KULTUR JARINGAN A. Kultur Antera • Antera atau tepungsari secara alamiah berfungsi menyerbuki maupun membuahi. • Apakah tepungsari mempunyai totipotensi? • Apakah tepungsari bila ditanam di atas media yang sesuai dapat tumbuh menjadi tanaman yang sempurna? • Bagaimana cara mengubah naluri alami tepungsari sehingga dapat tumbuh menjadi kalus dan kemudian menjadi planlet (anak tanaman)? 1. Kegunaan Kultur Antera a. Mampu menghasilkan tanaman haploid atau tanaman yang hanya mempunyai satu genom saja, dalam istilah yang baru dinamakan monohaploid. Keuntungan tanaman monohaploid adalah : • Dapat digunakan untuk pemuliaan tanaman selanjutnya. • Dapat mengetahui sifat tanaman mono- haploid dengan jumlah genom yang terkecil. • Dari tanaman monohaploid diperkirakan dapat menghilangkan sifat resesif. b. Dari monohaploid dapat dihasilkan derivate yang dihaploid (diploid) dengan cara : • Merangkapkan krom. dg perlakuan colchisin. • Mengadakan silangan tan. monohaploid. c. Membuat tanaman homozigot. d. Dikombinasikan dengan penggunaan mutagen kimiawi atau mutagen fisik dapat menghasilkan mutan-mutan dan menghasilkan tanaman sebagai berikut : • Tanaman yang mempunyai ketahanan terhadap penyakit, tahan rebah, dan lain-lain; • Tanaman yang lebih unggul dan hasilnya lebih tinggi; • Tanaman lebih cepat berbuah; • Toleran thd kadar garam di tanah yang berkadar garam tinggi, toleran thd kekeringan, dan toleran thd tekanan lainnya; • Meningkatkan kualitas nutrisi; • Menghilangkan metabolit-metabolit yang merupakan racun bagi binatang & manusia 2. Prosedur Pelaksanaan • Sterilisasinya dilaksanakan dengan cara kimiawi ataupun cara fisik (pemanasan). • Cara kimiawi menggunakan Clorox. Kepala sari atau antera yang masih terdapat di dalam kuncup bunga dimasukkan kedalam Erlenmeyer yang telah diisi 10% Clorox dan satu tetes tween-20. Setelah itu kuncup bunga digojog selama 10 menit di dalam larutan, selanjutnya kuncup dibuka dengan memakai pisau steril, antera dipotong dan dimasukkan ke dalam 5% Clorox + satu tetes tween-20 serta digojog selama lima menit. Sebelum ditanam di atas media, eksplan dicuci terlebih dulu dengan menggunakan air steril. • Sterilisasi dengan pemanasan dapat dilaksanakan pada bahan yang berdaging; caranya bahan bunga yang masih kuncup dicelupkan ke dalam spiritus dan kemudian di bakar. Cara ini diulang sampai tiga kali. Antera kemudian diambil dan ditanam di atas media. • Media yang paling banyak digunakan adalah NG terutama untuk antera padi, tetapi dapat juga menggunakan media MS atau VW untuk membudidayakan kepala sari anggrek Dendrobium. • Yang perlu diperhatikan adalah zat-zat tambahan yang harus dibubuhkan pada media baku untuk induksi kalus dan untuk deferensiasi berbeda. • Zat-zat tambahan yang diperlukan untuk induksi kalus adalah 2,4 D, atau MCPA (2,methyl – 4- chorophenoxy acetic acid) untuk pembentukan kalus padi. Kadar sukrosa juga perlu ditingkatkan berkisar 6% - 20%, juga ion NH4 yang berasal dari ammonium-sulfat sebesar 3,5 m M/l serta KH2PO4 800m/liter media sangat diperlukan khusus untuk antera padi. • Zat-zat tambahan untuk deferensiasi adalah kombinasi hormone dari golongan auksin dan sitokinin, sebaiknya 2,4 D sama sekali tidak dipakai ; sedangkan kadar sukrosanya dikurangi sampai hanya 3 % saja atau malahan dihilangkan sama sekali. 3. Faktor-faktor yang Menentukan Hasil Akhir Kultur Antera • Kondisi pertumbuhan tanaman donor: Misalnya : temperature, fotoperiodisasi, dan intensitas cahaya. • Umur tanaman donor; Disarankan bahwa tunas yang digunakan berasal dari awal pembungaan. • Tingkat perkembangan pollen: Tingkat optimum perkembangan pollen pada waktu diambil dari tunas untuk setiap jenis tanaman berbeda. Paling baik digunakan pollen pada tingkat pembelahan mitosis pertama di mana untuk menentukan stadium ini digunakan metode straining, yaitu acetocarmin 4% dalam 50% asam glacial asetad • Metode sterilisasi : Tanaman satu dengan lainnya membutuhkan sterilan yang berbeda-beda Misalnya sublimat, etanol, atau sodium hipoklorit. • Pre-treatment: Beberapa jenis tanaman memerlukan perlakuan pendahuluan berupa temperatur rendah 8 0C selama empat hari (bunga padi), merendah dalam air yang ada butir-butir arangnya ataupun mengurangi tekanan atmosfir menjadi 12 mg/hg. • Metode diseleksi • Kultur media • Kondisi ruang inkubasi: Suhu, cahaya densitas antera dan orientasi eksplan perlu diperhatikan. Biasanya temperatur yang dibutuhkan adalah 250 – 280C, tetapi ada yang memerlukan temperatur lebih tinggi, misalnya 35 0C atau lebih. 4. Permasalahan yang Sering Muncul • Tanaman hasil budidaya masih banyak yang steril. • Masih perlu dicari pencegahan yang efektif terhadap terjadinya tanaman bulai. • Sampai sekarang masih belum berhasil membudidayakan kepala sari tanaman polongan. B. Kultur Embrio Yang dimaksud dengan kultur embrio adalah memisahkan embrio yang belum dewasa dan menumbuhkannya secara kultur jaringan untuk mendapatkan tanaman yang viable. 1. Tujuan Kultur Embrio • Memperpendek Siklus Breeding: Tanaman yang semula membutuhkan waktu yang lama untuk berkecambah, dengan kultur embrio akan menjadi lebih cepat berkecambah. • Menguji kecepatan viabilitas biji: Perkecambahan embrio dapat lebih nyata dan dapat lebih memberikan interpretasi yang jelas dari pada kalau menggunakan test pewarnaan. • Memperbanyak tanaman langka : Tanaman langka, seperti kelapa kopyor, sangat sulit untuk dibudidayakan secara normal. Sebab, kelapa kopyor mempunyai embrio yang lunak sehingga di bawah kondisi normal tidak mungkin untuk berkecambah. Tetapi dengan teknik kultur embrio dapat diperoleh tanaman kelapa kopyor. • Memperoleh hybrid yang langka : Program pemuliaan dengan mengadakan persilangan seringkali mengalami kegagalan yg disebab-kan oleh proliferasi yang terhalang, atau fertilisasi dapat terjadi secara normal tetapi embrio mati pada awal tingkat perkembangannya. • Kematian ini mungkin disebabkan oleh sedikitnya endosperm atau endosperm tidak berkembang secara normal akhirnya mengalami keguguran karena tidak cukup tersedia makanan, atau mungkin endosperm mengalami kelainan. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan penanaman embrio pada kultur media 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Kultur Embrio • Komposisi media : Media untuk pertumbuhan embrio harus mengandung unsur makro, unsur mikro, dan gula. Faktor penting lainnya yang tidak boleh diabaikan adalah adanya ion ammonium dan potassium. • Oksigen. • Cahaya : Kadang-kadang untuk perkembangan embrio membutuhkan tempat gelap kira-kira selama 7 – 14 hari, baru setelah itu dipindah ke tempat terang untuk pembentukan khloropil. • Temperatur : Temperatur optimum yang dibutuhkan umumnya tergantung dari jenis tumbuhan yang digunakan. Secara normal temperatur paling tinggi adalah 220 – 280C. c. Kultur Protoplas 1. Pengertian protoplas • Protoplas adalah sel hidup yang telah dihilangkan dinding selnya, yang disebut sebagai sel telanjang. • Dinding sel yang pertama (dinding primitive atau lamella tengah) adalah dinding yang terdiri dari zat pektin dan protopekektin; pembentukan kedua zat ini melalui proses pembelahan sel. • Dinding yang pertama ini mengalami penebalan sampai tiga kali, yaitu penebalan primer, penebalan sekunder dan penebalan tertier. • Penebalan primer terdiri dari zat sellulosa, sedangkan dua penebalan lainnya terdiri dari zat lignin dan sellulosa. • Untuk keperluan kultur protoplas, maka dinding primitif dan penebalan primer yang mengandung zat-zat pectin, protopektin dan sellulosa perlu dihilangkan. • Protoplas terdiri dari benda-benda hidup dan benda-benda mati. • Protoplas dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu sitoplasma dan vakuola. • Di dalam sitoplasma terdapat plasma dasar, organela dan sistem membrane. Plasma dasar mempunyai substansi dasar yang terdiri dari zat protein, lemak, asam nuklein dan lain- lain substansi yang dapat larut di dalam air. • Yang paling penting dalam hubungannya dengan budidaya protoplas adalah organela, sebab di dalam roganela ini terdapat nucleus, plastid, mitokondria dan organela lainnya. Plastida itu sendiri sebenarnya merupakan nama kelompok butir-butir di dalam plasma yang mempunyai ukuran lebih kecil daripada nucleus, tetapi lebih besar dari ukuran mitokondria. Macam-macam plastid yang dikenal dengan khloroplas, khromoplas dan leukoplas. 2. Isolasi Protoplas • Adalah usaha untuk menghasilkan protoplas sebanyak-banyaknya dari suatu jaringan. • Protoplas ini dapat diperoleh dengan jalan maserasi, yaitu pemisahan protoplas dari dinding selnya dengan cara melarutkan pectin dan derivatnya dengan zat-zat yang dapat mengoksidasi. • Untuk melarutkan zat pektin dapat memakai pektinase, pektiolase atau macerozym, sedangkan untuk melarutkan zat sellulosa dapat menggunakan sellulase. • Permasalahan yang dihadapi dalam isolasi protoplas (Soeryowinoto, 1989) adalah : Enzim atau kombinasi enzim apa yang terbaik untuk dipakai? Seberapa lama jaringan harus direndam dalam larutan enzim? Babagaimana cara mensterilisasi enzim? Pelarutan dinding sel yang terbaik dilakukan dalam gelap atau di bawah cahaya lampu ? Bagaimana caranya agar protoplas yang diperoleh itu utuh, tidak pecah dan masih berfungsi? Zat apakah yang terbaik untuk digunakan agar tidak pecah (anti blasting)? Berapakah konsentrasi yang terbaik agar tidak pecah ? • Alat-alat dan bahan-bahan yang diperlukan untuk keperluan isolasi protoplas, antara lain : plasmolyzing agent, media enzim, media pencuci, media purifikasi, media CPM dan zat-zat kimia lainnya. Semua bahan tersebut diseterilisasi dengan milipore filter, dan komposisi bahan kimianya dapat dilihat dalam bab tentang media. 3. Prosedur Isolasi Protoplas • ditampilkan gambar prosedur isolasi protoplas (Gambar 24) beserta keterangannya. 4. Prosedur Fusi Protoplas • Secara alamiah fusi dapat terjadi antara sel telur dengan sel sperma, dan antara sel sperma dengan inti kandung lembaga. • Sedangkan dengan teknik kultur jaringan dapat dilakukan fusi buatan yaitu dengan cara kimiawi atau dengan cara medan listrik. • Dari perlakuan fusi protoplas ini dapat menghasilkan hibrid yang somatic (hybrid parasexual), karena hibrid yang diperoleh tidak mengalami siklus pembelahan seperti halnya kalau kita memperoleh zygot secara seksual. • Di samping itu, kita juga dapat memperoleh hibrid sitoplasmik atau sering disebut cybrid. Cybrid ini dapat digunakan untuk transplantasi dan transformasi genetic. • Cybrid ini diperoleh bila yang mengadakan fusi hanyalah sitoplasmanya saja. Hal ini dapat terjadi apabila suatu nucleus yang membelah setiap empat jam sekali dikawinkan dengan nucleus yang membelah setiap 40 hari sekali. Hal ini akan berakibat salah satu nucleus menjadi mati, sehingga yang berbaur hanya sitoplasmanya saja. Hasil selnya adalah sel satu nucleus dengan rangkaian sitoplasma dari dua sifat. Sifat-sifat ini dapat dijumpai pada kromosom (gen), plastid (plastidom) dan plasma (plasmom). • Sedangkan fusi yang sempurna adalah fusi yang terjadi baik pada sitoplasma maupun inti selnya, yang disebut hybrid. • Ada dua macam bentuk terjadinya fusi protoplas, yaitu yang pertama adalah self fution (self group fution atau group hybrid), • Self fution yaitu bila terjadi perkawinan sendiri. Misalnya, protopas-protoplas dari Vanda sp. Yang bersifat tersebar saling bergabung, atau terjadinya fusi pada protoplas-protoplas Phalaenopsis yang protoplasnya bersifat polar atau mengumpul. • Fusi yang kedua ialah master fution atau fusi tundun, yang disebut cluster protoplast fution. Fusi ini dicirikan dengan terjadinya penggabungan protoplas yang jumlahnya 10 atau lebih banyak lagi. • Faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan terjadinya fusi protoplas, antara lain adalah sebagai berikut ; Larutan enzim yang digunakan : Bila larutan enzim yang digunakan tidak mengandung osmoliticum stabilizer, maka dapat mengakibatkan protoplas rusak sebelum dapat difusikan. Oleh karena itu, perlu menggunakan sellulase dan macerozym ataupun pektiolase. Kondisi jaringan yang digunakan: Jaringan yang dipergunakan untuk sumber protoplas sebaiknya berasal dari jaringan muda (meristem), yang berasal dari tanaman rumah kaca. Jaringan dapat juga diambil dlapangan, tetapi keberhasilannya tentu jauh lebih kecil daripada bila diambil dari tanaman rumah kaca. Bila menggunakan biji steril yang ditumbuhkan secara kultur jaringan, maka sebaiknya diambil sebelum mencapai umur 3 minggu. Jaringan apa pun dapat digunakan, asalkan masih sangat muda. Waktu inkubasi dan agitasi : Inkubasi terhadap bahan yang digunakan dilakukan setelah diberi media enzim. Cara inkubasi harus menggunakan shaker (mesin penggojog), namun penggojokan tidak boleh melebihi batas waktu, sebab bila melebihi batas waktu semua protoplas dapat hancur. Selain masalah waktu, yang perlu diperhatikan juga adalah agatasi, sebab agatasi yang terlalu tinggi juga dapat menghancurkan protoplas. Agitsi yang terbaik adalah antara 50 – 100 rpm. Cara pencucian : Perlakuan dalam fusi protoplas membutuhkan kecermatan dan ketelitian, misalnya dalam pencucian. Cara mengambil maupun memberi larutan harus melalui dinding tabung dengan menggunakan pipet steril, sehingga protoplas tidak pecah karena tekanan larutan yang terlalu keras. Selain itu, pada saat menuang protoplas ke tabung centrifuge perlu sambil digoyang- goyangkan dengan kedua telapak tangan. Faktor-faktor lingkungan: Untuk keperluan budidaya protoplas membutuhkan : temperature 250C, cahaya lampu neon yang cukup serta suasana yang serba bersih atau bahkan steril Pengujian viabilitas protoplas: Untuk mengetahui protoplas yang mempunyai daya hidup baik dan yang buruk, kita dapat menggunakan zat warna, yaitu : zat warna biasa, misalnya neutral red, metheel blue dan evan blue. Zat warna ini biasanya digunakan 0,01% - 0,05%. Zat warna yang fluorescens, misalnya FDA (flour diacetate) CW (calcoflour white), FI (propidium Ioidie) dan Rhodan contoh penggunaannya adalah sebagai berikut : Apabila kita memberikan zat warna evan blue pada protoplas, maka protoplas yang viable (utuh) akan menyerap warna biru tersebut, sedangkan yang tidak viable tidak dapat menyerap warna. kemudian setelah selesai dicuci dan dicentrifuge supaya warnanya hilang. Kerapatan/densitas dari protoplas : Kerapatan protoplas di dalam suspensi yang terbaik adalah antara 5 x 104 sampai 2 x 105 per-ml. Cara pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan hemocytometer.