Anda di halaman 1dari 7

A.

Metode Kultur Jaringan


1. Berdasarkan Macam Media Tanam Teknik kuljar dapat dilakukan
dg 2 metode :
1. Metode Padat (Solid Method)
Tujuan : untuk mendapatkan kalus (induksi kalus) kemudian
dengan medium deferensiasi yg berguna untuk menumbuhkan akar, dan
tunas maka kalus akan tumbuh menjadi planlet
Media yg terlalu padat mengakibatkan akar sukar tumbuh, sebab akar
sulit menembus media dan media yg terlalu lembek menyebabkan
kegagalan ( eksplan yg ditanam tenggelam, terutama eksplan yg berat
spt wortel, melinjo, bawang putih, kedele, dsb). Eksplan yg tenggelam
tidak akan tumbuh karena area tpt tumbuh kalus yaitu pada
irisan/jaringan yg luka tertutup oleh media; busuk karena sangat
lembab,
Selain itu metode padat digunakan untuk kloning, untuk menumbuhkan
protoplas setelah diisolasi, untuk menumbuhkan planlet dari
protokarmus setelah dipindahkan dari suspensi sel, dan untuk
menumbuhkan planlet dari protoplas yang sudah difusikan
/digabungkan
2. Metode Cair (Liquid Method)
metode ini kurang praktis, karena untuk menumbuhkan kalus langsung
dari eksplan sangat sulit sehingga keberhasilannya lebih kecil dan hanya
tanaman tertentu yg berhasil.
Oleh karena itu metode cair ditekankan kepada: untuk suspensi sel yaitu
untuk menumbuhkan plb (protocorm like bodies/protokarmus). Dari
protokarmus ini dapat tumbuh menjadi planlet bila dipindahkan kedalam
media padat yang sesuai.

Untuk mempercepat pertumbuhan sel dilakukan sub kultur (yaitu


penggantian media lama dengan media baru dengan interval waktu satu
atau dua minggu. Bila terlambat akan terjadi embriogenesis atau kalus
berwarna coklat dan pertumbuhannya terhenti.
Ada 2 cara subkultur:
1.Membagi biomass menjadi 2, setiap bagian ditambah volume media yg
sama shg 1 erlenmeyer menjadi 2, 4, 8, dst
2.Biomass tetap tapi media ditambah 2x lipat , dg cara ini tidak menambah
jumlah erlenmeyer tapi memerlukan erlenmeyer dg ukuran yg besar
Sub kultur dianggap selesai bila kalus sudah tidak berkembang lagi,
setelah itu dipindahkan ke media padat untuk menumbuhkan tunas dan
akar sehingga membentuk planlet

Dilihat dari bahan atau eksplan yang dipakai, metode kuljar ada :
1.Kultur meristem
2.Kultur antera, kultur pollen, atau kultur haploid
3.Kultur endosperma
4.Kultur Suspensi sel
5.Kultur Protoplas
6.Kultur embrio
7.Kultur spora
8.Dll
1. Kultur meristem.
Kultur meristem tembak adalah alternatif yang potensial untuk lebih umum
digunakan metode untuk regenerasi sereal, karena mereka kurang tergantung
genotipe dan lebih efisien (bibit dapat digunakan sebagai donor material).

2.  Kultur antera


Anther (somatik jaringan yang mengelilingi dan berisi serbuk sari). Anther juga dapat
dikultur dalam medium cair, dan serbuk sari dilepaskan dari antera dapat diinduksi
untuk membentuk embrio, meskipun efisiensi regenerasi tanaman seringkali sangat
rendah

3. Kultur haploid
Kultur haploid adalah kultur yang berasal dari bagian reproduktif tanaman, yakni:
kepalasari/ anther (kultur anther/kultur mikrospora), tepungsari/ pollen (kutur pollen),
ovule (kultur ovule), sehingga dapat dihasilkan tanaman haploid.

4. Kultur pollen
Pollen (mikrospora) merupakan sel tunggal dan haploid dari sel kelamin jantan.
Pollen ini baik bila digunakan untuk diinduksi mutasi dan manipulasi genetik lain.
Kultur pollen pertama kali yang berhasi pada tanaman Datura innoxia dan Nicotiana
tabacum. Disusul kemudian pada tanaman Solanaceae. Pada tahun 1974, Nitsch
mengembangkan kutur terapung (Floating culture) menggunakan media cair. Setelah
itu pollen diletakkan di permukaan media cair selama 2-3 hari. Setelah itu pollen
ditekan keluar dan media disaring dengan filter berukuran 25-100 mm tergantung
dari jenis. Suspensi kemudian dicentrifuge dan dicuci dengan larutan media. Setelah
dicuci disuspensikan kembali ke dalam media baru. Suspensi dipipet dan
dipindahkan ke media padat dalam petri-dish.
5.  Kultur suspensi sel
Kultur jaringan suspensi sel merupakan teknik budidaya sel, kultur sel mempunyai
prinsip dasar yaitu : (1) bahan tanam yang bersifat totipoten, (2) budidaya yang
terkendali.
Pelaksanaan teknik kultur jaringan ini berdasarkan teori sel seperti yang
dikemukakan oleh Schleiden dan Schwann, bahwa sel mempunyai kemampuan
autonom, bahkan mempunyai kemampuan totipotensi. Totipotensi adalah
kemampuan setiap sel, darimana saja sel tersebut diambil, apabila diletakkan dalam
lingkungan yang sesuai akan dapat tumbuh

6.   Kultur protoplas
Kultur protoplas, yaitu kultur sel-sel muda yang diinisiasi dalam media cair yang
dihilangkan dinding selnya. Kultur protoplas digunakan untuk hibrididasi somatik
(fusi dua protoplas baik intraspesifik maupun interspesifik).

7.  Kultur embrio
Kultur embrio adalah isolasi secara steril embrio matang ataupun belum matang
dengan tujuan memperoleh tanaman yang viabel. Ada 2 macam didalam kultur
embrio yaitu kultur embrio yang belum matang untuk mencegah keguguran (embrio
rescue) dan kultur embrio matang untuk merangsang perkecambahan (embrio
culture). Aplikasi kultur embrio bertujuan untuk memecahkan dormansi,
perkecambahn parasit obligat, memperpendek siklus pemuliaan tanaman,
menghasilkan tanaman haploid, mencegah aborsi pada buah, mencegah aborsi pada
persilangan interspesifik dan pembiakan vegetatif

8.  Kultur spora  
Kultur spora dapat dikultur secara in vitro dengan menggunakan serbuk sari atau antera sebagai
suatu eksplan. Pollen mengandung gametofit jantan, yang disebut sebagai 'mikrospora'. Baik kalus
dan embrio dapat dihasilkan dari serbuk sari. Dua utama pendekatan yang dapat diambil untuk
menghasilkan dalam budaya vitro dari jaringan haploid.
9. Kultur endosperma
Endosperma merupakan organ yang berasal dari pembuahan ganda berupa
embrio yang berasal dari perkembangan zigot serta adanya endosperm yang
berfungsi sebagai nutrisi yang diperlukan oleh embrio selama masa pertumbuhan
dan perkembangan. Endosperm berkembang dari sel triploid yang aktif
membelah membentuk multinukleat (supercell). 
 Endosperm sendiri berasal dari inti kandung lembaga sel (central cell) yang
dibuahi oleh gamet jantan. Endosperm beserta embrio dibungkus oleh integumen
yang secara keseluruhan membentuk struktur biji. Perkembangan endosperm
sangat menentukan proses perkecambahan karena endosperm merupakan
cadangan makanan yang dibutuhkan selama proses perkecambahan (Berger,
2003). 
Kandungan endosperm pada umumnya adalah berupa homopolimer D-glukosa
yang terdiri dari amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan polimer linear
yang memiliki cabang glukan dengan ikatan glikosida pada posisi α-1,6. Pada
endosperm jagung terdapat amilopektin yang memiliki ikatan A dan ikatan B1.
Proses pembentukan amilopektin dikatalisis oleh ADP glucose
pyrophosphorylase (AGPase) yang merupakan produk dari gen shrunken2 dan
brittle2 (Jeon et al., 2010). 
Dilihat dari cara pemeliharaan ada 3 cara :
1. Cara satu langkah (one step method)
2. Cara dua langkah (two step method)
3. Cara tiga langkah (three step method)

Pelaksanaan Kultur Jaringan :


1. Sterilisasi alat penabur
2. Sterilisasi alat dan medium
3. Sterilisasi eksplan
4. Menabur eksplan
5. Melaksanakan sub kultur
6. Menumbuhkan planlet (tanaman kecil)

Anda mungkin juga menyukai