Anda di halaman 1dari 19

TEKNOLOGI PRODUKSI PAKAN ALAMI

KELOMPOK 6
FARA FARIAL BAYAN
BAIS ASTRIA BANSE
TRIADMOJO MAIJA
MOH. REZKY
ABD MALIK LABACO
CHLORELLA SP

Chlorella merupakan jenis mikroalga yang


memiliki kandungan pigmen dan klorofil
untuk melakukan kegiatan fotosintesis.
Kata Chlorella berasal dari bahasa latin
yakni “chloros” yang memiliki arti hijau
dan “ella” yang berarti kecil. Chlorella
adalah pakan dasar biota yang ada di
perairan termasuk ikan. Chlorella mampu
tumbuh dan berkembang pada semua
tempat atau lingkungan
CHLORELLA SP
Kultur phytoplankton murni atau monospesifik
spesies dimulai dari kegiatan isolasi kemudian
dikembangkan sedikit demi sedikit secara
bertingkat. Media kultur yang digunakan awalnya
hanya beberapa millimeter saja kemudian berangsur
angsur meningkat ke volume yang lebih besar
hingga mencapai skala massal. Produksi massal (out
door) dilakukan dengan tidak menggunakan bahan
kimia atau peralatan khusus sedangkan produksi
murni di laboratorium membutuhkan perlakuan
khusus untuk mendapatkan kultur murni. Langkah
langkah untuk melakukan kegiatan kultur dimulai
dengan persiapan media, sterilisasi, pemberian
pupuk,perhitungan kepadatan dan pemanenan.
CHLORELLA SP

Adapun Tahapan-tahapan dalam teknik kultur


adalah :
• Persiapan Wadah : kultur dengan wadah yang
dipakai yaitu kolam beton. Volume wadah untuk
budidaya Chlorella secara massal berkisar antara
500 l (minimal) dan 200 ton. Selanjutnya
kedalaman air minimal dalam wadah budidaya
adalah 40 cm. Hal ini dimaksudkan agar suhu
dalam wadah tidak terlalu tinggi pada siang hari
dan tidak terlalu dingin pada malam hari. Untuk
skala masal wadah biasanya ditempatkan di luar
Dalam budidaya Chlorella skala massal disamping volume dan kedalaman
air, bentuk permukaan bak juga harus mendapatkan perhatian. Permukaan
bak sebaiknya mampunyai bentuk yang licin agar supaya mudah
dibersihkan dari kotoran atau lumut. Bak dibersihkan dengan cara
menyikat dinding dan dasar bak sampai semua kotoran hilang (Mokoginta
2003). Air yang akan digunakan dalam budidaya massal juga harus
disanitasi. Pada umumnya air tawar yang digunakan dapat bersumber dari
air sumur. Air yang digunakan terlebih dahulu dibersikan dengan jalan
penyaringan (pembersihan air secara fisik).
CHLORELLA SP
• Persiapan Alat dan Bahan Kultur Chlorella
sp. :Alat yang digunakan untuk kultur Chlorella
sp. yaitu aerator pipa, gayung, kayu dan bak
ember. Bahan yang digunakan untuk kultur yaitu
bibit Chlorella sp.
• Sterilisasi : sterilisasi kolam dilakukan dengan
cara menggunakan chlorine 30 ppm selama 6
jam. Setelah chlorine dimasukkan, air diaerasi
sampai chlorine tercampur rata diseluruh badan
air dan setelah itu aerasi dimatikan. Untuk
menetralkan chlorine, air diberi Na–thiosulfate
10 ppm dan diaerasi kuat
Dalam teknik kultur Chlorella sp. Terdapat langkah langkah awal yaitu :
• Pemberian Pupuk : pupuk yang digunakan untuk kultur chlorella sp
adalah Urea 70ppm, ZA 40ppm, TSP 40ppm, EDTA 5ppm, FeCl3 1ppm
dan NPK 5ppm.

UREA ZA TSP
CHLORELLA SP
• Pemilihan Bibit : pemilihan bibit adalah faktor
penting dalam melakukan kultur Chlorella sp.
karena bibit yang baik menentukan keberhasilan
suatu proses kultur. Pemilihan bibit bisa
dilakukan dengan cara memilih bibit yang siap
panen.
• Perhitungan Chlorella sp. dalam skala massal
:Penghitungan kepadatan Chlorella sp.
dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan
phytoplankton, kepadatan bibit, kepadatan pada
awal kultur, dan kepadatan pada saat panen.
Kepadatan phytoplankton dapat dihitung dengan
menggunakan Hemacytometer
CHLORELLA SP • Pemeliharaan : hari 1,menunjukan fase istirahat
atau adaptasi. Hari pertama terjadi fase
istirahat, ukuran sel meningkat, secara
fisiologis fitplankton sangat aktif dan terjadi
proses sintesis protein baru. Organisme
mengalami metabolisme tetapi belum
mengalami pembelahan. hari 2-5, pertumbuhan
mulai meningkat. hari 6-7 chlorella mengalami
penurunan. hari 8, puncak eksponensial pada
hari ini dilakukan pemanenan.
• Pemanenan : pemanenan dilakukan dengan cara
mengendapkan chlorella sp menggunakan
NaOH 50-70 ppm lalu di tampung ke bak fiber.
Chlorella dapat dipanen kembali setelah 5-7 hari.
Pada budidaya Chlorella yang berkesinambungan
ini biasanya hanya dapat berlangsung 3 kali panen
Chlorella dalam Akuakultur

SEBAGAI MAKANAN
ZOOPLANKTON

DAPHNIA
ROTIFERA
TETRASELMIS SP.
Sel-sel Tetraselmis sp. berupa sel tunggal yang
berdiri sendiri. Ukurannya 7-12 µm, berkolorofil
sehingga warnanya pun hijau cerah. Pigmen
penyusunnya terdiri dari klorofil. Karena memiliki
flagella maka Tetraselmis chuii dapat bergerak
seperti hewan. Pigmen klorofil Tetraselmis chuii.
terdiri dari dua macam yaitu karotin dan xantofil.
Inti sel jelas dan berukuran kecil serta dinding sel
mengandung bahan sellulosa dan pektosa

Tetraselmis memiliki kandungan protein


(48,42%), karbohidrat (12,10%), lemak
(9,70%), dan total klorofil (3,65-19,20 mg/g)
(Sani et al., 2014).
METODE KULTUR
TETRASELMIS SP.
Ada tiga metode kultur Tetraselmis adalah
1. Kultur murni yang menggunakan media 1 liter
2. Kultur semi masal yang menggunakan media 3
liter
3. Kultur masal yang menggunakan media 200 liter
dan 1 ton
Kultur murni yang menggunakan media 1 liter
1. Tetraselmis dalam wadah 1 galon (3 liter):
- Dapat menggunakan botol “carboys” atau toples.
- Persiapan sama dengan dalam wadah 1 liter.
- Medium dipupuk dengan jenis dan takaran sebagai berikut :
• Urea-46 = 100 mg/l
• Kalium hidrofosfat-K2HPO4 = 10 mg/l
• Agrimin = 1 mg/l
• Besi klorida-FeCl3 = 2 mg/l
• EDTA (Ethylene dinitrotetraacetic acid) = 2 mg/l
• Vitamin B1 = 0,005 mg/l
• Vitamin B12 = 0,005 mg/l
Kultur semi masal yang menggunakan media 3 liter

2. Tetraselmis Dalam wadah 1 galon (3 liter) :


- Bibit dari penumbuhan dalam wadah 1 liter, ditebar
dalam medium yang telah diberi pupuk, untuk setiap galon
membutuhkan bibit 100 ml, hingga kepadatan mencapai
100.000 sel/ml.
- Wadah ditaruh di dalam ruangan ber-AC, di bawah
lampu neon, dan airnya diudarai terus-menerus.
- Setelah 4-5 hari telah berkembang dengan kepadatan 4-5
juta sel/ml. Hasilnya digunakan sebagai bibit pada
penumbuhan berikutnya
Kultur masal yang menggunakan media 200 liter dan 1 ton
3. Tetraselmis dalam wadah media 200 liter dan 1
ton :
- 200 liter dapat menggunakan akuarium
sedangkan 1 ton menggunakan bak dari kayu, bak
semen, atau bak fiberglass
- Persiapan lain sama Untuk wadah 1 ton hanya dapat
- Medium dipupuk dengan jenis dan takaran menggunakan urea 60-100
sebagai berikut : mg/liter dan TSP 20-50 mg/liter
• Urea-46 = 100 mg/l
• Pupuk 16-20-0= 5
• Kalium hidrofosfat-K2HPO4 = 5 mg/l
• Agrimin = 1 mg/liter
• Besi klorida FeCl3 = 2 mg/liter
Pemanenan

Pemanenan kultur Tetraselmis harus dilakukan pada


saat fitoplankton mencapai puncak populasi. Apabila
puncak populasi belum tercapai, maka sisa-sisa zat
hara masih ada, dan membahayakan organisme yang
mengkonsumsinya. Sedangkan apabila pemanenan
terlambat maka terjadi kematian sehingga kualitas
fitoplankton tersebut mengalami penurunan. Teknik
pemanenan kultur Tetraselmis chuii dilakukan secara
total. pemanenan total yaitu mengambil hasil kultur
secara keseluruha.
TETRASELMIS SP. • Salinitas : Tetraselmis tumbuh dengan kondisi
salinitas optimal antara 25 dan 35 ppm.
• Suhu : Tetraselmis hidup dengan kondisi suhu
optimal berkisar antara 23-25°C.
• pH : Kisaran pH untuk Tetraselmis biasanya
antara 7-8
• Karbondioksida dengan kadar 1-2% biasanya
sudah cukup untuk kultur fitoplankton dengan
intensitas cahaya yang rendah. Kadar
karbondioksida yang berlebih dapat
menyebabkan ph kurang dari batas optimum
• Cahaya : Kebutuhan akan cahaya bervariasi
tergantung kedalaman kultur dan
kepadatannya
Tetraselmis dalam Akuakultur

Tetraselmis merupakan salah satu jenis pakan


alami yang sering digunakan sebagai pakan dan
mempunyai nilai gizi yang baik (Supriyantini
dkk., 2007). Menurut nansetyo dan Kurniastuty
(1995) bahwa Tetraselmis sp. mengandung
protein berkisar 49,75% dan karbohidrat19,37%.
Oleh sebab itu, Tetraselmis sp. sangat cocok
digunakan sebagai pakan zooplankton dan ikan
dalam suatu usaha budidaya.
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai