Anda di halaman 1dari 21

TEKNIK KULTUR Chlorella sp.

SKALA
LABORATORIUM DAN INTERMEDIET DI
BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR PAYAU
(BPAP) SITUBONDO JAWA TIMUR
KELOMPOK B1

1. Andestte Icaref (191810401043) 1. Widayanti (191810401072)


2. Layli Nazilatur R (191810401046) 2. Asyifa Yasmin A (191810401073)
3. Safira Isti’nafil I (191810401049) 3. Della Azzura K (191810401075)
4. Aisha Chitta N (191810401051) 4. M. Kurniawan (191810401078)
5. Dewi Masitoh (191810401054) 5. Hovivatul Azizah (191810401079)
6. Frengky Prasetya A (191810401058) 6. Jhoven Antonius B (191810401080)
7. Pingky Imelda A (191810401067) 7. Aisyah Qurrota A (191810401081)
8. Riska Aurellia R (191810401068) 8. Khilfa Yahya (191810401084)
PENDAHULUAN
• Chlorella sp. : mikrooalga jenis fitoplankton yang biasanya digunakan
sebagai pakan alami ikan, mampu tumbuh pada media yang memiliki
kandungan unsur hara yang cukup seperti karbon, nitrogen, fosfor, sulfur,
natrium, magnesium, dan kalsium.
• Manfaat : sebagai pakan dikarenakan memiliki kandungan protein sebesar
51-58%, minyak 28-32%, karbohidrat 12-17%, lemak 14-22%, dan asam
nukleat 4-5%.
• Suhu optimum yang dibutuhkan untuk Chlorella sp. tumbuh yakni 25°C
dengan pH 7-8 dan salinitas 25ppt. Chlorella sp. dapat dikulturkan dengan
cara pengkulturan dalam skala laboratorium, intermediet, dan massal.
• Jurnal ini bertujuan untuk mengetahui tehnik kultur Chorella sp. dalam
skala laboratorium dan skala intermediet di Balai Perikanan Budidaya Air
Payau Situbondo serta kendala dalam proses kultur.
Chlorella sp.
Morphology of Chlorella spp.
under light microscope.
(A) Chlorella sorokiniana in
photoautotrophic condition,
(B) Chlorella sorokiniana in
mixotrophic condition,
(C) Chlorella zofingiensis in
photoautotrophic condition and
(D) Chlorella zofingiensis in
mixotrophic condition. Scale bar
10 µm.

Sumber : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5592954/
METODOLOGI
Tempat : Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP)
Situbondo, Jawa timur
Waktu : Pada tanggal 23 Januari - 23 Februari 2017
Metode Penelitian :
Metode yang digunakan berupa metode deskriptif meliputi
wawancara, observasi dan partisipasi aktif selama kegiatan
kultur Chorella sp. dalam skala laboratorium dan skala
intermediet sehingga didapatkan data sekunder dan
data primer.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo Jawa Timur : Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kelautan dan Perikanan
2. Tugas : melaksanakan penerapan teknik pembenihan pembudidayaan ikan air
payau serta pelestarian induk atau benih ikan dan lingkungan
3. Visi BPBAP Situbondo (tahun 2014) : sebagai institusi rujukan teknologi
perikanan budidaya adaptif dalam pengembangan kawasan minapolitan sebagai
sumber pertumbuhan ekonomi andalan.
4. BPBAP Situbondo, Jawa Timur juga merupakan salah satu balai yang mengkaji
kultur fitoplankton salah satunya yaitu Chlorella sp.
Selanjutnya akan dibahas mengenai :
- Teknik kultur Chlorella sp. skala laboratorium
- Teknik kultur Chlorella sp. skala intermediet
- Pemeliharaan Chlorella sp. skala intermediet
- Kendala dan upaya penanggulangan dalam mengkultur Chlorella sp.
Teknik Kultur Chlorela sp. Skala Laboratorium
A.
ALAT

BAHAN  AIR  PUPUK WALNE  VITAMIN


B. METODE PENELITIAN Kultur Chlorella sp. murni 1 pada petridisk

1 Dibuat media padat dengan


Diambil 100 ml air laut yang
mengautoclav 1 L air laut yang telah diautoclav dan diberi
Disterilisasi alat dengan 3
2 pupuk untuk ditambahkan
oven, disterilisasi air telah disaring dan ditambahkan
dengan autoclave. dengan 1,5-2 g bakto agar
1 ml pupuk tanpa vitamin.

Dipanaskan diatas bunsen Dituang media ke petridisk


4 menggunakan kaki tiga atau 5 ditambahkan 0,1 ml vitamin. 6 sebanyak 4 ml setelah
steam lalu disterilkan. suhunya 26-34ᵒC dan
ditutup.

Diberi 20-30% bibit dari volume Diamati pertumbuhan


7 kultur pada media dan dibiarkan 8 Chlorella pada 2-3
hingga 1-2 hari. minggu hingga 1
bulan.
Kultur Chlorella sp murni 1 pada test tube

Dituangkan aquadest steril Diambil bibit koloni


Dikocok Chlorella
yang telah tercampur Chlorella dari petridisk
1 2 3 pada test tube
dengan vitamin pada test kemudian diinokulasikan
sebanyak 1 kali dalam
tube sebanyak 15 ml. pada media di dalam test
2 minggu.
tube.

Kultur Chlorella sp. murni 1 pada erlenmeyer

Diambil bibit Chlorella dari


1 Dikulturkan pada
test tube dengan perbandingan 2
erlenmeyer 250 ml.
bibit dan air laut yaitu 3:7.
Kultur Chlorella sp. murni 2 pada bottle glass

Dikulturkan bibit dari Digunakan sumber


erlenmeyer kultur murni 1 Diberi aeresi selama
cahaya melalui lampu TL
1 2 3 masa proses
pada bottle glass 2,5 L dan 10 watt dengan intensitas pemeliharaan
carboy 7,5 L. cahaya sebesar 3000
Lux.

Digunakan 23ᵒC sebagai suhu Digunakan 23ᵒC sebagai


awal dan salinitas 35 ppt untuk suhu awal dan salinitas 35
4 kultur pada bottle glass agar 5 ppt untuk kultur pada
didapatkan kepadatan awal carboy agar didapatkan
sebesar 450.000 sel/ml. kepadatan awal sebesar
480.000 sel/ml.
Teknik Kultur Chlorella sp. Skala Intermediet

• Sterilisasi Alat dan Wadah Kultur


Sterilisasi alat kultur dilakukan dengan merendam di dalam
kaporit 5 ppm selama 24 jam, mencuci alat menggunakan
deterjen, membilas dengan air mengalir, dan
mengeringkannya. Sterilisasi bak kultur dilakukan dengan
mencuci bak menggunakan deterjen, menggosok dinding bak,
membilas dengan air mengalir, dan mengeringkannya di bawah
sinar matahari. Bak yang sudah dibersihkan disiram dengan
kaporit, dibiarkan selama 24 jam, digosok, dan dibilas.
• Sterilisasi Media Kultur
Bak kultur diisi dengan air laut dan kaporit 5-10 ppm dan
dibiarkan selama 24 jam. Penambahan natrium thiosulfat 5-10
ppm dilakukan ketika akan digunakan. Selanjutnya adalah
mendiamkannya selama 30 menit, kemudian dilakukan chlorine
test. Pengisian air dan pemberian kaporit dilakukan disiang
hari karena sinar matahari mempercepat penguapan kaporit
sehingga kandungan air yang digunakan dapat steril.
• Pemberian Bibit Chlorella sp.

 Biomassa Chlorella sp. yang bagus → bibit yang


dikultur dari fase eksponensial puncak

 Bibit yang dikultur dari fase eksponensial puncak →


bibit yang sedang mengalami pertumbuhan dan
kepadatan yang maksimal, sehingga sel Chlorella sp.
akan berkembang lebih cepat

 Kepadatan awal Chlorella sp. di bak kultur


intermediet yaitu 60.000 sel/ml
Pemeliharaan Chlorella sp. Skala Intermediet

Pengukuran kualitas air :

1) Tumbuh dengan baik pada suhu 25-300C


2) Memiliki ketahanan terhadap salinitas yang tinggi yaitu
37 ppm dan tidak dapat hidup pada salinitas rendah
contohnya 0 ppm.
3) Tumbuh optimum dengan nilai pH 7-9.
4) Oksigen terlarut (DO) yang merupakan difusi udara
melalui permukaan air dan proses fotosintesis pada
kultur skala intermediet adalah 6,19 mg/l.
Pemanenan Chlorella sp.

Berdasarkan kurva pertumbuhan Chlorella sp. pemanenan


yang tepat pada waktu pertengahan fase eksponensial.
Pemananen dalam skala intermediet di BPBAP dilakukan
pemindahan kultur intermediet kedalam bak kultur secara
massal dengan volume air lebih dari 1 ton. Kultur secara
massal ini selanjutnya sebagi pakan alami larva ikan laut dan
untuk pembuatan powder Chorella sp. Pemanenan ini
menggunakan metode flokulan kimia
Penghitungan Kepadatan Sel Chlorella sp.

Penghitungan kepadatan Chlorella sp. dilakukan


menggunakan haemocytometer dan juga menggunakan
metode big block, hal ini dikarenakan ukuran Chlorella sp.
Yang lebih besar dari 6 μm, yaitu 2-12 μm dan jumlah sel
tidak terlalu padat. Hasil penghitungan kepadatan Chlorella
sp. dapat diketahui bahwa fase lag (adaptasi) terjadi pada
hari ke-0 sampai hari ke-3.
Kendala dan Upaya Penanggulangan dalam Kultur
Chlorella sp.

Kendala
1. media kultur yang terkontaminasi oleh protozoa
2. kepadatan awal yang tidak optimal
3. kondisi lingkungan yang tidak baik

Penanggulangan
1. dilakukannya sterilisasi peralatan,bahan,dan media kultur yang
akan digunakan
2. dilakukannya monitoring setiap hari agar kondisi lingkungan
terkontrol
KESIMPULAN

Kegiatan Praktek Kerja Lapang di Laboratorium Pakan Alami


BPBAB Situbondo dimulai dari isolasi Chlorella sp. dari alam
pada media agar sampai pemanenan Chlorella dengan
pemindahan bibit dari skala intermediet ke bak kultur skala
massal, kendala yang dialami antara lain adalah media kultur
yang tidak bebas dari kontaminan, kepadatan awal yang tidak
optimal, dan kondisi lingkungan yang tidak baik, seperti kualitas
air dan kondisi cuaca.
SARAN

Pelaksanaan kultur Chlorella sp. diperlukan pengamatan


fase-fase pertumbuhan Chlorella sp. setiap hari, agar
tidak terdapat bibit yang kurang baik saat digunakan
untuk kultur skala intermediet sehingga dapat
menentukan waktu panen yang tepat (berada pada fase
eksponensial).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai