Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR

PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP KULTIVASI


MIKROORGANISME

Dosen :

Arina Findo Sari, M.Si

Remila Selvany, M.Si.

Asisten Laboratorium :

Mailani

Muhammad Thariq Mulyana

Hari,Tanggal: Kamis, 15 Oktober 2020

Nama :

Nur Mustaqimah

NIM :

11190950000017

Kelas :

3 A1

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

PROGRAM STUDI BIOLOGI

2020 M / 1442 H
I. Tujuan
Mengenal berbagai factor lingkungan hidup mikroorganisme dan mengetahui
pengaruh factor lingkungan hidup terhadap kehidupan mikroorganisme.

II. Metodologi

2.1. Alat dan Bahan

- Media glukosa air - Media NA dan MEA dengan pH


- Biakan murni bakteri E. coli, berbeda
B.stearothermophilus, Pseudomonas - Dua jenis biakan bakteri, biakan
fluorenscens, S. lutea khamir berumur 48 jam, dan biakan
- Jarum Ose kapang berumur 5 hari atau suspense
- Pembakar spirtus spora berumur 24 jam
- Inkubator - Laminar Air Flow
- Glukosa NaCl berbagai konsentrasi - Lampu UV
- Glukosa sukrosa berbagai konsentrasi - Pinset
- Kultur cair E.coli, S. aureus, P. - Kertas Aluminium foil steril
chrysogenum dan Saccharomyces sp - Kultur cair bakteri berumur 24 jam
- Cawan petri steril - Media NA
- Larutan tripton 1 % dan ekstrak - Jarum inokulasi
khamir 1 % - Media agar ekstrak khamir atau
- Larutan tripton 1 %, ekstrak khamir tripton
1 % dan glukosa 1 % - Biakan bakteri berumur 24 - 48 jam
- Larutan tripton 1 %, ekstrak khamir
1 %, glukosa 1 % dan K2HPO4 0.5%

2.2. Cara Kerja


2.2.1. Pengaruh Suhu

Diambil 20 tabung media cair Masing – masing tabung diinokulasikan


glukosa, kemudia dikelompokkan dalam tiap kelompok E. coli,
menjadi 4 (tiap kelompok 5 tabung) B.stearothermophilus, Pseudomonas
fluorenscens, S. lutea

Kemudian diamati Masing – masing biakkan diinkubasi


pertumbuhannya dengan melihat pada suhu 5°C, 20°C, 30° C, 45° C, dan
kekeruhan 55° C selama 2 dan 7 hari

2.2.2. Pengaruh Tekanan Osmosa

Diambil glukosa agar yang mengandung Dibuat agar cawan yang kemudian
NaCl. Pada setiap tabung diisi dengan dibagi menjadi empat bagian yang
konsentrasi yang berbeda ditandai oleh spidol
Tabung 1: 0.5%; Tabung 2: 5%; Tabung 3:
15%; Tabung 4: 25%

Diambil glukosa agar yang


Dibuat agar cawan yang kemudian dibagi mengandung sukrosa, kemudian
menjadi empat bagian yang ditandai oleh diisi dengan konsentrasi yang
spidol. berbeda Tabung 1: 0.5%; Tabung
2: 15%; Tabung 3: 30%; Tabung 4:
60%
Setiap sector agar media diinokulasikan Kemudian kultur diinkubasikan
o
dengan E.coli, S. aureus, P. dengan suhu 30 C selama 2 dan 7
chrysogenium dan Saccharomyces sp hari. Setelah itu, diamati
pertumbuhannya +++ = luar biasa ; ++
= baik ; + = sedikit ; - = tidak tumbuh

2.2.3. Pengaruh Sumber Energi dan Buffer

Diinokulasikan 1 ose biakan bakteri Biakan diinkubasikan pada suhu 37 oC


yang kemudian dimasukkan pada selama 2 x 24 jam
masing – masing tabung:
- Larutan tripton 1 % dan ekstrak
khamir1%
- Larutan tripton 1 %, ekstrak khamir
Pertumbuhan diamati dengan
1 % dan glukosa 1%
membandingkan tingkat kekeruhan
- Larutan tripton 1 %, ekstrak khamir
1 %, glukosa 1 % dan K2HPO4 0.5%
- Larutan tripton 1 %, ekstrak khamir
1 %, glukosa 0.1 % dan K2HPO4 pH cairan media pertumbuhan diukur
0.5%

2.2.4. Pengaruh pH

Dipersiapkan 3 agar cawan NA dengan Diinokulasikan setiap sector


pH 5,7,9 yang dibagi dengan dua sector dengan biakan bakteri yang
dasar tiap cawan berbeda

Dinokulasikan masing – masing sector Dipersiapkan 3 agar cawan MEA


dengan khamir dan kapang dengan pH 5,7,9 yang dibagi
dengan dua sector dasar tiap cawan

Kultur diinkubasikan, plat NA 37oC Pertumbuhan mikroorganisme


selama 2 – 3 hari, plat MEA pada suhu diamati pada setiap sector +++ =
ruang 3 -7 hari luar biasa ; ++ = baik ; + = sedikit ;
- = tidak tumbuh

2.2.5. Pengaruh Sinar Ultra Violet

Setelah agar padat, diletakkan


Dibuat kultur bakteri agar tuang NA potongan aluminum foil steril pada
permukaan biakan agar cawan
menggunakan pinset

Setelah 3 jam disinari lampu UV, lampu Dimasukkan dan biarkan cawan
dimatikan, diambil cawan petri dan dalam laminar air flow dengan
diangkat aluminium foil memakai membuka tutup cawan petri
pinset, cawan petri ditutup kembali
Cawan petri diinkubasi pada suhu
Pertumbuhan bakteri diamati
37oC selama 24 jam

2.2.6. Pengaruh Oksigen Bebas

Dicairkan 3 tabung agar ekstrak khamir


atau agar tripton dengan cara
dipanaskan dalam penangas air bersuhu Agar didinginkan dan dibuat agar tegak
100oC dibiarkan 10 menit agar oksigen
larut

Kultur diinkubasikan dengan suhu Diusahakan oksigen tidak masuk ke


37oC selama 48 jam agar

Pertumbuhan bakteri diamati


III. Hasil Pengamatan

Jenis Hasil Pengamatan Referensi


Mikroorganisme
No. Pengaruh Media Foto Keterangan
yang Diuji Pertumbuhan Foto
Lingkungan
1. Koloni bakteri
Escherichia coli Tidak ada (-)
1 Staphylococcus aureus
tumbuh yellow halo
Koloni 2 2. Bakteri E.coli tidak
bakteri
Staphylococcus tumbuh
Tidak ada (-) B.subtilis
aureus

Sumber: Novitasari & Inayati, 2019


Sumber : Nadya, 2018 1. Koloni bakteri Bacillus
subtilis
1
1 Media Bacillus subtilis Banyak (+++)
MSA
Selektif

Sumber: Daniel, 2015


1. Tidak terjadi
pertumbuhan

Salmonella typhii 1
Tidak ada (-)

Sumber: Agustin, 2019


1. Koloni bakteri E. coli
banyak
Koloni bakteri 1
S.aureus
Escherichia coli Banyak (+++)
Koloni bakteri
E.coli

E.
Sumber: Baban, 2017
1. Tidak terjadi
pertumbuhan
Sumber : Nadya, 2018
Staphylococcus 1
Ada (++)
aureus

Sumber: Milad, 2020


MC
1. Tidak terjadi
1 pertumbuhan

Bacillus subtilis Tidak ada (-)

Sumber: Agustin, 2019


1. Koloni Salmonella
typhii non-lactose
1 fermenters
Salmonella typhii
Tidak ada (-)

Sumber: Afridi et al, 2012


1. Koloni bakteri E.coli
banyak
Koloni bakteri 1
Escherichia coli Banyak (+++) B.subtilis
Koloni bakteri E.coli
E.
Koloni bakteri
E.S.thypii
Sumber: Rath et al 2014
E.
1. Tidak terjadi
Sumber : Nadya, 2018 pertumbuhan

Staphylococcus 1
Tidak ada (-)
aureus

EMBA Sumber: ASM MicrobeLibrary.org, 2007


1. Koloni Bacillus subtilis
fermentasi laktosa
lambat
Bacillus subtilis Ada (++) 1

Sumber: ASM MicrobeLibrary.org, 2007


1. Koloni bakteri
1 Salmonella typhii non
Salmonella typhii lactose fermenters
Sedikit (+)

Sumber: Elmanama, 2015


pH 4 : Tidak
Saccharomyces ada (-)
2. pH TSB
Cerevisiae pH 7 : Banyak
(+++)
pH 9 : Ada
Kapang pada pH 9
(++) Kapang pada pH 7

Sumber : Nadya, 2018


pH 4 : Tidak 1. Tidak terjadi
ada (-) 1 pertumbuhan
pH 7 : Banyak 2. Terjadi pertumbuhan
(+++) Bakteri pada pH 9 2 yang banyak
Escherichia coli Bakteri pada pH 7
3. Pertumbuhan cukup
banyak
pH 9 : Ada
Sumber : Nadya, 2018 3
(++)
Sumber: medcu.eu
pH 4 : Tidak
ada (-)
pH 7 : Ada
Staphylococcus
(++)
cohnii
Bakteri pada pH 7
pH 9 : Tidak
ada (-)
Sumber : Nadya, 2018
Candida albicans pH 4 : Ada (++)

pH 7 : Banyak
pH TSB (+++)
Khamir pada pH 7
Khamir pada pH 4

pH 9 : Ada (++) Khamir pada pH 9

Sumber : Nadya, 2018


1. Tanpa dilapisi
aluminium foil tidak
Dilapisi tumbuh
NA Escherichia coli aluminium foil Koloni bakteri
E.coli
2. Dilapisi aluminium foil
: Ada (++) koloni tumbuh

Sumber : Nadya, 2018


Sinar Ultra
3. Sumber: Agustin, 2019
Violet

Tidak dilapisi
NA Escherichia coli aluminium foil
: Tidak ada (-)

Sumber : Nadya, 2018


Eschenrichia coli Ada (++)
Rhizopus oryzae Banyak (+++)
Staphylococcus
Tidak ada (-)
Sukrosa cohnii Koloni bakteri R.oryzae

1%
Saccharomyces Koloni bakteri E.coli

Tidak ada (-)


cereviseae
Tekanan Sumber : Nadya, 2018
4.
Osmosis Eschenrichia coli Tidak ada (-)
Rhizopus oryzae Sedikit (+)
Sukrosa Staphylococcus
Tidak ada (-) v
5% cohnii
Koloni bakteri R.oryzae
Saccharomyces
Tidak ada (-)
cereviseae Sumber : Nadya, 2018
Sukrosa Eschenrichia coli Ada (++)
10% Rhizopus oryzae Banyak (+++)
Staphylococcus
Sedikit (+)
cohnii Koloni bakteri R.oryzae

Koloni bakteri E.coli

Saccharomyces
Tidak ada (-)
cereviseae
Sumber : Nadya, 2018
Eschenrichia coli Ada (++)
Rhizopus oryzae Banyak (+++) Koloni bakteri
R.oryzae
Staphylococcus
Sukrosa Sedikit (+) Koloni bakteri E.coli
cohnii
15%
Saccharomyces
Tidak ada (-)
cereviseae Sumber : Nadya, 2018

Suhu 5° : Media
bening,
Tidak ada ( - ) Sumber : Nadya, 2018

Media
5. Suhu Cair Escherichia coli Suhu 27° :
Glukosa Media keruh,
Ada (++)
Sumber : Nadya, 2018

Suhu 37° :
Media keruh,
Ada (++)
Sumber : Nadya, 2018
Suhu 50° :
Media bening,
Tidak Ada (-)
Sumber : Nadya, 2018

Suhu 5° : Media
bening,
Tidak Ada (-)
Sumber : Nadya, 2018

Suhu 27° :
Media keruh, Sumber : Nadya, 2018

Pseudomonas Banyak (+++)


aeruginosa

Suhu 37° :
Media keruh,
Banyak (+++) Sumber : Nadya, 2018

Suhu 50° :
Media bening,
Tidak Ada (-) Sumber : Nadya, 2018

Suhu 5° : Media
Sp 1 ( berasal bening,
dari kawah) Tidak Ada (-)
Sumber : Nadya, 2018
Suhu 27° :
Media keruh,
Ada (++)
Sumber : Nadya, 2018

Suhu 37° :
Media keruh,
Ada (++)
Sumber : Nadya, 2018

Suhu 50° :
Media keruh,
Ada (++)
Sumber : Nadya, 2018
IV. Pembahasan
Mikroba dapat dijumpai di berbagai macam habitat. Hal ini membuktikan bahwa
mikroba adalah organisme yang mampu beradaptasi dengan segala jenis lingkungan
(Mudatsir, 2007). Untuk pertumbuhannya mikroorganisme membutuhkan kondisi
yang ideal sehingga mikroba dapat tubuh secara optimal. Perubahan lingkungan akan
dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri, bahkan dapat mengubah morfologi dan
fisiologi dari mikroba tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme diantaranya adalah suhu, pH, oksigen, tekanan osmotik dan unsur
kimia (Yusmaniar et al, 2017).
Media selektif merupakan media yang ditambahkan bahan-bahan tertentu akan
menghambat pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan sehingga hanya bakteri
tertentu saja yang dapat tumbuh pada media selektif yang digunakan. Inhibitor yang
digunakan berupa antibiotik, garam dan bahan-bahan kimia lainnya (Suarjana et al,
2017). Uji pertumbuhan mikroorganisme menggunakan media selektif praktikum kali
ini menggunakan media MSA (Mannitol salt agar), MC (MacConkey Agar), dan
EMBA (Eosin – Methylene Blue).
Menurut Novita dan Inayati (2019) Manitol Salt Agar (MSA) adalah media
pertumbuhan selektif dan diferensial untuk bakteri Gram Positif yang dimana
merupakan isolasi Staphylococcus pathogen (Cappucino & Sherman, 2014). Pengujian
ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam memfermentasi mannitol.
Apabila bakteri tersebut dapat memfermentasi mannitol maka media akan berubah
warna dari merah menjadi kuning. Media ini mengandung garam (NaCl) dalam
konsentrasi tinggi yakni sekitar 7.5 % - 10% sehingga hanya dapat ditumbuhi oleh
bakteri yang dapat mentoleransi kadar garam tinggi dan menjadikannya selektif untuk
bakteri Gram positif (Safitri & Novel, 2010). Dalam hasil pengamatan menggunakan
media MSA mikroorganisme yang tidak tumbuh adalah Escherichia coli,
Staphylococcus aureus dan Salmonella typhii sementara media yang tumbuh hanya
Bacillus subtilis. Untuk Staphylococcus aureus berbeda dengan hasil literature yang
menyatakan Staphylococcus aureus akan menghasilkan koloni kuning dengan zona
kuning karena bakteri tersebut dapat memfermentasi manitol menjadi asam yang
kemudian merubah warna indikator phenol red dari merah menjadi kuning (Holderman
et al, 2017). Bacillus subtilis dapat memfermentasi gula mannitol sehingga
memberikan reaksi positive dan sangat toleran terhadap kandungan garam NaCl 7.5% .
Sementara itu, bakteri Eschericia coli dan Salmonella typhii tidak tumbuh pada media
MSA, yang ditandai dengan tidak adanya koloni yang tumbuh serta tidak terjadi
perubahan warna pada bagian yang telah ditanami oleh bakteri. Hal tersebut disebabkan
oleh kandungan garam NaCl pada media dengan konsentrasi cukup tinggi yakni 7.5%
sebagai penghambat pertumbuhan bakteri lainnya (Rahmi et al., 2015).
Media Mac Conkey Agar adalah media selektif untuk bakteri golongan gram
negatif dengan menghambat bakteri golongan gram positif, juga membedakan antara
laktosa fermenters dan non laktosa fermenters. Hasil dari pengujian adalah bakteri yang
akan membentuk koloni dengan warna yang berbeda (Kuning atau pink) (Mustahal &
Waqiah, 2012). Pada data hasil Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang dapat
tumbuh menggunakan media Mac Conkey Agar. Sedangkan bakteri Bacillus subtilis
dan Salmonella typhii tidak dapat tumbuh. Hal ini berbeda dengan literature yang
menyatakan bahwa Staphylococcus aureus tidak dapat tumbuh dalam media Mac
Conkey Agar dikarenakan Staphyloccus aureus merupakan bakteri gram positif (Triana,
2014). Sementara itu, untuk bakteri Salmonella typhi menurut literature menghasilkan
pertumbuhan pada media Mac Conkey tanpa fermentasi laktosa sehingga akan
membentuk koloni dengan warna normal atau colorless (Afridi et al, 2012)
EMB Agar disebut sebagai media selektif karena kandungan methylene blue pada
media yang bisa menghambat pertumbuhan bakteri gram positif. Gula yang terdapat
dalam media, yaitu sukrosa dan laktosa merupakan substrat yang bisa difermentasi oleh
sebagian besar bakteri gram negative, terutama bakteri Coliform (Juwita et al, 2014).
Bakteri Coliform umumnya mampu memfermentasi laktosa menghasilkan asam
sehingga Eosin berubah warna menjadi ungu gelap dengan kilap logam. Koloni yang
tumbuh berinti gelap disertai kilap logam pada permukaan EMB. Bakteri gram negative
lain mampu memferntasi laktosa dengan lambat ditunjukan dengan warna coklat merah
muda dan bakteri yang tidak mampu memfermentasi asam laktat akan terlihat merah
muda pudar (Lal & Cheepthman, 2007; Merk, 1996). Pada data diperoleh Escherichia
coli, Bacillus subtilis dan Salmonella typhi dapat tumbuh menggunakan media EMBA
walaupun dengan fermentasi laktosa yang berbeda. Sementara itu, Staphylococcus
aureus tidak dapat tumbuh menggunakan media EMBA dikarenakan pertumbuhannya
terhambat.
Bakteri membutuhkan pH yang optimal untuk pertumbuhannya. Dengan
perubahan pH lingkungan akan berpengaruh terhadap efektivitas enzim dalam
membentuk kompleks enzim substrat. Disamping berpengaruh terhadap struktur ion
pada enzim, pH rendah atau pH tinggi dapat pula menyebabkan terjadinya proses
denaturasi dan ini akan mengakibatkan menurunnya aktivitas enzim. Dengan
menurunnya proses aktivitas enzim, menurun pula jumlah pertumbuhan bakteri
(Pelczar & Chan, 2007). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa pH dengan
konsentrasi 4, 7, 9 pada media TSB bahwa Escherichia coli dapat tumbuh pada pH 7
dan 9. Hal ini sesuai dengan Salle (2000) bahwa E. coli dapat tumbuh pada pH 6.5 –
9.0. Namun, pertumbuhan optimumnya terjadi pada pH 7.2 – 8.5. Menurut Zulkarnain
et al (2019) Nilai pH untuk pertumbuhan secara optimal Candida albicans berkisaran
antara 4.5 – 6.5. Diatas batas pH tersebut, penguraian nutrisi tetap berjalan sedangkan
dibawah pH tersebut terjadi penurunan penguraian yang sangat cepat sehingga
mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme (Rahmah et al, 2019). Nilai pH yang
optimum untuk pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae terjadi pada pH 3.5 – 6.0
(Sembiring, 2013) dan dapat tumbuh pada kisaran pH 2.5 – 8.5 (Fardiaz, 1988). Nilai
pH optimum untuk Staphylococcus cohnii 6.5 – 7.5 (Olazaran et al, 2017).
Radiasi ultraviolet merupakan suatu sumber energi yang mempunyai kemampuan
untuk melakukan penetrasi ke dinding sel mikroorganisme dan mengubah komposisi
asam nukleatnya (Haryono, 2012). Radiasi ultraviolet yang diabsorbsi oleh protein
pada membran sel akan menyebabkan kerusakan membran sel dan kematian sel.
Paparan sinar ultraviolet secara langsung dapat menurunkan jumlah bakteri
Escherichia coli (Cahyonugroho, 2010). Apabila Escherichia coli dilapisi oleh
Aluminium foil maka akan mengurangi paparan sinar ultraviolet sehingga
pertumbuhan bakteri Escherichia coli tetap berjalan.
Tekanan osmotic adalah peristiwa perpindahan pelarut dari larutan yang
konsentrasinya lebih kecil ke larutan yang konsentrasinya lebih besar melalui
membrane semipermeable (Arivo & Annissatussholeha, 2017). Pada media sukrosa 1%
bakteri Eschericia coli dan Rhizopus oryzae, menunjukan adanya pertumbuhan koloni
berturut-turut dalam jumlah cukup dan banyak. Sedangkan pada Staphylococcus cohnii
dan Saccharomyces cereviseae tidak menunjukan adanya pertumbuhan sama sekali.
Media sukrosa 5% menunjukan hanya pada Rhizopus oryzae saja yang mengalami
pertumbuhan meskipun dalam jumlah yang sedikit. Pada sukrosa 10% menunjukan
adanya pertumbuhan koloni pada Eschericia coli dalam jumlah yang cukup, Rhizopus
oryzae dalam jumlah yang banyak dan Staphylococcus cohnii dalam jumlah yang
sedikit, sehingga hanya Saccharomyces cereviseae saja yang tidak mengalami
pertumbuhan sama hal nya yang terjadi pada media sukrosa 15%. Saccharomyces
cerevisiae tidak menunjukkan adanya pertumbuhan mikroorganisme dikarenakan
dapat mengalami stres osmotik yang cukup menurunkan pertumbuhan dan
kelangsungan hidup sel (Wang et al., 2007). Kadar gula yang tinggi di awal fermentasi
dapat menyebabkan sel mengalami proses osmosis dimana konsentrasi di dalam sel
lebih rendah dibandingkan di luar sel dan pada akhirnya akan menyebabkan kematian
sel (Putri et al, 2016).
Secara umum ada empat kelompok pembagian mikroorganisme berdasarkan suhu
lungkungan tempat hidupnya yaitu mikroorganisme psikrofil, mesofil, termofil dan
hipertermofil. Mikroba psikrofil dapat tumbuh pada suhu anatar 0o C – 30o C. Mikroba
mesofil memiliki suhu optimum 25 o C – 37o C. Mikroorganisme termofil adalah
golongan mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 40o C – 75o C (Hidayat et al 2006).
Berdasarkan hasil praktikum pada tabel 1 diperoleh data bahwa temperature yang diuji
5o C, 27o C, 37o C, dan 50o C menggunakan bakteri E. coli, Pseudomonas aeuruginosa
dan SP1 terdapat perbedaan pertumbuhan pada tiap temperature. Pada E. coli
temperature 5o C dan 50o C tidak terdapat pertumbuhan sementara pada suhu 27o C dan
37o C terdapat pertumbuhan mikroorganisme. Menurut Rudiyansyah et al (2015)
Bakteri E. Coli memerlukan suhu optimum sebesar 37OC untuk pertumbuhan, namun
bakteri ini juga dapat tumbuh pada kisaran suhu 15 – 45OC. Sama seperti bakteri E.
coli, Pseudomonas aeruginosa pertumbuhan mikroorganisme tumbuh dengan optimum
pada suhu 27o C dan 37o C. Pseudomonas aeruginosa tumbuh dengan baik pada suhu
37 – 42oC. Kemampuannya untuk tumbuh pada suhu 42o C membantu membedakannya
dari spesies Pseudomonas lain dari grup fluorsens (Nugroho, 2010). Selain itu, pada
bakteri SP 1 diduga merupakan bakteri termofilik yang mempunyai suhu optimum pada
45o C – 80o C, bahkan ada yang mampu hidup pada suhu 100o C (Lestari, 2000)

V. Kesimpulan
Mikroba dapat dijumpai di berbagai macam habitat. Hal ini membuktikan bahwa
mikroba adalah organisme yang mampu beradaptasi dengan segala jenis lingkungan.
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kehidupan mikroorganisme meliputi
suhu, pH, tekanan osmotik, media selektif, dan paparan sinar UV. Mikroorganisme
yang digunakan seperti E.coli, Pseudomonas aeruginosa, S.aureus, Candida albicans,
Bacillus subtilis, Salmonella typhii, Saccharomyces cerevisae, S. cohnii, Rhizopus
oryzae, dan SP 1 yang berasal dari kawah.

VI. Daftar Pustaka

Afridi, Faisal. , Hussain, Arief. , Farooqi, Badar Johan. (2012). Pleural Empyema Due
to Salmonella typhi. Journal of the College Physician and Surgeons Pakistan Vol
22(12): 803 – 805
Arivo, Debi dan Annissatussholeha, Nurul. (2017). Pengaruh Tekanan Osmotik pH
dan Suhu Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli. Jurnal Ilmu
Kedokteran dan Kesehatan Vol 4 (3): 153 – 160
Cappucino, J. G., & Sherman, N. (2014). Manual Laboratorium Mikrobiologi, Edisi
8. Jakarta: EGC
Cahyonugroho, O. H. (2010). Pengaruh Intensitas Sinar Ultraviolet dan Pengadukan
Terhadap Reduksi Jumlah Bakteri E. Coli. Jurnal ilmiah Teknik Lingkungan.
2(1):1-6.
Fardiaz, S., (1988). Fisiologi Fermentasi. Bogor: Pusat Antar Universitas Institut
Pertanian Bogor.
Haryono, Rudi. (2012). Keperawatan Medical Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakarta:
Gosyen Publisher
Hidayat, Nur dkk. (2006). Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: Andi Offset.
Holderman, Michelle V., Queljoe, Edwin de dan Rondonuwo, Sendy B. (2017).
Identifikasi Bakteri Pada Pegangan Eskalator Di Salah Satu Pusat Perbelanjaan Di
Kota Manado. Jurnal Ilmiah Sains Vol. 17(1): 13 - 18
Juwita, Usna., Haryani, Yuli dan Jose, Christine. (2014). Jumlah Bakteri Colifrom dan
Deteksi Escherichia coli Pada Daging Ayam di Pekan Baru. JOM FMIPA vol 1
(2): 48 – 55
Lal, A., Cheeptham, N. (2007). Eosin – Methylene Blue Agar Protocol. ML Library
American Society for Microbiology
Lestari, P. (2000). Eksplorasi enzim termostabil dari mikro termofil. Hayati. 7: 21-25
Merck. (1996). Microbiology Manual. Darmstadt: Merck KGaA
Mudatsir. (2007). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Mikroba Dalam Air.
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Volume 7 Nomor 1: 23 – 29
Mustahal dan Waqiah, Anik. (2012). Identifikasi Bakteri yang Menginfeksi Ikan Garra
Rufa (Cyprinion macrostamus) Di Balai Besar Karantina Ikan Soekarno – Hatta.
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol II (2): 65 – 70
Novitasari, Tutur Mutmainnah dan Inayati, Nurul. (2019). Potensi Ikan Teri Jengki
(Stolephorus indicus) Sebagai Bahan Media Alternatif untuk Pertumbuhan
Bakteri Staphylococcus aureus. Jurnal Analis Medika Bio Sains Vol 6(1):01 – 15
Nugroho, A. W. (2010). Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick, and Adelberg’s
Geo F. Brooks et al. 25th edn. Edited by A. Adityaputri. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Olazaran, Soraya Mendozoa et al. (2017). Draft genome sequences of two
opportunistic pathogenic strains of Staphylococcus cohnii isolated from human
patients. Stand Genomic Sci; 12: 49.
Pelczar, M.J; dan Chan, E.C.S. (2007). Dasar – Dasar Mikrobiologi 1. Alih Bahasa:
Hadioetomo RS, Imas T, Tjitrosomo SS dan angka SL. Jakarta: UI Press
Putri, Santi Andriani; Restuhadi, Fajar dan Rahmayuni. (2016). Hubungan Antara
Kadar Gula Reduksi, Jumlah Sel Mikrob dan Etanol Dalam Produksi Bioetanol
Dari Fermentasi Air Kelapa Dengan Penambahan Urea. Jom FAPERTA VOL. 3
NO 2
Rahmah, Fitriatur; Urip; dan Fihiruddin. (2015). Uji Efektivitas Desinfektan
Klorosilenol Terhadap Pertumbuhan (Candida Albicans) Di Dalam Air. Jurnal
Analis Medika Biosains (JAMBS) Vol 2 (1): 67 – 72
Rahmi, Y. et al. (2015). Identifikasi Bakteri Staphylococcus aureus Pada Preputium
dan Vagina Kuda (Equus caballus), Jurnal Media Veterinaria, 9(2).
Rath, Shakti. , Dubey, Debasmita, Dubey. , Sahu, Mahesh. , dan Drbata, Nagen K.
(2014). Surveillance of ESBL producing multidrug resistant Escherichia coli in a
teaching hospital in India. Asian Pacific Journal of Tropical Disease 4(2): 140 -
149
Rudiyansyah, Achmad Ian; Wahyuningsih, Nur Endah dan Kusumanti, Endang.
(2015). Pengaruh Suhu, Kelembaban, dan Sanitasi Terhadap Keberadaan Bakteri
Escherichia coli dan Salmonella di Kandang Ayam Pada Peternakan Ayam
Broiler Kelurahan Karanggeneng Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat
(JKM) Vol 3(2): 196 – 201
Safitri, R. & Novel, S. S. (2010). Medium Analisis Mikroorganisme. Edited by H.
Pramono & H. Prayitno. Jakarta Timur: CV. Trans Info Media.
Salle, A. (2000). Fundamental Principles of Bacteriology. 8th. New York:
Harper&Brother
Sembiring, Y. S. 2013. Potensi Ubi Jalar Sebagai Bahan Baku Bioetanol: Kajian
Proses Likuifikasi Dan Sakarifikasi Fermentasi Simultan. Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian. Universitas Udayana. Bali.
Suarjana, I Gusti Ketut; Besung, I Nengah Kerta; Mahatmi, Hapsari dan PG, Ketut
Tono. (2017). Modul: Isolasi dan Identifikasi Bakteri. Bali: Universitas Udayana
Triana, Dessy. (2014). Frekuensi β-Lactamase Hasil Staphylococcus aureus Secara
Iodometri Di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran. Jurnal Gradien
Vol. 10(2): 992 -995
Wang, F.Q., J.G. Cui, Y.Y. Chun, dan P. Xu.. (2007). Optimization of an ethanol
production medium in very high gravity fermentation. Biotechnol 29: 233-236.
Yusmaniar, Wardiyah dan Khairun Nida. (2017). Bahan Ajar Farmasi: Mikrobiologi
dan Parasitologi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Zulkarnain. , Muthiadin, Cut. , Nur, Fatmawati dan Rukmana, Rusmadi. (2019).
Efektivitas Antifungi Ekstrak Daun Patikan Kebo (Euphorbia hirta) Terhadap
Jamur Penyebab Kandidiasis (Candida albicans). Al-Hayat: Journal of Biology
and Applied Biology, Vol 2, No 1 (2019), 127-132

LAMPIRAN

1. Sebutkan pengelompokkan bakteri berdasarkan kisaran temperature optimum


pertumbuhannya!
 Bakteri psikrofil adalah bakteri yang hidup dan tumbuh pada suhu rendah
yaitu 0° – 30°C dengan suhu optimum 15°C.
 Bakteri mesofil dapat tumbuh pada suhu 25° – 37°C dengan suhu optimum
32°C.
 Bakteri termofil merupakan jenis bakteri yang dapat tumbuh pada daerah
yang suhunya tinggi, lebih dari 40°C. Temperatur optimumnya antara 55 –
60°C.
 Bakteri hipertermofil hidup dan tumbuh pada kisaran suhu 65°C − 114°C,
dengan suhu optimum 88°C
2. Sebutkan nutrisi yang dikandung oleh ekstrak khamir dan tripton
 Ekstrak khamir mengandung asam amino dan vitamin untuk
pertumbuhan bakteri, vitamin yang terkandung berfungsi sebagai
vitamin B.
 Tripton mengandung peptide yang berasal dari hidroksilat kasein
serta asam amino yang berfungsi sebagai sumber karbon dan
nitrogen.

Anda mungkin juga menyukai