN TINGGI
TINGGI
Ca
TINGKAT SERASAH DAN
UNSUR TANAMAN MATI
P KEANEKARAGA
HARA
MAN SEDANG
SEDANG
Al
UNSUR TINGKAT
Fe HARA KEANEKARAGA
RENDAH MAN RENDAH
UNSUR CO2, CH4, asam-
HARA asam organik dan
DEKOMPOSER
alkohol
SIKLUS MATERI(SIKLUS KARBON)
Siklus karbon pada ekosistem hutan hujan tropis berperan penting dalam biogeokimia secara global. Hal
ini disebabkan karena ekosistem hutan merupakan suatu proses pemindahan energi dan hara antara
ekosistem dengan atmosfer, biosfer, geosfer dan hidrosfer.
Ekosistem hutan secara alami mengambil karbon (C) dalam bentuk CO, CO2 dan CH4 dari
atmosfer yang dihasilkan dari aktivitas antropogenik dan aktivitas respirasi makhluk hidup.
Pohon berukuran besar (diameter > 100 cm) menyumbangkan cadangan karbon lebih besar.
SIKLUS MATERI(SIKLUS KARBON)
CO2
TANAH
RESPIRASI AKAR
RESPIRASI TUMBUHAN
FOTOSINTESIS
ORGANISME
MATI
ORGANISME
PENGURAI
PRODUKTIVITAS
• Siklus karbon pada ekosistem hutan hujan tropis
berperan penting dalam biogeokimia secara
global. Hal ini disebabkan karena ekosistem
hutan merupakan suatu proses pemindahan
energi dan hara antara ekosistem dengan
atmosfer, biosfer, geosfer dan hidrosfer.
hidup.
KESIMPULAN
Hutan hujan tropis di bukit Pinang-Pinang Sumatera Barat bertipe normal yang memiliki
keanekaragaman vegetasi dari pohon. Tingkat keanekaragamannya dari rendah ke tinggi dan tingkatan ini
dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang ada. Ekosistem hutan hujan tropis memiliki beberapa siklus
materi diantaranya siklus karbon dan hara, dengan adanya siklus materi tentu akan terjadi pula aliran
energi. Siklus materi akan berperan dalam produktivitas yang terdapat di ekosistem dan hutan akan
mengambil karbon dari hasil aktivitas respirasi makhluk hidup dengan ini aliran energi akan tetap
berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Marsandi.F., Hermansyah, Agustian, Yasin.S., 2017. Review: Keanekaragaman Organisme Tanah dan
Hubungannya dengan Keanekaragaman Spesies Tumbuhan Kawasan Hutan Hujan Tropis
Pinang-Pinang, Padang, Indonesia. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indonesia. 3(2): 309-318.
Suwardi.B.A., Mukhtar E., Syamsuardi, 2013. Komposisi Jenis dan Cadangan Karbon di Hutan Tropis Dataran
Rendah, Ulu Gadut, Sumatera Barat. Jurnal Berita Biologi. 12(2): 169-176.
TERIMA KASIH