Anda di halaman 1dari 11

Kultur Algae

Tetraselmis chuii

ANGGOTA KELOMPOK:
1. Linda Puspitasari - 141811535009
2. Hayrunisya - 141811535010
3. Kavina Renda Safitri - 141811535027
4. Sadida Anindya Bahtiar - 14181153503
5. Faridha Kusumaningrum - 1418115350
Tetraselmis chuii
Kingdom : Plantae
Filum : Chlorophyta
Kelas : Prasinophyceae
Ordo : Chlorodendrales
Familia : Chlorodendraceae
Genus : Tetraselmis
Spesies : T. chuii
(Butcher, 1959 dalam
Sumber :Lu, Lin, et al, 2017 AESAN, 2013)
Merupakan mikroalga yang bersifat motil
berukuran 10-15µm
Tubuh berbentuk elips yang dihasilkan dari
proses penggabungan secara longitudinal
Tumbuh secara efisien pada kondisi
mixotrophic.
Teknik Kultur Alga
Kultur Skala Lab
Kultur Semi Massal
Kultur Massal
Teknik Kultur Skala Laboratorium
1. Sterilisasialat
Sterilisasi alat menggunakan autoklaf yang berfungsi sebagai alat untuk
mensterilkan alat dan bahan menggunakan uap air panas bertekanan. Sterilisasi
galon saat pencucian menggunakan campuran iodine dan deterjen yang bertujuan
untuk membunuh mikrioorganisme yang tidak diinginkan
 
2. Sterilisasi media untuk kultur
Air laut sebagai media kultur serta harus disterilisasi menggunakan autoclave
 
3. Pembuatan pupuk
Menggunakan jenis pupuk guilard untuk kultur petridish, ampul, dan
erlenmeyer sebanyak 1 ml pupuk untuk 1 liter volume kultur. Bahan-bahan
penyusun pupuk adalah natrium pospat, trace metal, vitamin B1, B12, Biotin, dan
silikat. Pupuk tetraselmis pada kultur botol dan galon menggunakan NaNO3,
EDTA, dan AGP
 
4. Kultur pada petridish

Pembuatan media agar diawali pemberian air laut sebanyak 250 ml ke


dalam erlenmeyer ditambahkan silikat sebanyak 3 ml. Natrium phospat 2 ml,
trace metal 2 ml, serta vitamin sebanyak 1 ml kemudian ditambahakan bacto
agar 4.5 gram lalu dipanaskan hingga mendidih menggunakan hotplate lalu
tuang kedalam petridish sebanyak 20 ml , tutup petridish menggunakan
parafin lalu diinkubasi 24 jam.

Kultur petridish, pertama-tama siapkan bibit tetraselmis dengan cara


membuka paraffin kemudian mengambil bibit tetraselmis menggunakan
mikropipet lalu teteskan kedalam media agar. Mengambil jarum ose yang
telah dipanaskan dengan api bunsen kemudian lakukan metode streak plating
dengan pola tertentu pada media agar. Tutup kembali petridish menggunakan
paraffin lalu letakkan petridish pada saat inkubasi dengan posisi miring
5.Kultur pada botol 55 ml
Pembuatan media pada wadah botol 55 ml dengan
pemberian pupuk guilard sebanyak 50 ml lalu diberikan bibit
koloni dari petridish. Pengambilan bibit tetraselmis menggunakan
jarum ose yang telah dipanaskan kemudian dimasukkan kedalam
botol lalu ditutup. Lalu diinkubasi ± 2 minggu. Kultur pada wadah
botol 55 ml perlu dilakukan pengocokan setiap hari supaya tidak
terjadi pengendapan.
 

6. Ku1tur pada erlenmeyer 250 ml\


Pembuatan media pada wadah Erlenmeyer dengan
pemberian pupuk Guilard sebanyak 150 ml lalu berikan bibit dari
media ampul sebanyak 100 ml. Kemudian, tutup Erlenmeyer
dengan aluminium foil supaya tidak terjadi kontaminasi serta
letakkan Erlenmeyer kedalam rak kultur dengan suhu 20˚C dan
Intensitas cahaya 4200 lux. Inkubasi selama ± 7 hari untuk
memperoleh hasil maksimal. Setiap harinya dilakukan
pengocokan supaya tidak adanya pengendapan.
 
8. Kultur pada Galon 19 liter
diawali dengan menggunakan air laut yang telah diberi kaporit 10 ppm
serta disaring menggunakan catridge dan filter bag. Air laut tersebut
dimasukan kedalam galon sebanyak 10 liter lalu berikan aerasi selama 24 jam.
Setelah itu, galon diberikan Thiosulfat 5 ppm sebanyak 10 ml untuk
menetralkan kaporit lalu, tambahkan NaNO3 sebanyak 50 ml dan AGP murni
sebanyak 5 ml lalu tambahkan bibit Tetraselmis sebanyak 1800 ml lalu beri
aerasi. Letakkan galon tersebut kedalam rak kultur dengan suhu 20˚C dan
intensitas cahaya 4200 lux. Kultur galon dipanen ± 4 hari.
 

9. Pengamatan pertumbuhan tetraselmis


Dilakukan selama 14 hari pengamatan, apabila Peningkatan kepadatan sel
terjadi setelah mengalami fase stasioner diduga mengalami periode kriptik,
yakni sel-sel yang masih hidup memanfaatkan tambahan nutrisi dari sel-sel
yang lisis untuk pertumbuhannya serta terjadinya penurunan kepadatan sel
fitoplankton dapat disebabkan oleh beberapa faktor yakni penipisan nutrien
sehingga tidak lagi mampu bertumbuh dan terbatasnya sumber cahaya yang
menyebabkan keredupan karena padatnya pertumbuhan.
10. Pemanenan
Pemanenan kultur Tetraselmis chuii dilakukan dengan pengamatan
menggunakan mikroskop, sehingga dapat diketahui pertumbuhan yang telah
mencapai puncak populasi. Apabila puncak populasi belum tercapai, maka sisa-
sisa zat hara masih ada dan membahayakan organisme yang mengkonsumsinya.
Sedangkan apabila pemanenan terlambat maka terjadi kematian sehingga
kualitas fitoplankton tersebut mengalami penurunan.

Pemanenan Tetraselmis chuii dilakukan dengan memindahkan kultur media


petridish kedalam media ampul, media ampul kedalam Erlenmeyer volume 250
ml, media Erlenmeyer kedalam botol volume 900 ml dan media botol volume
900 ml kedalam media galon lalu kultur pada media galon dilanjutkan kedalam
media bak filber yaitu skala intermediet kemudian dilanjutkan kedalam kultur
massal. Teknik pemanenan kultur Tetraselmis chuii dilakukan secara total.
 
Langkah – Langkah kultur skala semi massal

=> Medium yang dapat digunakan yaitu Guillard


f/2 dengan air laut sebagai media kultur

=> Ditempatkan pada tempat yang dingin dan


diberi aerator

=> Pengamatan parameter dilakukan setiap satu


hari sekali

=> pH yang diperlukan 7-8 dengan salinitas 28‰.


Langkah – Langkah kultur skala massal

=> Dilakukannya proses isolasi Tetraselmis


chuii yang dimulai dari volume 1 ton hingga
lebih dari 20 ton yang ditempatkan pada wadah
kayu atau fiberglass

=> Dilakukan pemberian pupuk seperti K2HPO4

=> Dibiarkan tumbuh dengan dilakukan


pengontrolan secara berkala

=> Proses pemanenan langsung


Daftar Pustaka

Ghezelbash, F., T. Farboodnia., R. Heidari And N. Agh. 2018. Effects Of Different Salinities
And Luminance On Growth Rate Of The Green Microalgae Tetraselmis chuii. Journal Of
Biological Sciences. 3 (3): 311- 314.

Lansing, M. P., J. P. Harley. And D. A. Kleien. 2015. Microbiology Sixth Edition. The Mc
Graw-Hill Company. New York. 12

Lu, L., Wang, J., Yang, G., Zhu, B., & Pan, K. 2017. Biomass And Nutrient Productivities Of
Tetraselmis chuii Under Mixotrophic Culture Conditions With Various C: N
Ratios. Chinese Journal Of Oceanology And Limnology.35(2): 303-312

Matthews, R. G And R. V. Banerjee. 2010. Cobalamin-Dependent Methionine Synthase.


Biophysics Research Division And Department Of Biological Chemistry, The
University Of Michigan, Ann Arbor. USA. 1450-1459

Úbeda-Mínguez, P., Chileh, T., Dautor, Y., García-Maroto, F., & Alonso, D. L. 2015. Tools For
Microalgal Biotechnology: Development Of An Optimized Transformation Method
For An Industrially P romising Microalga—Tetraselmis chuii. Journal Of Applied Phycology.
27(1): 223-232.

AESAN(Agencia Espanola De Seguridad Alimentaria Y Nutricion). 2013. Report Of The


Scientific Comittee Of The Spanish Agency For Food Safety And Nutrition On A
Request Foot Initial Assessment For Marketing Of The Marine Microalgae Tetraselmis
Chuii Under Regulation (EC) No. 258/97 On Novel Foods And Novel Foods Ingredients.
Report AESAN-2013-001. Revista Del Comite Cientifico De La AESAN. 18: 11-28

Anda mungkin juga menyukai